Dante pun dengan yakin, ia akan bertemu dengan Irin. Ia pergi ke puncak Bogor. Tepat disana, ia mendapatkan informasi dari sang kakak.
Ia bersyukur, meskipun sang kakak menyukai Irin, namun ia tetap merelakan kebahagiaan Irin bersamanya.
Ia sangat berterimakasih karena Darren mau membantunya.
Dan, pada akhirnya… di sinilah ia sekarang, ia berada di dalam mobil baru pemberian sang kakak. Ia pergi menggunakan mobil baru agar tak ketahuan oleh mertua dan kedua orang tuanya karena ia pergi menyusul, dan mencari Irin.
Ia akan menggunakan kesempatan ini, saat
Irin membuka matanya, ia pun menatap langit-langit kamar, ia terkejut saat melihat ternyata ia berada di kamar yang cukup mewah, dan bukanlah kamarnya.Ia pun tersentak, saat tangan besar yang melingkar di perutnya pun menarik dirinya mendekat."Aaaarghhh," teriak Irin yang lalu membuat Dante ikut tersentak, dan terbangun dari tidurnya.Irin melompat dari ranjang, ia merasa ketakutan melihat Dante disana.Dante pun langsung tersadar, ia pun ikut melompat dari ranjang, karena ia takut jika Irin akan kabur darinya."Sayang," panggil Dante dengan lembut."Hentikan, kamu tidak sayang padaku. Hentikan, jangan panggil aku sayang. Kamu jahat, kamu tega hiks hiks,"Dante pun merasa sesak mendengar ucapan Irin, ia sangat paham, mengapa Irin sangat ketakutan jika melihat dirinya.Irin pun menangis dengan posisi berjongkok, lalu
Arman benar-benar sangat marah, ia benar-benar kecolongan lagi. Irin, putri kesayangannya telah di bawa pergi oleh laki-laki brengsek itu.Arman benar-benar merasa sangat geram, ia ingin sekali membunuh Dante saat ini juga.Arman mengepalkan tangannya kuat, ia sudah paham jika ini adalah ulah Dante.Arman merasa shock, saat ia sampai di Villa, ternyata Irin sudah tidak ada.Ia menyesal, karena telah membiarkan Irin seorang diri."Ah, sial… jika aku tahu semua bakal seperti ini, aku bakal terus menjaga ketat putriku." Arman mengacak rambutnya frustasi.Sedangkan, Rosmi --- istrinya, sedang berusaha untuk menenangkannya.Ia yakin, jika Dante tak akan melukai Irin. Hanya saja, ia sudah merasa sangat kecewa pada Dante, ia sudah merasa sangat bersalah telah membawa putrinya kembali ke dalam masalah ini."Ayah, apa kita perl
Arman masuk paksa ke dalam rumah Darius. Ia berjalan dengan wajah berang.BrakkArman menendang pintu dengan keras, ia melangkah dengan didampingi oleh beberapa bodyguard.Sedangkan Darius, dan Emy terpekik."A-arman," Ucap Darius gugup."Putra sialanmu itu membawa kabur putriku.""A-aku tahu.. Tapi, demi Tuhan aku tidak tahu soal ini, " Ujar Darius gugup."Sejengkal saja dia berani menyakiti putriku lagi. Aku akan membunuhnya dengan kejam. Tanpa ampun aku akan menyiksanya lebih dari dia menyiksa putr
Irin membuka matanya, dan ia mengusap matanya pelan. Ia mengedarkan pandangan, ia tak tahu ini di mana.CeklekSuara pintu terbuka, dan ternyata itu adalah Dante.Irin memalingkan wajahnya, ia melihat Dante keluar dari ruang yang ia yakini adalah kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melingkar di pinggangnya."Sayang, kau sudah bangun?" Tanya Dante saat melihat Irin sudah terbangun.Dante pun berjalan mendekati Irin, ia duduk di hadapan Irin.Jantung Irin berdegup lebih kencang. Ia merasa gugup, ia menyukainya. Menyukai Dante yang berpenampilan seperti di hadapannya seperti dulu.Irin merasa terpesona dengan Dante.Lalu, Dante pun mengusap lembut pipi Irin."Kau tahu, saat kau tak sadarkan diri sejak pagi tadi, aku benar-benar merasa
…Dante(POV)Aku tak menyangka, jika Irin ternyata masih peduli padaku. Aku terus menahan senyum sepanjang hari ini. Aku memandang wajah lelap istriku. Ya, Irin masih sah menjadi istriku, tak ingin aku kehilangan dia. Aku sangat menyesal, ya berkali-kali aku mengatakan jika aku sangat menyesal. Aku mencintainya, sangat… aku tidak akan menutupinya lagi, inilah kejujuranku, aku masih sangat mencintainya.Aku taka pa, jika saat ini Irin masih tak ingin memaafkanku, yang terpenting aku sudah tahu, jika dia masih mencintaiku. Aku menyingkirkan anak rambut yang mengganggu pemandangan di hadapanku, rambut nakal yang menutupi wajah cantiknya.Aku mengusap pipinya, menatapnya lembut. Kau adalah perempuan yang kuat, kau bertahan untukku, kau membenci, dan mencintaiku secara bersamaan.“Aku mencintaimu,” lirihku tepat di telinganya.Aku terkekeh saat melihatnya menggeliat karena aku mengganggu tidurnya. Aku pun kem
…Telapak tangan Irin benar-benar memerah, bahkan ia merasakan sakit saat ia akan memakan makanan yang sudah ada di depan matanya.Dante pun menyadari itu, ia pun berpindah posisi duduk untuk lebih dekat lagi dengan Irin."Aku yang akan menyuapimu, geserlah sedikit," ujar Dante memerintah Irin untuk mendekat.Irin pun hanya diam, tak peduli dengan ucapan Dante. Namun, Dante pun mengangguk, dan menggeser posisi duduknya di sebelah Irin.Irin terdiam, saat Dante mulai meraih sendoknya, dan siap menyuapkan sesendok makanan untuknya."Ayo, sayang… buka mulutmu," wajah Irin memerah mendengar ucapan Dante yang terdengar sangat lembut.Irin pun terdiam sejenak, lalu ia membuka mulutnya. Ia menerima suapan pertama dari Dante. Jantungnya berdegup kencang, bahkan… mungkin Dante mendengar suara degup jantungnya karena berdetak k
…Malam ini, Dante dan Irin sudah siap, Dante dengan set lan jas berwarna hitam, dan juga Irin memakai dress berwarna merah.Irin terlihat sangat cantik, dan menggoda.Sesungguhnya, Dante ingin melarang Irin untuk memakai dress itu, namun ia tak ingin Irin semakin marah padanya.Dante benar-benar sangat takjub melihat kecantikan Irin, ia tak ingin Irin diincar oleh laki-laki lain, nantinya.Dante menatap Irin yang masih duduk di kursi rias, ia masih memoles make up.Sebenarnya, tak memakai make up pun Irin sudah terlihat sangat cantik.
WARNING!!!DI BAWAH UMUR TOLONG MENJAUH YA……Dante membawa Irin pulang, ia melihat Irin yang terlihat seperti sudah tidak tahan.Berbeda dengannya, ia masih bisa menahan, atau mungkin obat itu bum bereaksi sepenuhnya.Sesampainya mereka di rumah, Dante terpekik saat tiba-tiba Irin berbalik badan, dan langsung menempelkan bibir kenyalnya di bibir Dante.Dante pun tak menolak, dia dengan senang hati membalas ciuman istrinya.Dante benar-benar semakin bergairah, tubuh mereka terasa panas. 
"Epilog."Beberapa hari kemudian setelah kepergian Irin.Tampak Irin, terlihat berjalan di dalam suatu gedung bersama Reylan dan kemudian menaiki sebuah Lift.Ketika Lift itu terbuka, terlihat dengan cepat seluruh karyawan yang ada di dalam ruangan tersebut menyambut dengan memberikan salam kepada dirinya."Selamat pagi, Ketua Komisaris." Teriak seluruh para Karyawan menyambut Irin.Irin, hanya terlihat tersenyum lalu berjalan menuju ke dalam ruangannya diikuti oleh Reylan di belakang dirinya.Terdengar Irin, berkata kepada Reylan."Apakah semua para Investor telah hadir?" Tanya Irin."Sudah, mereka telah menunggu anda di ruangan rapat sekarang." Jawab Reylan."Bagus sekali, Kita akan selesaikan ini semua dengan cepat." Sahut Irin.&he
"Kenangan Reylan Bagian Akhir."Semua mata pun menatap terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Aslan, lalu terdengar Reylan dan Andressa sedikit menahan tawa,"Ckckck…" suara tawa.Reylan sambil menepuk bahu Andressa berkata,"Sungguh lucu sekali adikmu ini sobat. Ckckck…" Ujar Reylan."Ckckck… Aslan, Dia ini masih saja sama seperti dahulu. Pandai sekali berbicara yang tidak masuk akal." Sahut Andressa."Dia itu konyol dan cerdas. sama sekali seperti dirimu sobatku, ckckck…" Ucap Reylan.Mike dan Veve pun, terlihat sedikit menahan tawa dan terdengar berkata,"Pacarku, teman kamu ini sungguh sungguh unik, ya! Hahaha…" Ujar Veve."Begitulah, Aslan. Ternyata dia masih saja tetap sama seperti dahulu, hahaha…" Sahut Mike.&nbs
"Kenangan Reylan Bagian IX." Masih di dalam sebuah Cafe. Beberapa waktu yang lalu kembali terdengar perdebatan antara mereka. "Cukup, kalian semua diamlah!" Teriak Ayahnya Bos Alex. Mereka semua pun dengan seketika tertunduk diam ketika mendengar teriakan dari ayahnya Bos Alex. "Tuan, baiklah kami akan melakukannya." Ucap Ayahnya Bos Alex. Seketika mereka, Bos Alex dan kawan kawan terkejut dengan keputusan tersebut. "Ayah, apa yang telah kamu katakan, kenapa kamu terlalu mengikuti kemauan mereka! biar bagaimanapun kita adalah orang terkaya di kota ini! Tidak cukupkah dengan permintaan maaf kami ini!" Sergah Bos Alex. "Benar, Paman!" Sahut salah satu dari teman Bos Alex, tidak setuju. Dengan cepat wajah Bos Alex, terkena tamparan dari a
"Kenangan Reylan Bagian VIII."Tampak senang dari raut wajah Bos Alex, lalu terdengar beberapa orang bersuara,"Mampus kau! Rasakanlah jika berani berurusan denganku, maka kehancuran yang akan kau terima, bedebah!" Teriak Bos Alex."Hahaha… akhirnya akan mati juga bocah ini, kita lihat saja sehebat apa dia atau hanya mampu membual saja!" Ujar teman Bos Alex."Palingan nanti dia akan merengek dan memohon belas ampun dari kita semua. Namun, semua itu sudah terlambat." Ucap teman Bos Alex, lainnya."Hei, Nak! Kita lihat apakah gayamu itu seimbang dengan kemampuanmu. Kalian semua serang dia sekarang!" Sahut Ayahnya Bos Alex.Dari jauh Reylan melihat Aslan yang sedang dikepung oleh beberapa orang, lalu memberitahu kepada Andressa,"Teman, lihatlah! Disana adikmu sedang dalam masalah." Ucap Reylan kepada Andre
"Kenangan Reylan Bagian VII."Beberapa waktu kemudian.Terlihat dari arah jalanan di luar cafe tersebut, tampak beberapa mobil sedan berdatangan dan keluarlah segerombol orang dari dalam mobil itu, lalu berjalan masuk menuju cafe.Terdengar Andressa bertanya kepada Reylan,"Ada apa ini? Sebenarnya apa yang telah terjadi, hingga banyak sekali orang yang datang ke dalam cafe?" Tanya Andressa, pelan.Reylan dengan wajah sedikit terkejut seperti orang berpikir dia lalu menjawab,"Oh ya, bukankah Aslan, adikmu saat ini juga sedang ada di dalam cafe tersebut, Andressa! Sebaiknya kita segera melihat ke dalam, aku seperti merasa sesuatu hal buruk akan terjadi padanya." Jawab Reylan."Apa maksudmu itu, Teman?" Tanya Andressa, kembali."Sudahlah, sebaiknya kita sekarang cepat bergegas masuk ke dalam
"Kenangan Reylan Bagian VI."Terlihat Aslan, berjalan menuju orang orang yang sedang berdebat itu.Hingga akhirnya dia Aslan, berada di belakang pria besar itu lalu berkata, "Mike."Perlahan pria besar itu pun menoleh ke arah Aslan yang berada di belakang.Dengan mata yang membesar pria itu tampak terlihat terkejut dan berkata, "Aslan!""Hey… apakah kau ini beneran, Aslan?" Teriak Pria besar yang dipanggil Mike itu sambil kedua tangannya menggenggam kedua bahu Aslan."Bodoh… memang kau pikir siapa aku ini! Apakah kamu tidak yakin bahwa aku ini adalah Aslan?" Tanya Aslan."Hahaha… kapan kau kembali, ketua? Sudah lama sekali kita tidak bertemu." Jawab Mike."Sekarang sudah yakin kau, bahwa aku ini adalah Aslan. Hahaha… baru saja aku datang ke kota ini pria bodoh. Oh iya ada apa
"Kenangan Reylan Bagian V."Di Suatu tempat yang ramai.Tampak Aslan, terlihat baru saja datang lalu memarkirkan sepeda motornya di depan cafe.Terlihat Reylan muda bersama Andressa duduk bersama menoleh ke arah Aslan yang berjalan ke arah mereka berdua.Terdengar Aslan berkata,"Maaf, aku terlambat." Ujar Aslan, sambil tersenyum berjalan ke arah Andressa yang langsung berdiri dan menyambutnya."Tidak masalah adikku, selamat datang." Sahut Andressa, langsung berpelukan menyambut Aslan."Perkenalkan ini adalah Eko, teman kecilku waktu di asrama. Namun, kini telah berganti nama setelah bersama keluarga barunya." Ujar Andressa kepada Aslan."Lalu sobatku, perkenalkanlah dia adalah adikku, Aslan." Ucap Andressa, memperkenalkan.Langsung saja terlihat Reylan/Eko mengulurkan salah satu tan
"Kenangan Reylan Bagian IV."Di Tempat yang lain Pria Botak berbadan besar bersama pria berambut dikuncir dan Pria Tampan berdasi sedang mengadakan suatu pertemuan bersama di sebuah Cafe tempat makan yang sangat mewah."Apakah kalian berdua telah mendengar informasinya" Tanya Pria Tampan Berdasi."Apa maksudmu Leon, Apa kau fikir hanya kau saja yang mempunyai mata mata" Ucap Pria berkuncir."Bukan begitu maksud aku Bob" Ucap Pria Tampan Berdasi yang diketahui bernama Leon."Lalu apa maksudmu" Ucap Pria berkuncir yang telah diketahui bernama Bob."Sudahlah kalian selalu saja bertengkar dengan hal kecil, Apakah kalian telah lupa dengan pesan ketua selama ini coba untuk kali ini saja kita kita meributkan hal kecil seperti itu" Ucap Pria Botak berbadan besar yang bernama Doski.Tampak Bob dan Leon terdiam tanda paham dengan apa
"Kenangan Reylan Bagian III."Di dalam ruangan rumah Arman, keadaan masih terlihat tegang.Terlihat Reylan, kembali tersadar. Kemudian terdengar suara orang berbicara,"Apa maksudmu! Jangan kamu membawa terus menerus nama, Tuan Muda Omega!" Teriak Kira, membentak Irin."Benar, itu lain urusannya! Beginikah balasanmu untuk keluarga yang telah membesarkanmu! Dasar wanita tidak tahu diuntung!" Sahut Mike."Bukan begitu, bibi. Aku bukan bermaksud melawanmu atau kalian semua. Hanya saja, aku berpikir ini adalah masalahku sendiri. Tak layak, jika kalian semua terus saja selalu mencampuri kehidupanku dengan Dante!" Jawab Irin."Apa! Kamu bilang kami, mencampuri hidupmu dan Dante. Suami bodoh yang sudah mencoreng nama baik keluarga besar kita ini!" Ujar Kira, kembali melanjutkan."Apakah kamu pikir, kami semua melakukan ini semata-m