Pagi hari, Adnan memberikan satu selimut untuk Bi Ima yang sedang bekerja di dapur. Beliau mengucapkan terima kasih banyak dan menerima pemberian Adnan.
Mereka mulai menyiapkan sarapan bersama, Reyndad yang melihat sang istri sedang berkutat di dapur, tersenyum manis melihat pemandangan tersebut. Selain manis, ia juga rajin.
Selesai sarapan, Reyndad menjalankan mobilnya menuju kantor. Mereka menyapa Reyndad sambil menundukkan kepalanya.
Alazka yang melihat Reyndad segera berlari mengerjarnya yang sudah menduduki meja kerja.
"Selamat pagi," sapa Alazka seraya masuk ke dalam ruangannya.
"Pagi," balas Reyndad sambil membuka berkas yang sudah tergeletak di meja kerjanya.
"Semua karyawan sangat bahagia sekarang. Ternyata properti itu sangat laris dan terjual dengan harga mahal, ya," ucap Alazka mendudukkan tubuhnya di sofa.
"Itu juga berkat Anda, Tuan Alazka," kata Reyndad. Alazka yang mendengarnya terkekeh pelan, bisa-bisany
PoV Reyndad1 bulan kemudian, terjadi kesalahan mengenai pembagian gaji karyawanku. Alazka menjelaskan secara detail saat kami menaiki lift dari lantai 11 menuju lantai 2 di mana bagian keuangan berada di sana."Angel sudah 2 hari ini tidak masuk kantor."Aku menatap ke arah Alazka dengan tajam. Tapi, aku juga tidak boleh berpikiran negatif tentangnya.Karena dialah saham-sahamku melonjak naik 89 persen.Sampainya di lantai 2, kami langsung memasuki pintu ruangan yang tertulis 'Badan Keuangan'."Bagaimana bisa ini terjadi?" tanyaku pada staff keuangan."Ti-tidak tahu, Pak. Minggu lalu, Angel yang memegang komputer dan beberapa sahamnya." Altar berucap sambil menundukkan kepala."Kalian cek semua CCTV-nya!" perintahku berjalan keluar ruangan. Aku dan Alazka berjalan menuju lantai 5 di mana saham-sahamku disimpan oleh Alazka.***Aku menekan sandi lalu melihat sebagian uang disimpan sudah raib. Entah s
"Ada pencuri yang mau membobol jendela di ruang televisi," jawabku seraya membuka lemari dan menyimpan benda tersebut di laci."Kakak, sejak kapan Kakak simpan pistol itu?""Hanya sekedar berjaga-jaga saja."Aku mengambil ponsel di nakas untuk menelfon Jong Ru.Dia tidak mengangkat panggilanku, aku memilih untuk mengirim pesan padanya bahwa ada dua orang pencuri di rumahku.[10 menit yang lalu, aku melihat dua orang pencuri yang mau membobol jendela di ruang televisi, tapi aku sudah menuntaskan mereka dan sekarang tengah sekarat di samping halaman.]Send.Aku meletakkan ponsel di nakas dan kembali berbaring di ranjang."Biar itu menjadi urusan Jong Ru, sepupu laki-laki jauh," ucapku.Aku menarik Adnan agar segera berbaring dan melupakan kejadian ini.***Pagi hari, Bi Ima sangat terkejut dan berteriak histeris ketika ia melihat dua orang yang sudah sekarat di sana."Biarkan
Adnan menatapnya sinis. Sementara Kang Yuri berjalan mendekatinya yang tengah memilih cemilan yang sekarang ia idam-idamkan."Kau tahu, aku sangat muak melihat wajahmu. Aku sangat benci denganmu yang sudah menyakiti hatiku dengan merebut Reyndad dariku," bisik Kang Yuri padanya."Kau tahu, kau sudah putus dengannya. Aku tidak merebut pacarmu, dialah yang menikahiku. Dia menyukaiku, bukan aku yang agresif," balas Adnan.Brak!Kang Yuri mendorong Adnan dengan kasar sehingga ia terjatuh bersamaan dengan troli yang menjadi pengangannya tadi juga ikut terjatuh.***Prang!Gelas itu tak sengaja tersenggol oleh Reyndad ketika ingin duduk setelah menyelesaikan rapat dengan karyawannya."Anda tak apa-apa, Pak?" tanya staffnya."Ah, iya. Tolong bersihkan pecahan itu." Mereka memanggil cleaning service dan membersihkannya.***Kang Yuri terkejut dengan darah yang keluar dari pergelangan kaki Adnan ketika ia berusaha berdiri. Adn
Malam tiba, Reyndad masih betah menunggu Adnan siuman dari pingsannya. Mata legamnya menatap wajah Adnan, tak ada pergerakan dari kelopak mata dan jemari mungilnya yang berada di dalam genggaman jemari besar milik Reyndad.Ceklek.Ia menoleh ke arah pintu karena istrinya sendiri di ruang rawat VVIP."Saya akan mengecek keadaan istri Anda, Tuan," ucap perempuan tersebut.Ia mempersilahkan dokter dan perawat untuk melihat kondisi sang istri. Mereka mengecek suhu tubuh, detak jantung, mengganti cairan infus dan mengecek matanya menggunakan senter khusus."Kayaknya pasien mengalami kekurangan darah," gumam dokter tersebut. Reyndad hanya bisa diam melihat kegiatan mereka yang tengah mengambil sampel darahnya."Saya akan mengecek darah pasien."Reyndad menganggukkan kepalanya lalu mereka berlalu meninggalkan berdua.Tak lama, mereka kembali seraya membawa sepucuk surat."Pasien memiliki golongan darah AB, kami me
PoV ReyndadHari ini, aku tidak berangkat kerja satu hari. Siang ini, aku memasak bubur kacang hijau untuk Adnan agar tubuhnya segardan tidak anemia."Buburnya udah datang," seruku. Ia tengah berdiri di balkon kamar. Sehingga aku meletakkan nampan itu di nakas dan menghampirinya yang tengah berjemur."Masuklah, nanti kulitmu hitam. Ini bukan matahari pagi," ucapku. Ia tak bergeming sama sekali.Aku menarik tangannya masuk ke dalam kamar lalu menarik kursi.Aku hendak menyuapinya, tapi mulut mungil itu tidak bergerak untuk ia buka."Buka mulutmu, biar kakak suapi buburnya. Ini masih hangat."Aku kembali menyuapinya dan ia melakukan hal yang sama."Kamu mikirin apa?" tanyaku mulai jengah.Adnan menggelengkan kepalanya menatao kosong ke bawah.Ada buliran bening di pelupuk matanya."Kakak tahu ini menyakitkan, tapi cobalah untuk bersabar. Berdoa, Tuhan pasti memberikan jalan yang terbaik," ujarku
Reyndad membuka kulkasnya, mengambil makanan ringan dan beberapa minuman non alkohol. Ia menyuguhkan untuk Adnan agar ia betah berlama-lama di sini."Kakak kerja dulu. Di sini ada jaringan WiFi, passwordnya saranghae," ujar Reyndad.Adnan membuka minuman kaleng dan membuka cemilan. Ia mulai menjelajahi dunia internet.Pikirannya kembali pada kasus keguguran. Ia membaca artikel tersebut. Matanya sedikit membola ketika mendapat artikel bahwa 'Wanita yang mengalami keguguran, kemungkinan besar akan susah mendapatkan keturunan.'Adnan menatap Reyndad yang tengah sibuk di depan layar komputer. Jari-jari panjangnya lihai menari-nari di atas keyboard. Matanya fokus memandang layar monitor dan berkas di depannya.Ada perasaan haru, ketika ia mengingat bagaimana bahagianya Reyndad hamil buah hati mereka.Dulu, Reyndad tak membiarkan dirinya kelaparan, karena ia sangat mengkhawatirkan kondisinya dan calon bayi di rahimnya.Ia sang
"Apa kamu menyukainya?" tanyaku menatapnya dengan tatapan lembut.Adnan menganggukkan kepalanya.Setelah dirasa cukup, aku memisahkan makanan yang tidak kami sentuh atau dimakan, takutnya nanti akan dihitung oleh pelayan restaurant ini."Semunya 5.975.134," ucapnya.Aku mengeluarkan kartu debit, lalu ia menggesek dan kembali memberikan padaku. Kami berjalan keluar restaurant awalnya aku mau mengajak Adnan jalan-jalan, tapi sepertinya ia lelah jadi aku memutuskan untuk pulang ke rumah.Tak ada percakapan sama sekali waktu kami berada di dalam mobil sampai berbaring di ranjang."Apa dinner kita malam ini kurang?" tanyaku seraya memeluknya dari belakang dan menggenggam jemarinya."Tidak.""Kamu lebih sempurna di mata Kakak, jangan seperti ini. Lebih baik kamu marah pada Kakak dari pada diam seperti ini," ujarku sedih.Aku sangat merindukan dirinya."Aku mau tidur."Ia menutup tubuh sampai kepalan
Reyndad melihat ke arah Adnan yang tengah fokus dengan makan malamnya. Setelah selesai, Adnan mencuci piringnya di wastafel dan berjalan menuju kamar."Dia kenapa, sih?" gumam Reyndad mempercepat menghabiskan makanannya.Reyndad menyusul Adnan ke kamar tanpa mencuci piring kotornya."Kamu kenapa, sih?" tanya Reyndad yang mulai jengah dengan tingkah Adnan akhir-akhir ini."Ada yang mau aku bicarain."Reyndad melongo melihat wajah Adnan yang memerah dan jejak air mata di pipi mulusnya.Ia berjalan mendekati Adnan yang duduk di bibir ranjang dan mengusap kepalanya.Adnan menepisnya dengan lembut lalu menatap manik dark kninght Reyndad dengan sendu."Ayo berpisah."Dua kata itu membuat jantung Reyndad berhenti berdetak. Napasnya memburu menandakan ia emosi dengan kata-kata yang keluar dari bibir istrinya."Wae?" tanyanya dengan suara rendah."Aku gak bisa kasih kamu keturunan, aku wanita bodoh, ak
Adnan melepaskan tangannya di dalam genggamanku dengan kasar. Tanganku terhempas dengan kasar di udara seiring tubuhnya berjalan masuk, matanya menatapku dengan tatapan benci seolah tak ada rasa rindu dan cinta di sana.Sementara aku hanya bisa diam mencerna ucapannya.Don't ever see me again."Geulaeseo,ige dangsin-i na-ege han jis-ingayo, Adnan? Wae naleul neoegeseo meol-eojige mandeulgo, neoui gyeot-eseo salajigo, naega geogieeobsneun neo jasin-ui haengbog-eulo meolliseo neoleul chyeodabogo sip-eo? Jigeum museun saeng-gag-eulhago issnayo, Adnan? naneun dangsin-eul chaj-eulyeogo ae sseossgo, simjieo eomeonido dangsin-ui ileum-eul buleumyeo pohyohayeo dangsin-eun ppalli jib-eulo dol-a wassseubnida."Aku menyeka air mata dengan kasar, kembali masuk ke dalam Cafe Halal untuk membayar makananku dan kembali ke hotel.(Jadi, ini yang kamu lakukan padaku, Adnan? Kenapa kamu ingin membuatku menjauh darimu, menghilang di sisi
Pagi hari, Reyndad kembali berjalan menuju cafe halal. Ia melihat wanita berhijab dan bergamis warna navy sambil menggendong seorang anak kecil kira-kira usianya 2 tahun.Wanita itu membuka cafe halal seraya mencium pipi gadis kecil itu yang berada di gendongannya."Apa dia sudah menikah?" gumam Reyndad seraya duduk di bangku panjang dan memegang ponselnya.Pintu itu kembali tertutup rapat. Tak berselang lama, datanglah para pegawai dan beberapa orang chef memasuki cafe tersebut."Sekarang masih pukul 6 pagi."Reyndad menatap layar ponselnya. Walaupun masih pagi, banyak orang berlalu lalang berjalan di sini.Reyndad tetap duduk di bangku itu seraya menatap ponselnya. Bukan, itu hanya untuk mengalihkan perhatiannya agar mereka tak merasa terusik ketika Reyndad diam-diam mengintai cafe tersebut.Tak lama, wanita itu keluar seraya menenteng dua kotak di tangannya dengan helm yang melekat di kepalanya.Adnan.
Reyndad hampir saja tersesat. Tapi, ia menghidupkan GPS di ponselnya lalu menggunakan peta dari ponselnya menuju cafe halal.Lumayan jauh dan memakan waktu lebih kurang 2 jam."Akhirnya," gumamnya seraya masuk ke dalam cafe halal tersebut.Reyndad duduk di meja sebelumnya ketika ia pertama kali datang ke cafe ini. Reyndad mengangkat tangannya ketika seorang wanita berpakaian seragam yang sama dengan karyawan lainnya menoleh ke arah Reyndad, berjalan seraya membawa buku menu."What do you want, sir?" tanyanya.Reyndad melirik ke papan nama wanita itu, Mia.(Mau pesan apa, Tuan?)"I'd like dessert, a sweet one and a cup of green tea."(Saya mau makanan penutup, yang manis dan secangkir teh hijau.)"Okay, please wait a few more minutes. We will carry your order."Mia berjalan meninggalkan Reyndad. Ia sedikit terpanah dengan pesona Reyndad, tak biasanya ia bertemu dengan lelaki yang tampan sepertinya.(Baik, si
"Kita ke 'Cafe Halal' itu aja," tunjuk Reyndad."Jangan!" gertak Jong Ru membuat Reyndad menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh tanda tanya."Wae?""Ani, geogi eumsig-i bissada," jawab Jong Ru.*Bukan, di sana makanannya mahal.*"Bissan? Bunmyeonghi hallal eumsig-imyeo seuta hotelmankeum bissaji anh-eul sudo issseubnida. Uhoejeon."*Mahal? Jelas itu makanan halal, gak mungkin semahal di hotel berbintang, kali.Balik kanan.*Jong Ru langsung memutar mobilnya tanpa melihat ke kaca spion. Beruntung tidak ada mobil lain di belakang mobil mereka.Jobg Ru dan Reyndad turun dari mobil. Jujur, Jong Ru sangat takut jika Adnan sampai tahu Reyndad berada di California."Mau duduk di mana?" tanya Jong Ru."Dekat pintu masuk saja."Reyndad mendudukkan dirinya di kursi yang ia inginkan. Sementara Jong Ru celingak-celinguk melihat keberadaan Adnan. Tidak ada, pikirnya."Hi good morning. What would you like
Reyndad menunggu Jong Ru sambil memainkan ponselnya. Ia berselancar di aplikasi Instagram ketika ia memposting jari manis milik Adnan yang terselip 3 buah cincin pernikahan dan 2 buah cincin mahkota dan berlian darinya dengan caption 'bogoshipda'. Tak lupa dengan emotikon love berwarna purpel, putih, merah, dan sebuah gambar cuncin dan berlian di sana.Banyak komentar dari nitizen yang merasa kecewa, patah hati dan karyawan yang turut mendoakan Reyndad agar tetap langgeng bersama Adnan.Reyndad jarang sekali mengumbar kemesraan mereka. Memajang foto mereka berdua di sosial median, entah itu di poto profil maupun poto sampul. Hanya memamerkan bagaimana bahagianya mereka melalu kata-kata lugas Reyndad saja.Walaupun Reyndad memposting hanya dua postingan tanpa mengumbar wajah Adnan.Tin!Reyndad menoleh ke arah mobil BMW silver lalu keluarlah Jong Ru. Reyndad segera menenteng kopernya seraya berlari kecil ke arah mobil Jon
PoV AuthorPukul 20.00 PT, Jong Ru telah selesai membersihkan diri. Ia mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil seraya duduk di ranjang memegang ponselnya.[Gue akan pergi ke California. Untuk liburan saja, kita satu kamar ya.]"Kenapa harus berkunjung, sih?" gumam Jong Ru mencebikkan bibirnya karena kesal.[Terserah padamu,] balas Jong Ru lalu menonaktifkan ponselnya. Ia berpikir bahwa Reyndad tak boleh tahu perihal Adnan berada di California.Tapi, bagaimana ia harus menyembunyikan Adnan dari Reyndad. Apa dia perlu memberitahukan pada Adnan?Jong Ru menggelengkan kepalanya. Ia tak boleh mengatakan ini pada Adnan. Melainkan pada Yayuk."Astaga, bahkan nomor temannya pun gue gak punya," cicitnya.Jong Ru bergegas menuju ke rumah Yayuk karena ia akan mengajak Adnan ke acara festival sebelum pergantian tahun.***Reyndad telah menyiapkan perlengkapannya. Besok pagi, ia
Tumben Jong Ru pergi liburan ke luar negeri. Tak biasanya dia seperti ini, pikirku.Tak lama, Jong Ru mematikan ponselnya ketika seorang wanita memanggil namanya. Seperti suara yang tak asing bagiku."Mungkin Jong Ru mencari gadis di California untuk ia jadikan istri," gumamku seraya meletakkan ponsel di nakas lalu keluar dari kamar.Terlihat mama sedang duduk sendirian di meja makan sambil meneguk teh hijau di cangkirnya."Bissan mulgeon-eul saji ma, wae susib-eog dalleoga deuneun chaleul sa gess-eo?!" bentak mama padaku.*Jangan beli barang yang mahal, untuk apa kamu beli mobil yang harganya miliaran itu?!*Aku cukup terkejut dengan ucapan Mama."Eomma, beolsseo ilhago iss-eoyo. Beolsseo seuseulo don-eul beol su issseubnida," ucapku berjalan menuju kulkas.*Ma, aku udah kerja. Udah bisa menghasilkan uang sendiri, itu hakku, Ma.*"Adnan-eul dasi gajyeool su e
Jong Ru menceritakan keadaan Reyndad yang sangat tragis karena ditinggal oleh Adnan. Dari lubuk hati Adnan, ada rasa iba dan khawatir. Tapi, egoisnya melebihi rasa belas kasihan untuk Reyndad."Jangan ceritakan tentang dia," ucap Adnan menatap Jong Ru.****Pagi ini, Reyndad berangkat ke Korea sekedar liburan karena 1 bulan ini kantornya cuti menjelang pergantian tahun.Reyndad memesan tiket pesawat bagian bussines lalu menjadwalkan keberangkatannya jam 20.00 WIB.Setelah mengemasi pakaian dan baju tebal di dalam dua buah koper miliknya, pukul 19.23 WIB ia berangkat menggunakan taksi online yang sudah Reyndad pesan tiga puluh menit lalu.'Aku akan ke Seoul tanpamu,' batin Reyndad menatap tiket pesawat dengan nomor 2 milik Adnan dulu.Reyndad naik ke pesawat dan mencari tempat duduknya sesuai dengan nomor tempat duduk dan ternyata ia berada di samping jendela. Reyndad duduk seraya menggunakan sabuknya lalu mengeluarkan po
Pukul 16.00 PT, Adnan telah selesai menyiapkan makan malam beserta sereal yang ia buat dengan susu hangat. Yayuk pulang ke rumah dengan wajahnya yang lelah.Ia tersenyum pada Adnan sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi. Setelah Yayuk menggunakan kamar mandi, Adnan memakainya untuk membersihkan tubuhnya.Malam ini, Yayuk memberikan informasi bahwa ia akan memasukkan Adnan ke kursus bahasa Inggris khusus orang dari Indonesia agar ia cepat memahami bahasa Inggris."Apa biayanya murah?" tanya Adnan."Gak ada yang murah, Nan. Di sini kehidupannya mahal, gak ada yang gratis.""Baiklah."Adnan menyetujui permintaan Yayuk walau ini terlalu cepat baginya. Tapi, lebih cepat lebih baik, bukan?****Keesokan harinya, Adnan dan Yayuk sampai di sebuah gedung kursus bahasa. Di sini semuanya lengkap, mulai bahasa Jepang hingga Mandarin."Bisa kita mulai?" tanya wanita itu pada Adnan."Bisa."