Tampak terlihat pergedungan ibu kota, lalu rutinitas kendaraan yang sangat macet.
Terlihat Nur bersama Kak Ame, berada di dalam restoran tempat makan.
Sangat nikmat dan lahap sekali mereka berdua makan, lalu terdengar seseorang dari anak buah Bos David, berbicara:
"Hei, kalian perhatikan itu disana. Ada sepasang lesbian yang asik makan seperti binatang." Celoteh seorang siswa pria yang berbadan besar.
"Hahaha…" terdengar mereka semua pun langsung menertawakan Nur dan Kak Ame.
Tampak Kak Ame, terlihat mulai kesal dan ingin berdiri namun dengan cepat Nur, mencegahnya dengan memegang salah satu tangan Kak Ame, lalu menggelengkan kepalanya tanda jangan diladeni sekelompok pelajar kurang ajar tersebut.
"Jangan meladeni mereka, Kak Ame." Ujar Nur, memegang salah satu tangan Kak Ame.
"Kenapa, Nur? Lepaskan tanganku dan tenanglah aku akan
Masih dengan kenangan Dante.....Tampak Dessy dan Dante, yang masih berada diatas atap gedung kosong itu.Terlihat Dante, sangat senang terdengar terus saja berteriak,"Akhirnya Dessy, menjadi pacarku!" Teriak Dante, lalu dengan cepat Dessy mencegahnya dengan cara menutup mulut Dante."Ssstt… sudah dong jangan berteriak terus, aku malu tahu!" Ujar Dessy, tampak mukanya memerah."Tenang saja, Des. Lagian disini siapa yang bisa mendengar kita, bukan?" Jawab Dante,"Hmm… iya sih, kamu benar. Oh iya, mendingan sekarang kita turun saja yuk. Sebab nanti sore aku ada les atau bimbingan belajar. Kamu anterin aku ya kesana!" Ucap Dessy, langsung dengan cepat Dante tampak memberi hormat dan berkata,"Siap. Baiklah, Nyonya Dessy! kemanapun kamu ingin pergi. Maka dengan senang hati aku Dante, akan selalu siap untuk mengantarkannya." Jawab Dan
Beberapa waktu kemudian.Tampak Dante dan Dessy, kini sudah sampai ke lantai bawah gedung kosong tersebut.Lalu berjalan menuju sepeda motor Dante. Lalu pergi dari gedung kosong tersebut.Di tengah perjalan terdengar mereka saling berbicara satu sama lain,"Kita cari tempat makan dulu, ya. Aku lapar, Dante." Ucap Dessy,"Baiklah, aku pun juga lapar. Oh iya Des, aku boleh tanya sesuatu sama kamu?" Tanya Dante, sambil mengendarai sepeda motor."Tanya saja, memang kamu mau tanya apa sih?" Jawab Dessy, kembali bertanya."Kamu ini pindahan dari sekolah mana sih? Sebelum bersekolah di tempat yang sekarang?" Tanya Dante,"Oh, dulu itu aku sekolah di Makassar. Kebetulan kita pindah karena ayah ada pekerjaan di kota ini sekarang." Jawab Dessy,"Di Makassar. Disana suasananya sei
3 hari kemudian.Tampak seorang suster yang sedang mengganti infusan untuk Dante.Terlihat kondisi Dante saat ini masih terbaring koma di atas tempat tidur rumah sakit.Terdengar suara dari mulutnya Dante yang berucap memanggil-manggil nama Dessy, dengan mata yang tertutup."Dessy… Dessy… jangan tinggalkan aku!" Ucap Dante, seperti orang mengigau.Suster pun langsung menoleh ke arah Dante yang seperti orang mengigau itu dan tak lama tiba tiba saja Dante pun terbangun membuka kedua matanya sambil berteriak,"Dessy…" Teriak Dante, tampak seperti orang ketakutan.Dengan cepat suster pun langsung menenangkan Dante dan ingin segera pergi memanggil dokter agar segera memeriksa kondisi keadaannya."Tenanglah anak muda, akhirnya kau sadar juga." Ujar suster, sambil
Bab 44"Kenangan Dante Bagian Akhir."Beberapa bulan kemudian.Dante, pun menjalani hari-harinya seperti biasa dengan bersekolah, kini Dante pun tampak lebih rajin dan serius dalam bersekolah. Hingga hari kelulusan pun tiba.Pagi hari,Suara jam alarm pun berbunyi.Tampak Dante yang dibanguni oleh Darren untuk pergi melihat hasil kelulusan sekolahnya,"Bangun, Dante… Bangun… hari ini adalah hari kelulusanmu… cepatlah bangun dan pergi ke sekolah…" Ucap Daren, sambil menggoyangkan tubuh Dante."Baiklah… aku sudah bangun kok…" Jawab Dante, terlihat masih mengantuk."Sudah cepatlah... bangun, mandi dan pergi… nikmatilah hari terakhirmu mengenakan seragam sekolah itu." Ujar Daren."Iya…" Jawab Dante, terlihat duduk di atas ranjang kasurnya. Kemudian mulai berjalan ke kamar mandi.Beberapa menit kemudian.Tampak para siswa dan siswi berkumpu
"Irin, Menghilang!"Tampak Dante yang berada di balkon depan rumah, terlihat mulai tersadar dari lamunannya.Lalu perlahan kembali masuk ke dalam rumah.Terlihat sepi sekali di dalam rumah tersebut, Dante menoleh ke segala arah dan perlahan mencari Irin, di dalam rumah tersebut sambil beberapa kali memanggil namanya."Irin… Istriku… dimana kamu?" Sahut Dante, terus memanggil sambil mencarinya.Namun, tidak ada satupun jawaban yang dia dengar dari dalam rumahnya."Dimana sebenarnya dia?" Bisik Dante di dalam hatinya, lalu mulai terduduk di atas sofa kursi mengingat terakhir kali dia melihat istrinya.Terlihat beberapa kilasan di chapter 33, ketika Irin hanya diam saja ketika Dante berbicara padanya serta dia melihat tubuh istrinya yang semakin kurus dan tampak tak terurus.Terlintas rasa ber
"Kenangan Irin Bagian I."Beberapa waktu kemudian :Terlihat sebuah sepeda motor sport milik Omega yang berjalan datang ke sebuah gedung yang sangat besar.Tak lama, tampak saat ingin memasuki ke dalam pintu gerbang gedung tersebut terlihat motor Omega yang langsung diberhentikan oleh seorang security, atau satpam di depan pintu gerbang yang menjaga dari gedung tersebut.Terlihat security satpam yang berjaga di Pos depan pintu gerbang itu bertanya kepada Omega;"Berhenti mau kemana kamu?" Ucap Security itu kepada Omega yang langsung terlihat saja membuka helm miliknya, dan berkata"Maaf, Pak... saya mau masuk kedalam, karena ada sedikit keperluan," ucap omega sopan yang sambil masih duduk di atas motornya menjawab pertanyaan security itu kepada dirinya."Memang, kamu ingin bertemu siapa datang kesini? Dan juga, disini
"Kenangan Irin Bagian II."Tampak suatu bangunan sekolah yang cukup besar bertuliskan SMP Dharma Putra, dari nama sekolah tersebut jelas tertulis di depan papan pintu gerbangnya.Terlihat banyaknya murid yang berlalu lalang masuk ke dalam sekolah tersebut, dan tak lama terlihat sebuah mobil mewah yang masuk ke dalam gerbang pagar sekolah tersebut dan parkir.Tampak pintu mobil tersebut terbuka, dan terlihat Ratisya, dan Siska yang keluar dari dalam mobil itu tanda mereka sudah tiba di dalam sekolah.Lalu, tak lama mereka berdua terlihat berjalan bersama di koridor sekolahan tersebut menuju suatu ruangan di sekolah tersebut."Plak Plak Plak" Suara langkah kaki Siska, dan Ratisya yang berjalan di koridor sekolah, dan seluruh mata di dalam sekolah itu menatap kagum kepada mereka berdua yang sedang berjalan bersama.Tibalah Ratisya, da
"Kenangan Irin Bagian III."Di dalam suatu gedung yang sangat besar, terlihat Omega yang sedang berada di dalam gedung kantor pusat dari milik ayahnya yang berada di kota itu.Kantor pusat adalah tempat berputarnya seluruh aset usaha keluarga Omega di kota itu.Walaupun di setiap kota keluarga Omega memiliki beberapa kantor pusat, dan cabang dari seluruh kota yang telah mengatur segala mekanisme keuntungan, dan perencanaan dalam setiap kota maka dari itu, di katakan ini adalah salah satu dari kantor pusat yang berada di banyaknya kota milik keluarga Omega.Terdengar di dalam pantry, Wahyu berkata ;"Young Master mau aku antarkan ke ruangan milik ayah anda, atau young master mau bertemu dulu dengan orang-orang yang sedang menanti anda saat ini di depan pintu?" Ucap Wahyu bertanya kepada young master yang masih berada di dalam pantry."Tidak
"Epilog."Beberapa hari kemudian setelah kepergian Irin.Tampak Irin, terlihat berjalan di dalam suatu gedung bersama Reylan dan kemudian menaiki sebuah Lift.Ketika Lift itu terbuka, terlihat dengan cepat seluruh karyawan yang ada di dalam ruangan tersebut menyambut dengan memberikan salam kepada dirinya."Selamat pagi, Ketua Komisaris." Teriak seluruh para Karyawan menyambut Irin.Irin, hanya terlihat tersenyum lalu berjalan menuju ke dalam ruangannya diikuti oleh Reylan di belakang dirinya.Terdengar Irin, berkata kepada Reylan."Apakah semua para Investor telah hadir?" Tanya Irin."Sudah, mereka telah menunggu anda di ruangan rapat sekarang." Jawab Reylan."Bagus sekali, Kita akan selesaikan ini semua dengan cepat." Sahut Irin.&he
"Kenangan Reylan Bagian Akhir."Semua mata pun menatap terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Aslan, lalu terdengar Reylan dan Andressa sedikit menahan tawa,"Ckckck…" suara tawa.Reylan sambil menepuk bahu Andressa berkata,"Sungguh lucu sekali adikmu ini sobat. Ckckck…" Ujar Reylan."Ckckck… Aslan, Dia ini masih saja sama seperti dahulu. Pandai sekali berbicara yang tidak masuk akal." Sahut Andressa."Dia itu konyol dan cerdas. sama sekali seperti dirimu sobatku, ckckck…" Ucap Reylan.Mike dan Veve pun, terlihat sedikit menahan tawa dan terdengar berkata,"Pacarku, teman kamu ini sungguh sungguh unik, ya! Hahaha…" Ujar Veve."Begitulah, Aslan. Ternyata dia masih saja tetap sama seperti dahulu, hahaha…" Sahut Mike.&nbs
"Kenangan Reylan Bagian IX." Masih di dalam sebuah Cafe. Beberapa waktu yang lalu kembali terdengar perdebatan antara mereka. "Cukup, kalian semua diamlah!" Teriak Ayahnya Bos Alex. Mereka semua pun dengan seketika tertunduk diam ketika mendengar teriakan dari ayahnya Bos Alex. "Tuan, baiklah kami akan melakukannya." Ucap Ayahnya Bos Alex. Seketika mereka, Bos Alex dan kawan kawan terkejut dengan keputusan tersebut. "Ayah, apa yang telah kamu katakan, kenapa kamu terlalu mengikuti kemauan mereka! biar bagaimanapun kita adalah orang terkaya di kota ini! Tidak cukupkah dengan permintaan maaf kami ini!" Sergah Bos Alex. "Benar, Paman!" Sahut salah satu dari teman Bos Alex, tidak setuju. Dengan cepat wajah Bos Alex, terkena tamparan dari a
"Kenangan Reylan Bagian VIII."Tampak senang dari raut wajah Bos Alex, lalu terdengar beberapa orang bersuara,"Mampus kau! Rasakanlah jika berani berurusan denganku, maka kehancuran yang akan kau terima, bedebah!" Teriak Bos Alex."Hahaha… akhirnya akan mati juga bocah ini, kita lihat saja sehebat apa dia atau hanya mampu membual saja!" Ujar teman Bos Alex."Palingan nanti dia akan merengek dan memohon belas ampun dari kita semua. Namun, semua itu sudah terlambat." Ucap teman Bos Alex, lainnya."Hei, Nak! Kita lihat apakah gayamu itu seimbang dengan kemampuanmu. Kalian semua serang dia sekarang!" Sahut Ayahnya Bos Alex.Dari jauh Reylan melihat Aslan yang sedang dikepung oleh beberapa orang, lalu memberitahu kepada Andressa,"Teman, lihatlah! Disana adikmu sedang dalam masalah." Ucap Reylan kepada Andre
"Kenangan Reylan Bagian VII."Beberapa waktu kemudian.Terlihat dari arah jalanan di luar cafe tersebut, tampak beberapa mobil sedan berdatangan dan keluarlah segerombol orang dari dalam mobil itu, lalu berjalan masuk menuju cafe.Terdengar Andressa bertanya kepada Reylan,"Ada apa ini? Sebenarnya apa yang telah terjadi, hingga banyak sekali orang yang datang ke dalam cafe?" Tanya Andressa, pelan.Reylan dengan wajah sedikit terkejut seperti orang berpikir dia lalu menjawab,"Oh ya, bukankah Aslan, adikmu saat ini juga sedang ada di dalam cafe tersebut, Andressa! Sebaiknya kita segera melihat ke dalam, aku seperti merasa sesuatu hal buruk akan terjadi padanya." Jawab Reylan."Apa maksudmu itu, Teman?" Tanya Andressa, kembali."Sudahlah, sebaiknya kita sekarang cepat bergegas masuk ke dalam
"Kenangan Reylan Bagian VI."Terlihat Aslan, berjalan menuju orang orang yang sedang berdebat itu.Hingga akhirnya dia Aslan, berada di belakang pria besar itu lalu berkata, "Mike."Perlahan pria besar itu pun menoleh ke arah Aslan yang berada di belakang.Dengan mata yang membesar pria itu tampak terlihat terkejut dan berkata, "Aslan!""Hey… apakah kau ini beneran, Aslan?" Teriak Pria besar yang dipanggil Mike itu sambil kedua tangannya menggenggam kedua bahu Aslan."Bodoh… memang kau pikir siapa aku ini! Apakah kamu tidak yakin bahwa aku ini adalah Aslan?" Tanya Aslan."Hahaha… kapan kau kembali, ketua? Sudah lama sekali kita tidak bertemu." Jawab Mike."Sekarang sudah yakin kau, bahwa aku ini adalah Aslan. Hahaha… baru saja aku datang ke kota ini pria bodoh. Oh iya ada apa
"Kenangan Reylan Bagian V."Di Suatu tempat yang ramai.Tampak Aslan, terlihat baru saja datang lalu memarkirkan sepeda motornya di depan cafe.Terlihat Reylan muda bersama Andressa duduk bersama menoleh ke arah Aslan yang berjalan ke arah mereka berdua.Terdengar Aslan berkata,"Maaf, aku terlambat." Ujar Aslan, sambil tersenyum berjalan ke arah Andressa yang langsung berdiri dan menyambutnya."Tidak masalah adikku, selamat datang." Sahut Andressa, langsung berpelukan menyambut Aslan."Perkenalkan ini adalah Eko, teman kecilku waktu di asrama. Namun, kini telah berganti nama setelah bersama keluarga barunya." Ujar Andressa kepada Aslan."Lalu sobatku, perkenalkanlah dia adalah adikku, Aslan." Ucap Andressa, memperkenalkan.Langsung saja terlihat Reylan/Eko mengulurkan salah satu tan
"Kenangan Reylan Bagian IV."Di Tempat yang lain Pria Botak berbadan besar bersama pria berambut dikuncir dan Pria Tampan berdasi sedang mengadakan suatu pertemuan bersama di sebuah Cafe tempat makan yang sangat mewah."Apakah kalian berdua telah mendengar informasinya" Tanya Pria Tampan Berdasi."Apa maksudmu Leon, Apa kau fikir hanya kau saja yang mempunyai mata mata" Ucap Pria berkuncir."Bukan begitu maksud aku Bob" Ucap Pria Tampan Berdasi yang diketahui bernama Leon."Lalu apa maksudmu" Ucap Pria berkuncir yang telah diketahui bernama Bob."Sudahlah kalian selalu saja bertengkar dengan hal kecil, Apakah kalian telah lupa dengan pesan ketua selama ini coba untuk kali ini saja kita kita meributkan hal kecil seperti itu" Ucap Pria Botak berbadan besar yang bernama Doski.Tampak Bob dan Leon terdiam tanda paham dengan apa
"Kenangan Reylan Bagian III."Di dalam ruangan rumah Arman, keadaan masih terlihat tegang.Terlihat Reylan, kembali tersadar. Kemudian terdengar suara orang berbicara,"Apa maksudmu! Jangan kamu membawa terus menerus nama, Tuan Muda Omega!" Teriak Kira, membentak Irin."Benar, itu lain urusannya! Beginikah balasanmu untuk keluarga yang telah membesarkanmu! Dasar wanita tidak tahu diuntung!" Sahut Mike."Bukan begitu, bibi. Aku bukan bermaksud melawanmu atau kalian semua. Hanya saja, aku berpikir ini adalah masalahku sendiri. Tak layak, jika kalian semua terus saja selalu mencampuri kehidupanku dengan Dante!" Jawab Irin."Apa! Kamu bilang kami, mencampuri hidupmu dan Dante. Suami bodoh yang sudah mencoreng nama baik keluarga besar kita ini!" Ujar Kira, kembali melanjutkan."Apakah kamu pikir, kami semua melakukan ini semata-m