Share

4. The Party

Penulis: Asteroid
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-18 12:39:23

Tara sudah menghubungi Juna dari pagi tadi. Tapi nihil. Nggak ada balasan. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak. Gadis itu mendengus banyak-banyak kali. Jam 4 sore, Jeno sudah di depan. 

Jeno sih, selalu malas soal acara-acara kayak begini. Namun, Tara yang meminta, ya sudahlah ya. Lagian, sebenarnya Tara juga tak mau pergi dengan Jeno. Dia 'kan maunya sama Juna. 

Ya sudahlah ya. 

"Gue masih marah sebenernya." Tara turun dengan gaun hijau bolu kukus-nya yang terlihat formal dan elegan. "Tapi gue belum punya temen, anjir! Temen gue di kampus lo doang." 

Jeno tertawa kecil menanggapi. Pemuda itu mengambil tehnya, menyesap sampai tandas, lalu berdiri. "Ya udah, makanya hari ini kesempatan cari temen. Berangkat ya, Om." Jeno beralih pada Taharja yang lagi nonton tv sambil ngemil kacang goreng. 

Taharja mengangguk. "Jangan pulang kemalaman. 'Kan nant

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   5. Kembar Sering Tengkar

    Sebelum kejadian, 31 Desember 2018 .... Lagu full bahasa Mandarin mengudara di seluruh sudut rumah minimalis hitam putih itu. Seorang pemuda jangkung bernyanyi mengikuti irama di bawah guyuran shower yang mengeluarkan air panas. Iya panas. Juna sebenarnya lebih suka mandi menggunakan air panas daripada air hangat. Sungguh aneh, tapi itulah kenyataannya. "Syishiehsheee~." Jujur. Juna sebenarnya sama sekali tidak mengerti apa yang sedang ia nyanyikan, acak-acakan ia memilih kata yang ia lontarkan dari mulut. Yang penting nadanya sama! Ia mematut diri di kaca. Dengan rambut klimis dan telanjang dada, Juna tak habis pikir. Dia terlihat ... ganteng abis! Setelah siap dengan celana jeans putih dan kaos putih yang tak lupa dilengkapi dengan kemeja flanel biru merah untuk menambah kesan keren, Juna juga tak urung menyemprotkan parfum berbau cinnamon kesayangannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   6. Kalau Kamu Mati, Aku Juga.

    Juna tak tahu kemana Dava membawa dirinya pergi, jalanan terlihat buram dan kepalanya diterjang sakit yang teramat sangat."Jangan ke rumah sakit, Dav," rintih laki-laki itu. Wajah bersihnya telah dihiasi oleh beberapa luka lebam yang masih segar, serta darah yang menetes cukup deras dari dahinya lantas mengotori baju dan celana Juna yang sial sekali kenapa harus berwarna putih—turut membuat keadaan semakin dramatis bagi Dava.Perkelahian tadi cukup sengit, seharusnya Juna dan Dava cukup kuat untuk melawan lima banci yang mengaku-ngaku sebagai senior teladan kalau saja tidak salah satu dari mereka mempunyai pikiran yang sungguh kekanakan,salah satunya menjatuhkan Juna dari tangga.Tidak cukup tinggi untuk membuatnya mati, tapi cukup untuk menghilangkan setengah dari kesadaran yang ia mil

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   7. Buket Boncabe.

    Jeno Aldrian Fadhilah adalah tiga kata yang mengungkapkan banyak hal. Hangat, perhatian, baik, jahil, dan terkadang menyebalkan. Setidaknya begitulah Jeno menurut Tara. Dari teras rumahnya, Tara sudah bisa menebak—siapa gerangan manusia yang mengendarai vespa kuning tua dari kejauhan sana. Tentu saja ... oknum yang meresahkan hati para perempuan, Jeno. Pemuda itu datang membawa banyak barang, belum lagi sesuatu di atas jok motor kuning itu membuat Fina bertanya-tanya. "Nih. Maafin gue lah, tahun baru juga." Jeno menyodorkan buket berwarna merah muda kepada Tara. Gadis itu melihat Jeno dengan tatapan tidak percaya. "Buket ... BONCABE?!" "Lo kan suka makan pedes," jawab Jeno sambil nyengir lebar. Fina terkekeh pelan mendengar penuturan Jeno. Anak itu selalu punya cara untuk menjahili Tara. "Ya gak gitu juga pe'ak!" T

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   8. Caramel Macchiato.

    Sepulangnya anak-anak dari sana, Juna benar-benar pindah kamar. Meninggalkan Afara di sana sendirian.Seperti sebelumnya."Aarrgghh!! Lo ngapain sih, hah?" Juna frustasi, ada adegan bodoh yang dilakukan oleh aktor dalam drama Cina.Tanpa tahu dari tadi seseorang memperhatikan dirinya. Tiffany bersendekap dada melihat kelakuan cucu satu-satunya itu, bukannya tidur malah nonton drakor."Juna.""Nah! Gitu dong, dari tadi kek." Juna tak menyahut, malah semakin seru menonton drama di TV LED di depan sana."Juna!" Tiffany menambah volume. Merasa diabaikan, ia mengambil remote dan mematikan TV tersebut."Eyaaaaaaangg!" Juna merengek karena TV harus mati di saat-saat penting sebuah drama, sebentar lagi klimaks episode tiga! Pemuda itu frustasi."Juna nggak tidur karena sekarang aja tahun baru! Juna mau keluar sekarang aja. Masa anak muda tahun-tah

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   9. Kiss the Rain.

    Hujan sore itu seakan mengolok-olok Juna dalam jurang kesedihannya.Juna merasa kesal, kenapa otaknya cukup mumpun untuk memahami situasi yang saat ini tengah terjadi. Tidak seperti teman sebayanya yang tidak tahu, apa itu mati.Juna paham dengan betul apa itu meninggal dunia.Banyak orang menangis, termasuk Tiffany dengan pakaian berkabungnya yang masih saja terlihat mewah dan berkelas.Kendati demikian, Juna tak menangis. Dia masihlah bocah berusia lima tahun yang baru saja memulai masa-masa sekolahnya. Namun entah mengapa, semesta membuatnya mengerti dengan jelas semuanya.Semesta seolah sengaja membuat Juna tak bisa melupakan kejadian ini selama sisa hidup yang tidak bisa dibilang sisa ... sebab Juna hanyalah anak yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   10. Sebuah Awal.

    Satu Januari 2019 adalah sebuah awal yang selalu diusahakan untuk tak berakhir, awal dari sesuatu yang tak diharap-harap selesainya.Dalam pertukaran pemikiran yang panjang lewat bibir mereka waktu itu, Tara pernah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak menyerah apapun yang terjadi.Entah padanya,atau, pada Juna.Tara akan terus berjalan maju apapun yang terjadi. Sebab dia tahu; merubah seseorang bukanlah hal yang mudah.Karena gadis itu paham; Juna dan dia adalah dua hal yang sama-sama memerlukan suatu kesembuhan ...dan sembuh dari semua itu tiadalah semudah membalikkan telapak tangan.Butuh masa-masa penyesuaian diri akan hal ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   11. Ungkap Cinta.

    Waktu itu terasa aneh dan canggung, sebuah ikatan aneh yang mereka jalani tanpa perasaan.Tapi semua itu telah berlalu dengan bekas yang nyata.Sekarang, Renjuna dan Satara adalah mereka yang telah tumbuh. Menjadi lebih sedikit dewasa, sedikit demi sedikit berubah melalui hukum alam yang mutlak bernama; waktu.Keputusan untuk saling mengubah diri, untuk berjalan dalam satu jalur, saling bersandar pada bahu yang sama-sama lelah telah membawa mereka sampai pada saat ini.Saat benih-benih cinta mulai tumbuh, kepribadian pun ikut tumbuh. Tatkala fajar menyingsing atau tenggelam di ufuk barat, perlahan-lahan hati pun berubah.Tapi mereka masih belum tahu; bagian mana dari diri mereka yang mulai berubah.Yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   12. Sampai Air Mata Mengering.

    Para tetangga bilang, Jeno itu seharusnya jadi dokter atau setidaknya menjadi petugas negara. Sebab badan gagah dan wajah tampannya yang selalu menyilaukan serta memporak-porandakan hati para ibu-ibu sekaligus gadis-gadis di daerahnya—sangat tidak cocok dengan pekerjaan Jeno yang sekarang.Coba tebak.Jadi apa seorang Jeno setelah menyelesaikan kuliah S1 dengan Jurusan biologi? Ilmuwan muda? Guru SMA besar? Ataukah membuka tempat les? Namun tidak.Jeno membuka toko distro di sebuah gedung mall. Lumayan lah, hasil menabungnya selama beberapa tahun bisa digunakan sebaik mungkin.Setidaknya dia dan nenek bisa hidup. Itu saja.Jeno tidak pernah muluk-muluk dalam segala hal. Dia terlampau sering ikhlas, terlalu akrab denga

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05

Bab terbaru

  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   56. Semoga Semuanya Baik-baik Saja

    Tiffany dan Taharja duduk di taman rumah sakit. Suasana agak cerah dan ramai oleh pasien maupun pengunjung. Beberapa di antara mereka datang sendirian, ada juga yang berdua. Meski suasana cukup bising, Taharja dan Tiffany tak dapat merasakan keramaian itu sebab; mereka terlalu hanyut dalam lamunan masing-masing.Canggung mendera atmosfer di antara keduanya. Maksudnya, bagaimana bisa seseorang bersikap biasa-biasa saja sementara masa lalu mereka yang cukup gila masih berbekas hingga sekarang.Taharja berdeham sekali. Tenggorokannya terasa serak dan kering, maka laki-laki paruh baya itu kontan berdiri. "Saya beli minuman dulu," pamitnya.Tiffany mengangguk tanpa kata. Sebab wanita tua itu pun juga merasa sangat tidak nyaman."Terima kasih." Tiffany menerima uluran tangan Taharja yang berisi air mineral dingin. Taharja tak membalas, ia kembali mendudukkan diri di samping Tiffany

  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   55. Sekecap Terima Kasih

    Jeno dan Tara mengikuti pak Suryo ke rumah sakit. Berniat menjenguk Juna meski cuma sebentar. Ada rasa cemas di hati Tara sewaktu perjalanan yang cukup memakan waktu itu.Setiba di ruang rawat, terlihat Tiffany sedang bersama Juna. Juna tertidur pulas sementara Tiffany memegang lengan Juna dengan raut cemas.Mereka bertiga masuk. Kontan mata Tiffany dan Tara bertemu, canggung menerpa keduanya.Jeno berdehem kecil untuk mencairkan suasana. "Malam, Tante. Masih ingat saya nggak? Saya Jeno, temen kuliahnya Juna." Jeno mendekat, memberi salam.Tiffany tersenyum, lalu mengangguk. "Ingat kok, Juna juga pernah cerita soal kamu sama saya." Tiffany berkata, tapi menatap pada Tara. Seketika yang ditatap kembali merasa canggung.Diam kembali mewarna atmosfer tempat itu. Tiffany bangkit dengan canggung. "Saya belum makan malam, ayo makan malam Pak Suryo!" ajakny

  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   54. I Say I Sore

    "Ayo ... ayo bilang kalau kamu nggak baik-baik saja, kalau kamu sakit, kamu nangis setiap hari, kamu ... kamu nggak kuat. Ayo bilang sama aku!" Tangis Jeno menderu-deru. Bak suara debur ombak yang berlomba-lomba mencapai pesisir. Laut yang biasa terasa menenangkan, kini menyayat hati."Padahal dari dulu, susah payah aku buat nggak terlihat lemah di depan kamu. Karena apa? Karena aku mau kamu sadar, kalau aku itu bisa diandalkan. Kamu bisa mengandalkan aku. Kamu bisa cerita semua masalah kamu, kamu boleh bersandar di bahuku ketika kamu nggak ada tempat yang tepat untuk pulang." Laki-laki itu berkata.Dia menggeleng kuat hingga air matanya semakin berlomba-lomba untuk jatuh di pipi. "Tapi kamu nggak pernah. Kamu nggak pernah datang sama aku dan berkata kalau kamu lelah, kalau kamu letih dan muak dengan hidup ini. Kamu nggak pernah. Kamu seolah-olah menganggap aku nggak pantas buat jadi sandaran kamu saat berada di titik rendah. Beg

  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   53. Say That You are Sore

    "Langit dibalik menimpa laut, laut dibalik menimpa langit. Tapi Tuhan tak pernah memutuskan buat membalik mereka. Karena Tuhan tahu, ada hal-hal yang harus dilindungi oleh masing-masing. Laut itu indah, di dalamnya ada suka duka. Tempat bekerja bagi para nelayan juga. Di sana, gue nggak tahu bakal menemukan apa. Tapi di sini, dengan melihat deburan ombak yang tenang, gue menemukan diri gue tiba-tiba baik-baik saja. Laut itu, sebuah mahakarya, hadiah dari Tuhan untuk kita." Jeno memaparkan. "Dari yang aku tangkap, kamu suka laut karena deburan ombak itu," laki-laki itu menunjuk jauh ke sana, "membuat kamu merasa tenang, 'kan?"Deburan ombak, membuat Tara merasa tenang.Iya, debur ombak memang selalu membuatnya Tenang. Sejenak, Tara melupakan bahwa dia menyukai laut karena baginya; hidup terlalu pelik dan curut-marut.Selesai menyantap mi ayam- karena cuaca sangat mendukung Tara mengiyakan saja padahal ti

  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   52. Sisi Tergelap

    "Apa yang mereka lakuin di sana?" "Mereka makan mi ayam di sebuah kedai, Pak," jawab seseorang dari seberang panggilan. Juna meremas ponselnya agak kuat. Laki-laki itu mengeram rendah sebelum akhirnya berkata kepada laki-laki di seberang panggilan untuk terus mengikuti kemana arah perginya dua anak manusia itu, Tara dan Jeno. Ya, Juna memutuskan untuk menyewa orang buat mengikuti Tara kemana-mana. Mendengar Tara keluar bersama Jeno, dengan perjalanan kurang lebih 2 jam dari ibukota membuat emosi Juna kontan menggebu-gebu. Bayangkan saja, Tara tak menerima teleponnya dan tak pernah membaca pesan darinya. Tapi di hari Minggu ini, gadis itu malah jalan-jalan dengan laki-laki lain. Juna hampir saja membanting ponselnya saat sebuah pesan masuk, membuatnya urung melempar ponsel mahal itu menjadi beberapa pecahan. Orang tadi

  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   51. Filosofi Laut

    "Udah?" Tara hanya mengangguk mendengar pertanyaan Jeno. "Cus! Berangkat, ya, Om!" kata Jeno sambil melambai, Tara juga. Lalu Somad (nama motor Vespa Jeno) melaju pelan keluar dari pekarangan Keluarga Taharja. Sebenarnya Tara masih kebingungan. Soalnya Jeno sama sekali enggak bilang mereka mau pergi kemana. Laki-laki itu cuma datang dan Tara juga sudah siap-siap karena dipaksa bergerak cepat sama ayah dan kakaknya. Bahkan, ayahnya yang menyiapkan bekal mereka. Kalau melihat bekal yang dibawakan oleh Taharja sih, kayaknya mereka mau piknik. Terka Tara dalam hati. "Jen," panggilnya. Namun Jeno tak urung menjawab. "Jeno!" "Heh—eh, apa?!" tanya Jeno dengan sedikit berteriak, lalu kepalanya agak menoleh ke belakang sekilas. "Udah liatin jalan aja, nanti kecelakaan 'kan gak lucu!"

  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   50. Saya Tidak Pernah Mampu

    "Nyonya, ada tamu," kata seorang pelayan.Tiffany menoleh sebentar. "Oh ya? Siapa namanya?""Nona Satara."Lalu setelah mendengar hal itu, Tiffany segera beranjak diri dari bathtub. Wanita itu meraih handuknya dan memakai benda itu secara gusar."Siapkan teh chamomile dan cemilan kecil," titahnya. "Saya mau ganti baju dulu.""Baik.""Jadi, apa lagi tujuan kamu menemui saya?" Tiffany datang dengan pakaian santai yang namun, terlihat masih mahal. "Nggak ada janjian lagi. Kamu tahu, itu nggak sopan namanya.""M-maaf." gumam gadis itu sambil menatap teh yang disediakan oleh para pelayan mulai mendingin."Kalau ngobrol, tatap lawan bicaramu." Tiffany berkata tegas.Mata Tara berlarian, lalu pelan menatap wanita itu. "Maaf." Maaf lagi katanya.

  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   50. Saya Tidak Pernah Mampu

    "Nyonya, ada tamu," kata seorang pelayan.Tiffany menoleh sebentar. "Oh ya? Siapa namanya?""Nona Satara."Lalu setelah mendengar hal itu, Tiffany segera beranjak diri dari bathtub. Wanita itu meraih handuknya dan memakai benda itu secara gusar."Siapkan teh chamomile dan cemilan kecil," titahnya. "Saya mau ganti baju dulu.""Baik.""Jadi, apa lagi tujuan kamu menemui saya?" Tiffany datang dengan pakaian santai yang namun, terlihat masih mahal. "Nggak ada janjian lagi. Kamu tahu, itu nggak sopan namanya.""M-maaf." gumam gadis itu sambil menatap teh yang disediakan oleh para pelayan mulai mendingin."Kalau ngobrol, tatap lawan bicaramu." Tiffany berkata tegas.Mata Tara berlarian, lalu pelan menatap wanita itu. "Maaf." Maaf lagi katanya.

  • My Posessive Boyfriend [Indonesia]   49. Darah yang Sama

    "Teressa adalah mama saya." Gadis itu menatap tajam. Wajahnya yang awalnya terkesan polos dan naif tiba-tiba berubah jadi agak tidak menyenangkan untuk dipandang. Setidaknya bagi Tiffany.Namun, wanita itu tak mengatakan apa-apa. Suara tepuk tangan terdengar agak keras hingga pengunjung lain berusaha mencuri-curi pandang ke arah mereka. Tiffany bertepuk tiga kali."Marvelous." katanya sambil tersenyum lebar. Tapi benar, Tara bisa menemukan sesuatu yang berbeda dari sinar matanya. Seperti sinar campur aduk antara benci, cinta, cemooh dan rindu. Seperti tatapan seorang ibu yang mengutuk anaknya secara terpaksa."Saya nggak menyangka dunia memang selebar daun kelor. Sebab saya terlalu sering berkeliling dunia, dan nyatanya dunia itu lebar. Tapi begitu saya menyadari bertemu 'cucu saya' di sini, dunia tiba-tiba menyempit." Tiffany terbahak. Dengan gaya sosialita kelas atas, wanita itu mengusap

DMCA.com Protection Status