Olivya menuruni anak tangga. Ia baru saja mandi dan langsung turun kebawah untuk makan. Hanya memakai kaos warna biru dan juga celana pendek diatas lutut.Matanya berbinar saat melihat ada banyak jejeran makanan diatas meja. Ia berjalan menuju meja makan dan duduk disalah satu meja. Yang membuatnya bertanya-tanya, dimana semua orang? Apakah masih belum bangun juga?"Apakah orang-orang masih tetap belum bangun?" tanya Olivya pada Berta yang sedang menata makanan diatas meja."Eh, mu-mungkin mereka.. mereka..""Mereka disini." potong seseorang dari belakang. Ternyata itu Mad. Ia tak sendirian, tapi ada Armon, Jon dan Zakira. Mereka datang untuk sarapan pagi bersama. Walaupun sudah telat, tapi mereka tak akan melupakan sarapan pagi.Olivya menatap semua orang yang mulai duduk dikursi satu persatu. Matanya menatap Armon yang sepertinya sedang bahagia. Tidak hanya Armon, tetapi Zakira dan Jon juga begitu. Ada apa sebenarnya?"Apa yang kalian sembunyikan dari aku?"seketika keadaan menjadi
"Are you feel happy, my girlfriend?"Olivya menoleh kebelakang. Matanya menangkap sosok Mad yang berjalan mendekat kearahnya sambil membawa sebuah rangkaian bunga berukuran besar. Tidak hanya itu, Mad juga sudah berganti memakai tuxedo hitam yang sangat pas melekat pada tubuh kekarnya.Mad berjalan mendekat. Dalam hati, Olivya terus mengagumi ketampanan Mad. Beruntunglah Olivya mendapat hati batu sosok Mad. Satu wanita pun tidak bisa mengetuk pintu cinta hati seorang Mad, selain Olivya. Langkah Mad semakin mendekat dan setelah itu berdiri tepat dihadapan Olivya. Disini sangat ramai dan banyak orang yang sedang melihat kedua insan yang sedang dilanda asmara.Mad memberikan rangkaian bunga berukuran besar itu pada wanita cantik didepannya. Seketika lampu menjadi redup, dan hanya menyorot kearah Mad dan Olivya."Happy birthday to you, my baby girl. I hope, the best thing is always with you. Thank you for opening my love heart. Thank you for successfully changing half of my dark side.""M
Mad yang sadar akan kegugupan gadisnya, ia menyuruh Olivya untuk pergi. Keberadaan ketiga rekan kerjanya membuat gadisnya gugup dan canggung. Olivya berjalan menuju kearah Yuna dan Vale."Aku lihat, tadi mereka tertawa. Ada apa? Apakah mereka mengejek mu?" tanya Vale dengan wajah yang menunjukkan ekspresi tidak terima."No. Mereka tertawa karena Mad membuat lelucon dengan pria tua itu.""Mad bisa membuat lelucon? Setahuku, dia pria yang amat dingin dan datar." tanya Yuna.Olivya tersenyum. "Dia hanya berada diluar saja seperti itu. Sebenarnya, Mad pria yang baik."A few moments letterPesta telah selesai. Olivya berjalan masuk kedalam mansion tanpa beralas kaki. Ia menenteng kedua sepatunya lantaran, merasa sangat pegal. Ditaruhnya sepatu yang semula ia tenteng tadi diatas rak sepatu khusus dan langsung berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum.Tangannya meraih gelas kaca berukuran sedang dan siap mengambil minuman dingin. Saat hendak membuka kulkas, sebuah tangan menghentikan
Mad meletakkan sendok dan garpu diatas piring. Makanan telah habis, tapi kekesalannya pada mereka bertiga-Olivya, Zakira dan Jon yang telah membuat mood pagi harinya hancur."Mad, aku ingin berkunjung ke Ayah." pinta Olivya.Mad menatap Olivya sekilas. "Hm." balasnya."Ish, yang hamil aku, kenapa kau yang marah?" tanya Olivya.Jon mengangguk. "Iya, betul. Apakah kau hamil juga?"Mad menghela nafas dengan berat. "Kalian ini kenapa? Kalian lah yang membuat aku menjadi kesal. Kenapa kalian seakan-akan menyalahkan semuanya padaku?""Kau memang salah. Sudah sana mandi, lalu antarkan aku ke rumah Grandpa Adnan.""Berangkat saja sendiri sana."Olivya terdiam. "Oke. Aku akan berangkat bersama sopir.""Kami akan menemani mu nak, kau jangan khawatir. Iya kan, Jon?" sahut Zakira."Ya, benar itu. Jika Mad tidak mau, kami bersedia.""Whatever. Pergilah kalian, otakku akan semakin panas jika kalian masih menunjukkan muka di depanku." ketus Mad dan langsung pergi berlalu.Zakira, Jon dan Olivya tert
Ini semua sudah sesuai rencana Mad yang ia susun jauh-jauh hari. Jika tanggal pertunangan mereka bertepatan dengan ulang tahun Olivya, maka Mad juga akan membuat tanggal pernikahan mereka bertepatan dengan ulang tahunnya."Kau akan bahagia dan mengukir kisah baru dengan seorang pria pilihanmu." gumam Armon.Olivya menunduk dan mengangguk."Jangan pernah lupakan ayah jik...""Sst, apa yang Ayah katakan? Itu tidak akan mungkin. Ayah tetap pria pertama yang aku cintai. Jangan berpikiran jika putrimu ini akan melupakanmu. Itu tidak akan pernah terjadi." potong Olivya."Sudah siap?" tanya Nancy yang datang menghampiri Armon dan Olivya.Armon menatap putrinya. Ia bertanya melalui tatapan dan Vya pun mengangguk.***Olivya memegang tangan Armon dengan kuat. Dia sangat takut dan gemetar. Armon dan Olivya berjalan menuju altar, dimana sudah terdapat Mad yang berdiri dengan tegap menanti uluran tangan Olivya.Melangkah sangat hati-hati itulah yang dilakukan Olivya. Ia takut jika sewaktu-waktu a
Olivya membaringkan tubuhnya diatas kasur yang empuk. Gaun-nya telah ia ganti dengan piyama tidur yang nyaman. Hari yang benar-benar melelahkan. Tak membutuhkan waktu lama, mata Olivya pun terpejam dengan posisi dimana kakinya yang menggantung dibawa kasur.Mad yang baru masuk kamar dan langsung melihat posisi tidur Olivya, ia merasa khawatir. Takut jika posisi seperti itu membuat tidur Olivya tak nyaman dan mengganggu kesehatan ibu hamil. Segera mungkin Mad merubah posisi tidur Olivya senyaman mungkin."Dia sangat kelelahan." gumamnya.Mad tersenyum, "Kini kau menjadi milikku seutuhnya. Tak akan ada yang bisa memisahkan kita, selain takdir Tuhan yaitu kematian." sambungnya.****Milan, Italy 10.00 AMPagi yang cerah dengan cahaya mentari yang begitu menghangatkan tubuh. Sang rembulan telah digantikan oleh sang mentari untuk menyinari bumi.Diatas kasur yang empuk, terdapat dua pasangan pengantin baru yang masih meringkuk diatas kasur dengan nyenyak-nya. Mereka adalah Madrick Vallenci
Olivya dan Mad baru saja keluar dari mobil saat sudah sampai diparkiran jejeran pesawat. Termasuk pesawat pribadi milik Mad. Olivya merapatkan tubuhnya terus ke badan Mad. Entah mengapa, masa kehamilan ini Olivya ingin terus bermanja-manja pada Mad. Dan Mad pun tak keberatan soal itu. Justru, ia sangat menyukai jika istrinya selalu manja dengannya.Mad menyuruh Olivya untuk berbaring diatas tempat tidur yang terdapat di pesawat mewah ini."Perjalanan cukup jauh. Kau tidur saja." ujar Mad.Olivya hanya mengangguk patuh. Ia mulai membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Semasa kehamilannya ini, Olivya mudah sangat lelah. Mad yang tau soal itu, ia tak membiarkan istri kecilnya kelelahan. Segala fasilitas apapun ia keluarkan untuk istrinya agar tak kelelahan.Mad duduk di single sofa yang terdapat disebelah mini bar. Ia mengambil minuman alkhol nya dan menuangkannya pada gelas berukuran kecil."Tuan, dari informasi yang saya dapat, belum ada pemilik kebun di Jerman yang mau menjual kebu
Armon mengetuk-ngetuk 'kan ponselnya diatas diatas sofa. Terlihat wajahnya yang begitu khawatir akan sesuatu."Paman, ada apa?" tanya Carson yang kebetulan lewat ruang tamu dan mendapati pamannya sedang dilanda kegelisahan."Aku sedang menunggu kabar dari seseorang." balas Armon sambil sesekali menatap layar ponselnya yang gelap.Carson berjalan dan mendaratkan bokongnya di single sofa."Siapa?"Armon menghembuskan nafasnya dengan berat. "Mad." gumamnya.Tak lama kemudian Jon datang dengan membawa sebuah majalah usang. Saat ini, keluarga Macrime masih menginap di mansion Mad untuk tiga hari ke depan. Tentu saja itu bukan kemauan Mad, melainkan istri tercintanya."Wajah mu sedang tidak enak dipandang," Jon berjalan dan duduk disebelah kanan Armon. "Ada apa?" tanya Jon."Olivya terjatuh saat di kebun strawberry dan kepalanya berdarah. Yang membuatku khawatir adalah kandungannya dan keadaannya yang lemah." ujar Armon."Apa? Kenapa Olivya bisa terjatuh? Apakah Mad tidak pandai menjaga sat
Setelah makan utama selesai, Olivya melarang mereka untuk beranjak dari tempat. Ia juga memerintahkan maid yang lain untuk membereskan semua sisa makan. Mereka berbincang-bincang di ruang makan sambil melemparkan candaan satu sama yang lain."Kate, dimana pacarmu?" tanya Olivya untuk menggoda anak itu."Hah? Aku tidak punya pacar, aunty. Apakah Allcy mengatakan kepada aunty kalau aku punya seorang pacar?" balas Kate."Tidak, Kate. Aku pikir kamu sudah punya pacar. Kamu cantik, masa iya tidak punya pacar.""Masa sih tan aku cantik?" tanya Kate untuk memastikan.Olivya mengangguk sambil tersenyum."HAHHHH, GUYS, AKU CANTIK MMPH–" Jenny menutup mulut sahabatnya ini saat berteriak cukup kencang, yang membuat seluruh orang kaget.Mereka semua tertawa saat melihat Kate yang berteriak karena baru saja dipuji cantik."Apa sih, Jen? Kamu ga suka kalau aku dipuji cantik? Kamu iri ya?" tanya Kate dengan nada mengejek yang dibuat-buat olehnya."Kak Kate engga cantik. Kalau cantik, berarti kak Kat
Tok tok tokSeseorang mengetuk pintu kamar Olivya. Olivya yang sedang menyisiri rambutnya didepan cermin meja rias pun segera bangkit dan membuka pintunya untuk mengetahui siapa yang telah mengetuk pintunya."Allcy, ada apa?" tanya Olivya. Allcy lah yang telah mengetuk pintu kamar Olivya."Mama, apakah ruang bioskop nya sudah bisa aku gunain?" tanya Allcy."Sudah, sayang. Tapi bentar, sekarang jam berapa?" tanya Olivya.Allcy menatap kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Pukul lima sore, Ma." jawab Allcy."Pukul tujuh harus sudah haru berada di ruang makan ya, bersama ketiga sahabat mu. Kita makan malam bersama."Allcy mengangguk saja dan berpamit untuk pergi. Olivya menutup kembali pintu kamarnya. Ia berjalan menuju sebuah lemari berukuran cukup besar. Ia membuka lemari itu dan mengambil sesuatu di dalamnya. Saat mendapatkan apa yang dia ambil, Olivya kembali menutup pintu lemari besar itu. Ia berjalan menuju meja baca sambil membawa sebuah kotak berukuran panja
Milan, Italy 03.00 PMHampir menjelang sore hari, jalanan kota Milan terus saja ramai kendaraan yang berlalu-lalang. Mulai dari mobil, pejalan kaki, truck besar, sepeda motor, serta kendaraan lainnya.Empat orang gadis cantik yang sedang berada dalam mobil, sedang menikmati hujan di sore hari. Mereka merasa segar, karena baru saja melalukan perawatan wajah dan tubuh. Ditambah udara sejuk di sore hari.Lampu hijau berubah menjadi merah. Kate yang saat ini menggantikan Jenny untuk menyetir mobil milik Jenny. Radio musik di putar dengan cukup kencang.Elizabeth terus menatap jalanan yang ramai. Baru kali ini ia pergi keluar bersama seorang sahabat dan melalukan aktifitas seperti orang normal. Mungkin bagi diri Elizabeth, ini tidak normal. Setiap hari hidupnya selalu diatur dua puluh empat jam.Hari ini ialah hari yang cukup membahagiakan bagi Elizabeth dan juga ketiga sahabatnya. Kesempatan bagi dirinya untuk membebaskan diri."Allcy, apakah kita mampir dulu ke supermarket?" tanya Kate s
Allcy baru saja usai menelpon Mama nya untuk meminta izin jika dia akan pulang lambat. Selain itu, ia juga meminta izin agar diperbolehkan sahabat-sahabatnya ini menginap dirumah. Allcy, Elizabeth, Kate dan Jenny berjalan masuk kedalam mobil milik Jenny. Jenny sengaja menyetir mobil sendiri tanpa menyuruh sopirnya.Elizabeth juga sudah menelpon sopirnya agar datang ke sekolah dengan membawa pakaian ganti Elizabeth untuk menginap dirumah Allcy. Elizabeth juga tak lupa memberikan tas sekolahnya kepada sopirnya dan ia membawa tas yang berisi pakaian ganti yang dibawakan oleh sopirnya.Allcy duduk didepan, disebelah kursi sopir. Sedangkan, Elizabeth dan Kate duduk dibelakang. Jenny memutar musik untuk menghilangkan kesunyian."El, kenapa kamu tidak beli saja pakaian baru di mall nanti? Biar sopirmu tidak perlu membawakan baju ganti mu." tanya Kate yang berada di samping Elizabeth.Elizabeth tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak, Daddy tidak memberikan aku izin."Kate mengerutka
Elizabeth melangkah sepanjang koridor sekolah. Seperti biasanya, dia tetap menjadi sorotan mata seluruh siswa. Apa mungkin kulitnya yang terlalu putih?Elizabeth menundukkan pandangannya. Ia tak memiliki cukup keberanian untuk mengangkat kepalanya dan menatap balik semua siswa disini. Saat ini ia datang lebih awal dari ketiga sahabatnya.Brukkk"Aww!" ringis Elizabeth dengan pelan saat ada seseorang yang menabrak dirinya."Hei, jalan pake mata bisa nggak?" bentak seorang gadis yang bertabrakan dengan dirinya."M-maaf, sekali lagi aku minta maaf." gumam Elizabeth dengan pandangan yang senantiasa menunduk."Lain kali gunakan mata untuk jalan, jangan nunduk terus."Plakkk"Aww.."Elizabeth mengangkat pandangannya saat gadis di depannya ini meringis kesakitan. Dia melihat kota susu kosong yang di lemparkan seseorang kepada gadis didepannya ini."Bodoh! Jalan itu pakai kaki." ujar seorang gadis yang sudah berada di samping Elizabeth.Kate. Gadis itu yang melempar kota susu kosong kearah ga
Olivya sedih jika harus pulang sekarang. Baginya, waktu begitu sangat cepat berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Adrian, Olivya dan Allcy hendak bersiap-siap untuk masuk kedalam mobil milik keluarga Midleton.Mad merengkuh pinggang Olivya dengan cukup erat. Rasanya, tidak ingin ia harus berpisah dengan istrinya itu."Daddy, kapan Daddy akan ikut bersama kami?" tanya Adrian.Mad berjongkok didepan Adrian untuk mensejajarkan tubuhnya dengan putranya."Saat di rasa sudah waktunya, Daddy akan sesegera mungkin untuk pulang." balas Mad."Tapi Daddy janji ya kalau sudah pulang ke mansion, tidak boleh lama lagi."Madrick mengangguk kepalanya. Ia mengecup puncak kepala Adrian dan setelah itu mengecup puncak kepala Allcy."Jaga Mommy ya. Adrian kan jagoan Daddy." pinta Mad pada putra kecilnya."Pasti Daddy."Mad mengantarkan Olivya, Allcy dan Adrian untuk masuk kedalam mobil. Keluarga kecil Midleton hanya melihat adegan itu dari ambang pintu castle.Mad terus memantau mobil yang di t
Olivya dan Mad saling berpelukan satu sama lain. Mereka saling mengeratkan pelukan dan seakan tak ingin melepaskan. Allcy yang melihat kejadian di depannya pun merintikkan mata tanda bahagia.Setelah penantian yang cukup lama akhirnya Mama dan Papanya bertemu. Tanti hentinya Allcy mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan karena telah pertemukan Olivia dengan Mad.Adrian yang berdiri tidak jauh dari kakaknya pun kebingungan melihat Mommy nya berpelukan dengan seorang pria yang belum dia ketahui.Apakah dia Daddy? batin Adrian.Mad melepaskan pelukannya ia menatap wajah Olivya dengan sesakma. bibir mendarat ke dahi Olivya tanda sebagai memberikan sebuah ciuman setelah sekian lama berpisah."Mad, akhirnya.." gumam Olivya.Mad menggangguk, ia begitu bahagia disaat melihat istri tercintanya ada di depan matanya."Mom?" panggil seorang anak laki-laki. Olivya menoleh kearah Adrian yang tadi memanggilnya.Mad pun melihat kearah Adrian. Pria itu berjalan kearah Adrian. Mad hendak memeluk Adrian, n
KringggggSuara bel sekolah berbunyi untuk memberitahu kepada seluruh siswa, bahwa pelajaran jam pertama akan dimulai.Allcy, Kate, Elizabeth dan Jenny berjalan bersama sepanjang koridor sekolah untuk menuju kelas mereka. Tak sedikit pasang mata yang menatap kearah mereka."Tidak biasanya kita di lihatin seperti ini." bisik Kate pada Jenny."Semenjak kita berteman dengan Elizabeth, banyak yang memperhatikan kita." balas Jenny."Eumm, apakah aku melakukan kesalahan karena berteman dengan kalian?" tanya Elizabeth."Tidak!! Kenapa kamu berpikiran seperti itu?" seru Kate.Mereka pun melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan tatapan dari seluruh siswa.Setelah sampai di kelas, Allcy meletakkan tas nya dengan malas. Entah mengapa ia tak begitu semangat untuk hari ini."Allcy kenapa?" tanya Elizabeth pada Kate.Kate pun mengalihkan pandangan nya kearah Allcy. "Itu sudah hal yang biasa terjadi pada Allcy. Hampir tiap pagi, ia tak begitu semangat."Elizabeth berjalan menuju meja Allcy."Allcy,
Olivya berjalan mendekati Adrian. Ia menarik putranya kedalam rangkulan nya. Dipeluknya Adrian dengan sangat erat, dan membiarkan putra sulungnya ini menangis."Adrian sayang, Adrian nggak boleh ngomong gitu ya. Daddy disana juga merindukan Adrian." ucap Olivya dengan nada pelan."Mommy bohong kan? Daddy engga sayang Adrian lagi Mom.""No, baby. No. Daddy sangat sayang padamu." Olivya melepaskan pelukannya. Ia menghapus air mata putranya sambil tersenyum.Olivya mengajak putranya untuk duduk di sofa panjang yang terdapat di ruang kerja Mad."Adrian mau tau sesuatu ga?" tanya Olivya."Apa Mom?"Olivya tersenyum hangat. "Dulu, saat Adrian masih berada di perut Mommy, Daddy terus saja mencium perut Mommy. Daddy terus saja mengajak Adrian bicara. Dan Ian tau ga? saat Ian lahir, Daddy adalah orang pertama kali yang Ian liat saat membuka mata. Mommy tau, Ian engga akan ingat hal itu, tetapi Ian harus percaya kalo Daddy sangat menyanyangi Ian melebihi apapun." cerita Olivya pada putranya."L