Share

Empat Klan

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

04

Hari berganti. Earlene bangun tidur sambil meringis. Sendi-sendinya sakit, demikian pula dengan kepalanya. Tenggorokan kering menjadikan Earlene curiga bila dirinya terserang gejala flu.

Earlene memaksakan diri untuk bangkit dengan bertumpu pada kedua siku. Dia memejamkan mata sambil memijat pangkal hidung saat kepalanya kian berdenyut.

Perempuan bersweter merah beringsut ke tepi kasur. Dia membuka mata, lalu berdiri dan jalan ke toilet sambil berpegangan pada dinding.

Sekian menit berikutnya, Earlene sudah kembali bergelung di kasur. Meskipun selimut tebal telah menutupi badannya, perempuan berusia dua puluh delapan tahun tetap kedinginan.

Earlene menahan gigil sambil membatin bila dirinya harus memesan minuman dan makanan hangat. Perempuan berbibir penuh mengeluh dalam hati karena merindukan sup ginseng buatan ibunya, yang jadi obat mujarab bila dirinya di rumah.

Perempuan berambut panjang menggapai ponselnya dari bantal samping kiri. Dia terpaksa menghubungi Chyou agar pria tersebut segera datang.

Kala Chyou tiba, dia terkejut menyaksikan penampilan sang nona yang kusut. Wajah Earlene pucat dan matanya pun sendu. Chyou membantu Nona mudanya berbaring kembali. Kemudian dia menyelimuti Earlene sampai batas leher.

"Pesankan sup dan teh hangat," pinta Earlene dengan suara pelan.

"Baik," jawab Chyou. Dia berdebat sesaat dalam hati, lalu memberanikan diri meraba dahi Earlene yang sempat terkesiap. "Nona demam," ucapnya sambil menarik tangan.

"Hu um."

"Mau minum obat?"

"Aku tidak punya."

"Saya ada."

"Aku tidak mau obat bebas."

"Ya, Nona. Ini resep dari ... ehm, kerabat saya di Taiwan. Dia seorang dokter."

"Benarkah?"

"Betul."

Earlene berpikir sejenak, kemudian mengangguk mengiakan. "Tapi aku harus makan dulu."

"Ah, ya, tunggu. Saya pesankan langsung ke restoran hotel."

Earlene hendak menyanggah, tetapi Chyou telanjur berdiri dan jalan ke pintu. Pria bersweter hitam keluar, lalu bergegas menuju restoran di lantai bawah.

Kala Chyou kembali, Earlene ternyata tengah berada di kamar mandi. Pria berambut cepak mengerutkan dahi saat mendengar suara khas orang yang sedang memuntahkan isi perut di toilet. Dia mulai khawatir jika kondisi Earlene yang mungkin bukan sakit biasa.

Panggilan lemah dari kamar mandi menyadarkan Chyou, yang beranjak ke depan pintu. Dia ragu-ragu hendak masuk, tetapi Earlene kembali memanggilnya.

Chyou tertegun menyaksikan Earlene gemetaran sambil berpegangan pada wastafel. Dia bergegas membungkuk untuk mengangkat serta menggendong Nona muda, yang spontan memeluk lehernya dengan sedikit kencang.

Chyou jalan secepat mungkin ke kamar. Dia membaringkan Earlene, lalu duduk di tepi kasur. Chyou membantu menumpukkan bantal agar perempuan bermata sipit bisa menyandar dengan nyaman.

Selama beberapa menit berikutnya, Chyou menyuapi Earlene dengan telaten. Tidak ada yang saling bicara hingga perempuan muda selesai bersantap.

Chyou mengambilkan cangkir berisi teh hangat dan memberikannya pada Earlene. Tanpa sadar dia terus mengamati saat sang nona menyeruput minuman sedikit demi sedikit.

"Mana obatnya?" tanya Earlene yang berhasil menyadarkan Chyou dari lamunan.

"Tunggu sebentar," balas Chyou sambil berdiri.

Earlene memperhatikan pria bertubuh tegap yang tengah menjauh. Dia meletakkan cangkir ke meja samping kanan, lalu memejamkan mata.

Matahari pagi beranjak naik. Earlene terjaga karena mendengar suara orang yang tengah mengobrol. Dia memindai sekitar dan menghentikan tatapan pada seseorang yang tengah berdiri di dekat jendela.

Earlene perlahan bangkit. Dia meraih cangkir yang airnya telah dingin, lalu meneguknya hingga habis. Earlene kembali memperhatikan pria bertubuh tegap yang tengah memunggunginya.

Saat Chyou terkekeh, Earlene tertegun. Dia baru menyadari bila sepertinya pria tersebut jarang tertawa. Senyuman pun cukup sulit tercipta di paras manis lelaki berhidung bangir.

Selama hampir dua bulan bersama, Earlene baru menyadari jika Chyou terlihat gagah meskipun dari belakang. Pikirannya kembali tertuju ke malam panas di mobil yang coba dihalaunya sejak kemarin.

Earlene menggigit bibir bawah kala terbayang detail keintiman mereka. Walaupun dia bukan pemain amatir, tetapi Earlene menyadari jika Chyou sanggup mengimbangi sekaligus memuaskannya berkali-kali.

Pipi Earlene seketika memerah ketika Chyou memutar badan dan pandangan mereka bertemu. Earlene ingin mengalihkan perhatian, tetapi tatapan Chyou seolah-olah menguncinya hingga tidak sanggup berpaling.

Chyou memasukkan ponsel ke saku celana jin hitamnya, sebelum mendatangi Earlene dan duduk di pinggir kasur. Chyou merogoh saku kiri celananya, kemudian mengeluarkan kemasan obat yang dipandangi sang nona.

"Ini, minumlah," tutur Chyou.

"Ehm, airku habis. Bisa tolong ambilkan?" pinta Earlene yang segera dikerjakan pengawalnya.

Setelah Earlene mengonsumsi obat, dia masih bersandar ke bantal sambil mengamati jendela yang gordennya telah dibuka Chyou.

Langit terang di luar sana tampak memukau. Butiran salju telah berhenti meluncur. Namun, gumpalannya masih menutupi dedaunan di pohon terdekat dengan jendela.

Earlene tidak menyadari bila dirinya tengah diperhatikan Chyou. Pria berbibir tipis ingin menceritakan informasi terbaru yang disampaikan Bobby, ketua pengawal keluarga Yang-Zhang. Namun, akhirnya Chyou menunda bercerita karena takut Earlene akan emosi dan memaksa pulang.

Chyou telah menceritakan hal itu pada ketiga saudaranya tadi pagi, sebelum Jianzhen dan To Mu berangkat menuju bandara dengan diantar Steve.

Cucu tertua keluarga Cheung berniat menghubungi Alvaro, salah satu sahabatnya yang merupakan pemilik perusahaan jasa keamanan di Indonesia.

Chyou hendak berkonsultasi dengan Alvaro yang selama ini telah membantu ketiga klan keluarganya, hingga berhasil memenangkan peperangan dengan klan Han.

Klan Bun atau Adhitama, merupakan keturunan pertama Nenek moyang Chyou yang menetap di Indonesia sejak puluhan tahun silam. Selanjutnya, keluarga Han adalah klan kedua. Keluarga Chyou yakni marga Cheung merupakan klan ketiga. Terakhir, keluarga Zheung adalah klan keempat. Ketiga klan terakhir bertempat tinggal di Taiwan.

Sengketa warisan menjadikan keempat klan itu berperang. Daisy Cheung dan Edward Zheung, memilih bergabung dengan Koh Li Bun. Mereka melawan klan kedua yang bekerjasama dengan mafia, hingga ketiga klan bisa memenangkan pertempuran.

Akan tetapi, Chyou dan semua cucu ketiga klan masih harus mewaspadai mafia yang masih mengintai. Sebab itulah Chyou dan Jianzhen menyamar menyusup ke keluarga Yang-Zhang, yang disinyalir sebagai sekutu mafia pimpinan keluarga Xie.

Penyelidikan Chyou dan Jianzhen masih berlangsung, kala mereka ditugaskan mengawal Nona muda Yang. Chyou terpaksa menunda pengecekan, hingga pulang ke Guangzhou.

"Chyou, aku mau ke kamar mandi," ungkap Earlene yang memutus lamunan pria berahang kokoh.

"Nona bisa jalan?" tanya Chyou yang dibalas gelengan Earlene. "Baik, saya gendong," lanjutnya sambil berpindah berjongkok di lantai.

Earlene berusaha menaiki punggung Chyou. Dia melingkarkan tangan di leher lelaki beraroma unik, kemudian merapatkan badan ke punggung sang pengawal.

"Aku mau mandi," cakap Earlene, seusai turun dan menjejakkan kaki ke lantai kamar mandi.

"Mau berendam?" tanya Chyou.

"Tidak. Aku mandi di kloset saja."

"Saya tunggu di luar."

Chyou membantu Earlene menduduki tutup kloset. Dia mengalihkan pandangan ke kiri ketika Nona muda melepaskan sweeter dan memberikan benda itu padanya. Chyou hendak beranjak, tetapi panggilan sang nona menyebabkannya menoleh ke belakang.

"Aku tidak bisa membuka baju. Sepertinya tersangkut," tukas Earlene sembari menunjuk ke belakang blus-nya.

Chyou mengepit sweeter di ketiak kiri, kemudian dia merunduk untuk membantu membuka ritsleting. Kala benda itu bisa bergeser ke bawah, Chyou tertegun menyaksikan kulit putih nan bersih perempuan yang tengah memegangi pinggangnya.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Syahreza
jangan bilang si nona Aer ini hamil anak chyou wah
goodnovel comment avatar
Risty Hamzah
Kayaknya earlen hamil mangkanya muntah"
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
ya ampun mancing di air keruh ini mah namanya wkwkw hayo bakalan tergoda ini mah chyou
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Lovely Bodyguard    Melepaskan Posisi Pewaris

    05Sepanjang siang hingga malam, Chyou menemani Earlene di kamarnya. Sekali-sekali pria berkaus hitam lengan panjang akan keluar kamar untuk meregangkan otot. Kemudian dia kembali karena mengkhawatirkan kondisi sang nona. Seusai bersantap malam, Earlene menekan-nekan remote televisi untuk mencari tayangan menarik. Namun, karena tidak menemukan yang sesuai dengan keinginannya, perempuan bermata sipit akhirnya memutuskan menonton film romantis dari negeri Hollywood. "Nona, kalau diizinkan, saya mau istirahat," tutur Chyou. Earlene melirik pengawalnya, kemudian mengangguk mengiakan. "Ya, boleh." "Terima kasih." "Besok kita ada pertemuan dengan Paman Liu Wei.""Baik. Saya akan menyiapkan teman-teman untuk ikut mengawal." "Setelahnya, aku mau jalan-jalan sebentar. Karena lusa kita sudah pulang." "Ya, Nona." Chyou berdiri dan merunduk sedikit. Dia menegakkan badan, lalu mengayunkan tungkai menuju pintu. Earlene memperhatikan lelaki bertubuh tegap hingga menghilang di balik pintu. Kem

  • My Lovely Bodyguard    Kalian Gila!

    06Earlene terbangun karena merasa haus. Dia membuka mata dan seketika terkesiap menyaksikan Chyou berada di samping kiri. Earlene baru menyadari bila dirinya sedang berbaring beralaskan lengan kanan lelaki tersebut. Selama beberapa saat Earlene mengamati Chyou. Kebersamaan mereka selama dua bulan terakhir menjadikan perempuan berambut panjang tidak menyadari betapa manisnya sang ajudan. Tanpa sadar Earlene mengulurkan tangan kanan untuk mengusap wajah pria berusia tiga puluh dua tahun. Dia tertegun kala merasakan kulit Chyou yang cukup halus. Pertanda lelaki berambut cepak rajin merawat kulit. Jemari Earlene bergerak pelan menyusuri rahang kokoh pria berkemeja putih. Janggut pendek tumbuh di dagu Chyou. Demikian pula dengan kumis yang menghiasi atas bibir tipis sang lelaki berhidung mancung. Tiba-tiba Chyou membuka mata. Earlene terkejut dan segera menarik tangannya. Namun, gerakan Chyou lebih cepat. Dia memegangi pergelangan tangan Nona muda, lalu mengamati Earlene yang pipinya

  • My Lovely Bodyguard    Bukti Sudah Jelas

    07Keesokan harinya, Earlene tiba di kediaman Robert untuk menghadiri jamuan makan malam. Meskipun sebetulnya dia enggan untuk bertemu rival, tetapi Earlene tidak punya pilihan lain dan mau tidak mau harus berhadapan dengan keluarga Zhang. Perempuan bergaun panjang salem mengayunkan tungkai memasuki ruangan besar, di mana semua anggota keluarga telah menunggu. Earlene mendatangi Kakek dan neneknya terlebih dahulu, sebelum berpindah menyalami kedua Adik papanya. Bila Seth Yang menyambut keponakannya dengan pelukan hangat, Sophie Yang justru berbeda. Dia menyalami Earlene dengan ujung jemari, kemudian melengos. Earlene tetap terlihat tenang, sama sekali tidak terusik dengan perlakuan Sophie yang kentara sekali tidak menyukainya. Earlene bergeser untuk menyalami Vinson dan Alfred yang merupakan anak-anak Seth dan Jenny. Kemudian berpindah untuk bersalaman dengan Pamela, istri Vinson. Setelahnya, Earlene melenggang untuk menempati kursinya di antara Carver dan Diana, tanpa berniat ber

  • My Lovely Bodyguard    Kian Terjerat

    08Dixon memijat dahinya saat melihat foto yang menampilkan Halton, suami Veronica yang sedang memberikan amplop pada seorang pria berjaket tebal. Sebuah foto lain memperlihatkan jika orang tersebut telah ditangkap polisi Shanghai. Foto selanjutnya menjadikan semua orang memandangi Grandel. Pria bermata tajam tetap berusaha tenang. Meskipun pada foto itu mencantumkan tanggal pengambilan gambar yang berbeda. Pada bagian atas, tercantum tiga tahun lalu, sedangkan bagian bawah menjelaskan bila foto yang sama tanggalnya berubah menjadi beberapa hari lalu. Padahal pakaian Earlene dan ketiga orang di belakangnya, sama sekali tidak berubah. Beberapa foto berikutnya, membuat Yvete dan Veronica saling melirik. Mereka mulai khawatir rahasia pekerjaan yang tidak becus dari suami masing-masing akan terungkap pada khalayak. "Ini, trik kuno," tutur Vinson. "Ya, tapi masih saja ada yang pakai," balas Darren. "Anehnya itu, yang percaya pada gambar editan," ledek Alfred seraya tersenyum. "Begit

  • My Lovely Bodyguard    Apakah Kamu Menyayangiku?

    09"Tadi malam, kamu masuk ke kamar jam berapa?" tanya Miguel sambil memandangi sahabatnya yang baru keluar dari toilet di ujung kanan ruangan. "Tidak lama setelah kamu tidur," balas Chyou sembari jalan ke lemari dan membuka pintunya. "Aku menunggumu sampai jam satu." "Kenapa harus menunggu?" "Apakah kamu bermain api dengan Nona muda?" Chyou segera mengenakan kaus putih, sebelum mengambil kemeja biru muda dari gantungan. Dia sengaja mengabaikan pertanyaan Miguel, dan bergegas menuntaskan berpakaian. "Chyou, kamu belum menjawab pertanyaanku," desak Miguel. "Aku tidak akan menjawabnya," cakap Chyou sembari memasang dasi biru tua motif bintik-bintik. "Berarti benar." Miguel mengulum senyuman. "Hati-hati, jangan sampai dia hamil," selorohnya. "Diamlah!" Miguel tergelak, sedangkan Chyou melengos. Yuze memasuki kamar bersama Steve sambil membawa nampan. Mereka memandangi Miguel yang masih terkekeh, kemudian keduanya mengalihkan pandangan pada Chyou yang sedang menyisiri rambut di

  • My Lovely Bodyguard    Mereka Hanya Drama

    10"Ke mana mereka?" tanya seiring pria bertopi bisbol hitam sambil memindai sekitar. "Aku tidak tahu," jawab pria kedua. "Padahal tadi mereka berhenti di sini," sela lelaki ketiga sembari memperhatikan sekeliling. "Mungkin mereka tahu bila tengah dibuntuti," sahut pria keempat. Lelaki bertopi bisbol hitam mengerutkan keningnya. Dia benar-benar tidak menduga jika keempat pengawal keluarga Yang, ternyata mengetahui jika tengah dipantau. Ketiga pria lainnya masih mengamati sekitar. Mereka bingung bagaimana caranya kelompok Chyou bisa menghilang. Padahal hanya dalam hitungan menit, terapi target mereka langsung lenyap. Derap langkah dari belakang salah satu stand pedagang, menjadikan keempat penguntit terkejut. Mereka bersiap menyambut kehadiran ketiga pengawal Nona muda Yang, dengan memasang kuda-kuda sesuai ilmu bela diri masing-masing. Perkelahian tidak bisa dihindarkan. Kedua kubu sama-sama mengeluarkan segenap kemampuan untuk mengalahkan lawan. Kelompok penguntit merasa akan

  • My Lovely Bodyguard    Bawa Aku Pergi

    11Jalinan waktu terus bergulir. Tidak adanya pergerakan terbaru dari pihak Dixon Zhang membuat Earlene lega. Namun, tidak demikian dengan Chyou. Dia justru mencurigai ketenangan kondisi dan menduga jika Dixon dan anak-anak serta menantunya, tengah menyusun rencana baru. Malam itu, Chyou keluar dari kediaman bosnya. Dia jalan dengan santai menuju deretan toko yang berada di ujung jalan. Setibanya di tempat tujuan, Chyou memasuki salah satu toko. Dia memindai sekitar, sebelum mendekati seorang pria berjaket biru yang sedang berdiri di lorong rak penuh kudapan. "Mobilku di belakang," tutur pria berjaket biru dengan suara pelan. "Tepatnya di mana?" tanya Chyou sembari berpura-pura mengambil keripik kentang dari rak."Sedan hitam, pojok kanan." "Oke." "Aku yang beli minuman." Chyou berdeham, kemudian dia mengambil beberapa bungkus lagi, lalu berbalik dan melangkah ke meja kasir. Chyou menyelesaikan transaksi pembayaran sebelum keluar dari toko dan jalan pelan menuju rumah sang bos,

  • My Lovely Bodyguard    Huruf X

    12Earlene tiba di ruang makan tepat di saat papanya baru selesai bersantap. Pria tua berkemeja putih memandangi putri sulungnya yang terlihat segar, sambil mengingat-ingat percakapannya dengan Robert kemarin sore. Diana turut mengamati Earlene yang tengah berbincang dengan Carver. Sebetulnya sang mama kurang setuju dengan rencana perjodohan Earlene dengan putra keluarga Liao. Namun, sebagai menantu, dia tidak mungkin membantah keinginan pemimpin keluarga. "Earlene, besok malam kita akan bertemu dengan keluarga Liao," tutur Graham yang menyebabkan Earlene terdiam. "Di mana?" tanya Earlene setelah bisa jadi diri. "Restoran kesukaan kakekmu." "Kita bertemu di sana saja, Pa. Aku banyak kerjaan di kantor." "Hmm, ya." "Aku pernah ketemu Zi Rui," tukas Carver. "Dia salah satu pemain basket terbaik di kampus, dulu," lanjutnya. "Apa kalian seangkatan?" tanya Diana. "Tidak, Ma. Dia seniorku. Usianya setahun di atas Cici," terang Darren. "Mama lupa orangnya yang mana. Karena sudah lam

Bab terbaru

  • My Lovely Bodyguard    MLB 124 - Hello, Chyou Junior

    124Jalinan waktu terus bergulir. Hari berganti menjadi minggu, hingga bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Situasi di Hong Kong, Shanghai, Guangzhou dan beberapa kota lainnya telah kembali kondusif. Tidak ada lagi perkelahian antara kelompok mafia yang tergabung dalam koalisi. Di Kota Taipei, kondisinya telah jauh lebih aman dan nyaman. Hingga warganya bisa beraktivitas dengan tenang dan santai. Tanpa perlu khawatir akan adanya perkelahian kelompok mafia lokal. Kehidupan rumah tangga Chyou dan Earlene pun kian harmonis. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan nyaris tidak terpisahkan. Meskipun Chyou beberapa kali harus berangkat ke luar kota ataupun luar negeri, Earlene tetap merasa diperhatikan sekaligus dicintai. Walaupun terpisah jarak.Bila tengah berada di Kota Taipei, setiap pagi Chyou akan menemani istrinya jalan kaki mengelilingi kompleks. Pria bermata sipit kian takjub dengan kepopuleran Earlene yang selalu disapa para tetangga. Baik yang muda maupun tua, akan m

  • My Lovely Bodyguard    MLB 123 - Tukang Urut dan Ahli Nujum

    123Hari berganti hari. Waktu yang diberikan pada kelompok Mùyáng Fheng pun usai. Chyou meminta Flint untuk menghubungi Tengfei, karena hanya dia yang bisa diajak bicara dengan tenang. Tengfei mengajak bertemu nanti malam di tempat yang telah ditentukan. Namun, Flint mengubah lokasinya, karena khawatir ada jebakan menanti di tempat yang diketahuinya sebagai restoran milik kerabat Mùyáng Fheng. Tengfei menyanggupi dan berjanji untuk datang tepat waktu. Setelah menutup sambungan telepon, pria berpipi tirus memandangi kakaknya yang sedang berbincang dengan sang bos. Mùyáng Fheng telah menyetujui ketiga syarat yang diajukan pihak Aiguo. Namun, Zimo masih bersikeras untuk tidak melakukan syarat pertama. Tengfei berdebat dalam hati. Dia bimbang, antara mendukung Zimo, atau memaksa pria tersebut menyerahkan diri. Tengfei berpindah ke dekat jendela. Dia mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Flint. Tidak berselang lama anak tertua Fang Xie membalas pesan dengan mengirimkan nomor tele

  • My Lovely Bodyguard    MLB 122 - Nekat

    122Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze memasuki ruangan besar di lantai tiga sambil merunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa orang lainnya. Zulfi, Yanuar dan Yoga menyusul. Bila kedua rekannya balas menembaki pihak lawan dengan pistol masing-masing, Yanuar melepaskan banyak anak panah yang berhasil melumpuhkan para penjaga. Wirya masih baku hantam dengan Jingguo. Sementara Chyou bertarung melawan Quan. Sedangkan Alvaro berhadapan dengan Kang. Dante dan yang lainnya memilih lawan masing-masing, kemudian berkelahi dengan mengeluarkan tenaga penuh. Seunit mobil MPV hitam berhenti di dekat belasan motor di halaman depan. Salman turun sambil membawa kamera beresolusi tinggi miliknya. Yanzou dan Rangga mendampingi Salman yang hendak memanjati dinding, menggunakan tali yang diulurkan Gwenyth dan Dionna dari balkon lantai dua. Rangga memanah siapa pun yang hendak mendekat. Benton yang menjadi sopir mobil tadi, bergegas turun sembari menembakkan pistolnya ke pihak lawan. C

  • My Lovely Bodyguard    MLB 121 - Master Key

    121Sekelompok orang memasuki pekarangan sebuah vihara. Mereka bergegas menghampiri kelima anggota keluarga Bao yang sedang duduk di kursi-kursi, di tengah-tengah halaman depan. Zimo Kuang berhenti 10 meter dari para kerabatnya, tepat di garis pembatas yang telah dibuat tim PBK muda. Asisten kepercayaan Mùyáng Fheng memperhatikan sekeliling sambil menghitung jumlah orang yang menjaga tawanan. "Kupikir Chyou yang akan datang langsung. Tahunya dia hanya mengirim ajudan," ledek Zimo Kuang sambil memandangi Alvaro dan rekan-rekannya yang berada di belakang para tawanan. "Menghadapi babi sepertimu, cukup hanya kami," balas Yusuf yang berdiri di sebelah kanan Alvaro."Bahasamu kasar, Anak muda!" desis Zimo Kuang. "Tidak perlu berlaku sopan santun pada kalian. Karena bagi kami, kalian cuma sekumpulan babi bau dan jorok." "Jaga bicaramu!" Yusuf mengacungkan jari tengah kanan tangannya. "Aku tidak takut padamu." Zimo Kuang hendak maju, tetapi tangannya ditarik sang adik. Tengfei mengge

  • My Lovely Bodyguard    MLB 120 - Ksatria Majapahit

    120Malam harinya, tiga unit mobil MPV hitam berhenti di depan rumah milik Paman Rebecca. Beberapa penjaga segera mendatangi mobil untuk membantu menurunkan barang-barang yang dibawa kelompok terakhir, yang akan bergabung dengan pasukan besar. Boris Dǒng keluar dari mobil pertama bersama Fernando. Keenam ajudan sang mantan mafia bergegas keluar sambil membawa beberapa koper berukuran sedang. Simon, Albern dan Noel turun dari mobil kedua bersama Haryono, Rangga dan kedua pengawal muda. Para penumpang mobil ketiga keluar dengan santai. Mereka melenggang memasuki ruang tamu dengan diikuti kedua kelompok lainnya. Dante menggertakkan gigi saat melihat kelima adiknya tiba di ruangan tersebut. Dia mengumpat pelan, sebelum memelototi pria tertinggi di keluarga Adhitama, yang telah tiba di hadapannya. "Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Dante sambil menatap sepupunya dengan tajam."Koko beraksi sendirian, aku kesal!" geram Samudra. "Betul, harusnya kita juga ikut kemarin dulu," timpal Har

  • My Lovely Bodyguard    MLB 119 - Psikopat

    119Matahari sudah menyorot ketika Chyou terbangun. Dia seketika mengaduh karena seluruh badannya sakit. Selama beberapa menit Chyou menggerak-gerakkan jemarinya sambil mengatur napas. Setelah rasa sakitnya mereda, pria berhidung mancung mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memindai sekitar. Terlihat seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa bed. Chyou hendak memanggil, tetapi suaranya tidak keluar. Pria berkaus putih berusaha menggerakkan bibirnya hingga berhasil berdeham. Shen spontan membuka mata, kemudian dia bangkit. Putra kedua Richard Cheung berdiri dan jalan menyambangi Kakak sepupunya yang berada di kasur besar. "Koko, mau minum?" tanya Shen yang dibalas Chyou dengan kedipan mata. Pria yang lebih muda mengambil botol minuman dari lantai..Dia membuka tutupnya, lalu mendekatkan botol agar Chyou bisa meminumnya. Sekian menit terlewati, suara Chyou telah berhasil dikeluarkan. Dia memegangi tangan Shen yang spontan memandanginya saksama. "Kita ada di mana?" tanya Chyou. "Ruma

  • My Lovely Bodyguard    MLB 118 - Semoga Mengerut Selamanya

    118Loko yang masih berada di balkon, meminta Andri untuk merusak kunci pintu. Namun, usaha Andri gagal karena ada seseorang yang menembaki mereka dari jendela sisi kanan. Fajar balas menembaki orang yang tidak terlihat, sedangkan Loko dan Andri bekerjasama mendobrak pintu. Fabian mengangkat pot bunga di sudut kanan balkon, kemudian dia melemparkan benda itu sekuat tenaga hingga kaca pintu pecah. Loko melompat masuk tanpa memedulikan lengan dan kakinya tergores sisa kaca. Andri mundur sedikit, kemudian dia melompat dengan posisi tubuh miring agar tidak terkena pinggir kaca. Fabian dan ketujuh rekannya turut memasuki ruangan. Dia menerobos orang-orang di sekitar ruang tengah untuk mendatangi kamar ujung. Ketua regu pengawal Dante tersebut membuka pintu kamar sambil menunduk. Kemudian Fabian lari untuk menerjang sang penembak yang seketika gelagapan. Fabian menghentikan serangan kala menyadari bila lawannya adalah perempuan. Pria berambut cepak mundur dan hanya menangkis, saat perem

  • My Lovely Bodyguard    MLB 117 - Tukang Domba

    117Pesawat dari Hong Kong mendarat dengan mulus di bandara Taiwan awal malam itu. Lucas yang memimpin kelompok kecil, meminta anggotanya untuk menunggu hingga semua penumpang lainnya turun. Setelah orang terakhir keluar dari pesawat, Lucas mengajak kelompoknya jalan ke pintu. Pria bermata sipit memegangi lengan kanan Ying dan menuntun bibinya dengan hati-hati.Sekian menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di tempat pengambilan bagasi. Lucas meminta kedua ajudannya untuk memindahkan semua barang ke troli. Sementara dia dan kedua pengawal lainnya menjaga ketiga perempuan dan dua bocah laki-laki. Putra tertua Gui Xie ikut membantu Lucas memindai sekitar. Dia menyipitkan mata saat melihat sekelompok laki-laki yang sejak tadi mengamati mereka dari dekat pintu menuju toilet. "Paman, coba perhatikan sekelompok orang di sana," tutur Honghui sembari mengarahkan dagunya ke kanan. Lucas tidak langsung menoleh, melainkan berpura-pura merapikan kancing kemeja sang keponakan yang bada

  • My Lovely Bodyguard    MLB 116 - Melampaui Ikatan Darah

    116Benton terkejut ketika sekelompok orang memasuki ruang perawatannya malam itu. Pria berkumis tipis hendak turun dari ranjang, tetapi dicegah Jacob yang langsung menyambangi dan memeluknya erat. Benton mengurai pelukan seraya tersenyum. Dia senang bisa bertemu kembali dengan tangan kanan Flint Xie, yang memang cukup dekat dengannya selama beberapa tahun terakhir. Anak ketiga Fang Xie menyalami Chyou yang datang bersama ketiga adiknya, dan beberapa orang yang dikenali Benton sebagai kerabat keluarga Cheung dan Zheung. Donnel dan Scott bergegas menyiapkan kursi-kursi agar semua tamu bisa duduk. Kemudian mereka keluar untuk bergabung dengan ketiga rekannya, dan tim Loko. Benton dan Jacob berbincang mengenai keadaan masing-masing. Jason turut menimpali dengan beberapa informasi yang tidak diketahui keduanya. "Aku tidak menduga, jika kedua asisten Mùyáng Fheng yang menjadi otak pelaku kericuhan di banyak tempat," tutur Benton. "Saya pikir, mereka memanfaatkan celah runtuhnya kekua

DMCA.com Protection Status