32Graham Yang termangu sambil memegangi kertas yang menjelaskan identitas Chyou dan yang lainnya. Pria tua benar-benar terkejut karena ternyata Chyou berasal dari keluarga terpandang. Pada awalnya Graham dan keluarganya tidak ada yang mengira, bila Chyou merupakan bagian dari keluarga Cheung yang ternama di Taiwan. Sebab banyak orang biasa yang juga menggunakan marga serupa. Graham mengusap wajahnya dengan tangan kanan. Dia menyandarkan punggung ke sofa sembari memikirkan tindakan selanjutnya. "Selain ini, apa ada informasi lain tentang Chyou?" tanya Graham sambil memandangi adiknya dan keempat pria muda di sekitar. "Belum ada, Pa," sahut Carver. "Saya pikir, lebih baik kita hubungi keluarga Cheung," usul Seth. "Jangan dulu, Paman," cegah Carver. "Kita tunggu Cici atau Chyou yang menelepon kita," lanjutnya. "Ya, aku setuju dengan Carver," imbuh Vinson. "Mungkin saat ini mereka juga tengah berkenalan dengan Cici Earlene," sambungnya. Graham manggut-manggut. "Baik, kita tunggu k
33Earlene memandangi bangunan besar di hadapannya. Perempuan bergaun biru tua mengilat, menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. Earlene menoleh ke kanan saat namanya dipanggil. Dia menyambut uluran tangan kiri Chyou dan menggenggamnya erat. Earlene memaksakan senyuman, meskipun jantungnya berdegup kencang. Chyou menarik tangan kekasihnya dan mengajak Earlene jalan menuju teras rumah, di mana Priscilla dan Shen telah menunggu. Chyou menenangkan diri karena baru mengetahui jika Daisy, dan kedua orang tua Priscilla telah datang. Mereka penasaran dengan informasi tentang perempuan yang akan diperkenalkan Chyou pada keluarganya. Priscilla menyambut Earlene dengan beradu pipi. Kemudian dia memegangi tangan kiri sang calon ipar yang terasa dingin. Priscilla mengajak Earlene memasuki ruang tamu di mana keluarga Cheung dan Zheung telah menunggu. Chyou mendatangi Daisy terlebih dahulu. Dia menyalami perempuan tua, lalu mendekapnya sesaat. Selanjutnya Chyou berpindah
34"Apa kamu benar-benar mencintai anak saya?" tanya Gretta sembari memandangi Earlene lekat-lekat. "Ya, Nyonya Cheung," jawab Earlene. "Tidak perlu memanggil Nyonya." "Ehm, lalu, saya panggil apa?" "Bibi." "Baiklah." Gretta membuka baugette bag hitamnya dan mengeluarkan selembar foto. Dia menunjukkan gambar sesosok perempuan berparas cantik pada Earlene yang berada di kursi seberang. "Ini Laurencia Huang. Dia putri kedua Donnel Huang dan Jolene, sahabat saya. Kami sudah mengatur perjodohan Laurencia dengan Chyou," terang Gretta yang menyebabkan Earlene terkesiap. "Ehm, dia cantik," tutur Earlene setelah rasa terkejutnya lenyap. "Ya, sekaligus cerdas. Dia dokter spesialis kandungan." Earlene mengangguk. "Saya paham." Gretta memperhatikan wajah perempuan muda yang berubah menjadi serius. Meskipun Earlene tersenyum, tetapi sorot matanya menunjukkan kesedihan. "Saya hanya ingin memastikan keseriusanmu dengan Chyou, Earlene." Gretta memasukkan kembali foto tadi ke tasnya. "Ba
35Kehadiran Chyou beserta Earlene pagi itu mengejutkan semua karyawan Cheung Grup. Mereka sudah mendengar kabar jika pewaris utama akan segera menikah. Namun, mereka baru kali itu melihat sosok Earlene Yang. Jianzhen menyambut sang calon ipar dengan pelukan. Dengan santainya dia menggandeng Earlene sambil jalan menuju ruang khusus direksi. Chyou mengekori Adik dan kekasihnya sambil berbincang dengan Parker. Mereka memasuki ruang direksi, lalu serentak membungkuk sedikit untuk menghormati Rembrand Cheung dan Richard Cheung. Chyou duduk mengapit Earlene bersama Jianzhen. Sedangkan Parker duduk berderet dengan Shen, Xiuhuan dan Lucas di sisi kanan. Mereka memfokuskan pandangan pada Rembrand yang sedang berdiskusi dengan adiknya. "Usulmu untuk memindahakan pertemuan ke tempat lain, kami terima," tutur Rembrand sambil memandangi Chyou. "Ya, Pa, terima kasih," jawab Chyou. "Apa kamu sudah menentukan lokasinya?" tanya Richard. Chyou beradu pandang dengan Earlene, kemudian dia kembali
36Seorang pria bersetelan jas abu-abu memandangi pembicara rapat dengan saksama, sambil mengatur kalimat yang akan diucapkannya pada lelaki tersebut.Matthew Zi Rui Liao menunggu dengan sabar hingga rapat usai. Dia tetap bertahan di kursi ketika satu per satu peserta rapat berpamitan pada putra-putra Graham Yang dan Seth Yang.Setelah hanya tertinggal beberapa orang dalam ruangan tersebut, Matthew berdiri dan menyambangi Carver. Keduanya berbincang sembari berbisik-bisik. Kemudian mereka menyambar tas kerja masing-masing, lalu keluar ruangan dengan diiringi tatapan Vinson, Alfred dan Darren. Kedua laki-laki yang berbeda tampilan, menyusuri lorong panjang hingga tiba di ruang kerja khusus direksi. Carver mempersilakan tamunya masuk, kemudian mereka duduk di kursi yang berseberangan. "Apa sudah ada kabar dari Earlene?" tanya Matthew. "Tidak secara langsung. Asistennya Chyou yang telah menghubungi Papa dua malam lalu," terang Carver. "Boleh aku tahu, apa yang mereka bicarakan?" "Se
37Hari berganti dengan kecepatan maksimal. Waktu pertemuan kedua keluarga akhirnya tiba. Jumat pagi, rombongan pimpinan Miguel memasuki pesawat carteran di bandara Taipei. Semua orang segera duduk di kursi-kursi yang telah ditentukan, karena mesin pesawat telah dinyalakan. Dua pramugari bergegas memberikan minuman pada para penumpang. Selanjutnya, mereka kembali duduk di kursi yang berada di dekat ruang kokpit. Pesawat bergerak mundur sedikit, lalu berputar dengan pelan. Ban bergeser seiring dengan majunya burung besi menuju area landasan. "Carver sudah meminta keluarga Yang buat memasuki mobil," tutur Parker yang menjadi penyambung pesan dengan keluarga Cheung. "Jessica juga telah menunggu kita di bandara," lanjutnya, lalu dia menonaktifkan ponsel."Papa dan yang lainnya pasti terkejut diminta tiba-tiba berangkat," sahut Earlene yang berada di kursi sisi kanan bersama kekasihnya. "Situasi itu tidak bisa dihindari. Daripada pamanmu tahu, dan akhirnya menginfokannya pada Flint,"
38Earlene mendatangi Diana terlebih dahulu dan mendekap sang mama dengan erat. Perempuan tua bergaun hijau mengurai dekapan, lalu Diana mengusap rambut dan pipi putrinya. Selanjutnya, Earlene berpindah memeluk Graham. Perempuan bergaun biru muda meringis ketika dahinya disentil sang papa. Kemudian mereka berbincang sesaat, lalu Earlene bergeser untuk mendekap kedua adiknya secara bergantian. Chyou memandangi adegan kekasihnya dengan keluarga Yang. Dia maju dua langkah, kemudian merunduk untuk memberi hormat pada orang tua Earlene dan Robert serta yang lainnya. Chyou menyambangi Graham dan menyalami mantan bosnya. Pria berjaket jin biru terkejut kala lelaki tua menariknya mendekat dan memeluk Chyou sesaat. Hal serupa juga dilakukan Diana, Carver dan Darren. Putra tertua keluarga Cheung mendatangi Robert dan Martha. Dia menyalami keduanya bergantian dan menjawab pertanyaan mereka dengan sopan. Terakhir, Chyou menyalami Seth dan keluarganya. "Semuanya, perkenalkan, ini Nenek Daisy
39Sepasang manusia jalan menyusuri tepi pantai pribadi yang berada di belakang area resor. Chyou merangkul pinggang Earlene yang membalas dengan hal serupa. Rambut panjang Earlene beterbangan tertiup angin, meskipun sudah diikat kuat bentuk ekor kuda. Baju keduanya turut melambai seiring dengan sentuhan sang bayu. Debur ombak kecil mengiringi langkah keduanya hingga tiba di ujung area. Chyou mengajak Earlene duduk di pasir yang berjarak 5 meter dari bibir pantai. Perempuan bergaun ungu muda model helter neck, menyandarkan kepala dengan manja ke bahu Chyou yang kian merapatkan tubuh mereka.Tatapan mereka mengarah pada lautan luas tak bertepi. Gelombang-gelombang kecil yang bergulung-gulung dari kejauhan, seolah-olah menghipnotis dan menjadikan keduanya sulit mengalihkan pandangan. "Aku suka tempat ini. Pemandangannya indah dan suasananya pun tenang," ucap Earlene. "Ya. Pantainya juga bersih," balas Chyou. "Dulu, aku sempat berandai-andai bisa melangsungkan pernikahan di sini."
124Jalinan waktu terus bergulir. Hari berganti menjadi minggu, hingga bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Situasi di Hong Kong, Shanghai, Guangzhou dan beberapa kota lainnya telah kembali kondusif. Tidak ada lagi perkelahian antara kelompok mafia yang tergabung dalam koalisi. Di Kota Taipei, kondisinya telah jauh lebih aman dan nyaman. Hingga warganya bisa beraktivitas dengan tenang dan santai. Tanpa perlu khawatir akan adanya perkelahian kelompok mafia lokal. Kehidupan rumah tangga Chyou dan Earlene pun kian harmonis. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan nyaris tidak terpisahkan. Meskipun Chyou beberapa kali harus berangkat ke luar kota ataupun luar negeri, Earlene tetap merasa diperhatikan sekaligus dicintai. Walaupun terpisah jarak.Bila tengah berada di Kota Taipei, setiap pagi Chyou akan menemani istrinya jalan kaki mengelilingi kompleks. Pria bermata sipit kian takjub dengan kepopuleran Earlene yang selalu disapa para tetangga. Baik yang muda maupun tua, akan m
123Hari berganti hari. Waktu yang diberikan pada kelompok Mùyáng Fheng pun usai. Chyou meminta Flint untuk menghubungi Tengfei, karena hanya dia yang bisa diajak bicara dengan tenang. Tengfei mengajak bertemu nanti malam di tempat yang telah ditentukan. Namun, Flint mengubah lokasinya, karena khawatir ada jebakan menanti di tempat yang diketahuinya sebagai restoran milik kerabat Mùyáng Fheng. Tengfei menyanggupi dan berjanji untuk datang tepat waktu. Setelah menutup sambungan telepon, pria berpipi tirus memandangi kakaknya yang sedang berbincang dengan sang bos. Mùyáng Fheng telah menyetujui ketiga syarat yang diajukan pihak Aiguo. Namun, Zimo masih bersikeras untuk tidak melakukan syarat pertama. Tengfei berdebat dalam hati. Dia bimbang, antara mendukung Zimo, atau memaksa pria tersebut menyerahkan diri. Tengfei berpindah ke dekat jendela. Dia mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Flint. Tidak berselang lama anak tertua Fang Xie membalas pesan dengan mengirimkan nomor tele
122Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze memasuki ruangan besar di lantai tiga sambil merunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa orang lainnya. Zulfi, Yanuar dan Yoga menyusul. Bila kedua rekannya balas menembaki pihak lawan dengan pistol masing-masing, Yanuar melepaskan banyak anak panah yang berhasil melumpuhkan para penjaga. Wirya masih baku hantam dengan Jingguo. Sementara Chyou bertarung melawan Quan. Sedangkan Alvaro berhadapan dengan Kang. Dante dan yang lainnya memilih lawan masing-masing, kemudian berkelahi dengan mengeluarkan tenaga penuh. Seunit mobil MPV hitam berhenti di dekat belasan motor di halaman depan. Salman turun sambil membawa kamera beresolusi tinggi miliknya. Yanzou dan Rangga mendampingi Salman yang hendak memanjati dinding, menggunakan tali yang diulurkan Gwenyth dan Dionna dari balkon lantai dua. Rangga memanah siapa pun yang hendak mendekat. Benton yang menjadi sopir mobil tadi, bergegas turun sembari menembakkan pistolnya ke pihak lawan. C
121Sekelompok orang memasuki pekarangan sebuah vihara. Mereka bergegas menghampiri kelima anggota keluarga Bao yang sedang duduk di kursi-kursi, di tengah-tengah halaman depan. Zimo Kuang berhenti 10 meter dari para kerabatnya, tepat di garis pembatas yang telah dibuat tim PBK muda. Asisten kepercayaan Mùyáng Fheng memperhatikan sekeliling sambil menghitung jumlah orang yang menjaga tawanan. "Kupikir Chyou yang akan datang langsung. Tahunya dia hanya mengirim ajudan," ledek Zimo Kuang sambil memandangi Alvaro dan rekan-rekannya yang berada di belakang para tawanan. "Menghadapi babi sepertimu, cukup hanya kami," balas Yusuf yang berdiri di sebelah kanan Alvaro."Bahasamu kasar, Anak muda!" desis Zimo Kuang. "Tidak perlu berlaku sopan santun pada kalian. Karena bagi kami, kalian cuma sekumpulan babi bau dan jorok." "Jaga bicaramu!" Yusuf mengacungkan jari tengah kanan tangannya. "Aku tidak takut padamu." Zimo Kuang hendak maju, tetapi tangannya ditarik sang adik. Tengfei mengge
120Malam harinya, tiga unit mobil MPV hitam berhenti di depan rumah milik Paman Rebecca. Beberapa penjaga segera mendatangi mobil untuk membantu menurunkan barang-barang yang dibawa kelompok terakhir, yang akan bergabung dengan pasukan besar. Boris Dǒng keluar dari mobil pertama bersama Fernando. Keenam ajudan sang mantan mafia bergegas keluar sambil membawa beberapa koper berukuran sedang. Simon, Albern dan Noel turun dari mobil kedua bersama Haryono, Rangga dan kedua pengawal muda. Para penumpang mobil ketiga keluar dengan santai. Mereka melenggang memasuki ruang tamu dengan diikuti kedua kelompok lainnya. Dante menggertakkan gigi saat melihat kelima adiknya tiba di ruangan tersebut. Dia mengumpat pelan, sebelum memelototi pria tertinggi di keluarga Adhitama, yang telah tiba di hadapannya. "Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Dante sambil menatap sepupunya dengan tajam."Koko beraksi sendirian, aku kesal!" geram Samudra. "Betul, harusnya kita juga ikut kemarin dulu," timpal Har
119Matahari sudah menyorot ketika Chyou terbangun. Dia seketika mengaduh karena seluruh badannya sakit. Selama beberapa menit Chyou menggerak-gerakkan jemarinya sambil mengatur napas. Setelah rasa sakitnya mereda, pria berhidung mancung mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memindai sekitar. Terlihat seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa bed. Chyou hendak memanggil, tetapi suaranya tidak keluar. Pria berkaus putih berusaha menggerakkan bibirnya hingga berhasil berdeham. Shen spontan membuka mata, kemudian dia bangkit. Putra kedua Richard Cheung berdiri dan jalan menyambangi Kakak sepupunya yang berada di kasur besar. "Koko, mau minum?" tanya Shen yang dibalas Chyou dengan kedipan mata. Pria yang lebih muda mengambil botol minuman dari lantai..Dia membuka tutupnya, lalu mendekatkan botol agar Chyou bisa meminumnya. Sekian menit terlewati, suara Chyou telah berhasil dikeluarkan. Dia memegangi tangan Shen yang spontan memandanginya saksama. "Kita ada di mana?" tanya Chyou. "Ruma
118Loko yang masih berada di balkon, meminta Andri untuk merusak kunci pintu. Namun, usaha Andri gagal karena ada seseorang yang menembaki mereka dari jendela sisi kanan. Fajar balas menembaki orang yang tidak terlihat, sedangkan Loko dan Andri bekerjasama mendobrak pintu. Fabian mengangkat pot bunga di sudut kanan balkon, kemudian dia melemparkan benda itu sekuat tenaga hingga kaca pintu pecah. Loko melompat masuk tanpa memedulikan lengan dan kakinya tergores sisa kaca. Andri mundur sedikit, kemudian dia melompat dengan posisi tubuh miring agar tidak terkena pinggir kaca. Fabian dan ketujuh rekannya turut memasuki ruangan. Dia menerobos orang-orang di sekitar ruang tengah untuk mendatangi kamar ujung. Ketua regu pengawal Dante tersebut membuka pintu kamar sambil menunduk. Kemudian Fabian lari untuk menerjang sang penembak yang seketika gelagapan. Fabian menghentikan serangan kala menyadari bila lawannya adalah perempuan. Pria berambut cepak mundur dan hanya menangkis, saat perem
117Pesawat dari Hong Kong mendarat dengan mulus di bandara Taiwan awal malam itu. Lucas yang memimpin kelompok kecil, meminta anggotanya untuk menunggu hingga semua penumpang lainnya turun. Setelah orang terakhir keluar dari pesawat, Lucas mengajak kelompoknya jalan ke pintu. Pria bermata sipit memegangi lengan kanan Ying dan menuntun bibinya dengan hati-hati.Sekian menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di tempat pengambilan bagasi. Lucas meminta kedua ajudannya untuk memindahkan semua barang ke troli. Sementara dia dan kedua pengawal lainnya menjaga ketiga perempuan dan dua bocah laki-laki. Putra tertua Gui Xie ikut membantu Lucas memindai sekitar. Dia menyipitkan mata saat melihat sekelompok laki-laki yang sejak tadi mengamati mereka dari dekat pintu menuju toilet. "Paman, coba perhatikan sekelompok orang di sana," tutur Honghui sembari mengarahkan dagunya ke kanan. Lucas tidak langsung menoleh, melainkan berpura-pura merapikan kancing kemeja sang keponakan yang bada
116Benton terkejut ketika sekelompok orang memasuki ruang perawatannya malam itu. Pria berkumis tipis hendak turun dari ranjang, tetapi dicegah Jacob yang langsung menyambangi dan memeluknya erat. Benton mengurai pelukan seraya tersenyum. Dia senang bisa bertemu kembali dengan tangan kanan Flint Xie, yang memang cukup dekat dengannya selama beberapa tahun terakhir. Anak ketiga Fang Xie menyalami Chyou yang datang bersama ketiga adiknya, dan beberapa orang yang dikenali Benton sebagai kerabat keluarga Cheung dan Zheung. Donnel dan Scott bergegas menyiapkan kursi-kursi agar semua tamu bisa duduk. Kemudian mereka keluar untuk bergabung dengan ketiga rekannya, dan tim Loko. Benton dan Jacob berbincang mengenai keadaan masing-masing. Jason turut menimpali dengan beberapa informasi yang tidak diketahui keduanya. "Aku tidak menduga, jika kedua asisten Mùyáng Fheng yang menjadi otak pelaku kericuhan di banyak tempat," tutur Benton. "Saya pikir, mereka memanfaatkan celah runtuhnya kekua