"Marissa?" Jose terkesiap mendengar pertanyaan dari Lexa. 'CINTA?' Pertanyaan konyol apa ini? Dalam hidupnya tidak ada satu pun wanita yang dapat menyentuh hatinya. Hanya lexa yang bisa membuatnya jatuh cinta. Bahkan dalam pertemuan pertama, Jose sudah jatuh cinta padanya. Menggunakan segala cara untuk memilikinya. Jose juga tidak peduli dengan status Lexa yang merupakan seorang wanita serigala. Ia bahkan pernah bersumpah akan mempertahankan Lexa jika Lexa tetap berwujud serigala dan tidak bisa berubah menjadi manusia biasa. Jose berjanji dalam hatinya tidak akan mengencani atau menikahi wanita lain. Dan sekarang Lexa bertanya tentang cintanya terhadap wanita lain?"Apakah kamu PER-NAH mencintainya?" Lexa bertanya kembali kepada Jose.Jose segera mendekati Lexa lalu menggenggam tangannya. "Dengar Alex, dalam umurku yang ke tiga puluh tahun, aku tidak pernah jatuh cinta. Aku hanya mencintaimu. Wanita yang bisa membuat hatiku berdebar saat memikirkanmu. Sentuh ini, rasakan debaran jantun
"Tuan, sebaiknya berikan waktu nyonya muda untuk sendiri dulu. Saya tidak tahu tentang masalah Anda dan nyonya nuda. Tapi sebagai seorang wanita, saya paham dengan perasaan nyonya muda saat ini." Ema datang memberi saran setelah mendengar Jose berteriak-teriak di depan kamarnya."Tapi istriku belum sarapan, Ema." "Tunggu sampai siang nanti. Jika nyonya muda tidak mau keluar, biar saya yang akan membujukya.""Baiklah Ema, bawakan saya secangkir kopi ke ruang kerja.""Bai, Tuan."Setelah mendengarkan nasihat Ema. Jose pergi ke kamar sebelah untuk berganti baju. Kebetulan kamar yang ditempatinya saat Lexa baru datang ke mansion ini, masih menyimpan pakaiannya."Sial!" Jose mengumpat beberapa kali karena memikirkan Lexa. Semua masalah yang terjadi di dalam hidupnya tidak akan seberat atau sepusing jika sudah menyangkut tentang Lexa. Bahkan masalah besar yang menyangkut bisnisnya bisa dihadapi dengan mudah oleh Jose.Jose duduk di ruang kerjanya sambil menyesap kopi hitam yang terasa pahit
Jose, Sergio Dan Ramon berhenti mendengar teriakan Lexa."Kalian berdua tidak boleh membawa suamiku pergi. Aku tidak mengizinkannya," ucap Lexa serak dan matanya berkaca-kaca."Alex, aku tidak akan pergi ke mana-mana. Percayalah, hari ini aku akan berada di rumah." Jose memeluk Lexa dan ia bersyukur karena Lexa tidak menolaknya.Sergio dan Ramon berpandangan lalu tersenyum. Rencana mereka telah berhasil."Alex, jangan menangis. Aku di sini," Jose menepuk-nepuk punggung Lexa lalu mengangkat tangannya. Memberi kode kepada kedua orang temannya agar pergi meninggalkan mereka berdua."Ayo, Ramon" Sergio menarik lengan Ramon."Heh, Jose sudah menjadi budak cinta.""Itu bagus daripada kau menjadi budak seks." sarkas Sergio."Oh, aku jadi teringat dengan gadis yang masih berada di apartemenku.""Lanjutkan saja permainanmu dengan gadis panggilan itu. Aku ingin menemui seseorang.""Sergio, ayo kita treesome.""Dasar gila," desis Sergio yang ditanggapi oleh gelak tawanya Ramon."Hei, aku di sin
"Ayo, Jo." Lexa mengacungkan jari telunjuknya lalu menggerakkannya supaya Jose datang padanya."Kau sangat seksi, Alex. Sial, kau membuat tubuhku panas terbakar nafsu." ucap Jose dengan napas yang tersengal-sengal.Lexa terkikik geli sambil meraba tubuhnya yang sudah basah oleh madu dan susu."Boleh aku memakanmu sekarang?" tanya Jose yang sudah bersiap merobek kaos Lexa."Sentuh aku, Jo." Lexa membuka kakinya lebar. Saat ini Lexa memakai rok pendek sehingga celana dalamnya yang basah mencetak kewanitaannya."Sial, jangan menyesal jika aku tidak bisa berhenti nantinya, Alex.""Aku akan marah jika kau tidak bisa memuaskanku." Lexa memonyongkan bibirnya."Kau salah karena telah menantangku, Sayang.""Benarkah?" Lexa mengedipkan matanya.Jose langsung menarik tubuh Lexa hingga ke tepi meja. Ciuman panas langsung Jose berikan. Keduanya berciuman sangat dalam, membelitkan lidah dan bertukar saliva. "Buka, buka pakaianmu, Alex." titah Jose dengan tidak sabar."Kau yang buka, Jo." ucap Lexa
Tubuh Jose bergetar saat melihat orang yang ditabraknya ternyata adalah Marissa, wanita yang sudah dinyatakan meninggal lima belas tahun yang lalu. Bagaimana ini? Jose merasa bingung sekaligus aneh. Ia semakin khawatir karena napas Marissa terdengar semakin melemah."Tidak, jangan, Marissa jangan mati, Marissa tunggu!" Jose ketakutan yang membuatnya tidak bisa berpikir logis. Seharusnya ia segera membawanya ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa Marissa, bukannya termenung menebak-nebak kenapa Marissa masih hidup."Hei, kau menabrak seseorang!" Seorang laki-laki muncul memergoki Jose sedang memangku tubuh Marissa yang berlumuran darah."A-aku tidak sengaja," Jose making panik karena napas Marissa sepertinya telah terhenti."Ada apa ini?" Seorang laki-laki lain datang lalu matanya terbelalak. "Siapa yang menabrak wanita itu?""Dia, laki-laki yang memangku wanita itu." Laki-laki pertama yang memergoki Jose itu menunjuk Jose dengan jari telunjuknya."Segera lapor polisi.""Ok.""T-tung
"Jo!" bentak Lexa kesal. Sebelum tidur tadi Jose bilang jika tidak pernah mencintai Marissa tapi sekarang dalam keadaan tidak sadar menyebut nama wanita itu. Lexa sangat kesal hingga ingin mencabik-cabik wajah tampan Jose."Tidak, aku tidak membunuhnya, aku tidak sengaja." Jose kembali merancu dan tatapannya kosong. Wajah Jose terlihat ketakutan. Lexa merasa bersalah karena telah berburuk sangka kepada Jose."Tidak, aku tidak membunuhnya," Jose memeluk kedua kakinya."Astaga, apa yang telah terjadi denganmu? Kenapa bisa begini, tadi kau baik-baik saja, Jo?" Lexa memeluk tubuh Jose lalu menepuk-nepuk punggungnya."Jose itu bukan salahmu, Gadis itu yang lari ke tengah jalan dan kau tidak sengaja menabraknya. Lupakan itu, sungguh itu bukan salahmu, Sayang." bisik Lexa. Ia heran, hanya selang beberapa jam, Jose berubah moodnya. Lexa bersumpah, besok pagi ia ingin membunuh Michael. Gara-gara laki-laki bajingan itu, Jose harus mengingat peristiwa kelam yang terjadi lima belas tahun yang lalu
Michael tersenyum penuh arti, tugasnya berjalan dengan lancar. Bahkan ia tidak mengira jika racun yang sudah dikonsumsi oleh Jose bisa berefek sangat cepat. Terima kasih kepada Margaritha, gadis muda itu dapat dirayunya dengan mudah. Menjanjikan cinta palsu kepadanya dan Margaritha dengan mudahnya dibohongi. Michael juga mencicipi tubuhnya yang masih perawan. Sungguh tugas yang sangat menyenangkan bagi laki-laki mèsum seperti Michael.Siang itu saat Jose mengusir seluruh pelayan dan penjaga keluar dari mansion. Margaritha duduk sendirian di taman samping rumah. Gadis muda itu sedang melamun, Michael diam-diam menyelinap ketika para penjaga mengobrol karena keheranan dengan perintah Jose untuk mengosongkan mansion dari penjaga dan pelayan. "Hai, Meg," Michael tersenyum manis kepada Margaritha. Ia menebarkan jaring-jaring kepalsuan untuk memerangkap Margaritha yang sedang diincarnya."Tuan J-jose, oh maaf, maksudku Tuan Michael." Margaritha sangat mengagumi Jose, ketampanan dan kebaikan
Michael langsung memasukkan lidahnya, menyapu dinding mulutnya Margaritha. Gadis yang sudah termakan rayuan dari Michael hanya diam ketika Michael menciumnya dengan rakus. Bahkan Margaritha tidak sadar ketika Michael perlahan membuka kancing kemejanya dan membuka pengait branya. Margaritha mendesah ketika tangan Michael sudah mencubit puncak dadanya. "T-tuan Michael.""Aku mencintaimu Meg, apakah kau juga mencintaiku?" tanya Michael setelah ciuman mereka terlepas."Aku …." Margaritha bingung, ia tidak bisa secepat itu berubah mencintai Michael. Namun rayuan dan sentuhan Michael sangat memabukkan. Seakan membuat Margaritha melayang ke awan. Margaritha langsung mendesah ketika Michael mengulum puncak dadanya. Tangan Michael memijat buah dada yang satunya. Tiba-tiba gairah Margaritha muncul, Margaritha adalah gadis suci yang belum pernah terjamah tangan laki-laki. Dan Michael begitu pintar memanjakannya, mengeksplorasi titik sensitif di tubuh gadis itu. "Katakan kau cinta padaku, Meg."
Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.
"Tentu saja aku membunuhnya, wanita kejam seperti dia tidak berhak untuk hidup lebih lama.""Oh," Xander menanggapinya dengan datar."Kau tidak ingin tahu bagaimana cara dia mati?""Tidak perlu, karena dia tidak berarti apa-apa bagiku. Dia hanya sebuah alat untuk mendapatkanmu.""Kasihan sekali nasibnya, ia mengorbankan hidupnya untuk mendapatkanmu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai sebuah alat." decih Lexa. "Tak perlu dibahas lagi, dia tidak ada artinya bagiku atau kau cemburu sehingga sekarang membahas tentang dirinya?""Cih, sudah aku katakan aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu. Aku hanya mencintai suamiku seorang.""Tidak usah mengatakannya berkali-kali. Aku memang cemburu dengan laki-laki lemah itu. Maka dari itu, sebentar lagi aku akan mengalahkanmu lalu membunuh laki-laki lemah itu dengan mencabik-cabik tubuhnya hingga ia mati sekarat. Aku akan menyiksanya karena selama delapan bulan ini, dialah yang menjadi sumber siksaan dalam hidupku.""Dasar tidak punya hati, ka
'Mungkin saja dengan keadaannya yang sekarang sedang hamil, bisa membuat kekuatan misterius itu mempunyai celah kelemahan,' batin Xander."Jangan salahkan aku jika kasar padamu, Lexa." Xander sudah bertekad akan memenangkan pertempuran kali ini. Ini adalah kali ketiga ia berhadapan langsung dengan Lexa setelah dua kali sebelumnya ia harus kalah karena Lexa menggunakan kekuatan spesialnya.Xander mengepalkan tangannya lalu berlari ke arah Lexa. Tanpa ragu ia melayangkan pukulannya ke dada Lexa. Tadinya ia ingin mengarahkan pukulannya ke perut Lexa namun mengingat Lexa sedang mengandung, Xander tidak tega."Alex!" teriak Jose yang sangat khawatir melihat Xander yang berusaha untuk menyerangnya."Tuan, hati-hati!" Bastian mengikuti Jose yang berlari untuk mendekati Lexa.Lexa langsung merespon terhadap serangan Xander. Kali ini ia merasakan tubuhnya sudah terasa ringan dan energi penuh. Selama hamilnya ia merasakan tubuhnya lemas. Namun kali ini ia benar-benar bisa menggerakkan tubuhnya s
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki