Home / Romansa / My Horrible Romance / 94 Langkah Pertama Alsen

Share

94 Langkah Pertama Alsen

Author: Ans18
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kak Alsen: Yara, aku masih ada janji nraktir kamu

Kak Alsen: Aku lagi ada di deket kantormu

Yara: Mau nraktir nih?

Yara: Tapi kan aku juga punya utang nraktir Kak Alsen

Kak Alsen: Giliran aku dulu

Kak Alsen: Aku jemput sekarang ya

Yara: Ok

“Na, gue makan siang si luar ya,” pamit Yara pada Nana yang duduk di sampingnya. Mereka hampir selalu menghabiskan waktu makan siang bersama, jadi ketika salah satu di antara mereka ada keperluan, mereka selalu saling memberi tahu.

“Ciyeee … sama yang mana nih? Yang dulu berani ke kantor?”

Yara memutar kedua bola matanya dengan malas. Ledekan ‘Ciyeee’ ini sudah didengarnya sejak ia SMA, sejak ia menjalin hubungan dengan Adam, dan sekarang … Wait! Yara menggeleng-gelengkan kepalanya, kenapa semuanya selalu bermuara ke Adam?

“Iya, dia pernah ke sini kok.”

“Adam?”

“Bukan, kuasa hukumku, Ka

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nisya Kharem
yuhuiii.. persaingan dimulai... makasih sudah update... ditunggu lanjutannya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Horrible Romance   95 Aku Harus Bagaimana Lagi?

    “Mampir sebentar ke hotel nggak apa-apa ya?” Yara terkesiap. Pertanyaan macam apa itu? “Aku kerja di hotel, Yara. Barangkali kamu lupa dan mikir yang aneh-aneh.” Adam setengah mati menahan tawanya yang hampir meledak karena sikap aneh Yara begitu ia mengajak mampir ke hotel. “Siapa yang mikir aneh-aneh.” Yara membuang muka ke arah kiri, berusaha menutupi malunya karena sempat berpikir yang tidak-tidak atas pertanyaan Adam. “Lama nggak? Ke Cibuburnya bakal sampe malem berarti?” “Lama? Mau ngapain tuh di hotel lama-lama?” Yara melirik Adam dengan tajam. ‘Mukul mantan pacar yang ngeselin setengah mati, bisa kena pasal nggak sih?’ “Bentar doang kok, Ra. Ada masalah yang mesti ku-handle bentar.” “Gimana kalo kamu ngasih kunci rumahnya ke aku, biar aku bisa langsung pergi ke sana?” “Nggak, nggak. Barengan ke sananya.” Yara hanya bisa menghela napas lelah. ‘Sedot semua energiku, Dam. Emang dementor dalam wujud manusia

  • My Horrible Romance   96 Semua akan Berbeda

    "Yara, bangun." Tangan Adam bergerak melepaskan kaitan seat belt sekaligus membangunkan Yara dengan menggoyang lengannya.Yara memang bangun setelah Adam mengganggu tidurnya dengan menggoyang-goyangkan lengannya, tapi Yara puasa bicara sejak tadi--sejak ia meledakkan emosi sambil mengeluarkan semua kebingungannya terhadap tingkah laku Adam.Turun dari mobil, Yara langsung bisa mendengar debur ombak. Dan dia langsung bisa menebak kalau saat ini mereka sedang berada di Ancol. Di mana lagi ada pantai di Jakarta, kalau bukan Ancol."Kelewatan sunset-nya. Jauh ternyata ya kalo dari Cibubur ke sini, belum lagi macetnya." Adam seperti bermonolog sendiri karena Yara masih betah mendiamkannya."Aku izin Om dulu ya." Adam menyingkir sebentar untuk meminta izin pada orang tua Yara.Sementara Yara tetap berjalan menuju ke dinding pembatas yang biasa dijadikan tempat duduk bagi orang-orang yang ingin menikmati pantai tanpa menyentuh pasir dan air laut."

  • My Horrible Romance   97 Suka? Bukan Cinta?

    “Semalam dari mana, Dek?” tanya Ervin saat melihat Yara menutup pintu kamarnya dengan pakaian kerja casual.“Makan sama Kak Alsen, sekalian ngomongin hasil pemeriksaan kemaren.”“Lancar kemaren?”“Lancar sih, agak deg-degan awalnya, tapi kan ada Kak Alsen yang nemenin. Aku bayanginnya kayak di film-film gitu loh, Kak. Yang ditanyain di ruang tertutup sama seorang polisi doang gitu.”“Kamu kan pelapor, bukan tersangka. Kebanyakan nonton film.” Ervin merangkul bahu adiknya sembari menuruni anak tangga. “Kamu … kalo disuruh milih Adam atau Alsen, milih mana, Dek?”Yara langsung menoleh dan menatap kakaknya layaknya alien yang baru bertanya mekhluk di bumi makan apa? “Kakak nanya gitu udah kayak nanya, mau makan pake ikan gurame apa ikan bawal. Lagian aku nggak ada apa-apa sama dua-duanya, ngapain juga disuruh milih salah satu di antara mereka berdua.”&ld

  • My Horrible Romance   98 Berusaha Menggoyahkan Prinsipmu

    Naren memasuki hotel pusat yang menjadi salah satu lini bisnis anak perusahaannya dengan langkah yakin.Di sampingnya, Adam yang akan ditunjuk menggantikan Purnomo--General Manager sebelumnya yang memasuki usia pensiun--berjalan mensejajari langkah Naren.Bukan perkara mudah bagi Naren menunjuk seorang anak muda yang sebaya dengan anak bungsunya untuk menggantikan Purnomo yang sudah menjabat bertahun-tahun sebagai General Manager di jaringan hotelnya.Naren bukannya tutup mata kalau beberapa tahun terakhir hotelnya tidak memiliki perkembangan berarti. Tidak merugi juga, hanya saja seperti stuck di tempat.Karena itu, ketika suatu hari anak muda yang kini berjalan di sampingnya itu berani menemuinya di kantor untuk membicarakan suatu hal dengannya, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempata

  • My Horrible Romance   99 Kamu Diam, Biar Aku yang Maju

    “Ra.”“Hmm?” Yara mendongak kaget karena panggilan Adam.“Mau nunggu baksonya dingin?” Adam memang memperhatikan Yara sejak tadi. Gadis itu terus saja mengaduk mangkok berisi bakso dan kuahnya, mengabaikan mangkok terpisah yang berisi kuah dan tulang sumsum.“Eh? Nggak.”“Kamu jadi diem sejak aku ngomong tentang—”Tatapan membunuh dari Yara berhasil membuat Adam membungkam mulutnya. “Makan.” Entah itu perintah atau hanya penyataan, yang jelas Yara hanya mengeluarkan satu kata itu sebelum kemudian mulai menyuapkan kuah bakso ke dalam mulutnya.“Nggak usah terlalu dipikirin, Ra. Kamu diem aja, biar aku yang maju.”“Gimana maksudnya?”Adam menggeleng. "Nggak, nggak. Udah, dimakan dulu."Kalau sedang banyak pikiran, Yara memang susah diajak bicara. Mungkin apa yang disampaikan Adam di mobil tadi benar-benar berhasil membuat

  • My Horrible Romance   100 May I Call You Everynight?

    "Lagi apa, Ra?"Yara menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap layar ponselnya, memastikan sekali lagi kalau benar si penelepon adalah orang yang diperkirakannya.Tindakan tidak perlu sebenarnya karena ia sudah hapal dengan suara itu dan suara itu juga yang mengganggu—iya, ia belum bisa berkata menghiasi, jadi sepertinya kata mengganggu lebih tepat—setiap malamnya."Baru kelar ngecek daftar furniture yang dikirim untuk kementerian besok.""Kenapa baru jam segini ngeceknya?" Waktu memang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Terlalu cepat untuk orang seumuran mereka terlelap, tapi juga rasanya sudah cukup malam untuk memeriksa pekerjaan."Ya karena supplier-nya baru aja ngirim daftarnya."“Kalo udah kelar buruan istirahat.”“Ya kan kamu nelepon.”“Jadi kamu nunggu aku kelar nelepon dulu?”“Apa sih, Dam?” Tidak ada sahutan dari Adam, tapi Yara tahu kalau Ada

  • My Horrible Romance   101 Bilang Kalau Cemburu!

    “Lintang sama keluarganya ngajuin praperadilan.”Naren berdecak kesal mendengar kabar yang dibawa Alsen malam itu. “Kalo tau dia semerepotkan ini, mending kita beresin aja keluarganya dari awal.”“Pa!” tegur Rhea sambil mengusap pelan lengan suaminya yang sedang emosi.Yara yang tidak terlalu paham istilah hukum hanya bisa melirik ke sana kemari, berharap mendapat penjelasan dari siapa pun di ruangan itu, Alsen, papanya, ataupun kakak sulungnya yang lebih mengerti hukum.Namun ia juga tidak bodoh untuk menilai bahwa ‘praperadilan’ bukanlah hal yang diharapkan mereka—kalau dilihat dari reaksi papanya.“Mereka minta pemeriksaan tentang sah atau nggaknya penangkapan dia, simple-nya gitu, Dek.” Aileen berusaha menjelaskannya kepada Yara karena tidak satu pun di ruangan itu yang menangkap sorot kebingungan dari Yara.“Oooh.” Yara mengangguk-angguk. Belum mengerti sepenu

  • My Horrible Romance   102 Izin Dulu, Baru Bergerak

    "Saya mau izin ngajak Yara, Om."Naren menatap Adam lekat. Meskipun lelaki di depanya itu seperti tidak punya takut terhadapnya, dan harus diakuinya kalau hal itu memberinya nilai plus di antara nilai minus yang sudah disandangnya sejak dulu.Bagaimana pun juga, Naren tidak akan lupa kalau Adam lah yang membuat patah hati anak bungsunya pertama kali.Naren memang sudah memberikan jabatan strategis untuk anak muda itu di jaringan hotelnya, tapi hal itu tidak serta merta membuat Adam bisa melenggang bebas mendekati anaknya.Meskipun dalam hatinya harus mengakui kalau ia lah yang membutuhkan tenaga dan pikiran Adam untuk mengembangkan jaringan hotelnya. Adam bisa saja menolak. Naren yakin karirnya akan cemerlang di tempat kerjanya yang lama, tapi pada akhirnya Adam menyanggupi salah satu syarat yang diajukannya, yaitu mengurus jaringan hotelnya.Masih ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi Adam. Syarat yang cukup berat kalau melihat karakter Yara. T

Latest chapter

  • My Horrible Romance   200 Glorious in Adversity

    “Kenapa kita nggak ke Flores? Kenapa kita ke Garachico? Itu di mana?” Bahkan Yara sama sekali belum tahu di daerah mana Garachico berada. Maklum, ia lebih khatam daerah Indonesia karena menurutnya Indonesia memiliki keindahan yang tiada duanya. “Spanyol.” “Visaku?” “Kita udah di pesawat, Ra. Masih perlu kamu nanyain visa? Ya jelas udah kuurus.” Yara menggigit lidahnya, terdiam malu karena ucapan Adam. Iya, mereka sudah berada di pesawat, berarti semua berkasnya sudah beres. Kenapa ia sebodoh itu mempertanyakan hal yang tidak perlu? “Gimana caranya kamu ngurus visaku? Passport-ku kan kusimpen di lemari, kamu tau dari mana?” Adam mengeluarkan sesuatu dari tas selempang yang dipakainya, kemudian menunjukkan semuanya kepada Yara. “Udah? Aman. Kamu nggak bakal dideportasi.” “Tapi gimana caranya?” tanya Yara keheranan. “Mau tau aja.” Adam menarik hidung Yara agar istrinya itu bisa tenang. Ia memang diam-diam mengurus semua be

  • My Horrible Romance   199 On the Way to ...

    “Papa, Mama, ati-ati ya, inget umur,” pinta Yara yang menatap kedua orang tuanya dengan bimbang.Pagi itu, Yara dan Adam mengantar orang tua Yara lebih dulu ke stasiun kereta sebelum mereka melanjutkan perjalanan menuju bandara dengan diantar sopir keluarga Yara.“Maksudnya apa ngingetin Papa sama Mama tentang umur?” tanya Naren (sok) galak.“Jangan naik kendaraan aneh-aneh, jangan memacu adrenaline berlebihan, dan yang paling penting … tolong jangan bikinin aku adek. Aku mau jadi anak bungsu seumur hidup. Lagian malu kan sama Kak Arla yang lagi isi, kalo Mama nyusul isi juga.”“Astaga! Anak ini!” Rhea menggeleng-gelengkan kepala mendengar celotehan Yara. Ia dan suaminya memang akan melakukan perjalanan yang sedikit ekstrim. Napak tilas. Bukan sembarang napak tilas, mereka akan pergi ke tempat-tempat yang dulu pernah dikunjungi Rhea ketika kabur dari Naren saat mereka masih berstatus tunangan. Mulai d

  • My Horrible Romance   198 Pelan-Pelan

    “Pelan, Dam,” lirih Yara saat Adam menyesap ceruk lehernya dengan keras. “Maaf.” Nyatanya Adam hanya mengalihkan area penjelajahannya setelah meninggalkan jejak kemerahan yang mungkin akan berubah menjadi kebiruan di ceruk leher sebelah kanan. Adam berusaha tidak menyakiti Yara, tapi ia kesulitan mengontrol hasratnya. “Cantik banget,” pujinya sambil berbisik. Yara tidak mampu merespon. Setiap kali kulit mereka bersentuhan, seperti ada gelenyar asing yang menguasai tubuhnya. Terlebih seperti sekarang, saat Adam menyapukan indra peraba dan perasa ke seluruh permukaan tubuhnya. “Dam,” desah Yara sekali lagi, entah bermaksud meminta Adam berhenti atau melanjutkan, otaknya sedang tidak benar-benar bekerja. Adam kembali ke atas, menatap wajah Yara sebelum kembali melumat bibir istrinya yang setengah terbuka karena menahan desahan. “May I?” Yara mengangguk. “Pelan-pelan.” Adam mengangguk mengiakan, walau tidak tahu batas pelan yang dimaksud Y

  • My Horrible Romance   197 Masih Sore

    Yara tergagap saat merasakan sesuatu membelit perutnya. Tapi begitu menatap ke arah perutnya dan melihat kalau benda yang membelit perutnya adalah tangan seseorang, barulah ia menyadari keberadaan Adam, sekaligus menyadari kalau kini ia tidak tidur sendiri lagi. Perlahan, Yara memindahkan tangan Adam dari atas perutnya. Ia ingin buang air kecil karena itu terbangun di tengah tidur nyenyaknya. Ah iya, dia belum melihat kado dari teman-temannya. Jadilah sambil berjalan ke kamar mandi, Yara menenteng kotak di dekat televisi. Setelah menyelesaikan hajatnya, ia masih berdiri di depan cermin sambil berpikir kalau ia akan mengganti piyamanya dengan kado tersebut. Bukankah tadi Adam juga memintanya untuk berganti dengan isi kado itu. "Ya ampun capek banget sih," gerutu Yara sambil mencari ujung yang digunakan untuk membuka kerdus. Matanya yang semula masih sayu karena mengantuk, seketika membuka lebar saat melihat kain berenda tipis di dalam kotak.

  • My Horrible Romance   196 Kemakan Omongan Sendiri

    “Makanya lain kali kalo ngomong dipiir dulu ya, Dam,” ucap Yara sambil tetap berusaha mempertahankan senyumnya di atas pelaminan. “Hah?” “Dulu kamu nyumpahin aku apa? Kamu nyumpahin aku supaya nggak langgeng setiap punya pacar, kamu nyumpahin aku supaya nggak bisa nikah sebelum ngelihat kamu di pelaminan. Sekarang malah kita di atas pelaminan bareng. Kemakan omongan sendiri kan?” “I did the right thing,” jawab Adam sambil mengusap punggung tangan Yara yang melingkari lengannya. “Ck! Right thing apanya?” Yara berdecak. “Coba dari awal jadi orang yang sabar, kan aku nggak mesti ngalamin pacaran berkali-kali.” “Nggak apa-apa, yang penting ending-nya sama aku.” “Kata Papa, it’s the beginning, Adam, bukan ending.” “Ya … beginning buat kita hidup berumah tangga. Tapi kan juga ending dari horrible romance kamu, horrible romance-ku juga sih.” “Sejak kapan belajar ngegombal, Pak?” Adam belum sempat menjawab karena antrea

  • My Horrible Romance   195 Orang Itu Adalah Adam

    “Ini kamar pengantinnya?” tanya Rian dengan berbisik karena ada kakak dan kakak ipar Yara di kamar yang digunakan untuk Yara bersiap sebelum acara akad nikah berlangsung. “Nggak, di sini cuma buat ganti baju sama make up aja sih,” jawab Yara yang duduk di depan cermin, menunggu dijemput ke tempat acara. “Santai sih, Ra. Anggep aja kayak dipanggil guru BK.” Yara mendongak dan menatap Rian dengan kesal. Bisa-bisanya akad nikah dianalogikan dengan menghadap guru BK. “Yan, jangan kirim foto ke grup anak-anak kelas sepuluh!” pinta Yara ketika Rian mengarahkan kamera ponsel ke arahnya. “Kenapa? Karena ada Adam di grup? Takut Adam makin nggak konsen ya?” Yara menggeleng pelan. “Takut diketawain sama anak-anak.” “Risiko, dapet jodoh temen sekelas, ya mau gimana. Ntar gue catetin deh siapa yang ngetawain, nggak gue kasih souvenir dari sini,” sombong Rian yang mendapat tugas menjadi penerima tamu sekaligus mengarahkan tamu-tamu VIP ke area

  • My Horrible Romance   194 Planning

    Yara mengerjap pelan dan untuk beberapa detik ia sempat merasa kebingungan saat melihat langit-langit yang tidak dikenalnya. Sampai suara seseorang menyapa indra pendengarannya. “Udah bangun?” Barulah Yara sadar kalau ia tertidur di ruang kerja Adam. “Jam berapa?” “Setengah tiga.” “Ya ampun, astaga!” Bergegas Yara bangkit dari posisi tidurnya, gelagapan mencari ponsel dan menghubungi omnya. Omnya itu bisa mengamuk karena semestinya mereka mengadakan meeting bulanan jam dua siang. “Tenang, Ra. Papa kamu udah ngizinin ke Om Ranu tadi,” ucap Adam yang tidak kalah gesitnya berdiri dari tempatnya duduk mengamati Yara tidur sejak tadi. Terlambat sedikit saja, Yara pasti sudah melesat keluar dari ruangannya. “Hhh.” Yara menghembuskan napas lega sebelum sadar apa yang diucapkan Adam. “Papa? Papaku ngizinin ke Om Ranu?” “Iya. Papa kamu nggak tega juga ngelihat kamu kecapekan ngurusin perintilan resepsi Kak Ervin.” Yara kembali d

  • My Horrible Romance   193 Pilihan Sulit

    "Ya ampun, Rhe. Setelah Aileen, jeda setengah tahun, Yara dilamar orang. Sekarang, baru dua minggu dari lamaran Yara, kita yang mesti nganter Ervin ngelamar anak orang." Helaan napas berat jelas-jelas dikeluarkan Naren.Sebenarnya, bukan Naren tidak bahagia semua anaknya menemukan belahan jiwa masing-masing, tapi dalam tahun yang sama menikahkan tiga orang anak mungkin memang tidak lazim terjadi."Yang penting anak-anak bahagia, Mas."Naren mengangguk-angguk, berusaha membangun lagi semangatnya yang sempat jatuh."Ayo. Kamu tau kan gimana tegangnya Adam waktu itu. Sekarang giliran kita yang nenangin Ervin," ajak Rhea.Tidak banyak yang ikut di acara pertunangan Ervin supaya tidak merepotkan keluarga calon tunangan Ervin. Hanya kakek nenek dari orang tua Ervin dan juga keluarga adik mamanya yang ikut, ditambah Adam dan beberapa sahabat Ervin.Semua orang sudah siap berangkat saat Naren dan Rhea keluar dari kamar."Ervin semobil sama Papa Mama. Yara sama Eyang ata

  • My Horrible Romance   192 Engagement

    Tiga bulan menunggu salah satu ballroom yang dimiliki hotel di bawah Candra Group kosong atau ada yang cancel, ternyata bukanlah hal mudah. Sepertinya semua calon pasangan pengantin yang sudah memesan ballroom memang sedang menghabiskan waktu untuk mempersiapkan pernikahan.Mau mendoakan agar salah satunya batal menikah pun rasanya sangat tidak etis, apalagi konon katanya doa buruk akan kembali kepada si pendoa. Karena itu, Adam dan Yara hanya bisa pasrah sambil berharap dan berdoa diberikan jalan yang terbaik untuk hubungan mereka.“Udah siap, Dam?”Adam menoleh sebentar ke arah sang ibu yang berdiri di ambang pintu kamarnya. “Udah rapi belum, Bu?” tanya Adam yang masih mematut diri di depan cermin untuk memastikan penampilannya—yang sebenarnya hanya kemeja lengan batik panjang dan celana bahan sejenis yang biasa ia gunakan ke kantor.Ya, hari itu adalah hari pertunangannya dengan Yara. Karena ballroom belum juga mereka dapa

DMCA.com Protection Status