RAHASIA DI KOPER SUAMIKU
PART 24
Pemakaman
Tanah kuburan yang masih basah bertabur beraneka macam bunga. Dua gundukan tanah itu berisi jasad Intan dan Rahmad. Keduanya di makamkan bersisihan.
Kutatap lama dua batu nisan yang bertengger di pusara. Semoga kalian tenang di alam sana. Rahmad, Intan, aku sudah memaafkan semua kesalahan yang pernah kalian perbuat di hidupku.Kuhunuskan nafas panjang. Dengan langkah gontai aku pergi meninggalkan TPU setempat. Aku kembali ke rumah sakit. Dikarenakan masih ada Albert yang harus kuurus. Jika Albert bukan aku yang bertanggung jawab. Lalu siapa lagi, dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Mas Hakam, dia bukan Ayah kandungnya. Aku terlarut dalam pikiran yang mengitari kepala. Berpikir bagaimana ke depannya. Apakah Albert harus aku berikan ke panti asuhan. Atau aku sendiri yang merawatnya. Ah, lagi-lagi aku teringat pesan Intan. Bisakah aku abai akan wejangaRAHASIA DI KOPER SUAMIKUBab 25Bulan Telah Berlalu🌹🌹🌹Enam bulan kemudian ....Alhamdulillah, mamaku tidak keberatan aku mengadopsi Albert. Meski awalnya Mama menolak, namun sekarang Mama sudah bisa menerima Albert di rumah ini. Wanita yang sudah melahirkan aku ke dunia ini itu, juga memperlakukan Albert dengan baik."Mama kenapa melamun?" suara itu membuyarkan lamunanku. Tangan halusnya membelai pipiku dengan lembut."Enggak, Sayang. Mama Dewi lagi mikirin nanti kamu sekolah di mana." kataku lalu memapah bocah kecil ini menuju teras depan. Kami tadi sedang berada di ruang tamu. Memang biasanya setiap hari minggu atau libur, aku dan Albert menghabiskan waktu di rumah. Jarang kami jalan-jalan, karena aku sibuk mengurus urusan kantor."Albert duduk di sini ya, Sayang." Kunaikan Albert ke atas kursi. Dan aku pun turut duduk di sampingnya."Mama Dewi, Bunda kapan pulang ke rumah ini?" tanya Albert membuatk
RAHASIA DI KOPER SUAMIKU Bab 26 Lamaran Yang Datang 🌹🌹🌹 Albert melepaskan genggaman tangan Rehan dan berlari ke arah wanita yang tengah berada di toko itu. "Albert, jangan lari, Nak." aku memekik. Cepat Rehan dan aku mengejar Albert. "Bunda, Albet kangen." ucap Albert pada wanita berbaju merah muda itu. Sontak wanita yang tadi menghadap ke rak sepatu itu memutar badan. "Maaf, Adek siapa? Bunda siapa?" tanya wanita itu perlahan mendorong tubuh Albert pelan. "Maaf, Mbak. Ini anak saya," kutarik Albert mendekat di antara aku dan Rehan. "sekali lagi maaf ya, Mbak. Salah orang." kuulangi kata-kataku. Wanita ini sama sekali tidak mirip Intan. Hanya gaya potongan rambutnya saja yang agak sama. "Iya, nggak apa-apa kok, Mbak." ucap wanita itu. Kubalas dengan tersenyum simpul. Setelahnya kami bertiga pamit untuk pergi dari tempat itu. Kami sama-sama mengedarkan padangan
RAHASIA DI KOPER SUAMIKUBab 27Bimbang (Tamat)Terima atau tidak, ya?Jantungku berdegub lebih cepat dari biasanya. Ada gelenyar aneh yang menjalar menyusuri sudut Hatiku. Perasaan apa ini? Kenapa aku jadi berdebar begini. Berulang kutelan saliva yang mengganjal di tenggorokan. Namun tak juga mengurangi rasa campur aduk yang bersemayam dalam hati.Apa aku harus menerima lamaran Rehan? Atau menolaknya? Jujur, aku nyaman dengannya. Rehan lelaki yang baik, ia juga penyabar. Mapan, punya banyak aset. Secara materi dan fisik. Rehan memang sudah mumpuni untuk dijadikan pendamping hidup. Tapi, bayang kelam masa lalu dalam pernikahan dulu dengan Mas Hakam. Membuatku agak getir untuk menerimanya. Trauma yang masih terpahat sempurna masih terlalu lekat menapak dalam ingatan. Begitu menohok dan sangat menyakitkan. Pengkhianatan itu masih kuingat sampai sekarang. Jika, bertanya apakah aku mencintai Rehan? Hati kecilku mengatakan belum. Namun, ada
RAHASIA SUAMIKUSEASON 2PART 28GUYS, ini posisi Vina, Albert sama Rehan lagi di salon ya.🌹🌹🌹Kudorong pintu kaca rumah kecantikan bernuansa putih pink ini. Beberapa staf menyambut dengan senyuman ramah."Mbak, buat calon istri saya makin cantik." ucap Rehan pada pekerja di salon ini."Siap, Pak. Mari, Mbak. Ikut saya," aku berjalan mengekor ke arah sebuah ruangan. Rehan dan Albert menunggu di ruang depan.Pertama-tama aku minta dipijit dengan rileks. Nyaman sekali saat kulit ini pertama disentuh. Terasa bagai berabad-abad otot-ototku menenggang karena kesibukan.Kepalaku juga dipijat dengan perlahan. Seketika semua pening yang melanda entah ke mana."Mbak, beruntung banget. Jarang loh, ada lelaki yang mau mengantar pasangannya ke salon." mendengar celetukan dari mbaknya. Mataku lantas terbuka."Ah, bisa aja kamu, Mbak." tanggapku dengan uraia
Rahasia SuamikuPart 29"Apa?! Kecelakaan?" Tubuhku langsung menegang. Jantungku serasa berhenti berdegub."Nggak-nggak mungkin dia kecelakaan! Ini pasti bohong 'kan?" Aku menangis mengatakan. Tak percaya dengan hal yang kudengar dari sambungan telepon itu.Tubuhku lunglai hingga terduduk di lantai dengan lemas. Ponsel masih berkacak di daun telingaku sebelah kanan."Jika anda ingin tahu yang sebenarnya, maka ikuti perintah saya," tutur suara wanita dari telepon."Iya, iya," cetusku sambil panik."Sekarang anda ke l
Rahasia SuamikuPart 29"Dewi, kenapa kamu balik lagi ke ruang ganti?" tanya Rehan yang membuat langkahku tertahan. "sini," sergahnya sebelum aku menjawab. Pergelangan tanganku ditarik Rehan menuju tempat duduk yang tersedia di sana, tepat di dekat wanita itu.Wajahku pasti sekarang terlihat masam. Inikah buruknya melihat seorang mantan? Membuat mood hancur berantakan. Lagi pula, ngapain dia ada di sini. Sudah seperti setan aja dia, di manapun selalu ada."Delina, aku minggu depan mau nikah. Kamu datang ya? Kalau bisa, kalau enggak juga nggak pa-pa," tukas Rehan masih menggenggam erat tanganku."Oh, iya, aku pasti datang kok. Ini cal
Rahasia di Koper SuamikuBab 31"Bolehkah aku lepas anting-antingnya?"Mataku langsung terbuka kembali. Kala Rehan menyentuh daun telingaku.Ah, aku baru ingat. Aku lupa melepas anting mutiara yang masih terpasang di telinga ini."He-em," jawabku sembari mengangguk. Hampir saja jantung ini melompat dari otot penyangganya. Aku kira … ia akan melakukan … sudahlah, otakku terlalu berpikir yang tidak-tidak. Ternyata, menikah dengan teman itu jauh lebih mencengangkan. Kita yang terbiasa bertutur sapa akrab, eh malah menjadi suami istri. Jodoh emang nggak kemana.Jemari lembut itu mul
RAHASIA DI KOPER SUAMIKUBab 32Aku tersenyum paksa. Membiarkan lelaki bergelar suami itu terus menatapku heran."Udah sana cuci muka dulu, atau enggak kita langsung ke bawah," pintanya lantas menyentuh rambutku."Eh mau ngapain?" protesku agak mundur sedikit.Rehan tak menjawab. Matanya sibuk celingukan mencari-cari sesuatu yang aku pun tak tahu."Madep sana!" Aku yang tadi menoleh ke samping, segera dihadapkan lurus ke depan.Heran, dia mau ngapain sih. Kenapa ada aja tingkahnya.Pelan kurasa, rambutku yang tergerai mulai ia sisir dengan lembut.Selang berapa menit."Selesai, kalau begini rambutmu udah nggak berantakan lagi. Tapi, cuci muka dulu ya, soalnya masih bau iler."Apa-apaan dia, setelah berlaku manis. Lalu menjatuhkan seenakny
Rahasia di Koper SuamikuBab 43"Dewi! Kamu kenapa?!"Aku langsung berlari ke kamar mandi. Takut kalau sampai muntah di sini.Mas Rehan yang tadi sempat kulihat menutup kembali tudung saji itu segera menyusulku ke kamar mandi."Kamu masuk angin ya?" tanyanya. Ia memijat area tengkuk leherku.Setelah membasuh area mulut dengan air. Aku berdiri dengan sempoyongan. Tak ada apa-apa yang ke luar dari mulutku, tapi kenapa rasa mual ini mendadak dan sangat menyiksa sekali. Kepala juga langsung ikutan pusing tujuh keliling."Nggak tahu, Mas. Kenapa bisa mendadak mual begini. Aku pengen istirahat aja, nggak napsu banget aku mau makan. Aku minta tolong kamu nanti makanya di bawa ke luar ruangan aja ya, takut kalau aku mual lagi." Aku berkata dengan napas tersengal-sengal. Telapak tangan ini pun masih berkacak memegangi hidung dan mulut. Takut tiba-
Rahasia di Koper SuamikuBab 42"Aw! Jangan, Mas!" Pekikku.Aku langsung memejamkan mata rapat.Kurasa tangan Mas Rehan bergerak menyentuh kerah piamaku."Heh, kenapa? Pasti kamu mengira aku akan minta jatah 'kan malam ini?" ucapnya membuatku membuka mata kembali."Jangan salah sangka dulu, Sayang. Aku akan langsung gas besok saja kalau udah sampai di Bali. Malam ini libur dulu ya. Maksud aku tadi bilang mau puasin kamu itu aku mau pijitin kamu Sayang." Mas Rehan berkata lagi, malah kali ini dia tertawa renyah.Ya ampun, dia ini memang akalnya ada aja. Bisa selalu membuatku bersenandika yang tidak-tidak.Kedua mataku hanya menatap lurus ke depan. Sementara jemari Mas Rehan mulai memijat area kedua pundakku dekat dengan tengkuk leher."Enak nggak, Sayang?" tanyanya, sementara aku hanya diam m
Rahasia di Koper SuamikuBab 41Ah … jadi pengen cepat-cepat sampai kamar dan memeluknya sambil berbisik i love you, sayang."Kenapa senyum-senyum begitu?" Mas Rehan yang baru saja ke luar dari kamar mandi langsung menegurku.Pria yang rambutnya masih basah dan berbalut handuk putih melingkar di pinggangnya itu lekas kupeluk erat.Aroma shampoo menguar harum saat aku meletakan dagu di atas pundaknya."Heh, ditanyain kok diam aja," protesnya.Aku menarik diri dan tersenyum pada lelaki berhidung mancung ini."Ah, kamu perhatian banget sih. Makin gemas deh." Jemariku langsung mencubit kedua pipi Mas Rehan."Jangan lupa diminum yang rutin ya susu promilnya. Aku sayang kamu." Satu lagi, Mas Rehan mengecup sebentar keningku lalu berlalu ke lemari untuk ganti baju.Jelas aku s
Rahasia di Koper Suamiku Bab 40 Mas Rehan berdesis kesal. Sebelum Mila tadi pergi, aku sempat melihat kalau mereka saling bersitatap sebentar. "Udah ya, Mas. Sabar," ucapku buru-buru menenangkan Mas Rehan dan mengelus pundaknya pelan. "Tapi aku nggak suka sama sikap pembantu baru yang nggak punya sopan santun itu, Sayang!" Mas Rehan membuang napas kasar. "Mungkin dia cuma nggak sengaja masuk ke kamar ini tanpa ngetuk pintu dulu, Mas. Udah ya, kamu jangan marah-marah mulu. Nanti biar aku bilangin ke dia, biar Mila nggak ngilangin kesalahan yang sama. Oke." Aku terus mendongak menatapnya penuh harap. "makin jelek kalau marah," tambahku lalu menjulurkan lidah. "Sini! Kugigit kau!" Pekik Mas Rehan ketika aku membalik badan dan berlari ke arah seberang ranjang. Aku tertawa lepas. Melihat Mas Rehan yang berkali-kali me
Rahasia di Koper SuamikuBab 37Rehan tergopoh mendekatiku setelah membuka pintu."Kamu kenapa teriak-teriak?"Rehan menatapku dengan wajah penuh tanya. Kedua alis tebalnya saling bertaut."Ini, mantan kamu telepon mulu. Sampai bosan ini kuping dengerinnya!" Aku melotot ke arah Rehan.Kemudian, lelaki yang wajahnya selalu datar itu duduk di sebelahku."Siapa?""Siapa lagi kalau bukan Delina. Emangnya mantan kamu ada lagi ya selain demit satu itu?!" Aku ngegas. Sumpah kesel banget! Nyeri perut baru aja semb
Rahasia di Koper SuamikuBab 38"Hei, buka pintunya Sayang! Ini handukmu." Rehan mengetuk pintu. Dengan teriakan yang berulang-ulang."Kenapa harus malu? Aku sudah tahu semuanya Sayang," pekiknya lagi.Aku tepuk jidat dibuatnya. Menyesalkan kecerobohan ini.Pintu sedikit kubuka lalu kuulurkan tangan."Mana handuknya?!" sentakku."Nih." Tak berselang lama. Handuk terasa ia sampirkan di tanganku.Cepat kututup pintu hingga menimbulkan suara derit yang memekak di telinga.
Rahasia di Koper SuamikuBab 37"Bukan apa-apa kok." Aku bersungut. Coba menarik kantong plastik itu kembali. "lepasin Mas plastiknya," pintaku kemudian membalik-balik hingga saling bersitatap dengan Rehan."Tidak. Aku pingin tahu isinya. Inikan pemberian Mama, masa aku nggak boleh tahu sih."
Rahasia di Koper SuamikuBab 36Aku hanya mendelik padanya. Merasai tangan kekar itu masih berkacak menangkup pipiku."Udah dong, bibirnya jangan dimancung-mancungin begitu. Bikin aku tambah gemas aja," cetusnya, kini menoel ujung hidungku.Setelah Rehan menjauh. Aku mendengus kasar sembari merapikan rambut yang berantakan atas ulahnya. Sumpah, kalau ingat wajah Delina bikin tensi naik. Dia itu jelmaan siluman apa sih, kenapa selalu saja hadir disaat momen-momenku bersama Rehan.Mesin mobil ia nyalakan. Perlahan roda empat ini mulai melaju meninggalkan halaman depan toko.Mataku reflek memincing untuk menajamkan pengelihatan. Ada sosok wanita tanpa urat malu di sana, siapa lagi kalau bukan Delina.Bayangan wanita sinis itu terlihat dari kaca spion yang memperlihatkan kalau dia sedang menjulurk
Rahasia di Koper Suamiku Bab 35 Cup "Ini imbalannya." Pipiku dikiss oleh Rehan secepat kilat.