Share

Stay?

Penulis: Ayaya Malila
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-30 07:47:45
Brandon membawa wadah berisi tiga gelas kopi dengan kepala menunduk. Ucapan Hendr tadi terngiang di benaknya. Dia tak habis pikir, Hendra bisa dengan mudahnya menemukan dirinya. Entah darimana pria itu mencari tahu. Ditambah lagi pernyataannya tentang Daisy semakin membuat berat kepalanya. Apa maksudnya dengan menyelamatkan Daisy dari dirinya sendiri? Apa ada yang salah dengan gadis itu?

Brandon menoleh ke belakang sekali lagi. Berharap pria itu tak mengikutinya setelah Brandon memaksanya pergi. Tadi Brandon berjanji akan menyampaikan pesan Hendro pada Daisy, barulah Hendro bersedia meninggalkan Brandon.

Benak Brandon yang melanglang buana membuatnya tak sadar jika kini dia sudah berada di dalam lift pribadinya. Hanya beberapa detik saja sampai pintunya terbuka dan Daisy sudah berdiri di sana, bagaikan anak kucing yang sedang menunggu induknya. Wajahnya begitu ceria saat Brandon melangkah masuk.

"Ini kopi kalian. Cepat habiskan sebelum dingin!" Brandon meletakkan kopi pesanannya di a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Love From Thames   Flashback, Raja's Vision

    Dia pertama kali melihat gadis itu di tahun kedua kuliahnya di Royal Holloway. Saat itu, setelah dilangsungkannya acara penerimaan mahasiswa baru, tiap fakultas dan tiap perkumpulan organisasi yang ada di kampus, mendirikan stand/ bazaar untuk mempromosikan kegiatannya dan menarik minat anggota baru sebanyak-banyaknya. Raja bersama teman-teman satu klubnya, sedang membagikan selebaran kegiatan jurnalistik kampus. Gadis itu menghampiri standnya dengan senyum merekah, wajah cantik dan ceria bak boneka. Rambut panjangnya tergerai, sedikit berkibar diterpa angin. "Majalah kampus?" tanya gadis itu pada Raja. "Yeah, interested?" Raja tersenyum manis padanya. Jantungnya berdebar tak menentu. Keringat dingin tiba-tiba mengucur. Raja tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Gadis yang baru dilihatnya beberapa menit yang lalu, sudah membuatnya salah tingkah. Padahal biasanya, gadis-gadislah yang salah tingkah terhadapnya. Tidak di Inggris, tidak di negara asalnya, Indonesia, Raja adalah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • My Love From Thames   Raja's Vision Part Two

    "Suka masakan Indonesia?" Tanya Raja saat mereka bingung menentukan tujuan makan siang kali ini."Uhm, aku belum pernah mencoba," Zivanna mengetukkan jarinya di dagu."Bagaimana bisa? Orang tuamu kan asli Indonesia?" Ujar Raja setengah tak percaya."Well, mereka terlalu sibuk. Tidak sempat memasak untukku. Jadi yah, aku memasak sendiri. Aku pilih menu-menu simpel, seperti sereal," Zivanna terbahak menertawakan diri sendiri. Terlihat deretan gifinya yang mungil dan rapi.Lagi-lagi Raja terpana."Okay, kalau begitu, aku ajak ke restoran Indonesia dekat sini," tanpa menunggu persetujuan Zivanna, Raja langsung menggandeng tangan gadis itu. Berjalan kaki, mereka menuju restoran yang Raja maksud. Zivanna melongo memasuki restoran. Matanya tak henti memandang interior dan hiasan tradisional khas budaya Indonesia yang indah dan artistik. Dia sampai tak memperhatikan langkah kakinya hingga terantuk kaki meja. "Aduh!" Pekiknya tertahan. Sambil meringis, dia menarik kursi, lalu duduk dan menguru

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • My Love From Thames   Flashback, Princess's Home

    Memanfaatkan situasi yang ada, Raja memaksa Zivanna untuk mengajaknya ke kediaman gadis itu. Raja tahu, Zivanna tak mungkin menolak karena ada keluarga Raja di sini. Raja tidak menganggap itu sebagai sifat yang sedikit keterlaluan, karena Zivanna sudah menerima pinangannya. Sekarang hanya tinggal selangkah lagi, yaitu meminta restu pada kedua orang tua Zivanna, sebelum dia pulang ke Indonesia. Seperti perkiraan Raja, Zivanna tak kuasa menolak keinginannya. Dengan berat hati, meskipun senyuman tetap terpampang di wajah cantiknya, dia membawa Raja dan keluarganya ke salah satu kawasan perumahan menengah atas di sekitar kawasan Egham Hill, tak jauh dari kampus. Zivanna mempersilakan semuanya masuk ke halaman sebuah rumah yang lumayan besar berlantai dua. Pagarnya terbuat dari tanaman yang dibentuk rapi menyerupai dinding setinggi pinggang manusia dewasa. Raja terkesima dengan desain interior rumah Zivanna yang anggun dan elegan. Rumah bercat putih dengan jendela-jendela besar itu secan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • My Love From Thames   Dilema

    Raja menghembuskan napasnya kasar. Kepalanya mendadak pening. Mustahil baginya untuk tetap tinggal di Inggris, sementara tanggung jawab besar menantinya di Indonesia. Abram, ayah Raja yang sedari tadi terdiam, turut angkat bicara, "Saya punya dua anak laki-laki. Keduanya saya persiapkan sebaik mungkin untuk meneruskan usaha saya. Bukan tanpa alasan saya menguliahkan Raja di sini. Dia sangat berbakat mengelola perusahaan dan organisasi. Setelah lulus, adalah tanggung jawab Raja untuk pulang ke Indonesia, membantu saya." "Well, saya tidak mau tahu. Yang jelas, Zivanna harus tetap tinggal di sini, bersama saya," timpal Rosanna tegas. Kini semua mata tertuju pada Zivanna yang menunduk, bahunya terlihat bergetar. Gadis itu sedang menahan tangis. Raja langsung memeluk tunangannya itu tanpa sungkan. "It's okay. Aku sudah berjanji untuk selalu melindungi kamu, kan? Jadi jangan takut, aku nggak akan kemana-mana," hibur Raja. Hana dan Dewa menarik napas panjang bersamaan. "Mungkin kami harus

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • My Love From Thames   The Beginning of Sorrow

    "What happen to you, Zi?" Raja meraba wajah Zivanna lembut. Luka itu tampak masih baru. "Siapa yang melakukan ini padamu?" Zivanna hanya menunduk tak menjawab. "Jawab aku, Zi!" desak Raja. Akan tetapi, gadis itu tetap bergeming. Raja mengusap sudut bibir Zivanna demi menghapus sisa darah yang masih basah. "Boleh aku masuk?" tanyanya lembut. Zivanna pun menarik lengan Raja, melewati ruang tamu, menapaki anak tangga hingga ke lantai dua. Raja pasrah tanpa berkata sepatah kata pun. Zivanna membuka salah satu dari tiga pintu yang ada di lantai itu. "Ini kamarku," tunjuknya. Raja melangkahkan kakinya pelan. Pandangannya menyapu ruangan. Kamar itu terkesan girly. Gordin dan bed cover seluruhnya berwarna pink muda. Bingkai jendela dan ranjang berukuran sedangnya berwarna putih. "Is this your room?" Zivanna mengangguk, lalu duduk di tepi ranjang. "Sit down here, Raja," gadis itu menepuk permukaan ranjang tepat di sisinya. Raja menuruti permintaan gadis itu. "Sebenarnya ada apa, Zi? Who

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • My Love From Thames   True Prince Has Come

    Di sudut taman, di sebuah bangku panjang melingkar yang terbuat dari kayu, Brandon, Daisy dan Liam duduk dengan tegang, menunggu kedatangan seseorang. Daisy berkali-kali tampak mengibaskan telapak tangannya yang berkeringat, demi mengurangi rasa gugup. Brandon yang mengamati gadis itu sedari tadi, sigap merengkuh telapak tangan itu dan menggenggamnya erat. "It's okay," hiburnya. Daisy menoleh pada Brandon, lalu tertawa lucu. "Tanganku seperti tangan zombie. Pucat dan basah," guraunya seraya meringis. Brandon pun tertawa. Sepertinya meringis sudah menjadi ciri khas Daisy. "He's here," ucapan Liam menghentikan tawa Brandon. Dari kejauhan, terlihat seorang laki-laki yang mereka kenali sebagai Hendra. Pria itu memakai pakaian kasual dan berkacamata hitam. Dia berjalan mendekati mereka. Daisy berubah menjadi sangat tegang. Apalagi ketika ada laki-laki lain yang berjalan dari arah yang berbeda, menghampiri Hendra lalu berjalan beriringan. Daisy mengingat laki-laki asing itu. Laki-laki yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • My Love From Thames   Sacrifice

    "Kamu lahir dari kesalahan, Nak," Hendra mencoba mendekati Daisy. Melihat Daisy diam tanpa penolakan, dia lalu mengusap pipi gadis itu pelan. "Kamu dulu sering dititipkan oleh ibumu pada Maria, adik kandungnya, yang saat itu masih belum menjadi istriku. Maria kuliah semester akhir. Dia juga tidak begitu menyukaimu, sama seperti ibumu yang membencimu," lanjut Hendra dengan intonasi pelan dan hati-hati. "Ibu? Membenciku?" ulang Daisy tak percaya. "Zi. Mungkin ada baiknya kamu tidak perlu mengingat masa lalumu," Raja mulai bersikap ragu-ragu. "I want to know," desaknya. "And you, uncle Hendra. Kakak perempuan Brandon mengatakan kalau aku menyewa pengacara untuk menuntutmu atas kematian ibuku. Di berita acara disebutkan bahwa andalah yang menyebabkan ibuku meninggal." "Anggap saja begitu," timpal Hendra lembut. "Aku akan bertanggung jawab untuk semuanya," tegasnya. Terdengar hembusan napas kuat dari Raja. Dia terlihat sangat kalut, lalu menyugar rambutnya. "Maafkan Raja, Om. Seandainy

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • My Love From Thames   About Daisy

    "Nak Raja, apa-apaan?" wajah Maria mendadak pucat pasi. "Saya punya buktinya, Sir!" Raja terus merangsek ke arah kedua polisi yang mencekal lengan Hendra, tanpa mempedulikan teriakan Maria. "Jangan bercanda dengan kami, young man! Kalau memang anda yakin anda bersalah, anda juga harus ikut kami ke markas sekarang juga," ujar salah satu polisi dengan nada tinggi. "Saya bersedia," sahut Raja tegas seraya menatap sendu ke arah Daisy. Gadis itu membeku. Tatapan Raja seakan menusuk jantungnya. Rasa sakit, pedih dan cemas bercampur menjadi satu, membuat dada gadis itu terasa sesak. Kepalanya mulai berdenyut. Bayangan-bayangan kelam masa lalu mulai datang menembus pikiran. Kepingan-kepingan teka-teki bermunculan dan menyatu, membentuk sebuah gambaran mengerikan tentang dirinya. Daisy limbung. Tulang kakinya seakan tak mampu menyangga tubuh. Dia kesulitan bernapas. Satu-satunya cara untuk meraup oksigen dari udara, hanyalah dengan membuka mulutnya lebar-lebar. Matanya berair, jemarinya e

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01

Bab terbaru

  • My Love From Thames   Happiness Is Real

    "Namun, sebelum itu, kami harap anda hadir ke kantor untuk memberikan sedikit kesaksian," sela salah seorang polisi yang berdiri di samping Hendra."Iya, tentu," Zivanna mengangguk. Meskipun matanya lembab dan pipinya basah oleh air mata. Akan tetapi, dia merasa sangat lega saat itu."Bagaimana, Daisy? Apakah kau bersedia pulang ke London bersamaku? Ataukah Raja ...."Zivanna langsung menghentikan kalimat Brandon dengan menempelkan telunjuknya di bibir tipis kemerahan pria asli Inggris tersebut. "Aku tidak akan kembali pada Raja, Brandon. Sedari awal, aku sudah jatuh cinta padamu," tutur Zivanna."Benarkah?" Brandon menatap paras cantik itu lekat-lekat. "Katakan sekali lagi," pintanya."Aku mencintaimu, Brandon. Aku sangat mencintai dan merindukanmu," ucap Zivanna penuh keyakinan."Apakah itu artinya ... kau bersedia menikah denganku?" tanya Brandon lagi dengan sorot tak percaya.Zivanna mengangguk kuat-kuat."Ya, Tuhan. Ini seperti mimpi," Brandon mengangkat tubuh Zivanna tinggi-ting

  • My Love From Thames   Free Life

    "Tidak," wajah Zivanna memucat. Dia mundur perlahan sampai punggungnya menabrak sandaran kursi makan. Dia berniat untuk melarikan diri. Namun, sebelum hal itu terjadi, para pengawal Wiyasa sudah lebih dulu menangkap dan mencekal tubuh rampingnya."Menyerah saja, Nak. Tak ada gunanya kamu melawan. Kita akan mati bersama-sama di rumah tua ini," Atmariani memiringkan kepala. Dia memperhatikan kecantikan paras Zivanna yang berada di atas rata-rata. "Sebenarnya aku merasa sayang jika gadis secantik kamu harus berakhir mengenaskan. namun, ini adalah harga yang wajib kamu bayar karena telah menghancurkan kehidupan kedua putri kami.""Aku cucumu, Nek," Zivanna mulai terisak. Dia tak dapat menerima kegilaan ini. Tak pernah Zivanna sangka bahwa dia akan mati di tangan orang-orang yang seharusnya menyayangi dan menjaganya setulus hati."Tidak," Wiyasa menggeleng. "Dari awal, kami tidak pernah mengakui kebodohan Rosanna yang memilih untuk kawin lari ke luar negeri. Dia bahkan hamil dan melahirkan

  • My Love From Thames   End of The Line

    Zivanna terbangun ketika cahaya matahari menerobos masuk melalui lubang kecil di jendela kamar yang berlubang. Sudah tiga malam dia tidur di rumah tua yang terkesan aneh tersebut. Selama rentang waktu itu, dia tak bisa berhubungan dengan dunia luar. Entah bagaimana kabar Raja beserta keluarganya.Zivanna menguap, lalu bangkit perlahan seraya mengamati daun jendela yang berlubang di sana-sini. Penasaran, Zivanna beringsut turun dari ranjang dan mendekat ke daun jendela. Lubang-lubang kecil itu membentuk lingkaran sempurna. "Jendela itu terkena peluru," ujar seseorang secara tiba-tiba. Sontak Zivanna berjingkat saking terkejutnya, lalu membalikkan badan. Tampak Atmariani tengah berdiri di ambang pintu sambil membawa nampan berisi secangkir teh dan semangkuk bubur ayam."Sarapan dulu," ujarnya datar. Atmariani melangkah masuk dengan gayanya yang selalu terlihat anggun. Dia meletakkan nampan tadi ke atas nakas. "Setelah itu, bersiap-siaplah. Kami akan membawamu berjalan-jalan keluar.""K

  • My Love From Thames   Seek of Revenge

    Hendra tersenyum puas karena berhasil mengajak ayah kandung Zivanna untuk bertemu di London. Sekarang giliran Brandon yang dia tuju. Brandon Gallagher memiliki kekuatan dan pengaruh yang cukup besar untuk membantu Hendra menjemput Zivanna. Dengan langkah terburu-buru, Hendra berjalan menuju apartemen mewah Brandon. Sayangnya, pria yang hendak ditemuinya itu sedang mengadakan pertemuan di sebuah restoran dengan mantan kekasih yang kini menjadi saingan bisnisnya, yaitu Camilla."Katakan apa keperluanmu. Aku tidak punya banyak waktu," ujar Brandon dingin dan datar."Aku hanya ingin mengajukan kerja sama. Kudengar, kau kembali aktif dalam perusahaanmu," tutur Camilla, masih dengan gayanya yang tampak selalu percaya diri."Aku tidak tertarik untuk bekerja sama dengan siapapun. Aku hanya berfokus pada memperbaiki sistem dan rencana bisnis ke depannya," tolak Brandon tanpa basa-basi."Selama ini perusahaanmu dalam posisi autopilot dan dikendalikan sesekali oleh Liam. Kau pasti mengetahui ji

  • My Love From Thames   Danger

    "Apa cuma ini barang-barangmu?" tanya Atmariani dingin. Zivanna menjawabnya dengan anggukan pelan."Ya, sudah. Kebetulan, di rumah nanti, kamu akan mendapat barang-barang dan pakaian baru. Ditinggal di sini juga tidak apa-apa," saran Wiyasa. Raut ramah yang senantiasa ditampakkan di hadapan keluarga Atmaja, seolah sirna. Ekspresinya saat menghadapi Zivanna, terlihat begitu dingin dan datar."Ayo, jangan buang-buang waktu," Atmariani menyodorkan koper Zivanna pada salah seorang anak buahnya sambil memberikan isyarat pada anak buahnya yang lain untuk mengapit Zivanna agar tak melarikan diri.Zivanna sendiri sudah pasrah atas semua yang akan dilakukan oleh Atmariani dan suaminya. Dia juga tak mengucapkan sepatah katapun sampai dia memasuki mobil SUV keluaran lama.Di dalam kendaraan, Zivanna hanya terdiam, sampai mobil itu berhenti di sebuah rumah tua di pinggiran kota Jakarta."Rumah siapa ini?" tanya Zivanna pelan.Wiyasa tak segera menjawab. Dia malah membantu Atmariani untuk turun da

  • My Love From Thames   Wrong Path

    "Apa mereka menyakitimu, Nak?" Hana mulai was-was dengan keadaan Zivanna. "Tidak, Tante. Hanya saja saya kecewa ketika Tuan dan Nyonya Gumilar mengatakan bahwa Raja tidak akan datang kemari. Dia juga membatalkan rencana pernikahan kami," jawab Zivanna lesu. "Itu yang terbaik untuk kalian, Zi," sahut Hana dengan segera. "Bolehkah tante menanyakan sesuatu padamu?" "Silakan, Tante." "Apakah kamu mencintai Raja ataukah hanya merasa berutang budi padanya?" tanya Hana lugas. "Saya ...." Hening sejenak. Zivanna tak melanjutkan kata-katanya. Hana hanya dapat mendengar desah napas gadis cantik itu. "Raja melakukan segalanya demi saya. Sekarang saatnya saya membalas semua kebaikan Raja. Apapun yang dia inginkan, akan saya lakukan," lanjut Zivanna pada akhirnya. "Jadi, apakah kamu mencintai Raja?" Hana mengulang pertanyaannya. Zivanna kembali terdiam, sampai-sampai Hana harus menunggu beberapa saat lamanya. "Cinta bisa tumbuh seiring waktu. Tidaklah sulit untuk mencintai Raja, Tante," jaw

  • My Love From Thames   Secret Agreement

    "Astaga, bisa tidak kalian berhenti bercanda," Raja terkekeh. Namun, sorot matanya menunjukkan rasa sedih yang mendalam. "Tolong, berhentilah, Raja. Sudah cukup kamu mati-matian berkorban untuk Zivanna. Sekarang, saatnya fokus pada keluargamu. Berapa lama keluarga ini ditinggalkan saat kamu didakwa sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Rosanna? Pernah tidak, sekali saja, kamu berpikir tentang perasaan mama yang hancur melihat putranya duduk di kursi pesakitan?" ujar Hana panjang lebar. "Pernah tidak, kamu memikirkan kondisi mama yang benar-benar sedih dan terluka? Apakah sepenting itu Zivanna buatmu, Nak? Sampai-sampai kamu menepiskan keberadaan kami?" tampak jelas raut kecewa dari wajah Hana. Sementara Raja hanya bisa terdiam. Dia terpekur memikirkan ungkapan hati sang ibu. Selama ini memang dia terlalu fokus pada Zivanna, hingga melupakan keberadaan keluarganya. "Ah, sudahlah. Aku istirahat dulu. Kepalaku pusing sekali," tanpa menunggu tanggapan Raja, Hana segera berlalu dari

  • My Love From Thames   Raja's Choice

    "Apa maksudnya dengan melepaskan mama?" sentak Raja. Tangannya terkepal kuat sembari melangkah mendekat. Diliriknya sang ayah yang lebih banyak menunduk dan tak banyak bicara. "Lelucon macam apa lagi ini, Pa?" geram Raja. "Mama harap kamu bisa mengerti, Raja. Perusahaan kita dalam bahaya. Tak hanya itu, nyawa mama juga terancam. Kamu lihat sendiri, tak ada siapapun di rumah kita selain pengawal Ibu Gumilar dan Pak Wiyasa. Sebesar itulah pengaruh mereka dalam keluarga ini," tutur Hana dengan raut pilu. "Tidak! Ini semua sama sekali tidak masuk akal," Raja menggeleng kuat-kuat. "Sejak kecil sampai sekarang, aku tidak pernah mendengar nama Atmariani dan Wiyasa. Mama dan papa tidak pernah menyebut nama itu satu kalipun," tolaknya. "Itu karena kedua orang tua kita menyembunyikan semuanya dari kita," sahut Dewa. "Suka atau tidak, inilah kenyataannya, Raja. Tuan dan Nyonya Gumilar hendak membawa ibu kita." "Ananda pasti sudah pernah mengenal Rosanna dan Maria, dua putri kami. Nak Raja bi

  • My Love From Thames   Worried

    "Apa kamu suka?" tanya Raja lembut seraya memijit pundak Zivanna. "Suka," Zivanna mengangguk sambil tersenyum samar. Suasana dan desain interior apartemen itu mengingatkannya akan rumah Brandon di desa. Raja bukannya tak tahu perubahan air muka Zivanna, tetapi dia berusaha untuk tidak menghiraukan itu semua. "Memang semuanya membutuhkan proses, Zi. Kamu sudah terbiasa tinggal di Inggris," tuturnya lembut. "Iya," Zivanna memaksakan tawa. "Terima kasih, ya. Kamu pengertian sekali," kedua tangannya terulur, menangkup paras rupawan Raja. "Aku mencintaimu, Zi," Raja mendekatkan wajah, hendak mencium bibir gadis yang telah membuatnya tergila-gila. Namun, dering telepon genggam miliknya lebih dulu menggagalkan niat Raja. "Ah, tunggu sebentar. Ini nada dering khusus milik Papa," ujar pria tampan itu sebelum meraih ponsel dan menerima panggilan. "Ya, halo," sapa Raja dengan raut kalem. Sesaat kemudian, raut wajah kalem itu berubah tegang. Raja diam mendengarkan tanpa mengucapkan sepatah k

DMCA.com Protection Status