“Ini Bu, lokasinya,” ucap Rafael seraya menunjuk sebuah butik di tepi jalan dimana kini mobilnya menepi.
Dengan nafas yang sesak, Fanny melangkah masuk ke dalam sana.Hanya beberapa menit, dan Fanny dan Sandra sudah kembali dengan beberapa tote bag besar di tangannya.“Sudah Bu?” ucap Rafael.“Sudah, ayo cari makan dulu,” ucap Fanny.Seperti memiliki firasat jika malam ini Adam akan kembali pulang terlambat, Fanny pun menikmati makan malamnya di sebuah resort bintang lima.“Sebentar ya, saya ke kamar kecil dulu,” ucap Fanny.Sandra dan Rafael dengan tenang menunggunya.Fanny baru melangkah keluar dari restroom saat matanya tanpa sengaja menangkap sang suami tengah bersama seorang wanita yang cukup dia kenali. Adam tengah menyuapi Anna dengan manjanya.Tangannya mengepal dengan kuat di samping tubuhnya. Ingin rasanya Fanny berteriak saat ini. Deretan kisah lalu Adam dengan Anna kembali mengobarkan emosi dan juga mencuatkan rasa sakit yang sudah beSudah hampir satu bulan ini Fanny bertahan di kantornya. Menjalani kehidupan yang sulit dijelaskannya lagi kepada siapa pun. Mengisi kesibukan dengan padatnya rutinitas kantor dan juga pertemuan dengan kliennya.Menjadi istri seorang Hussein nyatanya hanya mimpi buruk dalam hidupnya. Karena semua janji manis suaminya mendadak lenyap begitu saja dengan hadirnya kembali wanita bernama Anna yang lagi-lagi membuat mereka hancur berantakan.Usia kehamilannya sudah di trimester akhir, namun bukannya kebahagiaan kedua orang tuanya yang akan menyambut kelahiran buah cintanya ini melainkan sebuah perpisahan. “Sandra, aku akan ke kantor Bank sebentar ada beberapa hal yang harus diperiksa,” ucap Fanny sambil menenteng tas nya pergi.“Baik, Bu,” jawab Sandra.Bersama Rafael, Fanny kini meninggalkan kantornya menuju kantor Bank yang tidak terlalu jauh dari sana.***“Tidak mungkin!” ucap Fanny dengan mata terbelalak melihat sejumlah penarikan dari merchant yang tidak
“Siapa yang menelepon?” tanya Adam yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di bagian bawah tubuhnya.“Nomor tak dikenal, salah sambung. Sudah kuhapus kok,” ucap Anna sambil meletakkan ponsel Adam tersebut di meja.Adam tak mencurigai apapun. Dia terlalu terbuai oleh birahinya yang terpuaskan oleh Anna sehingga tertutup mata hatinya dari kenyataan jika dia adalah seorang suami dari Fanny Cesa yang bahkan akan segera memberikannya sepasang bayi kembar.“Adam sayang, jika ada lagi yang menanyakan padamu apapun terkait Fanny, sebaiknya kau tidak perlu memperdulikannya. Aku yakin wanita rubah itu tengah mencoba berbagai cara untuk membuatmu bersama lagi dengannya. Tidak boleh ya, aku akan sangat sedih jika kau pergi lagi.” ucap Anna sambil membelai lembut dada bidang Adam.“Anna sayang, mana bisa aku kehilangan kenikmatanku bersamamu, kau wanita yang paling memenuhi gairah ranjangku, Fanny terlalu kaku dan main aman, aku bosan,” ucap Adam sambil menyesap
Keberadaan Adam di klinik tersebut kemudian diketahui oleh dokter Abimanyu. Dokter itu menghubunginya lagi untuk memberitahukan kondisi Fanny dengan bayinya.“Bolehkah aku menjenguknya Dok?” tanya Adam melalui sambungan teleponnya.“Tentu Pak Adam, silahkan,” ucap Abimanyu.Dokter itu tidak tahu jika Adam memang sedari tadi sudah berada di kliniknya.“Pak, apakah Anda akan menemui Ibu begitu saja?” ucap Jhon dengan kening yang sedikit berkerut.Adam pun merasa diingatkan. “Jhon, cepat belikan aku bunga dan juga cokelat kesukaan Ibu,” ucap Adam sambil melemparkan senyum tipis di wajahnya.Adam sangat gugup kali ini. Dia telah berada di posisi terendahnya sebagai seorang suami di mata sang istri.Setengah jam menunggu dan Adam pun akhirnya siap menemui Fanny.Dengan bunga tulip segar kesukaan sang istri dan juga cokelat favoritnya, Adam melangkah masuk menuju kamar Fanny di rawat.Tiba di depan pintu, Adam melihat Sandra dan Rafael di sana. Dua pasang manik mata staf setia sang istri me
“Pak, apakah kami bisa mengetahui nama bayinya?” tanya dokter Abimanyu kepada Adam dengan sedikit ragu.Detik itu juga Adam dan Fanny saling memandang bersamaan.“Kami belum membicarakannya,” ucap keduanya kompak dengan mata saling menghunus.Hal ini jelas membuat dokter Abimanyu tersenyum tawar, mengingat biasanya pasangan baru yang memiliki anak akan sangat antusias menyiapkan nama untuk sang buah hati. Meski demikian, kesibukan pasangan ini membuat dokter Abimanyu memakluminya. Sebagai pimpinan brand dagang terbesar dan juga seorang lawyer ternama di New Filla, tentu saja akan sangat sulit mereka menemukan waktu luang untuk memikirkannya.Sejumlah konflik yang sempat terkuat di dalam pernikahan pasangan ini pun tak luput dari perhatian dokter Abimanyu yang semakin memaklumi kondisinya.“Baiklah, ini untuk Baby Girl’s dan ini untuk Baby Boy’s,” ucap Abimanyu sambil menyiapkan dokumen kelahiran kedua bayi tersebut.Fanny sangat lega, meski hingga saat ini dia masih belum mau bicara ke
“Aku tidak mau kau menyesali keputusanmu ini suatu hari nanti,” ucap Adam menegaskan.“Seperti aku yang seringkali menyesal telah bersedia menikah denganmu bukan?” jawab Fanny sambil mengganti popok Baby Girl’s.“Sayang, jangan terus mengungkitnya lagi. Aku mohon, maafkan aku dengan tulus,” ucap Adam memohon.Detik itu juga Fanny menghentikan gerakan tangannya lalu menatap Adam dengan seksama.“Aku tidak mengungkitnya, kau yang memulainya. Dan jika aku harus memaafkanmu dengan tulus pun aku sudah melakukannya. Tapi lihat yang terjadi, kau melupakan betapa beratnya usahaku melepaskanmu dari tuntutan Anna saat itu hingga dengan mudah kau kembali lagi ke pelukannya,” ucap Fanny diselingi beberapa tarikan nafasnya yang sangat berat.Adam membisu. Dia tak bisa menjawabnya lagi. “Ini tidak mudah untukku Dam, bukan sekali kau mendua.” ucap Fanny dengan mata yang sangat cepat berlinang air mata.Adam terpaku. Semakin tak bisa menolak kalimat Fanny yang ditujukan
Hujan masih mengguyur New Filla dengan derasnya hingga larut malam ini. Adam meringkuk di bibir ranjang sebelah kiri sementara Fanny di sebelah kanan. Di tengah mereka adalah baby Lilac dan baby Abigail. Fanny memang tidak mau tidur berpisah dengan buah hatinya.Fanny yang besar di panti asuhan, hanya ingin belahan jiwanya kini merasakan peluk buai dari kedua orang tuanya dengan utuh tanpa dibatasi apapun. Dan Adam pun sepakat dengan keputusannya kali ini. Adam yang juga besar di tangan baby sister tentu sangat menghargai keputusan hebat istrinya yang bahkan merelakan profesinya digantungkan sementara.Nyenyak keempatnya tengah sangat nikmat, saat suara barang pecah di luar kamar mengejutkannya.“Apa itu Dam?” tanya Fanny.Adam yang juga terjaga oleh suara tersebut langsung turun dari ranjangnya.“Jangan kemana-mana!” ucap Adam.Fanny mengangguk mengiyakannya. Dirangkulnya erat kedua buah hatinya.PRAANGSuara pecahan kembali terdengar.“Adam! Kau
Setelah dua minggu, renovasi rumah akhirnya selesai. Di berbagai bagian masih terdapat banyak puing-puing bangunan di sana yang berceceran. Pagi ini sejumlah petugas kebersihan sedang menyelesaikan finishing dari renovasinya itu.Adam benar-benar tidak ingin kecolongan setelah insiden pemecahan kaca yang dilakukan oleh orang tak dikenal ke rumahnya tengah malam itu dan juga insiden racun yang nyaris saja mencelakai keluarganya.Kini, Adam benar-benar menjadi semakin ekstra dalam pengawalan dan juga penjagaan rumahnya. Pagi yang cerah di New Filla, mentari menyembul dengan sangat hangat dari balik jendela rumah memberikan energi yang lebih cerah.Adam tengah menikmati sarapan bersama Fanny. Keduanya kini sudah memulai hidup normalnya tanpa ada lagi kerepotan para penjaga dan juga pekerja di rumahnya. Insiden mengenai percobaan untuk meracuni yang dilakukan oleh orang tak dikenal yang menyamar di antara para pekerja pun akhirnya ditangani oleh pihak kepolisian. M
Dengan jetlag sekitar delapan jam, mereka harus sedikit menyesuaikan waktu terlebih dahulu.Senyuman akhirnya mengembang di wajah Fanny saat keluar dari pesawat dan menghirup udara segar kota London dengan sangat tenang. Kedua buah hatinya pun bisa mendarat dengan selamat di sana, ini adalah sebuah berkah tersendiri untuk Fanny.Di bagian luar bandara, Dipo dan juga beberapa staf dari Schwaley Corporation sudah menunggunya.“Adam, bisakah kau mengatakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Fanny kepada Adam dengan memaksa.Adam menghentikan langkahnya, dia merasa tidak tega untuk mengatakannya sendiri kepada Fanny. Meski riwayat panjang kehidupannya bersama Ardian mengalami pasang surut; tapi Adam merasa bahwa Ardian pun memiliki sangat banyak sekali jasa dalam pernikahannya dengan Fanny.“Sayang, sebaiknya kita berangkat! Kasihan mereka terlalu lama menunggu,” ucap Adam kepada istrinya. Fanny pun menurut. Rombongan ini pun tak menunggu waktu lama lagi
Setelah kemenangan besar itu, tim Fanny kembali ke markas mereka yang tersembunyi, tempat di mana mereka mulai merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan bahwa dunia yang baru mereka selamatkan tetap aman. Fanny duduk di meja pertemuan bersama Adam dan anggota tim lainnya, masing-masing merenung tentang apa yang baru saja terjadi.“Zero memang sudah runtuh, tapi kita tahu ini bukan akhir,” ujar Fanny, suara tegasnya mengisi ruangan. “Ada banyak kelompok lain yang mungkin sudah menunggu kesempatan untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan Zero. Kita harus memantau semuanya dengan lebih ketat.”Adam mengangguk. “Aku setuju. Ini hanya langkah pertama. Kita telah menghentikan mereka, tapi mereka bukan satu-satunya yang memiliki agenda tersembunyi.”Mason yang duduk di sudut meja dengan ekspresi serius menambahkan, “Selama sistem Zero masih ada jejaknya, akan ada orang-orang yang mencoba memanfaatkan teknologi yang tertinggal. Mereka tahu betul bagaimana memanipul
Ketegangan di markas Quantum Grid semakin memuncak. Serangan dari Zero semakin menggila, dan setiap detik yang berlalu semakin menambah rasa takut dan kecemasan. Fanny tidak hanya harus menghadapi ancaman dari dunia maya, tetapi juga dari serangan fisik yang menghantui di luar markas mereka.Mason, yang memimpin pertahanan fisik, berlari ke ruang kontrol dengan wajah penuh kecemasan. "Fanny, kami butuh lebih banyak waktu! Mereka mulai menguasai distrik utama, dan orang-orang di luar mulai panik! Kami harus menghentikan serangan fisik ini—segera!"Fanny menarik napas panjang, meskipun rasa cemas hampir menghancurkannya. "Adam, kita harus membuka akses ke data utama mereka lebih cepat! Semakin lama kita menunggu, semakin banyak nyawa yang terancam."Adam menatap layar dengan tatapan yang tajam. "Sistem Zero semakin rumit. Mereka memperkuat firewall mereka saat kita semakin mendekat. Tapi aku bisa melakukannya, Fanny. Cuma perlu sedikit waktu."Fanny menoleh ke Gavin dan Mason yang tampa
Waktu terus berjalan, dan suasana semakin mencekam. Setiap detik yang berlalu terasa begitu lama. Tim Quantum Grid melangkah lebih jauh ke dalam dunia yang mereka coba taklukkan. Fanny, dengan tekad yang tak tergoyahkan, tetap memimpin timnya dengan penuh keyakinan, meski hatinya penuh kecemasan.Di layar besar, data yang mengalir semakin cepat. Adam memimpin peretasan ke pusat server Zero dengan keterampilan yang luar biasa, tetapi setiap langkah mereka semakin terdeteksi. "Mereka semakin dekat," kata Adam dengan tenang, meskipun keringat dingin mulai mengalir di dahinya.Fanny mengangguk, matanya fokus pada layar yang menunjukkan titik-titik merah di seluruh dunia, tempat di mana Zero mulai melancarkan serangan. "Kita tidak punya banyak waktu," katanya dengan suara yang terdengar lebih tajam. "Kita harus mengakhiri ini sebelum mereka menguasai semuanya.""Satu jam lagi," ujar Gavin dengan wajah tegang. "Jika kita tidak bisa menembus jaringan mereka dalam satu jam, Zero akan memutusk
Fanny memandang Adam dengan penuh keyakinan, namun di balik tatapan itu, ada rasa khawatir yang dalam. Zero bukanlah ancaman biasa. Mereka telah menginfiltrasi setiap sektor penting, memanfaatkan ketidakstabilan global dengan sangat rapi. Adam mengerti betul betapa besar ancaman itu, tetapi dia juga tahu bahwa tidak ada pilihan lain selain berjuang untuk menghentikan mereka."Adam, apa yang harus kita lakukan?" Fanny bertanya, suaranya terdengar lebih tenang meskipun dunia di sekitarnya terasa semakin genting.Adam mengangguk pelan, menatap layar yang menampilkan peta digital global dan data yang bergerak cepat di sana. "Zero telah menciptakan jaringan komunikasi yang hampir tak terlihat. Mereka mengontrol hampir setiap aliran informasi dan ekonomi. Jika kita ingin menghentikan mereka, kita harus meretas jantung sistem mereka. Saya tahu di mana mereka bersembunyi, tapi kita butuh lebih dari sekadar serangan cyber."Fanny melangkah mendekat, menatap layar yang menunjukkan sebuah lokasi
Tim Quantum Grid bekerja tanpa henti, mempersiapkan segala kemungkinan untuk menghadapi ancaman Zero dan memastikan keselamatan Adam. Fanny mengarahkan perhatiannya sepenuhnya pada pencarian suaminya. Setiap informasi yang mereka dapatkan tentang pulau terpencil itu semakin mempertegas keyakinannya: Adam adalah satu-satunya yang bisa mengakhiri ancaman Zero.Di tengah kesibukan tim, Fanny tidak bisa menahan diri untuk teringat akan kenangan mereka berdua. Adam adalah sosok yang kuat, cerdas, dan penuh perhitungan. Dia bukan hanya seorang pengusaha yang sukses, tapi juga seorang pemikir yang selalu melihat gambaran besar. Hanya dengan kekuatan pikirannya yang luar biasa, Zero dapat dihentikan.Namun, di balik keyakinannya, ada keraguan. Fanny tahu bahwa dunia telah berubah. Zero tak hanya bermain dengan teknologi, tetapi juga dengan kekuatan finansial yang mengancam kesejahteraan seluruh dunia. Setiap detik yang berlalu semakin menambah ketegangan di dalam dirinya. Waktu yang mereka mi
Fanny berdiri di depan peta digital yang terpasang di dinding markas, matanya penuh tekad dan kecemasan. Informasi yang baru saja didapatkan Gavin mengenai keberadaan Adam di pulau terpencil itu hanya memperkuat keyakinannya—suaminya adalah satu-satunya yang bisa menghentikan Zero. Dia tahu bahwa Zero tak hanya mengancam dunia maya, tetapi mereka juga merusak pasar bisnis global dengan arogansi mereka yang tak terkendali."Jika kita tidak segera menghentikan Zero, pasar bisnis global akan semakin terpuruk," Fanny berkata dengan suara tegas, walau matanya penuh kecemasan. "Mereka sudah mengendalikan sebagian besar sektor penting dan memanipulasi harga saham. Negara-negara besar terjebak dalam ketidakpastian ekonomi. Jika Zero terus menguasai ekonomi dunia, kita semua akan berada dalam cengkeraman mereka."Gavin, yang sedang memantau layar besar di sisi lain ruangan, mengangguk setuju. "Mereka mulai mengendalikan lebih dari sekadar dunia maya. Zero sudah terlibat dalam perdagangan ilega
Fanny menatap layar besar di depan mereka dengan ekspresi serius. Matanya penuh tekad, dan suara lantangnya menggema di ruangan yang sunyi. "Kita sudah bertahan dari serangan mereka, tapi ada satu hal yang masih menggantung di udara—Adam. Kita tahu bahwa dia masih hidup, dan kita tahu bahwa Zero tidak akan berhenti mencari cara untuk mengendalikannya. Semua orang, bersiaplah. Kita akan menemukan Adam, apapun caranya."Tim Quantum Grid, yang telah terbiasa menghadapi rintangan berat, saling berpandangan. Mereka tahu ini bukanlah tugas yang mudah. Adam bukan hanya figur kunci dalam pertempuran ini, tetapi dia juga seseorang yang sangat dicari oleh Zero—sebuah ancaman yang bahkan lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan. Fanny tahu betul bahwa Zero berusaha menggunakan Adam sebagai senjata dalam rencana besar mereka.Gavin berdiri pertama kali, mengangguk. "Fanny, kita sudah mendapatkan beberapa petunjuk dari jaringan yang lebih dalam. Adam sudah menghilang selama berbulan-bulan, tetap
Perjuangan mereka semakin menguatkan tekad untuk menghadapi ancaman yang terus-menerus datang. Fanny dan tim Quantum Grid tidak hanya berfokus pada pertahanan, tetapi juga pada pemulihan dunia yang telah lama terpecah. Mereka tahu bahwa Zero mungkin telah mundur untuk sementara waktu, tetapi ancaman mereka masih ada di balik layar, siap untuk menyerang ketika mereka merasa cukup kuat.Namun, meskipun ancaman itu tetap ada, Fanny merasa bahwa ada perubahan yang signifikan. Dunia tidak lagi berada di bawah bayang-bayang Zero. Perubahan ini tidak datang dalam bentuk pertempuran fisik atau serangan dunia maya saja, tetapi juga dalam bentuk kesadaran baru yang tumbuh di kalangan masyarakat."Ini lebih dari sekadar perang teknologi atau narasi," kata Gavin, yang kembali ke markas setelah bertemu dengan beberapa pemimpin dunia. "Ini adalah tentang membangun kembali apa yang telah dihancurkan. Orang-orang mulai melihat bahwa mereka tidak bisa lagi menjadi penonton dalam permainan ini. Mereka
Perjuangan yang mereka hadapi belum berakhir, dan meskipun Zero telah mundur, dampaknya masih terasa. Banyak lapisan organisasi yang belum sepenuhnya dihancurkan, dan ada celah-celah yang harus mereka tutup. Fanny tahu, kemenangan ini hanyalah awal dari proses panjang untuk merestrukturisasi dunia yang telah rusak oleh manipulasi Zero."Zero mungkin telah mundur untuk sementara, tapi mereka pasti akan mencoba bangkit lagi," kata Fanny pada timnya, yang kini berada di ruang utama markas mereka yang aman. "Kita perlu mempersiapkan diri untuk apa yang akan datang. Mereka tidak akan mudah menyerah."Mason, yang selalu tenang dalam situasi sulit, menatap layar dengan penuh fokus. "Kita sudah memutuskan sebagian besar rantai mereka, tapi mereka masih punya kaki panjang. Kita harus bergerak cepat sebelum mereka bisa mengatur kembali barisan mereka."Irene, yang sebelumnya selalu fokus pada dunia maya, kini merapatkan kembali jaringan informasi yang telah rusak. "Saya sudah menyiapkan beberap