"Jo!" bentak Lexa kesal. Sebelum tidur tadi Jose bilang jika tidak pernah mencintai Marissa tapi sekarang dalam keadaan tidak sadar menyebut nama wanita itu. Lexa sangat kesal hingga ingin mencabik-cabik wajah tampan Jose."Tidak, aku tidak membunuhnya, aku tidak sengaja." Jose kembali merancu dan tatapannya kosong. Wajah Jose terlihat ketakutan. Lexa merasa bersalah karena telah berburuk sangka kepada Jose."Tidak, aku tidak membunuhnya," Jose memeluk kedua kakinya."Astaga, apa yang telah terjadi denganmu? Kenapa bisa begini, tadi kau baik-baik saja, Jo?" Lexa memeluk tubuh Jose lalu menepuk-nepuk punggungnya."Jose itu bukan salahmu, Gadis itu yang lari ke tengah jalan dan kau tidak sengaja menabraknya. Lupakan itu, sungguh itu bukan salahmu, Sayang." bisik Lexa. Ia heran, hanya selang beberapa jam, Jose berubah moodnya. Lexa bersumpah, besok pagi ia ingin membunuh Michael. Gara-gara laki-laki bajingan itu, Jose harus mengingat peristiwa kelam yang terjadi lima belas tahun yang lalu
Michael tersenyum penuh arti, tugasnya berjalan dengan lancar. Bahkan ia tidak mengira jika racun yang sudah dikonsumsi oleh Jose bisa berefek sangat cepat. Terima kasih kepada Margaritha, gadis muda itu dapat dirayunya dengan mudah. Menjanjikan cinta palsu kepadanya dan Margaritha dengan mudahnya dibohongi. Michael juga mencicipi tubuhnya yang masih perawan. Sungguh tugas yang sangat menyenangkan bagi laki-laki mèsum seperti Michael.Siang itu saat Jose mengusir seluruh pelayan dan penjaga keluar dari mansion. Margaritha duduk sendirian di taman samping rumah. Gadis muda itu sedang melamun, Michael diam-diam menyelinap ketika para penjaga mengobrol karena keheranan dengan perintah Jose untuk mengosongkan mansion dari penjaga dan pelayan. "Hai, Meg," Michael tersenyum manis kepada Margaritha. Ia menebarkan jaring-jaring kepalsuan untuk memerangkap Margaritha yang sedang diincarnya."Tuan J-jose, oh maaf, maksudku Tuan Michael." Margaritha sangat mengagumi Jose, ketampanan dan kebaikan
Michael langsung memasukkan lidahnya, menyapu dinding mulutnya Margaritha. Gadis yang sudah termakan rayuan dari Michael hanya diam ketika Michael menciumnya dengan rakus. Bahkan Margaritha tidak sadar ketika Michael perlahan membuka kancing kemejanya dan membuka pengait branya. Margaritha mendesah ketika tangan Michael sudah mencubit puncak dadanya. "T-tuan Michael.""Aku mencintaimu Meg, apakah kau juga mencintaiku?" tanya Michael setelah ciuman mereka terlepas."Aku …." Margaritha bingung, ia tidak bisa secepat itu berubah mencintai Michael. Namun rayuan dan sentuhan Michael sangat memabukkan. Seakan membuat Margaritha melayang ke awan. Margaritha langsung mendesah ketika Michael mengulum puncak dadanya. Tangan Michael memijat buah dada yang satunya. Tiba-tiba gairah Margaritha muncul, Margaritha adalah gadis suci yang belum pernah terjamah tangan laki-laki. Dan Michael begitu pintar memanjakannya, mengeksplorasi titik sensitif di tubuh gadis itu. "Katakan kau cinta padaku, Meg."
"Jo!" Lexa naik ke atap gedung bersama para penjaga rumah sakit. Pihak rumah sakit juga sudah menghubungi polisi dan petugas pemadam kebakaran untuk mengantisipasi jika Jose meloncat ke bawah."Jo, Sayang apa sedang kau lakukan di sana?" Lexa mendekati Jose sendirian sedangkan pihak keamanan rumah sakit mengendap-endap agak menjauh dari Lexa.Jose menoleh, tapi pandangan matanya terlihat kosong."Jo, sini. Aku merindukanmu. Aku seperti orang gila mencarimu." Lexa merentangkan tangannya.Jose tertegun kemudian menutup kedua telinganya. "Aku tidak sengaja, bukan salahku. Aku tidak membunuh Marissa." Jose kembali mengucapkan kata yang sama."Aku bukan pembunuh, aku bukan pembunuh." Jose menggelengkan kepala sambil menutup matanya.'Kenapa dia masih mengigau tentang hal itu? Sebenarnya apa yang telah terjadi?' Lexa mencoba berpikir mencari akar permasalahannya."Sungguh, aku bukan pembunuh." ucap Jose lemah. Ia membuka matanya lalu menoleh ke arah Lexa.Mata Lexa terbelalak saat melihat Jo
Dahi Lexa ikut bersinar, lalu bunyi dentuman terdengar sangat keras yang memekakkan telinga. Jaring tembaga itu hancur berkeping-keping dan Lexa sudah berubah menjadi seekor serigala merah. Lolongan dari mulut Lexa terdengar lantang dan lama. Anya terjatuh ke belakang, ia kaget dengan suara seperti sebuah ledakan. Anya bertambah heran karena melihat jaring tembaga itu sudah hancur dan Lexa telah berubah menjadi seekor serigala merah. Tadinya Anya sangat yakin dengan segala persiapan yang sudah dirancangnya. Tak-tik jebakan, alat dan ramuan sihir, telah tertata sempurna. Tapi kenapa Lexa bisa melepaskan diri? Sungguh Anya tidak mengerti."Kau sudah membunuh suamiku, kini saatnya aku membalaskan dendamnya." Lexa bersiap menerjang Anya. Namun Anya tidak kehilangan akal. Ia sudah menyiapkan rencana tambahan. Rencana melarikan diri ketika dirinya kalah dan terdesak.'Sial, kenapa tiba-tiba kekuatan spesialnya datang. Bukankah dia belum bisa mengendalikannya?' batin Anya yang bersiap-siap
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Anya. Ia segera menarik salah satu anak laki-laki yang berumur tujuh tahun menggunakan giginya. Anak itu menangis seketika karena kaget kerah bajunya digigit oleh Anya sehingga terseret beberapa meter dari ibunya Anya merasa sedikit tenang karena ada anak kecil yang menjadi tamengnya.Lexa menatap Anya dengan tatapan geram. Musuhnya itu sangat kejam dan licik tidak hanya membunuh Jose anak kecil pun tidak ia lepaskan.Ibu anak tersebut menjerit histeris. "Anakku, My Boy. Tolong, tolong lepaskan anakku, tolong siapapun tolong lepaskan dia jangan sakiti dia!" Wanita itu berteriak histeris sambil bersimpuh di tanah.Awalnya Lexa tidak ingin peduli dengan nyawa anak laki-laki itu namun bayangan Jose ketika bersamanya yang menyukai anak-anak membuat hati Lexa melemah. Keinginan untuk membunuhnya tertutup oleh keinginannya untuk menyelamatkan anak itu dari tangan Anya."Jangan mendekat, kalau kau mendekat anak ini akan kubunuh." ucap Anya memberi perin
"Lexa, dengar jangan bunuh aku. Aku mohon." Anya yakin jika saat ini dirinya dalam bahaya. "Apakah kau mendengarkanku untuk tidak membunuh suamiku?""Tolong, aku mohon. Maafkan aku.""Aku tidak ingin mendengarkan omong kosongmu, Anya.""Tapi aku melakukan ini semua untuk Xander." Lexa terhenti melangkah, "Xander, dia yang menyuruhmu?""Benar, aku ingin diterima di sisinya kalau bisa membawamu kepada Xander.""Ternyata sepupuku masih hidup.""Ya, dia masih hidup.""Tapi sepertinya kau bohong, Anya.""Apa maksudmu?" Anya terkejut."Sepengetahuanku, sepupuku tidak tahu menahu tentang kekuatan yang berhubungan dengan penyihir."Terlihat keterkejutan di mata Anya karena Lexa bisa menganalisa perbuatan Anya."Sepupuku memang jahat tapi aku tahu bahwa dia tidak pernah berhubungan atau bersentuhan dengan para penyihir terutama penyihir yang mempunyai racun langka yang membuatku tidak bisa berubah wujud, musuh bebuyutan dari Klan Bulan Merah.""Tapi sungguh aku disuruh oleh Xander.""Xander?
"Saya tidak berbohong.""Maksudmu, sungguh suamiku masih hidup?""Benar.""Bagaimana bisa?""Waktu saya datang mendekati tower dua. Anak buah saya sudah bersiap di bawah dengan membawa beberapa matras, jadi ketika Tuan Muda terjatuh dari atas; kami segera menangkapnya dengan matras. Tuan Muda bisa selamat, hanya karena sedikit goncangan yang terlalu keras sehingga Tuan Muda jatuh pingsan. Beberapa menit yang lalu, Tuan Muda bangun dan menyebut nama Nyonya Muda.""Kenapa kau tidak bilang dari tadi," Lexa langsung membuka pintu, tapi sebelum Bastian menyadari keadaannya. Lexa kembali menutup pintu, ia langsung tersadar jika belum memakai baju."Ehm … Tian, bantu aku mengambil baju ganti. Bajuku rusak gara-gara ….""Saya mengerti, Nyonya." Bastian membalikkan badan lalu menelepon Ema.Setelah Lexa berpakaian ia segera menuju ruang rawatnya Jose. Perasaannya sangat bahagia ternyata Jose masih hidup dan itu adalah suatu keajaiban baginya. 'Terima kasih Dewi bulan,' batin Lexa sebelum membuk
Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.
"Tentu saja aku membunuhnya, wanita kejam seperti dia tidak berhak untuk hidup lebih lama.""Oh," Xander menanggapinya dengan datar."Kau tidak ingin tahu bagaimana cara dia mati?""Tidak perlu, karena dia tidak berarti apa-apa bagiku. Dia hanya sebuah alat untuk mendapatkanmu.""Kasihan sekali nasibnya, ia mengorbankan hidupnya untuk mendapatkanmu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai sebuah alat." decih Lexa. "Tak perlu dibahas lagi, dia tidak ada artinya bagiku atau kau cemburu sehingga sekarang membahas tentang dirinya?""Cih, sudah aku katakan aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu. Aku hanya mencintai suamiku seorang.""Tidak usah mengatakannya berkali-kali. Aku memang cemburu dengan laki-laki lemah itu. Maka dari itu, sebentar lagi aku akan mengalahkanmu lalu membunuh laki-laki lemah itu dengan mencabik-cabik tubuhnya hingga ia mati sekarat. Aku akan menyiksanya karena selama delapan bulan ini, dialah yang menjadi sumber siksaan dalam hidupku.""Dasar tidak punya hati, ka
'Mungkin saja dengan keadaannya yang sekarang sedang hamil, bisa membuat kekuatan misterius itu mempunyai celah kelemahan,' batin Xander."Jangan salahkan aku jika kasar padamu, Lexa." Xander sudah bertekad akan memenangkan pertempuran kali ini. Ini adalah kali ketiga ia berhadapan langsung dengan Lexa setelah dua kali sebelumnya ia harus kalah karena Lexa menggunakan kekuatan spesialnya.Xander mengepalkan tangannya lalu berlari ke arah Lexa. Tanpa ragu ia melayangkan pukulannya ke dada Lexa. Tadinya ia ingin mengarahkan pukulannya ke perut Lexa namun mengingat Lexa sedang mengandung, Xander tidak tega."Alex!" teriak Jose yang sangat khawatir melihat Xander yang berusaha untuk menyerangnya."Tuan, hati-hati!" Bastian mengikuti Jose yang berlari untuk mendekati Lexa.Lexa langsung merespon terhadap serangan Xander. Kali ini ia merasakan tubuhnya sudah terasa ringan dan energi penuh. Selama hamilnya ia merasakan tubuhnya lemas. Namun kali ini ia benar-benar bisa menggerakkan tubuhnya s
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki