Beranda / Romansa / My Love Blows / Bab 1 || Kisah Buruk

Share

My Love Blows
My Love Blows
Penulis: Bukan Ardiyan

Bab 1 || Kisah Buruk

Penulis: Bukan Ardiyan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-16 14:33:58

Disaat semua orang menorehkan tinta bertemakan cinta, tidak begitu dengan Xavier Alexa. Cintanya sudah kalut bersama kebencian yang menjalar bersama jiwanya. Jika saja ada level di atas kebencian, mungkin kata itu lebih pantas untuk disematkan kepadanya.

“Mas, dari mana kok baru pulang?” ujar wanita paruh baya yang terlihat kebingungan dengan raut wajah ketakutan, Adellia ibunda Xavier Alexa. Sekarang pukul 02.00 dini hari sudah sangat larut malam.

Disana sudah ada Xavier yang mengawasi dari tangga, dan tangga itu membundar sehingga dengan mudah dia menyembunyikan tubuhnya saat diam-diam mengawasi kedua orang tuanya, percayalah Xavier sudah merasakan aura buruk yang menyentuhnya.

“Gak usah banyak tanya kamu!” sergah pria dengan badan semampai dan urat yang terlihat begitu menonjol di tangannya,  itulah Daniel Aditiya, ayah keji, tidak berperasaan, dan banyak sifat buruk yang tidak patut untuk dikatakan sebagai manusia. Begitulah pandangan Xavier mengenai ayahnya.

“Kenapa jam segini rumah masih berantakan!” cecar pria itu lagi dengan tatapan mata yang sangat tajam, jari mengarah ke satu tempat yang memang terlihat sedikit berantakan, namun tidak begitu menganggu.  

Xavier masih di situ dengan posisinya.

“Tadi aku udah bersihin semua, mas,” ujar Adellia berusaha membela. Bola matanya sudah mulai berlinang air mata. Ah, itu adalah hal yang paling dibenci Xavier, melihat ibundanya menangis. Selama ini Xavier hanya melihat semuanya di balik tirai bayangan. Karena dia menyadari suara anak SMA kelas akhir tidak akan pernah didengar sama sekali oleh orang tua yang di butakan dengan cinta dan tidak akan sama sekali mempan jika digunakan untuk menasehati orang tua yang sudah kehilangan rasa manusiawinya.

Daniel mendekat dengan langkah yang dihentak-hentakan menghampiri Adellia murka, tangannnya mencekal rambut istrinya seraya berkata,

“Gak usah banyak ngeles kamu! Jangan bisanya cuma nangis aja! Kamu itu di sini cuma numpang, sadar diri!” pekik Daniel yang masih menikmati cekalannya. Dan istrinya, meringis kesakitan.

Perbuatan seperti ini sudah bukan hal yang tabu di depan mata Xavier. Setiap dia bertanya kepada ibundanya mengapa mau diperlakukan seperti itu, dan cintalah yang membuatnya bertahan itulah jawaban yang selalu diberikan. Xavier sudah benar-benar muak dengan kalimat itu. Melihat ibundanya diperlakukan seperti ini karena cinta membuatnya sengaja membutakan hati untuk tidak melihat kata ini -cinta- terlebih membukakan hati untuk menerimanya.

Sampai saat ini Xavier tidak mengetahui apa yang dilakukan ayahnya itu hingga sering sekali pulang larut malam, dia lebih baik bersuka-ria bersama ibundanya dari pada harus mencari  tau urusan orang tua itu. Namun, untuk kali ini dia berpikiran lain, prasangka buruk sudah memenuhi paradigma yang ada di kepalanya. Paling tidak dia ingin memberikan bukti kepada orang yang selama ini sangat dia sayang bahwa cintanya itu sudah menghancurkan kehidupannya.

Xavier menghampiri ayahnya yang sedang murka kepada istrinya tanpa alasan.

“PAPAH!!” pekik Xavier menuruni tangga yang tersusun rapi.

Sang ayah tidak menggubris kedatangan anaknya, justru wajahnya semakin terlihat murka, alisnya saling bertaut gerahamnya mengeras terlihat dari kejauhan. Dan ibundanya tercinta terkejut melihat kedatangan putra satu-satunya itu.

“Kamu ngapain kesini!?" Bentak Daniel dengan jari telunjuk yang ditorehkan kepada anaknya. Tangan  Daniel bergetar hebat, namun itu bukanlah getaran ketakutan justru itu adalah getaran yang ditimbulkan dari rasa geramnya.

“Lepasin!” tanpa rasa getir sedikit pun, Xavier melepaskan cekalan kejam Daniel yang sedari tadi menempel di rambut Adellia. Rambut Adellia berwarna hitam pekat dengan alur lurusnya namun karena usia yang sudah beranjak tua kini sudah beberapa helai mulai memutih.

-Pov Xavier-

Pagi ini mataku begitu sayup sembab akibat kejadian dini hari tadi, beruntungnya ayahku tidak begitu memberi perlawanan. Mungkin, badanya sudah sangat letih akibat ulah keji yang telah ia perbuat lainnya, bajunya saja bau minuman yang sangat mengusik hidungku.

Lagi-lagi pagi ini harus bersekolah bertemu dengan pelajaran yang membosankan.

“Mah, kepalanya masih sakit?” tanyaku sembari membelai lalu menyisir rambutnya dengan jari-jariku.

Mamahku selalu menyiapkan segala kebutuhan yang selalu kuperlukan, bahkan untuk sarapan pagi seperti ini tidak pernah absen. Berbeda dengan orang tua yang satu itu.

“Eggak sayang, mamah gak papa. Kamu bangunin papa mau ga sayang?”

Aku menggelengkan kepalaku mengisyaratkan sebuah penolakan. Bukannya tidak mau melaksanakan permintaannya, melihat wajah ayahku saja aku tidak sudi.

Selama ini semua pembiayaanku ditanggung mamahku, bahkan uang semua pembelanjaannya selalu dicarinya sendiri.

“Gak ah, mah. Vier mau langsung berangkat aja udah mau telat.” Kilahku sambil menatap jam yang berada di lenganku, masih pukul 06.30.

Aku beranjak dari kursi meja makan meninggalkan mamahku setelah berpamitan padanya. Melihat langit diluar yang tidak begitu cerah aku memilih untuk mengendarai mobil yang berada di garasi. Dan mobil ini juga adalah pemberian dari hasil usaha bisnis mamahku.

Rumahku dengan sekolah hanyalah berjarak waktu kurang lebih 15 menit saja jika mengendarai motor, berbeda jika harus menggunakan mobil, tentu akan sedikit lebih lama.

Selama perjalanan pikiranku selalu berkutat pada mamahku yang berada di rumah bersama orang tua sialan itu. Aku tidak memperdulikan hiruk pikuk yang memenuhi jalan raya, sungguh yang kuinginkan hanyalah bersama mamahku satu-satunya. 

“Selamat pagi Pak Tono!” sapaku kepada satpam yang sudah stand by di pintu gerbang berdiri tegak bak tiang bendera, aku sedikit akrab dengannya.

“Wuih Vier, makin tampan kalau make mobil?”

“Makasih, pak. Mau hujan kayaknya.” Tanganku menunjuk langit yang kurang bersahabat ini.

Setelah selesai memarkirakn mobil. Mataku nyalang melihat seseorang yang sangat asing. Rambut yang menjuntai sepundak, wajah berseri-seri dihiasi kacamata dan kulit putih indah menawan.

“Kedip Vier!” sergah Pak Tono dari kejauhan. Ah sial! Aku terciduk.

“Itu anak baru pindahan, kemaren sore waktu saya belum pulang ngeliat dia di TU” jelas Pak Tono tanpa kupinta.

“O” bibirku membulat, mencoba untuk tetap biasa saja meskipun sebenarnya melihatnya sekerjap membuatku tertegun karena parasnya. Dia menyatu dengan kesejukan pagi ini.

Tak ingin terlihat seperti orang bodoh segera kutinggalkan dan pergi menghampiri kelas.

Seperti biasa ketika aku memasuki kelas ini selalu saja sudah terdahului oleh teman-temanku yang datang lebih awal. Ah, mungkin aku yang selalu terlambat hehe.

Langkah demi langkah kutapak, dan mata mereka semua yang selalu mengintimidasiku menjadi penghibur suasanaku. Aku berusaha tidak peduli dengan mereka semua karena menurutku tidak ada yang menarik di kelasku ini. Orang-orangnya juga biasa, hanya saja mereka didominasi oleh para kutu buku.

“Hai, Vier...” seorang wanita dengan rambut lurus pirang menghampiriku, membuatku terkejut.

“Sendiri aja, nih?” cecarnya dengan pertanyaan tidak bermutu. Bagaimana bisa dia bertanya sedangkan matanya sudah bisa memberikan jawaban.

“Iya,” jawabku cuek.

Tiba-tiba saja dia mengeluarkan buku dari tasnya lalu menjulurkanya kepadaku seraya berkata,

“Minta tolong dong, Vier.” Wajahnya memelas. Aku memutarkan bola mataku malas.

Wanita ini bernama Asya siswi kelas sebelah. Karena dia mempunyai teman begitu banyak di kelas ini dan wajahnya yang bisa dikatakan memiliki kecantikan diatas rata-rata membuatnya disegani di kelasku, tentu tidak denganku. Aku bahkan risih dengan kehadirannya yang selalu mendekat kearahku. Seperti sekarang ini contohnya.

“Gue ga jago matematika, lo tanya Fano aja!” kilahku.

“Jangan gitu dong, Vier,” ujarnya dengan memanyunkan bibir bagaian bawah. Dan wajahnya terlihat sendu. Tentu usahaku untuk berbohong tidak akan mempan mengingat banyak piala yang sudah kusumbangkan untuk sekolahku ini.

“Iya, sini gue bantuin.”

Dengan sekejap matanya berbinar-binar, dan senyumnya melebar, aku tau sekarang dia sedang kegirangan. Aku mendengus pelan,

"Dasar wanita..."

Tring... tring... tring...

“Yah belum selesai, udah bel masuk. Gimana dong?”

Lagi-lagi wajah melasnya itu diperlihatkan dihadapanku. Khusus wanita yang satu ini sudah banyak cara kulakukan untuk menghindarinya, namun selalu sia-sia dia seperti bayangan yang selalu mengikutiku kecuali jika malam sudah tiba.

“Yaudah nanti lagi gue bantuin, balik sana!” ujarku pelan. Dia langsung meninggalkanku tak lupa senyum lebar sempat ia torehkan kepadaku.

“Ciee... cie...” Gemuruh suara satu kelasku. Aku tau itu semua ditujukan kepadaku, namun tidak peduli karena sudah menjadi hal yang sudah sangat lumrah di telingaku setiap pagi.

Drrttt... drrrt... drtttt...

Mamah memanggil

Kenapa tiba-tiba mamahku menelpon, rasanya tumben sekali. Baru kali ini dia menelponku sepagi ini, ada apa? Pikiranku hanya berkutat mengenai apa yang sudah dilakukan papahku tadi malam.

“Hallo, mah.”

***

Bab terkait

  • My Love Blows   Bab 2 || Bahagia

    Perasaan Xavier sekarang sedang dirundung kebahagian. Bagaiamana tidak pasalnya ayah yang dia benci sedang pergi keluar kota, ini seperti pelangi yang datang setelah badai menghadang. Namun, entah apa yang dilakukan ayahnya dia tidak pernah tau dan tidak pernah ingin mengetahuinya. Yang terpenting bagi Xavier adalah ibundanya terjaga dari mara bahaya, dan ayahnya itulah sumber petaka menurutnya.Sepertinya Fano teman sebangkunya itu menyadari hati Xavier sedang berbunga-bunga.“Lo lagi seneng? Ayah lo lagi minggat!?” tanya Fano sekaligus memberi pernyataan.Fano adalah satu-satunya teman yang mengetahui latar belakang kehidupan Xavier. Jadi sudah wajar jika dia mengetahui hal apa yang membuat Xavier sangat kegirangan. Fano adalah tipikal orang yang tidak banyak bicara, maka dari itu ia dijadikan tempat untuk mencurahkan segala masalahnya kalaupun itu hanya sekedar bercerita. Bahkan, dia memiliki kepribadaian yang hampir sama dengan Xavier ha

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-17
  • My Love Blows   Bab 3 || Informasi Penting

    Hembusan angin semilir yang sangat ramah ini membuat suasana menjadi sejuk-menyejukkan padahal sekarang sudah hampir menjelang siang. Carina yang masih sangat menggebu-nggebu begitu antusiasi ingin menceritakan perihal mengenai Xavier, dia seperti langit hitam yang ingin memuntahkan air bah karena takk bisa terbendung.Sampai saat ini hanya Jeania yang dengan terang-terangan memberikan penilaian sikap buruk mengenai Xavier. Bagaiamana tidak, wajah Xavier yang begitu rupawan sudah banyak memikat wanita yang melihatnya, lantas ditambah dengan akademiknya yang begitu mumpuni, tentu sudah sangat terlihat perfect di kalangan warga sekolah. Carina adalah salah satu contoh wanita yang sedang tergila-gila dengan paras yang dimiliki Xavier, kalaupun dia tidak pernah dianggap sama sekali.“Sini, lo! Ikutin gue aja!” pekik Carina mencekal lengan Jeania, sebenarnya Jaenia sama sekali tidak berminat untuk diajak.“Mau kemana, sih?! Kenapa ga di kelas

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-18
  • My Love Blows   Bab 4 || Benci!

    -Aku tau mencintai seseorang itu tidak perlu membutuhkan sebuah alasan, karena alasan hanya diperlukan saat kita membenci seseorang, dan aku mempunyai alasan itu.-“Mamah!” pekik Xavier menghampiri Adellia.Bercakan luka sayatan yang menetes dan meyebar disekitar lantai membuat hati Xavier begitu terenyuh seperti dipaksa untuk memasuki jurang yang sangat dalam, air matanya kini mengalir. Sedalam itu dia mencintai Adellia maka sesakit itu juga saat melihat Adellia menderita.“Ini kenapa, mah?” tanya Xavier menggapai tangan Adella yang bergelayut lemas di atas bangku.Wajah Adellia terlihat pucat pasi, tubuhnya terkulai lemah, luka itu sudah sedari tadi mengalirkan cairan merahnya. Terlihat bercakan yang masih segar berserakan disekitar lantai.Tanpa pikir panjang dan dengan air mata mengalir deras tak bisa dibendung, Xavier membawa Adellia masuk kedalam mobil. Dengan langkah gontai namun perlahan Adellia bisa mengiku

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-19
  • My Love Blows   Bab 5 || Bukan Cinta!

    -Apakah benar cinta itu datangnya dari mata lalu turun ke hati, lantas bagaimana jika tangga pertama itu hilang? Masihkah ada kata cinta semanis saat pertama kali jumpa?-“Eh, adek abang udah pulang,” pekik Revan menyambut kedatangan Jenia.“Kenapa nih mukanya cemberut gitu?” kali ini Revan mencubit pipi adeknya itu. Percayalah di usia yang sudah menginjak SMA seperti ini wajah Jeania masih terlihat baby face.“Aw... sakit, kak!” Jeania menggerutuki kakaknya.Dari kejauhan terlihat Devi menggeleng-geleng melihat tingkah laku Revan itu. Sudah berapa kali Devi mengatakan agak tidak memperlakukan adik wanitanya itu seperti anak kecil. namun karena ini adalah sikap normal sebagai seorang manusia jadi Devi sedikit memakluminya, hanya sedikit.“Mah, ini Kak Revan rese!” ketus Jeania. Tangannya mendekap di dadanya. Revan yang melihat ini hanya terkekeh, sebenarnya tangannya s

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-20
  • My Love Blows   Bab 6 || Pembawa Sial

    Hilang satu tumbuh seribu. Bagaiamana dia bisa hilang sedangkan aku pun bukan siapa-siapanya. Kadang seseorang berujar akan ketidakadilan hidup ini, padahal kita sendiri yang tidak adil karena seenaknya mengklaim sepihak. Buktinya saja kamu tak dianggap!“Lo kenapa sih, Jen!?” tegur Carina membuat Jeania tersentak karena sedari tadi melamun.“Gue...”“Hai...!!!” Tiba-tiba seseorang dengan tubuh semampai dan wajah yang begitu menawan mengejutkan mereka berdua.Sekarang mereka sedang berada di pelataran kelas. Duduk berdua di bangku yang sedari tadi kosong, sebelum satu pria yang tak dikenal Jeania ini datang menghampiri mereka berdua.“Nama lo Jeania?” tanya pria itu, namanya Faisal, kelas sebelah.Bukannya menjawab Jeania justru menggedikan bahunya kemudian mendesah malas. Mood Jenia sedang tidak baik, dan sekarang bukan waktu yang tepat untuk Faisal.“Sssttt...&r

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-21
  • My Love Blows   Bab 7 || Balas Dendam

    Kupikir dengan adanya banyak orang yang memujiku cantik maka segala urusanku dengan semua orang akan terasa lebih mudah, ternyata sama saja sulitnya.- Jeania Suasana di sekolah cukup sepi, tentu saja mereka semua sedang melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.Kecuali dengan Jeania dan Carina, mereka masih berjemur bersama tiang bendera di tengah lapangan menemani mereka bertiga yang sedang mematung menjalankan titah dari sang ketua.Terik matahari semakin memancarkan panasnya, dan minimnya angin sepoi-sepoi mendukung penyiksaan yang mereka alami sekarang. Itu adalah resiko yang tidak bisa mereka hindari. Sebenarnya hukuman seperti ini jauh lebih baik daripada harus berurusan dengan guru BK yang di mana itu hanya akan lebih memanjang dan akan jauh lebih lama.“Makin panas gila, Rin,” keluh Jeania mengipas-ngipasi dirinya dengan tangan kosong. Keringatnya mulai berjatuhan sedikit demi sedikit. Meskipun berkeringat Jeania tidak s

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-22
  • My Love Blows   Bab 8 || Dia Berharga

    Kau tau... ternyata rasa gengsi itu adalah musuh terbesar bagi cinta. Jika kau mencintai seseorang lebih baik jujurlah, jangan sampai rasa gengsi itu menguasaimu. Aku tau bagaimana rasanya, dan itu benar-benar lebih menyakitkan. Tolong, percayalah!Waktu istirahat telah usai, sekarang suasana cukup sepi. Hanya tersisa dua orang yang sedang membersihkan baju Xavier.Meskipun terlihat suka bermain game online Fano adalah seorang teman yang setia, dia selalu ada disaat Xavier membutuhkan bantuannya bahkan dia tidak pernah menolak, begitu pun dengan Xavier.Perlu diketahui mereka berdua adalah cogan-cogan sekolahan, hanya saja Xavier enggan mempermainkan perasaan seorang wanita. Xavier lebih memilih to the point untuk menolak dari pada harus menggerayangi perasaan wanita meskipun itu terlihat sangat kejam, dan Fano adalah kebalikannya. Sebenarnya dia tidak sepenuhnya mempermainkan perasaan wanita, hanya saja dia selalu menerima wa

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • My Love Blows   Bab 9 || Lebih Baik Sekarang

    Hey, bangun! Mimpimu bukan untuk hanya dinikmati saja. Jika mau maka lakukanlah, dan gapai itu. –Pesan Author-Kini pikiran Xavier benar-benar dikerahkan untuk mencari cara agar bisa mencegah niatan Fano. Benar, baru kali ini Xavier memikirkan hal seperti ini. Jika tidak untuk Jeania pasti dia akan sangat merasa ilfeel. Semenjak hadirnya Jaeania, Xavier sudah bukan lagi bangunan kokoh dengan prinsip yang dijunjung tinggi. Sekarang Xavier hanyalah seorang pengagum rahasia.Akhirnya setelah lama berkutat pada pikirannya Xavier menemukan cara. Entah, akan berhasil atau tidak, harus tetap dicoba. Sebenarnya ditebak saja sudah bisa, karena seorang Jeania tidak akan dengan mudah menerima perkataan dari Xavier apalagi semenjak pertama kali ia bertemu hingga sekarang belum pernah ada kesan yang cukup baik untuk sekedar dijadikan sebuah ingatan.“Maaf, bu. Saya izin ke kamar mandi sebentar,” ujar Xavier kepada guru yang sedang

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-25

Bab terbaru

  • My Love Blows   Bab 20 || Melangkah Maju

    Xaiver dan Pak Tono keduanya masih dalam keadaan siaga. Padahal pagi ini masih begitu sepi sekali, tentu tidak akan ada yang mengawasi mereka berdua. Namun, rasa was-was yang menyelimuti Xavier begitu kuat.Xavier masih berpikir-pikir apakah ia perlu menceritakan rencananya kepada Pak Tono selaku satpam sekolah itu. Kedekatannya dengan Pak Tono membuatnya sedikit menyingkirkan rasa gengsinya meskipun hanya untuk sementara. Karena menurut Xavier Pak Tono hanyalah satpam yang sekedar menjaga gerbang, jadi ia tidak mungkin bisa mencampuri urusan Xavier lebih jauh.“Jadi gini, pak. Vier mau nyari data-data tentang Jeania di ruang guru,” ujar Xavier dengan berbisik pelan, berharap tidak ada yang mendengar. Pak Tono terkejut terlihat dari ekspresi wajahnya yang terpental kebelakang.“Buat apa Vier? Mending jangan deh, kamu itu Ketua OSIS. Nanti nama kamu bisa tercoreng abis itu angkatan kamu juga kena dampaknya. Mending dipikir-pikir lagi,&rdqu

  • My Love Blows   Bab 19 || Xavier dan Adellia

    -Cinta seorang ibu itu tidak pernah bohong. Kamu bisa mengetahuinya saat berinteraksi dengannya.-Semenjak kepergian Daniel beberapa hari yang lalu, rumah terasa tentram bagi Xavier. Tidak ada kegaduhan, kekacauan, dan kebengisan-kebengisan yang dibuat oleh Daniel. Namun, berbeda dengan Adellia ibunda Xavier sekaligus istri Daniel, hari-harinya salalu ditemani oleh tangisan saat ia hanya menyendiri di kamarnya. Bahkan, Xavier tidak mengetahui hal itu, karena hari-harinya disibukkan oleh tugas sekolah yang sangat menumpuk, dan kewajiban-kewajibannya yang lain selaku Ketua OSIS.Diusia Xavier yang sudah beranjak dewasa ia sudah sangat mampu membagi waktu-waktunya. Ia tau kapan harus mengerjakan kewajibannya, menemani ibundanya, dan tentu ia tidak pernah terlupa untuk memikirkan Jeania.“Vier... kamu ngelamunin apa sayang?” pekik seseorang tiba-tiba memasuki kamar Xavier. Xavier sedang bersantai, karena di luar sedang turun hujan, melepas

  • My Love Blows   Bab 18 || Terima Kasih

    Aku berusaha menutupi kebohonganku menggunakan kebohongan, dan semua itu hasilnya sia-sia. –JeaniaJeania dan Carina keduanya larut dalam kesunyian, perlahan kesadaran Jeania mulai luruh karena mengantuk. Selain hobi membaca Jeania juga hobi sekali melamun, seperti saat ini. Sengaja Carina ikut terdiam karena menunggu kata-kata yang akan dilontaran Jeania dan ia berharap adalah sebuah penjelasan. Namun, setelah sekian berlama-lama menunggu Jeania yang tak kunjung berbicara, Carina sudah mulai geram.“Jen!” pekik Carina mengejutkkan Jeania. Tadinya ia sudah terlelap untuk beberapa saat.Jeania menghela nafas panjang, ia menyesal telah mmenghadirkan Carina ke rumahnya. Sebenarnya yang bermasalah bukan pada Carina melainkan pikiran Jeania yang sedang tidak baik dan merusak mood-nya.“Oh iya Jen. Soal Kak Fano gimana lo jadinya,” tanya Carina. Jeania tersadarkan dengan rencananya.“Gak tau gue, Rin.

  • My Love Blows   Bab 17 || Sahabat

    Langit terlihat begitu mempesona terukir indah di cakrawala. Kicauan burung menambahkan kelarasan bercengkrama. Tidak ada tanda kesenduan yang terlihat di langit, tentu tidak akan ada air yang mengguyur tanah sekolah SMA ini.Setelah kejadian yang menimpa Jeania, ia langsung meminta maaf kepada Asya karena sudah meninggalkannya sendirian. Dan setelah Jeania menjelaskan semua, seakan mengerti perasaan Jeania, Asya lalu memaafkannya. Tidak ada tanda-tanda kecurigaan yang diperlihatkan Asya. Ia masih menganggap Jeania sebagai seorang siswi baru yang tidak mungkin berbuat macam-macam.Perasaan Jeania masih diselimuti kekesalan, lagi-lagi dia harus terkena kesialan karena berurusan dengan seseorang yang bernama Xavier. Sebenarnya Xavier tidak melakukan kesalahan apapun, hanya saja karena Jeania yang sudah berani menaruh perasaan kepada Xavier jadi semua yang berhubungan dengan perasaan selalu salah di mata Jeania.Xavier masih dengan sikapnya seperti biasa, dia

  • My Love Blows   Bab 16 || Beruntung?

    Jangan pernah menduga-duga seseorang dengan sesuatu yang buruk,selain tidak ada untungnya jika dugaanmu salah, itu bisa menjadi penyesalan teramat besar. “Gue...”“Kenapa!?” sergah Xavier kali ini dengan nada sedikit lebih tinggi.“Gue mau manggil guru soalnya dari tadi kelas gue kosong Xavier sang Ketua OSIS... galak amat,” ketus Asya.Bisa dikatakan Asya adalah seseorang siswi yang cukup rajin, pasalnya ia dipilih oleh guru untuk menjadi ketua kelas bukan tanpa alasan. Selain karena sifat rajinnya ia juga memiliki sikap yang tegas terhadap teman-temannya.“Oh gitu, yaudah sana. Gue duluan,” ujar Xavier melenggang meninggalkan Asya. Seperti biasa sikap dinginnya masih sangat melekat setiap harinya, bahkan untuk seorang yang cantik dan rajin seperti Asya sangat susah untuk mendapatkan perhatian.Asya melangkahkan kakinya untuk pergi ke tempat yang akan ia tuju. Pikirannya masih berkut

  • My Love Blows   Bab 15 || Kecewa

    -Pov Jeania-“Apa-apan Xavier sialan itu! Kemarin ngaku-ngaku jadi pacar gue, sekarang udah ada berita jalan sama yang lain,” gumamku yang masih terdengar oleh Carina.“Hah... apa lo bilang!? Seriusan?” sergah Carina ia terkejut mendengar apa yang baru saja kuucapkan. Sengaja berita itu tidak kuceritakan kepadanya, karena aku tidak ingin dicecarnya dengan banyak pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermutu.“Kok lo gak ngasih tau gue, sih!?”Dan benar saja, Carina sepertinya setelah ini akan mencecarku dengan banyak pertanyaan.. Berita yang kuberikan kepadanya seperti wartawan yang mendapatkan umpan untuk disantap.“Lo diem... lo diem! Gak usah banyak tanya dulu, mood gue ilang denger lo ngasih kabar gituan,” ujarku. Aku merengkupkan tanganku di atas meja lalu menopangkan daguku.Seharusnya sedari awal aku menyadari jika Xavier itu memang terlalu tinggi untuk digapai. Layaknya bulan yang h

  • My Love Blows   Bab 14 || Pertikaian

    Mengapa orang-orang rela mengutuk dirinya sendiri diatas kesempurnaan yang telah diberikan?Udara kali ini cukup terasa menyejukkan. Si jingga yang sudah melukis indah di langit membuat panorama mata semakin ingin merasakan candunya. Begitulah nuansa ria sore hari di rumah Xavier.Sudah cukup lama Adellia mengalirkan air matanya untuk menangis, deru nafasnya sedari tadi masih tersengal-sengal. Melihatnya seperti ini Xavier seperti sedang tertusuk ribuan pisan di hatinya, begitu menyakitkan.Karena sudah tidak tahan Xavier menghampiri ayahya tanpa sepengetahuan Adellia.“Mau kemana, sayang?” tanya Adellia melihat Xavier sedang membuka pintu.“Ambilin mamah minum bentar,” ujar Xavier berbohong.Tak ingin menaruh curiga Adellia memalingkan pandangannya ke langit-langit kamar. Xavier pun melenggang meningalkanya.Brak!!Xavier membanting pintu kamar Daniel, dia tersentak kaget.&l

  • My Love Blows   Bab 13 || Misi dan Rahasia

    Kesempatan bisa saja datang untuk kedua kalinya, hanya saja mungkin tidak akan sehebat yang pertama. Karena sebesar apapun seseorang memberikan kasih cintanya, jika dia pernah merasakan luka sebelumnya dia akan lebih berhati-hati untuk melangkah. Namun, belum tentu terjadi untukmu, bisa saja cintanya akan lebih hebat saat bersamamu. "Lo gak perlu tau alasannya. Ikutin kata gue pokoknya!”Jeania terperangah seketika mendengar jawaban yang diberikan Xavier. Dia tidak habis pikir dengan apa yangbaru saja dikatakan Xavier.“Eh... asal lo tau, gue mau pacaran sama Fano atau siapa itu terserah gue... bukan urusan lo!” sergah Jenia dengan nada lantang. Ia melenggang meninggalkan Xavier yang masih masih terpaku dengan perkataan tajam Jeania.Sebenarnya Xavier menyadari dia begitu dingin kepada Jeania, bukannnya tidak mungkin untuk mengubah kepribadianya hanya saja rasa gengsi yang ia miliki cukup tinggi untuk ditaklukan.

  • My Love Blows   Bab 12 || Ini Pilihannya

    Suasana sekolah cukup ramai, hampir setiap kelas jika jam istirahat tiba mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bersenang-senang. Begitu juga dengan Carina dan Jeania mereka berdua memutuskan untuk pergi ke kantin. Hanya satu orang saja yang menyia-nyiakan jam istirahat ini, dia adalah Xavier. Seperti yang dilakoni tadi pagi dia menyendiri di ruang khusunya. Pikirannya masih saja berkutat pada seoarang yang terkulai di rumahnya. Dia masih mengkhawatirkannya.“Gue males, Rin,” sergah Jeania.“Terus gimana dong rencananya, udah ayok!” Carina menarik lengan Jeania agar mengikutinya. Namun, tiba-tiba...“Hai Jen... ini buat lo.” Itu adalah Faisal yang mengejutkan mereka berdua, dia menyodorkan kertas yang terlipat rapi.“Gue duluan, ya..”Jeania tak menjawab apapun, dia hanya menerima kertas yang diberikan Faisal.“Gila udah dapet surat cinta aja, lo!”“Gue ga suka am

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status