Home / Romansa / My-Ex / Bab 18

Share

Bab 18

last update Last Updated: 2021-04-14 12:31:07

Dante pun sampai di kantornya dan langsung mendapati beberapa berkas menumpuk di mejanya.

Berkas dari sang kakak yang ingin menjalin kerjasama dengannya.

Dengan seenaknya, sang kakak malah ingin Dante menandatangani surat kerjasama di enam cabang cafe miliknya.

Dante pikir, Darren hanya memintanya untuk di satu tempat, nyatanya justru enamlah yang ingin di jalin kerjasamanya.

"Ini sih pemerasan namanya. Sialan banget," gerutu Dante yang melihat berkas di hadapannya.

Lalu terdengar suara pintu terketuk.

"Masuk,"

Lalu muncullah sekretaris Dante.

"Pagi, pak…"

"Pagi,"

Dante pun terdiam sambil mengecek berkas yang sedari tadi menumpuk di hadapannya.

"Begini, pak… sepertinya untuk keberangkatan kita ke Amerika dipercepat," Dante menghentikan pekerjaannya dan langsung menatap Doni.

"Kenapa bisa?"

"Iya, pak. Karena di sana ada sedikit masalah, ada oknum nakal yang melakukan penggelapan dana dan meminta pemimpin utama yang turun tangan,"

Dante menyugar rambutnya ke belakang, dia pun mengibaskan telapak tangannya yang sedikit pegal.

"Kapan kita berangkat?"

"Malam ini, pak."

"Kamu boleh pergi,"

"Baik, permisi."

Doni pun pergi meninggalkan Dante seorang diri.

Dante menghela napas berat,

"Haruskah gue tinggalin dia dalam keadaan seperti itu?" gumam Dante, lalu terbesit di pikirannya ingin membuat Irin senang hari ini.

Dante tersenyum lebar, ia pun ingin membuat Irin senang hari ini. 

"Ah, ya… ini demi nyokap gue, bukan buat gue ataupun dia, iya… bener, buat nyokap gue yang nyuruh gue buat baik sama dia,"

Dante pun meraih jas dan segera memakainya. Lalu berjalan keluar dengan langkah lebar.

"Irin, tunggu aku…"

Dante terlihat menghampiri Doni, dan berpamitan.

"Doni, jika ada yang mencari ku katakan saja kalau aku tidak ke kantor, aku akan pulang dan membawa istriku bersenang-senang,"

"Baik, pak. Semoga harimu menyenangkan,"

Dante mengacungkan jempolnya pada Doni. Dia pun kembali melanjutkan langkah kakinya.

Dante terlihat ceria pagi ini, dalam hatinya entah mengapa ingin sekali bertemu dengan Irin dan membawanya ke tempat yang bisa melepas penat.

Dante melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia sengaja tak menghubungi Irin jika dirinya akan pulang cepat.

"Padahal baru aja gue sampe di kantor, eh gue balik lagi sekarang, ckckck" gumam Dante dengan tawa kecilnya.

Hingga, tak lama kemudian ia pun menghentikan mobilnya di halaman rumah Irin.

Dante masuk ke halaman parkir, namun ia terkejut saat melihat barang kesayangan Irin telah hancur.

Terlihat beberapa pekerja sedang berusaha menariknya untuk dibawa pergi.

Dan di sana, terlihat Irin dan sang bunda sedang duduk di ruang keluarga.

Samar-samar Dante mendengar nasihat ibu mertuanya untuk Irin.

"Anak bunda harus sabar, huh? Pasti Alya sangat bangga padamu,"

Irin pun mengangguk, lagi-lagi… Dante dibuat penasaran dengan sosok siapakah Alya?

Entahlah, Dante tidak ingin terlalu memikirkan.

"Dante?"

Dante tersadar saat ternyata Irin sudah berada di hadapannya dengan tatapan terkejut.

"Hei," Dante menjawabnya dengan senyuman.

"Kok udah pulang sih?"

Dante menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia bingung harus menjelaskan seperti apa pada Irin.

"Eum, aku mau ajak kamu pergi, mau?"

"Kemana?"

"Kemana aja, yang penting bisa buat kita senang,"

"Ya udah, mau…", jawab Irin tak kalah senang.

Rosmi tersenyum tipis, dalam hati ia merasa bersyukur jika Dante benar-benar menjaga Irin.

Namun, rasa takut pun selalu muncul dalam benaknya, ia tahu kisah cinta Irin dengan Dante. Ia takut jika Dante justru akan semakin menghancurkan putrinya.

Bodohnya Irin, dia selalu mencintai laki-laki yang sudah menghancurkan hidupnya.

"Ya udah, kamu siap-siap ya?"

"Okay, kamu tunggu ya?"

Dante pun mengangguk, lalu setelah kepergian Irin ke kamarnya, Dante mendekati ibu mertuanya.

"Dante,"

"Bunda.."

"Ada apa?"

Dante menghela napas berat,

"Aku harus berangkat ke Amerika nanti malam, Bun."

"Eh? Kamu mau ninggalin Irin sendiri?"

"Nggak kok, Irin nanti tinggal di rumah ibu. Nggak apa-apa kan, Bun?"

"Nggak apa-apa, asal jangan dibiarkan sendirian ya?"

"Iya, Bun. Oh ya, ngomong-ngomong tadi… aku liat mobil yang ___ "

"Ah, i..itu… "

"Dante, ayo aku udah siap."

Rosmi menghela napas lega saat Irin memutus ucapannya.

"Ya udah, pamit dulu sama bunda,"

"Kita sekalian pulang ya?"

Dante pun mengangguk, lalu mereka berpamitan untuk pulang.

***

"Dante, katanya pulang, kok kita kesini?" tanya Irin bingung saat Dante mengajaknya ke suatu tempat.

Dante pun tersenyum,

"Rencana aku, di sini mau dibuat panti asuhan, sesuai yang kamu mau."

"Eh?"

"Kok eh sih?"

"Ya … aku nggak nyangka aja, kalo kamu mau wujudin keinginan aku,"

"Nggak apa-apa, kamu istri aku kan?"

Irin pun mengangguk kecil, lalu memeluk tubuh Dante erat.

"Itu salah satu impian aku,"

"Apa?"

"Jadi istri kamu," Dante pun terkekeh mendengar jawaban Irin.

Dante mengecup pucuk kepala Irin, dan mengusapnya.

"Sepulang aku dari Amerika, kita rencanakan tanggal pembangunannya ya?"

"Aku ngikut kamu aja,"

"Rin?"

"Huh?" Irin mendongakkan kepalanya menatap wajah Dante yang juga menunduk menatapnya.

"Nanti malam, aku harus berangkat ke Amerika."

Senyuman Irin memudar mendengar ucapan Dante.

"Katanya ___ "

"Iya, tapi ada perubahan jadwal. Aku usahakan nggak lama di sana,"

"Kenapa mendadak begini di majikannya?"

Dante tersenyum, lalu menarik Irin ke dalam dekapannya.

"Nggak apa-apa, aku bakal cepet selesaikan, biar cepet pulang."

"Iya, terus kita kemana sekarang?"

"Kita ke tepi danau dekat sini,"

"Ayo, tunjukkan di mana tempatnya.." ujar Irin dengan semangat.

Dante pun terkekeh melihat tingkah Irin.

"Ayo, nggak jauh kok," Dante menggenggam tangan Irin, begitu juga sebaliknya

Mereka berjalan beriringan dengan tangan yang saling menggenggam.

"Kayanya bikin rumah di sini juga nggak buruk," 

"Sepertinya begitu,"

Irin pun berbinar saat melihat pemandangan yang sangat indah.

"Ya Tuhan, ini benar-benar menakjubkan…"

"Ya, aku milih yang bisa bikin suasana jadi lebih menyenangkan, biar otak kita lebih tenang,"

"Iya, aaa… suka banget deh,"

"Bagus kalo kamu suka,"

Irin pun mengangguk,

"Irin, tadi aku liat mobil kamu yang ___ " Irin tampak gugup dan cemas.

"I..itu,"

"Itu?" Ulang Dante.

"I..itu bekas," Irin benar-benar bingung mencari jawaban yang tepat untuk Dante.

"Bekas apa? Jangan buat aku makin penasaran,"

Irin mencoba menenangkan pikiran sejenak, ia memejamkan matanya sejenak lalu kembali membukanya menatap Dante dengan tatapan serius.

Irin menghembuskan napasnya pelan.

"Itu bekas kecelakaan…" lirih Irin.

Dante pun terhenyak mendengar jawaban irin.

"Irin, kamu?" Dante menatap Irin yang sudah mengalihkan pandangannya di air danau yang terlihat jernih.

"Aku, aku kenapa?"

Dante pun menarik dagu Irin untuk menghadap wajahnya.

Irin pun menatap Dante dengan meneguk ludahnya susah payah.

"Jangan bilang kalo itu ___ "

Sebelum Dante melanjutkan ucapannya, Irin sudah membungkam mulut Dante dengan lumayan lembut darinya.

Dante sedikit terkejut, namun ia langsung menahan tengkuk Irin dan membalas lumatannya.

Ya Tuhan, aku merindukan bibir ini. Bibir yang manis dan lembut. Batin Dante.

Saat dirasa pasokan udara mulai menipis, Irin memukul pelan dada Dante dan pagutan mereka pun terlepas.

Irin tersipu, wajahnya memerah dan menunduk.

Dante tersenyum miring melihat Irin.

"Rasanya, masih sama… manis,"

Irin menaikkan pandangan menatap Dante dengan wajah yang memerah.

"M..maaf, tadi ___ "

"Nggak apa-apa, aku suka. Selama pernikahan, kita belum pernah melakukan ini dan 'itu' kan?"

Irin terdiam, dan mencerna kata 'itu' yang diucapkan Dante.

Wajah Irin semakin memerah, Dante pun terkekeh. Membuat Irin tersenyum kikuk.

"Mau coba nggak?"

"C..coba?" Irin membeo.

Dante terbahak melihat respon Irin yang menurutnya terlihat sangat lucu.

"Nanti kita coba kalo aku udah pulang ya,"

"Ah, i..itu ___ " Irin terpekik saat Dante menarik tangannya dan membawanya lari masuk ke dalam mobil.

"Hujan, kita harus masuk ke mobil,"

Jawab Dante yang kini mereka sudah masuk ke dalam mobil.

"Ah, aku kaget. Kirain kamu mau dorong aku ke danau," cibir Irin membuat Dante terkekeh.

"Maunya sih gitu,"

"Eh?"

"Bercanda," Dante menjawil hidung Irin.

"Huh," dengus Irin.

"Sekarang kita ambil baju kamu, sama beresin baju aku ya, aku minta tolong siapkan baju aku buat berangkat nanti malam,"

"Aku beneran di rumah ibu?"

"Iya, kamu nggak keberatan kan?"

"Nggak kok, aku juga pengen lebih deket lagi sama ibu," Dante pun mengangguk.

"Kita jalan sekarang,"

Dante pun mulai melajukan mobilnya.

Irin memberanikan diri untuk menyandarkan kepalanya di bahu Dante.

Dante pun mengecup pucuk kepala Irin.

"Dante,"

"Hm?"

"Makasih ya,"

"Untuk?"

"Dante," Irin tak menjawab ucapan Dante, ia memanggil Dante kembali.

"Hm, kenapa?"

"Rasa itu masih sama," gumam Irin yang kini mulai memejamkan matanya.

Dante terdiam, mencerna ucapan Irin.

Mungkinkah, rasa cinta kamu ke aku masih sama? Lalu bagaimana dengan pengkhianatan kamu? Batin Dante.

Hingga malam pun tiba, Dante menghubungi sang kakak untuk menjemput dan mengantarkannya ke bandara.

Ia juga ingin menitipkan Irin di rumah kedua orangtuanya.

Saat ini, Dante dan Irin sudah berada di bandara, begitu juga dengan Darren --- kakak kandung Dante.

"Kamu jangan lupa hubungi aku kalo udah sampe, ya?" Pesan Irin untuk Dante.

"Iya, kamu jaga diri baik-baik. Aku janji nggak akan lama,"

Irin pun mengangguk,

"Tunggu aku, sampai aku memantapkan hatiku," Dante melumat sekilas bibir Irin. Membuat Darren mengalihkan pandangannya.

Lalu Dante mengecup kening Irin.

"Aku akan memastikan, semua ini… apakah masih sama, atau sudah berbeda. Aku pergi dulu," bisik Dante tepat di samping telinga Irin.

Irin pun mengangguk, lalu Dante berjalan menjauhinya.

Irin menatap punggung Dante.

Aku tau, semua sudah tak lagi sama. Kamu yang berkhianat, kamu yang mengecewakan aku. Batin Irin pilu.

"Rin,"

Irin menoleh dan menatap Darren.

"Ya, kak…"

"Udahkan? Pulang yuk?"

"Ya udah, ayo…"

Darren dan Irin pun jalan beriringan menuju parkiran mobil.

"Mobilnya jauh banget, kak?" 

"Kenapa? Kamu nggak sanggup jalan? Sini, biar kakak gendong,"

Irin pun terkekeh mendengar candaan kakak iparnya.

"Kak Darren bisa aja. Aku cuma heran, padahal di sini bisa parkir, eh kak Darren malah parkir di ujung sana,"

"Hehe, biar romantis kan jalan sama cewek cantik kayak kamu,"

"Ah, kak Darren gembel,"

"Gimbal Rin, bukan gembel.."

"Ih, kak Darren juga salah. Gombal, bukan gimbal.."

Lalu mereka berdua pun terkekeh bersama. Hingga tak sadar, mereka pun sampai di dekat mobil Darren.

"Kak Darren, kenapa nggak nikah lagi sih?"

"Nanti ya, tunggu kamu jadi janda,"

"Eh,"

Darren pun terkekeh,

"Bercanda, tapi... kalo kamu mau serius juga nggak apa-apa sih," jawab Darren dengan penuh cengengesan.

"Ih, kak Darren bercanda mulu,"

"Iya, kan… biar kita awet muda, biar aja Dante yang tua duluan,"

Irin pun tertawa lagi, 

"Duh, kalo sama kak Darren aku jadi ketawa terus kan,"

"Jangan ketawa terus, nanti kelewatan lagi,"

"Gimana?" Beo Irin, Darren pun teringat jika Irin tak suka dikatakan dia gila.

"Nggak ada kok," jawab Darren senormal mungkin.

"Oh,"

"Ini mau langsung pulang atau kamu mau mampir dulu?"

"Langsung pulang aja, kak. Irin udah capek seharian sama Dante,"

"S...seharian?" Beo Dante yang Irin sadari, ucapannya terdengar ambigu.

"I..itu, Irin sama Dante jalan seharian tadi, bukan lakuin 'itu' kok," sergah Irin.

Darren pun terkekeh,

"Kalo emang lakuin 'itu' juga nggak masalah, kalian kan suami istri," 

"Eum, iya juga sih. Tapi, kami belum ___ "

"Apa? Kalian belum lakuin 'itu'?" Pekik Darren yang di iringi rasa heran.

Irin pun menggeleng pelan, Darren pun sedikit shock.

"Astaga, kalian… udah nikah sebulan, dan kalian belum? Ahh," Darren benar-benar tak menyangka jika adiknya benar-benar bodoh.

"Aku nggak apa-apa kok, jujur aja… aku masih takut,"

"Huh, lawan rasa takut kamu, Rin. Jangan pernah berhenti di situ terus, yang ada kamu juga akan begitu terus."

"Kak, bukan gitu. Kakak nggak ngerasain saat kita dikhianati dan ___ ah, udahlah. Nggak usah di perjelas," 

Darren pun mengangguk pasrah.

"Ya udah, sekarang turun gih,"

"Eh, kok?"

"Dari tadi kita udah sampe di rumah ibu loh," Irin pun mengedarkan pandangannya dan menatap sekeliling, ternyata benar. Mereka telah sampai.

Irin pun cengengesan dan langsung keluar dari dalam mobil Darren.

Darren hanya menggelengkan kepalanya menatap Irin.

"Sebenarnya kamu ini cantik, kamu juga tipe orang yang ceria. Tapi, karena Dante kamu jadi begini," gumam Darren yang kini ikut turun dari dalam mobil.

Irin pun masuk kedalam rumah ibu mertuanya lebih dahulu, dan disusul oleh Darren di belakangnya.

"Malam, Bu, Yah…" sapa Irin yang melihat kedua mertuanya sedang menonton televisi.

Mereka berdua pun menoleh, lalu tersenyum.

"Malam, sayang. Sini, kamu udah datang aja," Irin pun mengangguk dan mendekati ibu mertuanya.

"Irin nggak apa-apa kan, kalo Irin di sini?"

"Kamu adalah anak ayah dan ibu, kamu boleh tinggal di sini kapanpun kamu mau," sambung ayah mertuanya.

Irin pun tersenyum lebar, lalu mengangguk.

"Aku pikir, aku bakal dapat mertua galak kaya di novel yang aku baca," gumam Irin namun masih bisa terdengar.

Sontak yang mendengarnya langsung menyemburkan tawanya.

Irin pun tersenyum kikuk, sudah berapa kali ia merasa tersipu hari ini.

"Ada-ada aja kamu ini, kan itu di novel. Bukan di dunia nyata, jadi jangan disamakan ya?"

"Iya, Bu. Maafin Irin ya?"

"Udah udah, mending biarin Irin istirahat. Kasian tuh, katanya seharian habis capek sama Dante." Sambung Darren dengan menahan tawanya saat melihat Irin melotot padanya.

Tbc


Related chapters

  • My-Ex   Bab 19

    Setelah menempuh jarak yang cukup jauh dan sangat memakan waktu, akhirnya Dante sampai di Amerika, dan bayangan Irin terus menghantui pikirannya.Dante pun tengah bersiap untuk melakukan tugasnya. Ia tak sempat menghubungi istrinya saat ini.Jadi, ia langsung berangkat ke kantor cabang.Namun, saat di kantor cabang, ia langsung mendatangi Rere divisi keuangan yang ada disana.Rere, adalah gadis yang dipilih langsung oleh ayah Dante untuk menjadi karyawan lemparan dari Indonesia ke kantor cabang di Amerika, itu karena cara kerjanya yang memuaskan."Wah, ada mantan," goda Rere dengan gaya sensual.Dante hanya meliriknya sinis."Gue kesini nggak ada urusan sama lo, tapi gue kesini karena ada kepentingan yang harus gue urus,""Ah, itu masalah kecil. Aku udah urus kok," ucap Rere yang kini mengusap dada bidang Dante.

    Last Updated : 2021-04-16
  • My-Ex   Bab 20

    "Lo, br*ngsek!" Ucap Dante kasar dengan menjambak rambut Irin."A..apa maksud kamu, Dante?"Mata Irin sudah berkaca-kaca dan air mata perlahan mengalir di pipinya."Lo, kan yang minta nyokap bokap lo buat maksa kita nikah,"Irin menggelengkan kepalanya, ia tak mengerti maksud Dante."A..aku nggak ngerti maksud, kamu.""Jangan berpura-pura, bodoh! Argh," Dante mendorong kasar tubuh Irin, hingga ia terjatuh terlentang di ranjang."Sial, kalian mengancam orang tuaku,""Besok pagi, kita pulang. Dan, lo bakal gue kurung di rumah, nggak ada siapapun yang boleh nemuin lo, termasuk orang tua lo,"Seminggu kemudian, Dante sedang duduk di ruang kerjanya, lalu menyeringai, di otaknya Dante memiliki niat terselubung, ia benar-benar muak dengan sikap sok baik Irin.Bahkan, Dante sudah beberapa kali memergoki Irin pergi dengan laki-laki ber

    Last Updated : 2021-04-17
  • My-Ex   Bab 21

    Dante menguap saat setelah membuka matanya, menatap ranjang sudah tak ada Irin di sana.Sejenak ia menyesali perbuatannya tadi malam, namun itulah jalan yang harus ia ambil, ia ingin bebas.Dante terdiam sejenak, lalu ia pun teringat jika ia memiliki rapat penting pagi ini, ia harus segera mandi dan membersihkan diri, ia berdiri dan berjalan menuju pintu kamar mandi."Woi, buka… cepetan, gue mau mandi!" Teriak Dante dari depan pintu kamar mandi.Namun tak ada jawaban, hanya hening, tak ada suara air ataupun tanda-tanda kehidupan."Irin, buka pintunya. Gue mau ke kantor!"Teriak Dante lagi.Hingga satu menit, masih tak ada jawaban, Dante membuka pintu yang ternyata tak di kunci.Dante pun berjalan masuk, ia terpekik saat melihat bak mandi penuh dengan warna merah."Irin," teriaknya histeris.

    Last Updated : 2021-04-19
  • My-Ex   Bab 22

    Beruntung, apartemen tempat ia menyiksa Irin semalam masih sat menjadi miliknya.Ia tak bisa pulang ke rumahnya bersama Irin, karena rumah itu sah atas nama Irin.Dan Arman sudah menjaga ketat rumah itu dengan beberapa penjaga yang sudah bertengger disana, bersiap untuk melarang Dante jika ingin masuk.Dante menatap tempat yang masih kotor berserakan. Dante masuk ke dalam kamar mandi, ia pun terduduk di samping bak mandi."Arghh, " Dante menjerit dan memukul-mukul lantai.Darah Irin masih ada disana, belum sempat ia bersihkan.Ia benar-benar merasa benar-benar sangat hancur.

    Last Updated : 2021-04-28
  • My-Ex   Bab 23

    Siang ini, Dante berjalan gontai menuju pintu apartemen miliknya.Beberapa menit lalu, ia datang ke rumah sakit setelah diantar oleh Regi.Namun, ia terkejut… ternyata ruangan dimana Irin di rawat telah kosong, Irin tak ada di sana.Irin di nyatakan sudah pulang.Dante pun pergi ke rumah orang tua Irin, namun saat ia telah sampai di sana, rumah itu terlihat sangat sepi tak berpenghuni.Dante pun akhirnya kembali lagi ke apartemen miliknya.

    Last Updated : 2021-05-02
  • My-Ex   Bab 24

    Dante pun dengan yakin, ia akan bertemu dengan Irin. Ia pergi ke puncak Bogor. Tepat disana, ia mendapatkan informasi dari sang kakak.Ia bersyukur, meskipun sang kakak menyukai Irin, namun ia tetap merelakan kebahagiaan Irin bersamanya.Ia sangat berterimakasih karena Darren mau membantunya.Dan, pada akhirnya… di sinilah ia sekarang, ia berada di dalam mobil baru pemberian sang kakak. Ia pergi menggunakan mobil baru agar tak ketahuan oleh mertua dan kedua orang tuanya karena ia pergi menyusul, dan mencari Irin.Ia akan menggunakan kesempatan ini, saat

    Last Updated : 2021-05-03
  • My-Ex   Bab 24

    Dante pun dengan yakin, ia akan bertemu dengan Irin. Ia pergi ke puncak Bogor. Tepat disana, ia mendapatkan informasi dari sang kakak.Ia bersyukur, meskipun sang kakak menyukai Irin, namun ia tetap merelakan kebahagiaan Irin bersamanya.Ia sangat berterimakasih karena Darren mau membantunya.Dan, pada akhirnya… di sinilah ia sekarang, ia berada di dalam mobil baru pemberian sang kakak. Ia pergi menggunakan mobil baru agar tak ketahuan oleh mertua dan kedua orang tuanya karena ia pergi menyusul, dan mencari Irin.Ia akan menggunakan kesempatan ini, saat

    Last Updated : 2021-05-03
  • My-Ex   Bab 25

    Irin membuka matanya, ia pun menatap langit-langit kamar, ia terkejut saat melihat ternyata ia berada di kamar yang cukup mewah, dan bukanlah kamarnya.Ia pun tersentak, saat tangan besar yang melingkar di perutnya pun menarik dirinya mendekat."Aaaarghhh," teriak Irin yang lalu membuat Dante ikut tersentak, dan terbangun dari tidurnya.Irin melompat dari ranjang, ia merasa ketakutan melihat Dante disana.Dante pun langsung tersadar, ia pun ikut melompat dari ranjang, karena ia takut jika Irin akan kabur darinya."Sayang," panggil Dante dengan lembut."Hentikan, kamu tidak sayang padaku. Hentikan, jangan panggil aku sayang. Kamu jahat, kamu tega hiks hiks,"Dante pun merasa sesak mendengar ucapan Irin, ia sangat paham, mengapa Irin sangat ketakutan jika melihat dirinya.Irin pun menangis dengan posisi berjongkok, lalu

    Last Updated : 2021-05-08

Latest chapter

  • My-Ex   Bab 67

    "Epilog."Beberapa hari kemudian setelah kepergian Irin.Tampak Irin, terlihat berjalan di dalam suatu gedung bersama Reylan dan kemudian menaiki sebuah Lift.Ketika Lift itu terbuka, terlihat dengan cepat seluruh karyawan yang ada di dalam ruangan tersebut menyambut dengan memberikan salam kepada dirinya."Selamat pagi, Ketua Komisaris." Teriak seluruh para Karyawan menyambut Irin.Irin, hanya terlihat tersenyum lalu berjalan menuju ke dalam ruangannya diikuti oleh Reylan di belakang dirinya.Terdengar Irin, berkata kepada Reylan."Apakah semua para Investor telah hadir?" Tanya Irin."Sudah, mereka telah menunggu anda di ruangan rapat sekarang." Jawab Reylan."Bagus sekali, Kita akan selesaikan ini semua dengan cepat." Sahut Irin.&he

  • My-Ex   Bab 66

    "Kenangan Reylan Bagian Akhir."Semua mata pun menatap terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Aslan, lalu terdengar Reylan dan Andressa sedikit menahan tawa,"Ckckck…" suara tawa.Reylan sambil menepuk bahu Andressa berkata,"Sungguh lucu sekali adikmu ini sobat. Ckckck…" Ujar Reylan."Ckckck… Aslan, Dia ini masih saja sama seperti dahulu. Pandai sekali berbicara yang tidak masuk akal." Sahut Andressa."Dia itu konyol dan cerdas. sama sekali seperti dirimu sobatku, ckckck…" Ucap Reylan.Mike dan Veve pun, terlihat sedikit menahan tawa dan terdengar berkata,"Pacarku, teman kamu ini sungguh sungguh unik, ya! Hahaha…" Ujar Veve."Begitulah, Aslan. Ternyata dia masih saja tetap sama seperti dahulu, hahaha…" Sahut Mike.&nbs

  • My-Ex   Bab 65

    "Kenangan Reylan Bagian IX." Masih di dalam sebuah Cafe. Beberapa waktu yang lalu kembali terdengar perdebatan antara mereka. "Cukup, kalian semua diamlah!" Teriak Ayahnya Bos Alex. Mereka semua pun dengan seketika tertunduk diam ketika mendengar teriakan dari ayahnya Bos Alex. "Tuan, baiklah kami akan melakukannya." Ucap Ayahnya Bos Alex. Seketika mereka, Bos Alex dan kawan kawan terkejut dengan keputusan tersebut. "Ayah, apa yang telah kamu katakan, kenapa kamu terlalu mengikuti kemauan mereka! biar bagaimanapun kita adalah orang terkaya di kota ini! Tidak cukupkah dengan permintaan maaf kami ini!" Sergah Bos Alex. "Benar, Paman!" Sahut salah satu dari teman Bos Alex, tidak setuju. Dengan cepat wajah Bos Alex, terkena tamparan dari a

  • My-Ex   Bab 64

    "Kenangan Reylan Bagian VIII."Tampak senang dari raut wajah Bos Alex, lalu terdengar beberapa orang bersuara,"Mampus kau! Rasakanlah jika berani berurusan denganku, maka kehancuran yang akan kau terima, bedebah!" Teriak Bos Alex."Hahaha… akhirnya akan mati juga bocah ini, kita lihat saja sehebat apa dia atau hanya mampu membual saja!" Ujar teman Bos Alex."Palingan nanti dia akan merengek dan memohon belas ampun dari kita semua. Namun, semua itu sudah terlambat." Ucap teman Bos Alex, lainnya."Hei, Nak! Kita lihat apakah gayamu itu seimbang dengan kemampuanmu. Kalian semua serang dia sekarang!" Sahut Ayahnya Bos Alex.Dari jauh Reylan melihat Aslan yang sedang dikepung oleh beberapa orang, lalu memberitahu kepada Andressa,"Teman, lihatlah! Disana adikmu sedang dalam masalah." Ucap Reylan kepada Andre

  • My-Ex   Bab 63

    "Kenangan Reylan Bagian VII."Beberapa waktu kemudian.Terlihat dari arah jalanan di luar cafe tersebut, tampak beberapa mobil sedan berdatangan dan keluarlah segerombol orang dari dalam mobil itu, lalu berjalan masuk menuju cafe.Terdengar Andressa bertanya kepada Reylan,"Ada apa ini? Sebenarnya apa yang telah terjadi, hingga banyak sekali orang yang datang ke dalam cafe?" Tanya Andressa, pelan.Reylan dengan wajah sedikit terkejut seperti orang berpikir dia lalu menjawab,"Oh ya, bukankah Aslan, adikmu saat ini juga sedang ada di dalam cafe tersebut, Andressa! Sebaiknya kita segera melihat ke dalam, aku seperti merasa sesuatu hal buruk akan terjadi padanya." Jawab Reylan."Apa maksudmu itu, Teman?" Tanya Andressa, kembali."Sudahlah, sebaiknya kita sekarang cepat bergegas masuk ke dalam

  • My-Ex   Bab 62

    "Kenangan Reylan Bagian VI."Terlihat Aslan, berjalan menuju orang orang yang sedang berdebat itu.Hingga akhirnya dia Aslan, berada di belakang pria besar itu lalu berkata, "Mike."Perlahan pria besar itu pun menoleh ke arah Aslan yang berada di belakang.Dengan mata yang membesar pria itu tampak terlihat terkejut dan berkata, "Aslan!""Hey… apakah kau ini beneran, Aslan?" Teriak Pria besar yang dipanggil Mike itu sambil kedua tangannya menggenggam kedua bahu Aslan."Bodoh… memang kau pikir siapa aku ini! Apakah kamu tidak yakin bahwa aku ini adalah Aslan?" Tanya Aslan."Hahaha… kapan kau kembali, ketua? Sudah lama sekali kita tidak bertemu." Jawab Mike."Sekarang sudah yakin kau, bahwa aku ini adalah Aslan. Hahaha… baru saja aku datang ke kota ini pria bodoh. Oh iya ada apa

  • My-Ex   Bab 61

    "Kenangan Reylan Bagian V."Di Suatu tempat yang ramai.Tampak Aslan, terlihat baru saja datang lalu memarkirkan sepeda motornya di depan cafe.Terlihat Reylan muda bersama Andressa duduk bersama menoleh ke arah Aslan yang berjalan ke arah mereka berdua.Terdengar Aslan berkata,"Maaf, aku terlambat." Ujar Aslan, sambil tersenyum berjalan ke arah Andressa yang langsung berdiri dan menyambutnya."Tidak masalah adikku, selamat datang." Sahut Andressa, langsung berpelukan menyambut Aslan."Perkenalkan ini adalah Eko, teman kecilku waktu di asrama. Namun, kini telah berganti nama setelah bersama keluarga barunya." Ujar Andressa kepada Aslan."Lalu sobatku, perkenalkanlah dia adalah adikku, Aslan." Ucap Andressa, memperkenalkan.Langsung saja terlihat Reylan/Eko mengulurkan salah satu tan

  • My-Ex   Bab 60

    "Kenangan Reylan Bagian IV."Di Tempat yang lain Pria Botak berbadan besar bersama pria berambut dikuncir dan Pria Tampan berdasi sedang mengadakan suatu pertemuan bersama di sebuah Cafe tempat makan yang sangat mewah."Apakah kalian berdua telah mendengar informasinya" Tanya Pria Tampan Berdasi."Apa maksudmu Leon, Apa kau fikir hanya kau saja yang mempunyai mata mata" Ucap Pria berkuncir."Bukan begitu maksud aku Bob" Ucap Pria Tampan Berdasi yang diketahui bernama Leon."Lalu apa maksudmu" Ucap Pria berkuncir yang telah diketahui bernama Bob."Sudahlah kalian selalu saja bertengkar dengan hal kecil, Apakah kalian telah lupa dengan pesan ketua selama ini coba untuk kali ini saja kita kita meributkan hal kecil seperti itu" Ucap Pria Botak berbadan besar yang bernama Doski.Tampak Bob dan Leon terdiam tanda paham dengan apa

  • My-Ex   Bab 59

    "Kenangan Reylan Bagian III."Di dalam ruangan rumah Arman, keadaan masih terlihat tegang.Terlihat Reylan, kembali tersadar. Kemudian terdengar suara orang berbicara,"Apa maksudmu! Jangan kamu membawa terus menerus nama, Tuan Muda Omega!" Teriak Kira, membentak Irin."Benar, itu lain urusannya! Beginikah balasanmu untuk keluarga yang telah membesarkanmu! Dasar wanita tidak tahu diuntung!" Sahut Mike."Bukan begitu, bibi. Aku bukan bermaksud melawanmu atau kalian semua. Hanya saja, aku berpikir ini adalah masalahku sendiri. Tak layak, jika kalian semua terus saja selalu mencampuri kehidupanku dengan Dante!" Jawab Irin."Apa! Kamu bilang kami, mencampuri hidupmu dan Dante. Suami bodoh yang sudah mencoreng nama baik keluarga besar kita ini!" Ujar Kira, kembali melanjutkan."Apakah kamu pikir, kami semua melakukan ini semata-m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status