"Oke, saya tunggu." Bastian mengetuk-ngetukkan jarinya sambil menunggu jawaban dari manajer hotel.Bastian bertukar nomor ponsel dengan manajer hotel itu karena keluarga Armando sering mengadakan perjamuan makan ataupun seminar dengan kliennya di hotel tersebut. Keluarga Armando sudah menjadi salah satu top pelanggan di hotel itu karena seringnya mereka menggunakan jasa hotel itu. Dari acara kumpul-kumpul keluarganya Ruth ataupun seminar bisnis yang membutuhkan conference room. Karena Jose mengundang banyak klien secara bersamaan. Jadi tidak susah untuk Bastian mengorek keterangan siapakah pengguna jasa kamar hotel nomor 2056."Ya, halo saya masih di sini. Benar, saya ingin tahu identitasnya.""Michael Armando umur tiga puluh dua tahun. Baiklah saya mengerti, terima kasih atas bantuannya. Saya sangat menghargai itu. Ya, sampai jumpa." Bastian menutup ponselnya sambil menatap tajam Margaritha yang baru saja bergabung dengan Ema. ***"Meg, kau terlambat hampir dua jam.""Maafkan saya, B
Bastian adalah laki-laki dewasa jadi sangat paham dengan tanda merah yang berada di leher Margaritha. Berarti Michael telah berbuat sesuatu kepada Margaritha dan Bastian juga sangat tahu jika Michael adalah laki-laki mesùm yang suka melakukan hal asusila terhadap wanita yang menjadi incarannya. Margaritha adalah gadis yang polos dan masih sangat muda, mungkin saja Margaritha sudah masuk perangkap Michael. Tapi yang menjadi pertanyaan, sejak kapan Margaritha bisa berkenalan dengan Michael? Sedangkan gadis itu selalu sibuk berada di sisi Ema mengurus Lexa dan Jose. Bukankah Michael sudah dipenjarakan oleh Jose. Kenapa dia bisa bebas, padahal baru beberapa minggu di penjara?" Bastian berpikir keras namun belum bisa menemukan jawabannya."Tuan Bastian ada apa?" tanya Ema kepada Bastian yang memperhatikan Ema. "Bibi Ema, ikut aku." Bastian menarik tangan Ema yang baru saja membelikan makanan untuk Margaritha. "Ada apa, Tuan?" bisik Ema yang mengetahui jika ada sesuatu dengan Margaritha.
"Kau sudah memastikan jika Michael benar-benar masih dipenjara?" Bastian terdiam mendengar penjelasan dari pengacaranya. "Oh, berarti cuma laporan tertulis dan kau belum mengeceknya? Baiklah aku tahu segera cek keberadaan Michael di dalam penjara. Kau harus memastikannya sendiri dengan matamu melihat keberadaan Michael. Setelah ada hasilnya cepat hubungi aku."Keesokan harinya Bastian menerima laporan dari pengacaranya jika Michael tidak berada di dalam penjara. Ketika pengacaranya mendesak meminta penjelasan kenapa laporan dan kenyataan tidak sama. Pihak kepolisian tidak bisa menjawabnya dengan lugas mereka kebingungan serta takut namun mereka juga tidak memberikan jawaban yang memuaskan kepada sang pengacara. Namun karena Jose tiba-tiba memberikan tugas mendadak untuk pergi ke Perancis membuat Bastian tidak bisa menyelidiki secara langsung kasus Michael dan hanya memerintahkan anak buahnya untuk melindungi Lexa dan Jose lebih ketat lagi. Bastian berpikir, sepulang dari Perancis ia ak
"Berikan padaku, Michael. Berikan hadiah itu sekarang.""Kau sudah sangat tidak sabar rupanya, Meg."Margaritha tertawa kecil, "tentu aku tidak sabar karena aku sudah berdandan secantik ini pasti ada hadiah yang spesial untukku.""Tepat sekali dugaanmu, Meg. Hadiah spesial itu adalah ini." Michael meraih tangan Margaritha lalu menelusupkannya ke dalam celana Michael. "Kenapa diam saja? Kau tidak suka dengan hadiahku? Maaf Meg, untuk saat ini aku hanya mempunyai ini.""Kenapa harus minta maaf?" Margaritha tersenyum genit, "aku sangat menyukainya melebihi apapun.""Benarkah?"Margaritha tidak menjawab namun segera bersimpuh di hadapan Michael. Tanpa Michael perintah, Margaritha langsung mengeluarkan kejantanan Michael dan memasukannya ke dalam mulutnya."Sekarang kau sangat pintar dan cepat tanggap, ya?" goda Michael.Margaritha tidak menjawab, ia sedang sibuk menjilati kejantanan Michael yang sudah mengeras. Dengan telaten gadis itu menjilatnya dari ujung kejantanan lalu turun berakhir
"Sayang, kau kenapa?" Jose melihat Lexa melamun saat sarapan pagi."Tidak ada." Lexa memperhatikan gerak-gerik Margaritha yang saat ini sedang membantu Ema di dapur.Jose mengikuti pandangannya Lexa dan ia tahu pasti ada sesuatu dengan Margaritha. Jose akan bertanya setelah mereka di kamar nanti."Alex," panggil Jose. Sejak keluar dari rumah sakit, Jose berubah sangat manja. Ia mengambil kesempatan ini untuk membuat Lexa lebih perhatian padanya."Ck," Lexa berdecak karena tahu maksud dari Jose. Paga ini mereka belum melakukan morning sèx seperti biasanya. Karena Lexa ingin melihat keadaan Margaritha terlebih dahulu."Ayolah, aku mohon …." pinta Jose seperti seorang anak kecil yang meminta mainan kepada ibunya."Jo," Lexa tidak punya waktu menjawab saat Jose sudah mengangkatnya dari kursi.Jose tertawa kecil, "berikan jatahku dulu."Lexa memukul dada Jose yang membuat Jose terbahak. Para pelayan ikut bahagia menyaksikan tuan muda mereka hidup bahagia setelah menikah. Termasuk Ema dan M
Darah Lexa mendidih setelah melihat Michael lah orang yang ditemui Margaritha. Laki-laki bejat itu telah membuat Margaritha berubah. Gadis polos itu berubah seperti seorang wanita penghibur gara-gara Michael.Lexa memutuskan untuk menunggu berapa lama Margaritha ada di dalam. Ia duduk menghadap pintu apartemen yang ditinggali oleh Michael. Masih dalam wujud serigala, Lexa mempunyai sebuah rencana untuk menyingkirkan Michael. Tapi sebelum itu ia harus menyadarkan Margaritha, siapa Michael yang sebenarnya. Jika tidak, sepanjang sisa hidupnya, Margaritha akan bersedih menangisi kematian Michael. Lexa tidak rela jika Margaritha mengeluarkan air mata yang sia-sia.Hampir tiga jam Lexa menunggu Margaritha keluar dari apartemen itu. Gadis itu telah berganti pakaian dengan baju yang biasanya dikenakan saat berada di mansion. Langkah kaki Margaritha tertatih-tatih.Lexa mengikuti Margaritha yang pulang ke mansion. Gadis itu sepertinya sudah terbiasa menyelinap karena penjaga tidak melihat kedat
"Kau bunuh anak kita, Michael.""Anak? Itu anakmu, Dan aku tidak ada urusan dengan kehamilanmu." Michael menarik tangan Margaritha. "Berdiri!" "Aduh," Margaritha mengerang kesakitan saat tangannya ditarik paksa oleh Michael."Jangan pura-pura, aku muak dengan aktingmu." Michael kemudian menyeret Margaritha dengan kasar."Michael, kau….""Apa? Pergi dari sini!" Michael langsung menutup pintu setelah berhasil mengeluarkan Margaritha dari apartemennya. Michael sangat kejam, tanpa mempedulikan Margaritha yang gemetaran karena menahan sakit."Tolong, tolong bayiku." ucap Margaritha lemah.Setelah kembali masuk ke dalam, Michael mencuci tangannya karena bekas darahnya Margaritha. Ia lalu mendekati wanita seksi tadi, wanita itu sedang duduk di ranjang sambil cemberut. Tubuhnya sudah tertutup handuk putih dan menatap Michael dengan kebencian."Aku datang, Sayang." Michael tersenyum mesùm. Gairahnya sudah berada di ubun-ubun."Bersihkan darah itu, aku tidak tahan melihatnya." titah wanita itu.
"Tolong, halo…!" Michael mengetuk-ketuk pintu menggunakan pisau dapur."Siapa saja, tolong aku!" Michael berharap ada seseorang yang lewat di depan apartemennya lalu mau membantunya membuka pintu apartemen."Sayang, Cantik, Cintaku! Apakah kau dengar aku?" Michael berteriak memanggil wanita sèksi yang dirayunya semalam. Namun sudah berkali-kali ia berteriak minta tolong, tidak ada satu pun orang yang membukakan pintunya."Oh tidak mungkin," Michael melihat ponselnya tidak ada sinyal internetnya."Aku akan melakukan panggilan darurar saja yang bebas pulsa." Baru saja Michael menyentuh layar ponselnya, ponsel itu mati karena kehabisan daya. "Sialan!" Michael berusaha menghidupkan kembali ponselnya. Namun ia harus kecewa karena ponsel itu tidak bisa menyala."Biar aku cas dulu baterainya." Michael mengambil kabel charger ponsel. "Apa, tidak ada aliran listrik? Tidak mungkin," ia mulai berkeliling menekan saklar untuk mengecek aliran listrik. "Tidak ada," gumam Michael."Aliran gas di dapu
Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.
"Tentu saja aku membunuhnya, wanita kejam seperti dia tidak berhak untuk hidup lebih lama.""Oh," Xander menanggapinya dengan datar."Kau tidak ingin tahu bagaimana cara dia mati?""Tidak perlu, karena dia tidak berarti apa-apa bagiku. Dia hanya sebuah alat untuk mendapatkanmu.""Kasihan sekali nasibnya, ia mengorbankan hidupnya untuk mendapatkanmu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai sebuah alat." decih Lexa. "Tak perlu dibahas lagi, dia tidak ada artinya bagiku atau kau cemburu sehingga sekarang membahas tentang dirinya?""Cih, sudah aku katakan aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu. Aku hanya mencintai suamiku seorang.""Tidak usah mengatakannya berkali-kali. Aku memang cemburu dengan laki-laki lemah itu. Maka dari itu, sebentar lagi aku akan mengalahkanmu lalu membunuh laki-laki lemah itu dengan mencabik-cabik tubuhnya hingga ia mati sekarat. Aku akan menyiksanya karena selama delapan bulan ini, dialah yang menjadi sumber siksaan dalam hidupku.""Dasar tidak punya hati, ka
'Mungkin saja dengan keadaannya yang sekarang sedang hamil, bisa membuat kekuatan misterius itu mempunyai celah kelemahan,' batin Xander."Jangan salahkan aku jika kasar padamu, Lexa." Xander sudah bertekad akan memenangkan pertempuran kali ini. Ini adalah kali ketiga ia berhadapan langsung dengan Lexa setelah dua kali sebelumnya ia harus kalah karena Lexa menggunakan kekuatan spesialnya.Xander mengepalkan tangannya lalu berlari ke arah Lexa. Tanpa ragu ia melayangkan pukulannya ke dada Lexa. Tadinya ia ingin mengarahkan pukulannya ke perut Lexa namun mengingat Lexa sedang mengandung, Xander tidak tega."Alex!" teriak Jose yang sangat khawatir melihat Xander yang berusaha untuk menyerangnya."Tuan, hati-hati!" Bastian mengikuti Jose yang berlari untuk mendekati Lexa.Lexa langsung merespon terhadap serangan Xander. Kali ini ia merasakan tubuhnya sudah terasa ringan dan energi penuh. Selama hamilnya ia merasakan tubuhnya lemas. Namun kali ini ia benar-benar bisa menggerakkan tubuhnya s
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki