Share

5. Penjelasan

Author: HENY PU
last update Last Updated: 2021-04-10 23:47:20

Ian sendiri sudah tidak tahan untuk tertawa. Akhirnya pecah juga tawa menggelegar. Apa katanya! terima kasih! Ha ha ha benar-benar lucu. 

Ian tidak menyadari bahwa nama Fafa sudah membuat dia tertawa berulangkali walaupun dengan interaksi yang sangat minim. Bagaimana jadinya jika Fafa benar-benar hadir dihadapannya, sepanjang waktu berinteraksi. Bukankah julukan gila akan semakin melekat pada dia. Sepertinya Fafa adalah oase yang telah lama didamba jiwa Ian.

***

Kota Kediri

Sekarang ini, tepat dua hari setelah operasi lutut Ikhsan. Hasil operasi sejauh ini bagus dan tidak ada keluhan. Siang ini, Ikhsan di perbolehkan pulang dan kembali lima hari lagi.

Fafa menuju ke bagian kasir untuk menyelesaikan semua biaya perawatan. Antrian tidak terlalu banyak, setelah menunggu 20 menit. Semua sudah selesai, segera Fafa menuju ke kamar inap Ikhsan. Dari kejauhan, tampak adiknya duduk di depan kamar inap ngobrol dengan Hisyam.

"Assalamu'alaykum," sapa Fafa.

"Wa alaykumusalam," jawab keduanya bersamaan.

"Gimana Kak?" tanya Ikhsan.

"Sudah Dik. Kenapa menatap kakak begitu!" hardik Fafa.

"Kakak tidak sedang menyembunyikan sesuatu bukan!" 

Huff

Inilah yang kurang disukai Fafa dari adiknya-peka.

"Nggak, emang ada apa Dik?" selidik Fafa, apakah adiknya ini sudah mengetahuinya.

"Kakak tadi tidak bawa ponsel. Paklik telpon, San terima aja. Paklik bilang kirim foto calon suami kak Fa, memang kak Fa mau menikah?" 

Fafa membeku mendengarkan uraian adiknya. Paklik Di kirim foto Mas Ian.

"Dik, kamu ngeliat fotonya?" tanya Fafa.

"He he iya kak, maaf. Kurang jelas, nggak otomatis ke buka," ujar Ikhsan menyesal.

"Gak papa, nanti di rumah kakak jelaskan semua." Ikhsan mengangguk.

"Jadi pulang sekarang kak?" tanya Hisyam.

"Iya, Syam. Menunggu obat saja. Dik ayo ganti baju," 

Fafa langsung masuk ke kamar inap diikuti oleh Ikhsan dan Hisyam. Dia mengambil celana pendek dan kaos lengan panjang untuk Ikhsan. Hisyam langsung membantu Ikhsan memakai baju, sedangkan Fafa membereskan peralatan mandi, kue, dan buah dari tetangga kala menjenguk Ikhsan.

Setelah menerima obat dari perawat, ketiganya langsung keluar rawat inap. Hisyam membonceng Ikhsan dengan motornya, sedangkan Fafa naik motor sendiri membawa barang bawaan.

Perjalanan hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai di rumah Fafa. Hisyam hanya mengantarkan Ikhsan, setelah itu langsung pamit pulang. 

Setelah membantu Ikhsan duduk di teras, Fafa segera membuka semua pintu dan jendela rumah. Menyapu kemudian mengepel lantai. Semua pekerjaan rumah baru selesai hingga menjelang maghib. Dengan berjalan pelan-pelan Fafa membantu Ikhsan masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar. Maklum saja, Ikhsan belum terbiasa menggunakan kruk untuk berjalan.

Fafa menghela napas kasar, dia tahu Ikhsan mendiamkan karena menuntut penjelasan mengenai chat dari Rusdi. Banyak pertanyaan yang harus segera dijawab.

Fafa menunggu sehabis sholat isya untuk bercerita. Fafa segera menyiapkan makan malam, sesaat setelah melaksanakan sholat isya, keduanya makan dalam diam. Tidak ada obrolan dan candaan seperti biasa. Selesai makan malam, Ikhsan berjalan tertatih menggunakan kruk menuju sofa di ruang tengah untuk menonton televisi. Fafa langsung menghampiri adiknya.

"Dik," Ikhsan langsung menoleh.

"Ada yang harus kakak bicarakan denganmu."

Ikhsan mengangguk, langsung meraih remote televisi kemudian mematikan. Fafa langsung duduk di samping Ikhsan, dengan posisi bersila menghadap Ikhsan.

"San, ada yang mau ditanyakan nggak?" tanya Fafa.

"Nggak Kak," jawab Ikhsan kemudian menggeser sedikit kakinya yang cedera hingga bisa berhadapan dengan Fafa.

"Baiklah, kakak akan cerita, tapi jangan menyela dulu sebelum selesai, ya!"

"Ya," Fafa menghela napas dalam sebelum memulai bercerita.

"Sebelum kamu dioperasi, kakak mencari tahu perkiraan biaya operasi lututmu. Kakak ke bagian informasi dan mendapat keterangan perkiraan kasar sekitar 50 juta. Kakak menghubungi paklik Di, ternyata tabungan paklik dan tabungan kakak pun jika digabungkan masih kurang banyak. Kamu tau sendiri jika kakak takut pinjam ke bank, pinjam ke Arni juga tidak mungkin karena kakak juga habis pinjam untuk bayar uang semesteran, mau menjual rumah ini, lalu kita tinggal di mana! Saat itu paklik berinisiatif meminta bantuan bosnya. Ternyata mau membantu dengan syarat kakak harus menikah dengannya. Kakak tidak tahu apa yang bisa kakak lakukan! sedangkan biaya rumah sakit harus dibayar bukan! Ada pertimbangan lain, kakak menyanggupi syarat itu. Selama ini paklik dan bulik kan tinggal di rumah itu. Kakak juga sudah mengajukan permintaan kalau kita tetap tinggal di sini setelah pernikahan dan dia mengijinkan. Sebetulnya agak aneh juga, bagaimana bisa dengan mudah dia mengiyakan permintaan kakak. Tadi pagi kakak chat paklik, mungkin karena itulah akhirnya dikirimi foto bosnya." Ikhsan membeku mendengarkan penjelasan Fafa. Dia sudah begitu keras berusaha mendapatkan uang sebanyak itu, bahkan dengan mengorbankan dirinya sendiri.

"Dik," panggil Fafa.

"Kak, San jahat ya!" Fafa mengerutkan dahinya-tak paham.

"Maksudnya!" tanya Fafa.

"San terus menerus merepotkan Kakak." Mendengar ucapan adiknya, hati Fafa langsung menghangat. Diusapnya puncak kepala Ikhsan dengan sayang.

"Nggak juga, Dik. Sudahlah nggak papa, tidak usah terlalu dipikirkan." Hibur Fafa dan Ikhsan tersenyum jahil. 'Apa yang direncanakannya! senyum itu,' batin Fafa.

"Kakak sudah lihat fotonya belum?" 

"Belum Dik,"

"Lihatlah sekarang Kak! Apa kakak tidak penasaran sama wajah calon suamimu," ujar Ikhsan.

"Iya bentar," Fafa langsung bangkit kemudian berjalan menuju kamar untuk mengambil ponsel dan kembali duduk di sebelah Ikhsan. Fafa langsung membuka chat dengan Rusdi. Matanya langsung terbelalak, tak percaya dengan yang dilihatnya. Suaranya tercekat di tenggorokan. Jadi seperti ini, wajah laki-laki itu, Fafa langsung begidik.

"Kenapa Kak!" San khawatir melihat reaksi kakaknya seperti itu. Fafa tidak menjawab, langsung menyerahkan ponsel pada Ikhsan.

"Ha ...," suara Ikhsan juga tercekat. 'Jadi seperti ini orang yang akan menjadi suami kakak! Menyeramkan,' batin Ikhsan.

"Kak Fa yakin mau menikah dengannya?" lanjut Ikhsan sembari menunjuk layar ponsel Fafa yang masih menampilkan foto Ian.

Fafa tetap diam. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri. Sungguh dirinya tidak membayangkan jika bos dari pakliknya masih muda dan tampak menyeramkan. Dalam bayangan Fafa, bos pakliknya sudah tua dan dirinya akan menjadi istri kedua atau ketiga. Apakah akan mundur sekarang? Fafa menggeleng. Keputusan telah dibuatnya, Fafa harus menepatinya. Fafa tersentak kala merasakan Ikhsan menggoyang lengannya. Dia langsung melihat ke arah adiknya itu.

"Kakak tetap akan menikah dengannya, Dik!"

"Tapi ...,"

"Tidak akan ada apa-apa, gak perlu takut. Toh selama ini paklik juga baik-baik saja selama bekerja di sana. Ingat Dik, dia mengijinkan kita tetap tinggal disini meskipun nanti kakak sudah menikah."

"Tapi, kita tidak tahu Kak. Apa yang akan terjadi nanti. Apakah dia tetap mengijinkan atau tidak setelah kakak menjadi istrinya," sanggah Ikhsan.

"Ya, bukankah itu belum terjadi!" 

Ikhsan langsung terdiam mendengar jawaban Fafa.

"Sudahlah Dik, kakak sudah tidak mau membahasnya lagi. Biarlah terjadi yang seharusnya terjadi, sekarang kita cukup berdoa semoga dia tetap mengijinkan kakak di sini." Ikhsan mengangguk lemah.

"San, sudah malam. Ayo tidur," ajak Fafa setelah melihat jam di dinding sudah pukul 21:00 WIB. 

"Kak, San tidur di sini saja. Mau lihat bola dulu. Bentar lagi yang lain datang."

"Ya sudah. Kakak tidur dulu." Fafa langsung melangkah menuju kamarnya.

Tak berapa lama, teman-teman Ikhsan datang, ada empat orang: Hisyam, Budi, Arif, Dadang.

Di kediaman Ian

Dreett dreett

Ian segera mengambil ponselnya dari dalam saku kursi rodanya.

"Hhmm," dehem Ian.

"Ian, semua sudah beres!" 

"Ya," jawab Ian singkat dan langsung memutuskan panggilan itu. 

Ian menatap kedua kakinya. Senyuman lagi dan lagi nampak diwajahnya.

Related chapters

  • My Husband's Secret   6. Kebimbangan

    Ian menatap kedua kakinya. Senyuman lagi dan lagi nampak diwajahnya.Sudah 20 tahun terakhir tidak merasakan apapun. Beberapa hari ini merasakan nyeri walaupun samar. Apakah mulai ada tanda-tanda syarafnya bekerja kembali.Hidung Ian mencium aroma tidak sedap. Padahal tadi sore sudah keluar sangat banyak. Ian segera menekan tombol. Tak berapa lama Rusdi datang tergopoh-gopoh.Tok tokPintu langsung terbuka lebar."Mas Ian!""Paman ...!"Rusdi yang sudah paham, langsung mendekati Ian. Membantu pindah ke ranjang dan langsung melepas popok yang dikenakan. Rusdi membersihkan BAB dan BAK yang tercampur. Sebenarnya sudah ada kursi roda khusus untuk BAB dan BAK. Akan tetapi dengan kondisi Rian yang lumpuh total mulai dari pinggang sampai kaki, tentu saja alat itu kurang efektif digunakan. Jadi tetap menggunakan popok sehari-harinya."Paman kenapa beberapa hari terakhir seperti ini!" keluh Ian."Mas Ian ...," suar

    Last Updated : 2021-04-10
  • My Husband's Secret   7. Menjemputmu

    "Baiklah, jika begitu. Besok paman akan menjemputmu dan Ikhsan. Fa, apakah kamu tidak ingin bertanya lagi tentang siapa mas Ian itu. Apalagi hari Senin kemarin, paklik kirimkan fotonya!""Nggak Paklik, ada apa?" tanya Fafa balik."Ini mengenai kondisi fisik mas Ian," jawab Rusdi."Oh ..., Fafa kira ada apa Paklik. Bagi Fafa, Paklik merestui pernikahan ini sudah cukup. Kalau untuk masalah fisik, Fafa menerimanya dan tidak ada masalah untuk itu," ucap Fafa yakin. Rusdi langsung terdiam mendengarkan perkataan Fafa."Halo ..., Paklik ...!" panggil Fafa."I-iya Nduk," jawab Rusdi tergagap."Kenapa Paklik diam! apakah ada masalah lain?" tanya Fafa."Nggak ada. Ya sudah, Paklik tutup ya. Assalamu'alaykum,""Wa alaykumusam, Paklik Di."Rusdi memutuskan panggilannya kemudian memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Tini terus memperhatikan suaminya itu. 'Ada apa dengannya, setelah bicara dengan Fafa kenapa termenung begitu,'

    Last Updated : 2021-04-14
  • My Husband's Secret   8. Perjalanan

    Nun jauh di sana. Di sebuah ruang rahasia. Percakapan paman dan kedua keponakannya juga didengarnya dengan sangat jelas. Senyum tipis menghias wajahnya, turut mendengarkan obrolan itu. Menyeramkan katanya. Dia geleng-geleng mendengarnya. Dasar bocah.Segera laki-laki itu keluar dari ruang rahasia. Menutup kembali pintunya. Mengunci dengan menekan tombol yang ada di bawah terminal listrik yang ada di belakang meja rias. Perlahan dia bergerak mendekati jendela kaca. Menatap taman yang ada di samping kamarnya. Ada begitu banyak hal yang sedang coba ditelaahnya dalam diam, sekarang ini. Siapapun jelas tak bisa menebak bahwa akan banyak keputusan besar penuh kejutan yang dibuatnya beberapa hari ke depan. Malam semakin larut, tapi lihatlah dia, tetap diam ditempat semula. Dingin dan sepi adalah teman dalam diamnya hingga kini.***Keesokan harinyaAktifitas di rumah Fafa sudah dimulai menjelang subuh. Setelah menyelesaikan sholat subuh dan membaca

    Last Updated : 2021-04-14
  • My Husband's Secret   9. Mengamatimu

    Tampak taman buatan mendiang ibunya. 'Ibu, ayah, Ian akan menikahi perempuan itu. Ian tidak tau, apakah benar atau salah. Ian hanya merasa saat itu harus menikahinya. Ian berharap langkah Ian ini tidak salah. Ian hanya tidak ingin keturunan Andrinof berhenti pada Ian. Ibu, ayah, tolong restui Ian,' kata Ian dalam hati.Kereta api Gajayana telah sampai di Jakarta. Rusdi segera menghubungi Anto-sesuai perintah Ian kemarin sore. Ternyata, Anto sudah ada di parkiran. Segera saja, ketiganya keluar dari area stasiun. Anto terus memperhatikan Fafa, sembari membantu memasukkan koper ke bagasi mobil. 'Jadi, gadis ini calon istrinya Mas Ian. Tidak kusangka ternyata masih sangat muda,' batin Anto.Tidak butuh waktu lama untuk sampai di kediaman Andrian. Jarak tempuh selama 20 menit, karena kondisi jalan yang belum terlalu ramai. Setelah memasuki area kediaman Andrian. Ikhsan berdecak kagum."Kak, ini rumah apa istana?" tanya Ikhsan s

    Last Updated : 2021-04-16
  • My Husband's Secret   10. Tentang Dia

    "Baiklah sekarang bulik akan bercerita sedikit tentang Mas Ian. Mungkin Fafa mau tanya apa?""Bulik cerita saja," jawab Fafa."Tuan Muda Aldric Andrian adalah putra tunggal mendiang Tuan Andrinof dan Nyonya Anya. Keluarga Tuan Andrinof mengalami kecelakaan saat Tuan Muda berusia 10 tahun. Tuan dan Nyonya tidak selamat dalam kecelakaan itu, hanya Tuan Muda yang selamat. Maaf, dengan kondisi cacat." Tini diam sejenak, sembari memperhatikan Fafa yang menyimak penjelasan Tini dengan seksama."Setelah kecelakaan itu, Tuan Muda- yang biasa dipanggil Tuan Muda Ian. Beliau menolak dipanggil Tuan Muda, dan menyuruh kami semua memanggilnya dengan Mas Ian. Sejak saat itu, Mas Ian sangat berubah sikap dan perilakunya. Paklik dan Bulikmu ini awalnya juga kaget. Akhirnya, kami memaklumi perubahan itu. Sungguh tidak mudah, menjadi yatim piatu di usia 10 tahun. Apalagi kondisinya saat itu kurang baik." Fafa mengangguk membenarkan perkataan Buliknya itu."Lalu bagaimana sa

    Last Updated : 2021-04-16
  • My Husband's Secret   11. Bertemu Denganmu

    Mami Rita yang lebih dulu menyadari bahwa Fafa tidak ikut duduk di sofa, langsung memanggilnya."Fa, duduk sini!" ujarnya.Reflek Ian menoleh mengikuti arah pandangan mata Mami Rita.Dua pasang mata sama-sama menjatuhkan pandangan. Terkunci untuk beberapa saat. Seketika ruang tengah hening. Ian menatap intens Fafa. Mendapatkan tatapan seperti ini, seketika Fafa beku, seolah-olah terpaku di tempat berdirinya sekarang.'Jadi, ini yang namanya Mas Ian. Benarkah dia calon suamiku?' batin Fafa. Sedangkan Ian sendiri merasa takjub dengan pemandangan di depannya. 'Benarkah dia calon istriku,' batin Ian.Deg degDetak jantung Ian berkerja lebih cepat dari biasanya. Apakah dia sekarang benar-benar terkena serangan jantung? Dadanya serasa mau meledak dan napasnya sesak, sangat tidak baik jika terus seperti ini. Ingatkan Ian untuk segera memanggil dokter Thomas setelah ini. Fafa, jangan ditanyakan lagi. Saat ini benar-benar pikirannya tidak menentu. Sungguh,

    Last Updated : 2021-04-16
  • My Husband's Secret   12. Makan Siang

    Dai langsung berdiri mengajak Fafa masuk ke rumah utama. Saat Fafa akan masuk ke dalam rumah, langkahnya langsung terhenti.Fafa gugup, seolah kakinya enggan diperintah melangkah. Masih terpaku di depan pintu. Dilihatnya Ian juga menuju ke meja makan. Merasa diperhatikan Ian lantas menghentikan laju otomatis kursi rodanya. Sedangkan yang lain langsung menuju meja makan. Fafa tetap terpaku di tempatnya. Perlahan Ian mendekati Fafa."Masuk!" perintah Ian.Tanpa menjawabnya, Fafa langsung berjalan dibelakang Ian.HuffFafa menghembuskan napas lega. Berada di dekat Ian, seakan mencekiknya. Bagaimana jika sudah menikah?BruggFafa menabrak kursi roda Ian yang berhenti mendadak."Maaf," cicit Fafa."Hhmm," Ian hanya berdehem.Keduanya telah sampai di meja makan. Ian tersenyum tipis, hatinya menghangat. Setelah 20 tahun, baru terjadi sekali ini. Rumah besar yang biasanya selalu sepi dan hari ini b

    Last Updated : 2021-04-16
  • My Husband's Secret   13. Persiapan

    Aagghh"Apa-apaan ini! Fafa adalah milikku!" gumam Ian sembari terus menatap tab-nya, aktifitas berakhir saat Tini dan Rusdi membereskan meja makan.Ian langsung menutup aplikasi CCTV, kemudian membuka aplikasi privat miliknya. Sungguh, melihat pemandangan itu, dirinya langsung terdiam membeku.Dia melihat Fafa tidur meringkuk. Sebenarnya bukan itu yang membuat Ian membeku. Rambut panjang sepinggang Fafa yang terurailah penyebabnya. "Cantik," gumam Ian pelan.Dia seolah lupa jika tadi siang sudah membuat gadis itu terluka. Ian terus memperhatikan Fafa dalam diam. Ternyata gadis itu sama dengannya, memiliki rambut lurus dan panjang sepinggang. Tanpa sadar Ian tersenyum dan mengusap layar tab-nya. "Gadis itu, pulas sekali tidurnya," gumamnya pelan.Ian langsung menutup aplikasi privat miliknya. Sebelum pikirannya melayang kemana-mana. Bagaimanapun tampilan Fafa yang sedang tidur sangat menggoda untuk dilewatkan. Ian l

    Last Updated : 2021-04-16

Latest chapter

  • My Husband's Secret   117. Pria Tua 2

    "Keduanya dalam keadaan baik, hanya sedikit shock. Sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, Paman," anjur dr. Jessy. "Ada lagi yang bisa kubantu, Paman?"Anav mengibaskan telapak tangannya. Dr. Jessy memahami isyarat itu, dia berpamitan. "Dari dulu, Keluarga Milosevic tak tersentuh," gumamnya.Melalui ekor matanya, pria tua itu mengawasi setiap langkah dr. Jessy. Setelah memastikan dr. Jessy telah menjauh, Pria tua itu mulai mencerca sang anak."Kamu teledor, Lothar." Pria tua yang tak lain adalah Anav Milosevic menahan amarah. Disela-sela kemarahannyaAnav tersenyum menyeringai sangat tipis. Bahkan Lothar tidak menyadarinya.Lothar menunduk. Dia sadar akan kesalahannya. Anaknya hampir saja menodai adik ipar. "Maaf," ujar Lothar lemah.Anav membuang napas kasar. Di usia yang kian renta, kenapa masalah keluarga membuatnya semakin pusing. Dia juga harus bersiap menghada

  • My Husband's Secret   116. Pria Tua 1

    Dr. Thomas menyerahkan tas berisi ponsel kepada Aldric Dia juga sudah mengatur brankar Aldric naik sedikit hingga seperti bersandar. Aldric mengeluarkan ponsel perlahan dan memasukkan security code. Dr. Thomas dan George geleng-geleng melihat hal itu. Dia sama sekali tidak tampak seperti orang yang baru saja bangun dari tidur panjang selama satu bulan."Pergilah," ucap Aldric dingin. George mengelus tengkuknya, dia merasa ada yang tidak beres tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dr. Thomas dan George berjalan keluar kapsul. Saat dr. Thomas hendak memutar handle pintu, keduanya terhenti karena mendengar suara Aldric, "Andrian. Just Andrian." George dan dr. Thomas mengangguk.Kapsul kembali hening. Andrian langsung mengganti dinding kapsul yang semula transparan menjadi berwarna hitam. Dia langsung membuka Ghost System pada Private Application miliknya. Andrian tersenyum, gurat bahagia dan penuh kerinduan saat menatap lekat layar tab. Bebe

  • My Husband's Secret   115. Deja Vu

    Sander berdecak kesal. Fafa ternyata memakai baju dua lapis. Dia sedikit tidak sabar melepaskan pakaian yang melekat pada tubuh Fafa. Sander langsung merobek gamis tanpa lengan yang Fafa kenakan sebagai dalaman. Dia menatap lekat gadis hamil di hadapannya ini. Untuk sesaat, Sander takjub. Jadi seperti ini bagian yang terbungkus? Sander bersiul, dia tidak menyangka jika saat yang dinantikan telah tiba.Sander menyisir setiap inci tubuh Fafa dengan mata elangnya. Fafa membeku, dia tidak sanggup berkata-kata, pikirannya kosong dan akalnya hilang entah kemana bahkan tubuhnya sudah tidak memberontak seperti tadi. Fafa terhanyut oleh pesona netra biru Sander. Sejurus kemudian, Fafa memekik karena terkejut kala tubuh Sander tiba-tiba menimpanya.***London, InggrisTubuh Andrian bergetar hebat, seolah-olah tersengat aliran beratus volt. Kapsul mendadak riuh oleh suara peralatan dan tim dokter. Dr. Thoma

  • My Husband's Secret   114. Kelamku 2

    "Diam!" bentaknya. Suara pria itu membuat Fafa membeku dan berhenti meronta. Apakah dia tidak salah dengar! Dia familiar dengan suara ini. 'Ini seperti suara Kak Sander!' batin Fafa."Jalan!" perintahnya. Fafa perlahan melangkah dengan badan sedikit tegang. Dia tidak pernah bersentuhan dengan pria selain Andrian. Rasa takut mulai menyergap hatinya. Pikiran Fafa bercabang, antara menuruti pria ini ataukah berusaha melepaskan diri. Fafa sadar kondisi hamil muda sangat rawan untuk dia dan calon janinnya. Namun, bagaimana jika pria ini berbuat tidak senonoh. Apakah dia akan diam saja! Pria itu mendorong pelan Fafa menuju kamar Sander dengan sedikit sempoyongan. Fafa juga mencium aroma fruity dari telapak tangan pria yang membekapnya. Letak kamar Sander tidak jauh dari kamar tamu dan bersebelahan dengan ruang kerja Sander. 'Apakah benar ini Kak Sander. Kenapa membawaku ke kamarnya! Kenapa jalan Kak Sander seperti ini,' batin Fafa penuh pertanyaan. Fafa semakin merasa

  • My Husband's Secret   113. Kelamku 1

    "Nak ... Fa!" panggil Lothar. Jessy berinisiatif menyentuh lengan Fafa. "Eh ... iya." Fafa terkejut dan memutuskan lamunannya. Dia merasa tidak enak kepada Lothar dan Jessy, setelah melihat piring mereka berdua sudah terisi. "Maaf," ujarnya. "Makan dulu! Setelah itu kita berbincang. Ada hal yang ingin kutanyakan padamu!" Fafa mengangguk. Akhirnya, mereka bertiga makan, sesekali terdengar gurauan dan senyum mengembang dari ketiganya. "Hhmm. Menyenangkan!" gumam Sander. Dia melihat interaksi mereka bertiga dari layar ponsel. Entah apa yang ada dibenaknya sekarang. Dia seolah melihat gambaran keluarga kecil yang bahagia. Lihatlah pria lumpuh itu. Cih! Dia begitu bahagia, apa dia lupa jika gadis hamil itu istri keponakan bukan istri anaknya. Dasar pria tua tak tahu diri. "Sand, ayo!" ajak Becker, setelah kepalanya menyembul sedikit di sela pintu. Sander keluar dari aplikasi CCTV yang ada di ponselnya dan segera memasukkan ke saku cel

  • My Husband's Secret   112. Kerinduanku

    George mengembuskan napas kasar. Dia benar-benar dalam posisi sulit. Bagaimanapun kehidupan pribadi Aldric bukan urusannya. Kondisi rumah tangga sahabatnya ini tidak baik-baik saja, terlalu banyak rahasia yang Aldric sembunyikan dari sang istri. Dia harus mempersiapkan jawaban jika istri Aldric menanyakan dan itu adalah kebohongan. 'Aldric apakah ini maumu? Kamu di mana dan istrimu di mana! Kehidupan seperti inikah yang kamu sebut pernikahan!' batin George "Kita tunggu sampai masa trimester pertama lewat. Jika keadaan Aldric tetap belum ada perubahan kita beritahu istrinya," putus George. Rahman dan dr. Thomas menyetujuinya. Sebagai seorang istri, Fathimah adalah pihak yang paling berhak mengetahui keadaan suaminya. Akan tetapi hak itu sudah dicabut oleh suaminya sendiri. "Man, coba tanya istrinya. Dia ingin tetap di Berlin atau kita jemput!" lanjut George. "Yes, Sir." "Dok!" panggil George. Dr. Thomas tidak mengindahkan panggilan itu. Dr. Thomas asyi

  • My Husband's Secret   111. Bahagia Yang Semu

    "Nggak papa, terima saja. Ayo kuantar ke kamar tamu!" ajak Sander. Fafa menerima paper bag dari Sander dengan tidak enak hati. Keduanya berjalan beriringan menuju ke kamar tamu yang terletak tidak jauh dari ruang keluarga. Lothar mengembuskan napas lega. Untuk malam ini, istri Aldric selamat, tetapi bagaimana dengan malam di hari-hari berikutnya? Lothar memutar otak agar rencana Sander gagal. Dia harus memproteksi istri Aldric mulai malam ini. Setelah mengantar Fafa di kamar tamu, Sander kembali ke ruang keluarga. Dia sekilas melihat ayahnya. Sander harus segera pergi dari mansion, jika tidak maka akan terjadi adu mulut seperti biasanya. "Sand, duduk!" Nah, benar bukan. Pria cacat ini mulai cari gara-gara. Dengan malas, Sander duduk di sofa. "Apa maksudmu!" bentak Lothar "Ayah sudah tau, kenapa bertanya?" "Dia istri adikmu dan se

  • My Husband's Secret   110. Penjelasan Yang Tertunda

    "Oh, iya. Aku Fathimah, panggil saja Fafa." Sander mengangguk, dia memang harus berakting sekarang. "Karena ini sudah malam. Kita makan malam dulu, baru bicara. Oke!" tawar Sander. Fafa mengangguk. "Apa tidak apa-apa, aku di sini?" "Tidak apa-apa. Nanti kujelaskan alasannya!" jawab Sander. Dia tersenyum tipis di sudut bibirnya. Wajah puas terpampang nyata, bagaikan Singa yang sudah mendapatkan mangsa. 'Istri Aldric benar-benar bodoh,' batinnya. Kedua orang itu makan malam dalam diam, hanya sesekali terdengan denting suara sendok beradu dengan piring. Fafa juga tidak paham kenapa dia tidak merasakan rasa mual berlebihan seperti tadi siang. Dia melirik pada Sander. 'Pria ini memang seperti By, hanya badannya lebih kekar dan manik matanya abu-abu," batin Fafa. Fafa lebih dahulu menyelesaikan makan malamnya. Saat dia hendak mencuci piring, dicegah oleh Sander, "

  • My Husband's Secret   109. Selamat Datang

    Rahman hanya mengangkat tangan kanan dan melambaikannya, isyarat dia mengucapkan selamat tinggal. Sony tahu, jika Rahman mulai bergerak dan tugasnya sekarang fokus menginterogasi dr. Chris dan pria di ruangan itu. Dia hendak mengonfrontasi keduanya untuk mendapatkan informasi langsung trrkait keberadaan pemilik The Hunter. ***Berlin, Jerman "Periksa dia Jess!" perintah Sander. Jesslyn adalah sepupu Sander dari pihak ibunya. Perempuan paruh baya yang berprofesi sebagai dokter ini sangat menyayangi Sander. Jesslyn segera mendekati ranjang Dia memandang lekat perempuan muda yang memakai penutup kepala, sedang terlelap di depannya ini. 'Siapa perempuan ini?' batinnya. Jesslyn langsung memeriksa denyut nadi, suhu, dan bagian perutnya, dia lantas tersenyum. Selesai melakukan pemeriksaan Jesslyn segera memasukkan peralatannya ke dalam tas kecil. Sander melalui isyarat kepala mengajak Jesslyn untuk keluar. Setelah mengunci pintu otomatis kamarny

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status