Happy ReadingBulan-bulan sebelumnyaAlya memandang layar ponselnya dengan ketegangan yang tak terucapkan. Pesan-pesan itu, sebaris kata-kata yang memuat ancaman dan kebencian, telah menciptakan badai dalam kehidupannya yang baru. Perasaan aman yang baru saja dia raih di kota asing seakan-akan hancur seketika.Setiap kali pesan baru muncul, ia merasakan getaran ketakutan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Bahkan dengan menutup ponsel, bayangan kata-kata itu masih menghantuinya, menempel seperti luka yang tak kunjung sembuh.Pesan tersebut menghancurkan keseimbangan mental yang baru-baru ini berhasil dia bangun. Alya, yang awalnya penuh semangat mengejar impian dan menemukan potensi diri, sekarang terkungkung oleh ketakutan yang tidak terlihat namun terasa nyata.Malam-malam sepi membawanya pada perjalanan pikiran yang gelap dan tak terduga. Ia mempertanyakan pilihan hidupnya, meragukan apakah keputusannya untuk pergi adalah langkah yang benar. Sesekali, dia mencari refleksi diri di ce
Happy ReadingBulan-bulan berlalu sejak Alya mengucapkan selamat tinggal pada perpisahan yang begitu berat baginya. Namun, seperti air mengalir di sungai yang tak pernah berhenti, waktu terus berjalan membawa perubahannya sendiri. Alya, dengan langkah kecil namun mantap, melangkah maju dalam perjalanan penerimaan diri.Pagi yang cerah menjadi saksi bagaimana Alya berkomitmen untuk memberikan waktu dan ruang yang tepat bagi dirinya sendiri. Dia menyadari bahwa proses penerimaan itu sendiri tidaklah instan, melainkan butuh waktu dan ketekunan. Dukungan dari teman-temannya dan keluarganya menjadi pendorong yang tak tergantikan, seperti angin yang meniupkan semangat pada layar perahunya.Alya mulai merenung, merangkai kembali memori-memori indah yang pernah dia miliki bersama orang-orang terkasih yang kini mungkin berada di tempat yang berbeda. Dia menyadari bahwa perpisahan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, seperti babak-babak dalam sebuah buku yang membentuk kisah keseluruha
Dalam ruang konseling yang tenang, Alya menemukan dirinya tenggelam dalam keputusasaan yang begitu mendalam. Ia menyadari bahwa saatnya untuk mengambil langkah berani, untuk menyelamatkan dirinya dari labirin emosional yang selama ini membelitnya. Dengan hati yang berdebar, Alya memutuskan untuk mencari bantuan profesional.Seorang konselor bijak menjadi tempat perlindungan tempat Alya bisa membuka hatinya yang terluka. Konselor ini, dengan penuh kesabaran, membantu Alya menggali lapisan-lapisan ketakutan dan trauma yang tertanam begitu dalam dalam dirinya. Bersama-sama, mereka menjelajahi jejak-jejak kegelapan yang selama ini menjadi beban berat di pundak Alya.Konseling menjadi ruang di mana Alya dapat berbicara tanpa takut dihakimi atau diabaikan. Setiap kata yang terlontar dari bibirnya menjadi sebuah terapi, meruntuhkan tembok emosional yang selama ini memisahkan dirinya dari kebahagiaan sejati. Dalam proses ini, konselor memandu Alya untuk melihat ke dalam dirinya sendiri, menem
Happy ReadingRumah tangga Adam dan Amanda memasuki fase yang rumit, dipenuhi dengan ketidakpastian dan kekosongan emosional. Mereka hidup dalam rutinitas yang terasa membosankan dan monoton. Adam yang bekerja keras, dan Amanda yang mencoba menjalani hari-hari dengan semangat seminimal mungkin. Hanya sebentar-sebentar mereka bersua di antara rutinitas, tetapi ketidakpedulian dan ketidakberdayaan semakin terasa.Pertanda-pertanda kehancuran mulai muncul ketika sedari Amanda menyadari bahwa ia hamil. Ini bukanlah berita yang menggembirakan sebaliknya, itu adalah tambahan beban pada pundak mereka yang sudah rapuh. Adam merasa terjebak, dan Amanda, yang sebenarnya tidak pernah merasakan cinta dalam pernikahan mereka, semakin tenggelam dalam kebingungan dan kekosongan.****Amanda merahasiakan hubungannya dengan seseorang yang membuat dirinya hamil seperti sekarang dari Adam. Baginya, ini bukanlah anugerah, tetapi lebih merupakan komplikasi tambahan pada kehidupan yang sudah tidak jelas ar
Bunyi pintu apartemen Alya terdengar ditutup dengan keras, memecah kesunyian malam itu. Di dalam kamar, Alya duduk di tepi tempat tidurnya, memandang kosong ke luar jendela. Dia merasakan gelombang emosi yang melanda dirinya seperti badai yang tak terduga. Keputusasaan, kekecewaan, dan rasa tidak stabil menggelayut di setiap pikirannya.Alya mulai membuka laptopnya dan mematikan semua media sosial yang menjadi saksi bisu kehidupannya. Pesan dan notifikasi yang tanpa henti memenuhi layar, sekarang hanya tinggal bisikan angin yang menyisakan ruang hampa. Dia memutuskan untuk memasang tulisan terakhirnya, memberikan penjelasan singkat tentang alasan mengapa dia memilih untuk menyendiri sementara waktu."Tidak ada yang tahu apa yang aku rasakan. Aku butuh waktu untuk merenung, menyusun pikiranku, dan menyelamatkan diri dari kehancuran ini. Terima kasih atas pengertian kalian. Sampai jumpa." Tulis Alya pada posting terakhirnya sebelum menutup laptop dengan mantap.Ponselnya bergetar, menan
Bulan-bulan telah berlalu sejak kali terakhir Alya mendengar kabar dari Adam. Hari ini, ketika dia membuka pesan terakhir yang diterimanya darinya, gelombang perasaan mulai menghantamnya. Hatinya berdebar-debar, menciptakan ketegangan yang sulit dijelaskan.Pesan itu membawa Alya kembali pada momen-momen indah di masa lalu. Adam, dengan kata-kata penuh kehangatan dan canda tawa, membuatnya tersenyum dalam kenangan. Seperti layangan yang dilepaskan di langit, pesan itu membawanya terbang jauh ke waktu yang sudah lewat, ke saat-saat ketika semuanya terasa lebih sederhana.Namun, di antara kebahagiaan itu, ada juga sentuhan kesedihan yang menyelinap masuk. Alya merasa kehilangan, seperti merindukan sesuatu yang tak bisa kembali. Dia bertanya-tanya bagaimana semuanya bisa berubah menjadi sejauh ini. Sebuah chapter panjang dalam kisah hidupnya yang tampaknya terputus begitu saja.Dalam perjalanan nostalgia ini, Alya merenung tentang bagaimana mereka berdua perlahan-lahan tumbuh menjadi ora
Happy ReadingPintu kafe terbuka, dan Alya merasakan denyut nadi hatinya mempercepat ketika Adam melangkah masuk. Mereka bertemu lagi secara tak terduga di tempat yang penuh kenangan bagi keduanya. Sinar matahari senja memantulkan kilauan di mata Adam, sementara Alya mencoba menyembunyikan getaran emosional di balik senyumannya."Adam," bisik Alya, suaranya hampir tidak terdengar di tengah kebisingan kafe.Adam memandangnya, matanya mencari tahu di balik ekspresi Alya. "Alya, siapa yang akan menyangka kita akan bertemu di sini?"Pertemuan itu memicu ledakan emosi yang terpendam, mengguncang dasar-dasar pertahanan emosional yang telah mereka bangun sejak mereka meninggalkan satu sama lain. Alya mencoba menahan gelombang perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. "Waktu benar-benar berubah, ya?"Adam tersenyum setengah pahit. "Ya, begitu banyak yang terjadi sejak kita terakhir kali bertemu."Mereka duduk di meja yang sama, tetapi jarak di antara mereka terasa lebih jauh dari sekadar be
Happy ReadingAlya duduk termenung di sofa depan jendela kamar flatnya. Tidak dapat dipungkiri walaupun hidupnya sudah damai tanpa obsesi dari sugar Daddy namun, Ia juga merasa kesepian dan sering kali ketakutan dengan sendiri. Pertemuan tidak terduga itu membuat Alya kembali ragu, Ia sangat bingung. Apalagi Alya sudah mengetahui jika sugar daddy akan segera mendapatkan bayi tentu Ia hanya akan menjadi pilihan. Tidak pernah ada enaknya menjadi sugar baby atau selingkuhan. Alya hanya karena terlanjur, sebetulnya Ia tidak dapat menjadi dirinya sendiri ketika Ia menjadi sugar baby. Berbeda dengan Nesya yang memang karena menginginkan itu Alya tidak. Apalagi pada saat bersamaan Ia mendapatkan berita yang luar biasa. Lima bulan yang lalu. "Ibu Aku mau pulang," kata Alya berbicara di seberang telepon seraya memegang kopernya Ia sudah siap akan kembali ke daerah tempat orang tuanya tinggal. "Untuk apa Kamu pulang Alya," kata Ibunya terdengar suara lemah dari seberang sana. Alya hanya m
Happy ReadingHari menjelang tahun baru, kegembiraan menyelinap di rumah keluarga besar Adam. Mereka berencana untuk mengadakan pesta tahun baru yang meriah sebagai cara untuk bersatu, berbagi kebahagiaan, dan menyambut awal tahun dengan penuh semangat. Adam dan Alya bersama Deniel, bersemangat mengatur segala persiapan untuk acara keluarga ini.Rumah besar keluarga Adam dipenuhi tawa, canda, dan keriuhan anak-anak kecil yang sudah tak sabar menanti pesta. Alya sibuk dengan hiasan dan memastikan meja makan dipenuhi dengan hidangan lezat. Adam membantu memeriksa sistem audio untuk memastikan musik tahun baru siap menghibur semua tamu.Sejak pagi, aroma masakan yang menggoda sudah mengisi seluruh rumah. Keluarga besar Adam, dari kakek nenek hingga sepupu-sepupu kecil, mulai berkumpul satu per satu. Suasana hangat dan akrab terasa begitu kental di rumah tersebut.Pukul delapan malam, lampu hias yang berkilauan menyala menerangi taman rumah. Meja makan dihiasi dengan penuh cinta, dan area
Happy ReadingPagi itu, sinar matahari menyinari rumah kecil keluarga Adam dan Alya. Deniel, yang berusia lima tahun, melompat-lompat di sekitar ruang tamu dengan pakaian serba warna yang membuatnya terlihat semakin ceria."Ayo, Deniel! Hari ini kita akan pergi ke taman," seru Adam sambil memasang sepatu kecil Deniel."Yaay! Taman!" seru Deniel penuh semangat.Alya tersenyum melihat kebahagiaan anak mereka. "Jangan lupa, kita bawa bekal ya, Nak."Setelah persiapan selesai, mereka berangkat menuju taman yang berjarak beberapa langkah dari rumah mereka. Sesampainya di sana, Deniel langsung berlari ke taman bermain, sementara Adam dan Alya menyiapkan tempat piknik."Deniel, hati-hati ya, jangan terlalu cepat," seru Alya sambil tersenyum.Adam mengeluarkan bekal dari tas piknik. "Ada sandwich favoritmu dan juga minuman kesukaanmu, Nak."Deniel mengangguk dengan riang. "Terima kasih, Daddy!"Semenjak memiliki Deniel Adam jauh lebih hangat dan ekspresif, laki-laki itu tidak pernah menunjukk
Happy ReadingSetelah hari-hari yang penuh dengan tanggung jawab dan keberhasilan, Adam dan Alya menyadari bahwa keintiman di antara mereka adalah fondasi dari kebahagiaan keluarga mereka. Meskipun kesibukan sehari-hari, mereka berdua sadar akan pentingnya menjaga api cinta mereka tetap menyala. Suatu malam, ketika anak-anak sudah tertidur pulas, Adam dan Alya menciptakan momen kebersamaan yang penuh dengan kelembutan dan cinta di antara seprai.Alya, setelah menyiapkan diri dengan lembut, mengintip dari pintu kamar mandi. Adam, yang sedang membaca buku di ranjang, menoleh dan tersenyum. "Kamu cantik sekali, Sayang," ucapnya dengan penuh kelembutan.Alya tersenyum dan mendekati ranjang. Mereka bertatapan sejenak, suasana kamar dipenuhi dengan getaran keintiman. Adam memberi isyarat untuk duduk di sebelahnya, dan mereka mulai berbicara tentang hari mereka, impian, dan juga rasa cinta yang tak pernah luntur.Tangan Adam dengan lembut mengelus rambut Alya, membawa mereka ke dalam dunia p
Happy ReadingHari itu, matahari terbenam dengan warna oranye yang lembut, melukis langit senja. Rumah Alya dan Adam terlihat hangat dengan lampu-lampu kecil yang menyala di dalamnya. Sebuah aroma masakan yang lezat bercampur dengan suasana damai, mengisi rumah tangga mereka.Alya, seorang wanita yang penuh kehangatan, sibuk memasak di dapur. Adam, suaminya, duduk di ruang tamu sambil membaca buku. Mereka saling tersenyum melewatkan pandangan mata, merasakan keharmonisan yang kian mengakar seiring berjalannya waktu.Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dengan keras, mengundang tawa kecil dari keduanya. Seorang bocah lelaki kecil berusia empat tahun dengan senyum ceria melompat masuk, membawa mainan truk kesayangannya."Mommy...Daddy, hari ini di taman,Deniel berteman dengan anak baru. Namanya Ben!" seru Deniel dengan semangat, matanya berbinar-binar.Alya tersenyum dan mendekati Deniel, membelai lembut rambut kecilnya. "Itu bagus, sayang! Kamu senang berteman baru, ya?""Ya, Mommy! Ben bila
Happy ReadingEsok harinya, Alya memutuskan untuk duduk bersama Deniel untuk berbicara tentang aturan di rumah. Dia memilih sudut ruang tamu yang nyaman, dihiasi dengan warna-warna cerah yang disukai Deniel."Mommy ingin berbicara dengan Deniel tentang sesuatu yang penting," ucap Alya sambil mengajak Deniel untuk duduk di dekatnya."Dengar, sayang, Mommy tahu Deniel ingin melakukan banyak hal yang menyenangkan. Tapi, ada aturan-aturan yang harus kita ikuti di rumah ini," kata Alya dengan suara lembut.Deniel mendongak, matanya penuh dengan keingintahuan. "Kenapa, Mommy? Deniel tidak suka aturan.""Mommy mengerti, sayang. Tapi, aturan itu ada untuk menjaga kita tetap sehat dan bahagia. Misalnya, kita makan makanan sehat agar tubuh kita kuat," jelas Alya sambil berusaha membuat Deniel memahami."Alya juga ingin bicara tentang Daddy Adam. Dia adalah kepala keluarga kita dan pantas mendapat penghargaan," ucap Alya sambil tersenyum padu pada Deniel."Daddy Adam memberikan banyak cinta dan
Happy ReadingDi pagi yang cerah itu, rumah mewah Alya terasa tenang dan teratur. Namun, keheningan itu segera terguncang ketika Deniel, si kecil yang berusia empat tahun, bangun dari tidurnya."Mommy! Ayo bangun! Deniel ingin main mobil-mobilan," teriak Deniel dengan penuh semangat, membuat Alya terbangun dengan tergesa-gesa."Aduh, sudah pagi ya, sayang?" Alya melirik jam di meja samping tempat tidurnya. "Deniel, kenapa begitu semangat sekali?""Karena Deniel sudah besar, dan besar artinya bisa melakukan apa yang Deniel mau!" jawab Deniel sambil tertawa riang.Meskipun penuh semangat, Deniel tidak segera bersiap-siap. Dia malah berlarian ke dapur, merusak ketertiban yang telah dibuat para pelayan."Mommy mau sarapan apa?" tanya Deniel seraya membuka lemari kue dan menyebabkan kerusakan di sana."Aduh, Deniel, tolonglah. Kita makan sarapan yang sudah disediakan pelayan, ya?" ujar Alya sambil berusaha membersihkan kekacauan. Namun pada akhirnya yang membersihkan kekacauan tersebut pel
Happy ReadingProses penyembuhan Adam menjadi perjalanan panjang yang penuh tantangan, tetapi setiap langkah yang diambil disertai oleh kekuatan tak terduga dan cinta yang tidak tergoyahkan. Alya, sebagai pendamping sejati, berada di samping Adam sepanjang waktu, memberikan dukungan tak terbatas dan cinta yang menghangatkan.Hari-hari di rumah sakit dan sesi-sesi pengobatan membentuk pola kehidupan mereka. Alya belajar tentang berbagai perawatan, menyesuaikan jadwal dan rutinitas keluarga sesuai dengan kebutuhan Adam. Deniel, yang menjadi sumber kebahagiaan di tengah ketegangan, membawa senyuman di wajah mereka sepanjang perjalanan.Dalam keterbatasan fisiknya, Adam menunjukkan tekad dan semangat juang yang menginspirasi. Ia memusatkan pikirannya pada pemulihan, berfokus pada setiap langkah kecil yang membawanya mendekati kesehatan yang optimal. Alya, sebagai pendukung utama, menjadi pilar yang tak tergoyahkan.Setiap kunjungan ke dokter membawa harapan dan kekhawatiran. Alya selalu m
Happy ReadingBulan telah berlalu sejak hari-hari misterius itu, dan sekarang Deniel, buah hati Alya dan Adam, merayakan ulang tahunnya yang pertama. Rumah mereka dipenuhi dengan tawa dan keceriaan, dihiasi dengan balon berwarna-warni dan hiasan khusus untuk merayakan momen istimewa tersebut.Alya dan Adam sibuk menyusun persiapan untuk pesta ulang tahun Deniel. Mereka berdua bekerja sama memilih kue ulang tahun yang indah dan mengatur dekorasi ruangan. Deniel duduk di kursi tinggi, tersenyum riang, tidak tahu bahwa hari ini adalah hari spesial baginya.Tamu-tamu mulai berdatangan, termasuk keluarga besar Adam dan kolega-kolega dari pekerjaan mereka. Suasana penuh kebahagiaan dan cinta, semua orang berkumpul untuk merayakan pertumbuhan dan kebahagiaan keluarga kecil ini.Ketika Alya membawa Deniel ke ruang tamu, sorotan mata dan senyum lebar menghiasi wajahnya. Deniel sendiri tampak antusias melihat keadaan baru di sekelilingnya. Alya memeluknya erat sambil berkata, "Selamat ulang tah
Happy ReadingSetelah memiliki bayi fokus Alya terbagi pada bayi Deniel sehingga Ia dan Adam sangat jarak sekarang melakukan hubungan intim ini. Bagaimana tidak Adam pulang sudah larut malam sedangkan Alya jam segitu baru saja tidur seharian mengurus bayi tidaklah mudah. Walaupun dibantu oleh para asisten Alya sembilan puluh persen Ia yang mengurus semuanya. Mulai dari memperhatikan keadaan sang bayi yang harus memenuhi kebutuhannya hingga asi booster yang harus terjaga. Malam ini Alya baru saja menyusui bayinya setelah itu Ia langsung tidur. Belum lama Alya terlelap Adam pun tiba dengan masih dibalut jas, rasa lelah Adam terbayarkan dengan melihat bayinya dan juga Alya. Setelah melihat sebentar bayi Deniel Adam langsung bergegas ke kamar mandi untuk mandi, tidak sampai sepuluh menit Adam keluar. Saat Ia baru ingin berganti pakaian Ia sudah melihat Alya berdiri seraya menggendong bayi mereka. Melihat pandangan itu membuat Adam semakin bersyukur sudah diberi keluarga kecil yang sanga