Olivya dan Mad baru saja keluar dari mobil saat sudah sampai diparkiran jejeran pesawat. Termasuk pesawat pribadi milik Mad. Olivya merapatkan tubuhnya terus ke badan Mad. Entah mengapa, masa kehamilan ini Olivya ingin terus bermanja-manja pada Mad. Dan Mad pun tak keberatan soal itu. Justru, ia sangat menyukai jika istrinya selalu manja dengannya.Mad menyuruh Olivya untuk berbaring diatas tempat tidur yang terdapat di pesawat mewah ini."Perjalanan cukup jauh. Kau tidur saja." ujar Mad.Olivya hanya mengangguk patuh. Ia mulai membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Semasa kehamilannya ini, Olivya mudah sangat lelah. Mad yang tau soal itu, ia tak membiarkan istri kecilnya kelelahan. Segala fasilitas apapun ia keluarkan untuk istrinya agar tak kelelahan.Mad duduk di single sofa yang terdapat disebelah mini bar. Ia mengambil minuman alkhol nya dan menuangkannya pada gelas berukuran kecil."Tuan, dari informasi yang saya dapat, belum ada pemilik kebun di Jerman yang mau menjual kebu
Armon mengetuk-ngetuk 'kan ponselnya diatas diatas sofa. Terlihat wajahnya yang begitu khawatir akan sesuatu."Paman, ada apa?" tanya Carson yang kebetulan lewat ruang tamu dan mendapati pamannya sedang dilanda kegelisahan."Aku sedang menunggu kabar dari seseorang." balas Armon sambil sesekali menatap layar ponselnya yang gelap.Carson berjalan dan mendaratkan bokongnya di single sofa."Siapa?"Armon menghembuskan nafasnya dengan berat. "Mad." gumamnya.Tak lama kemudian Jon datang dengan membawa sebuah majalah usang. Saat ini, keluarga Macrime masih menginap di mansion Mad untuk tiga hari ke depan. Tentu saja itu bukan kemauan Mad, melainkan istri tercintanya."Wajah mu sedang tidak enak dipandang," Jon berjalan dan duduk disebelah kanan Armon. "Ada apa?" tanya Jon."Olivya terjatuh saat di kebun strawberry dan kepalanya berdarah. Yang membuatku khawatir adalah kandungannya dan keadaannya yang lemah." ujar Armon."Apa? Kenapa Olivya bisa terjatuh? Apakah Mad tidak pandai menjaga sat
Mad membawa Allcy dan Olivya untuk masuk kedalam ruangan rawat Olivya. Kondisi Olivya yang masih butuh istirahat yang cukup, membuat wanita ini masih belum diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit.Tampak Allcy yang sangat kalem dan tenang, duduk diatas sofa empuk yang tersedia di ruangan ini. Biarpun Mad dan Olivya secara resmi menjadikan dirinya anak angkat, Allcy akan tetap berperilaku sopan.Pikirnya, ia hanya anak angkat tidak lebih. Mad dan Olivya hanya kasihan padanya, bukan sepenuhnya sayang padanya. Semua ini beralasan pada sebuah rasa kasihan yang ia dapat dari kedua pasangan romantis ini.Pemikiran kecil Allcy tidaklah benar adanya. Itu hanya pemikiran seorang anak kecil. Olivya menjadikan Allcy anak angkat karena kepolosan serta ramahnya gadis ini."Allcy sayang, apakah kamu sudah makan?" tanya Olivya dengan lembut.Allcy menatap Mad sekilas. Entah mengapa ia merasa sangat takut dengan sosok Mad. Mata tajam Mad membuat Allcy berpikir, bahwa pria itu tidak menyukai dirin
Armon berjalan menuju taman belakang mansion milik Mad sambil membawa dua cangkir kopi panas. Sengaja ia membawa dua cangkir panas saat mengetahui bahwa Jon juga berada di taman belakang, sedang bermain dengan kucing besar milik Mad."Jangan biarkan mereka lapar, atau kau akan menjadi santapan." ujar Armon saat sudah hampir berada di dekat Jon.Jon tertawa, "Aku akan melempar mu juga. Kita akan hidup bersama di dalam kandungan kucing besar ini."Armon memberikan satu cangkir kopinya kepada Jon."Thanks." ujar Jon sambil menyeruput kopi yang diberikan oleh Armon. Begitu juga dengan Armon yang turut menyeruput kopinya."Apakah kau sudah mendengar berita sesuatu?" tanya Jon."Mad dan Olivya akan pulang hari ini?" tebak Armon.Jon mengangguk dan kembali menyeruput kopinya."Ada berita satu lagi yang membuatku tidak habis pikir." gumam Jon yang masih dapat di dengar baik oleh indera pendengaran Armon.Dahi Armon berkerut menandakan sebuah kebingungan.Jon menoleh kearah Armon. "Apakah kau
Allcy pun mengangguk dan membiarkan Mad berjalan melewatinya."Berta, apakah kita akan ke rumah sakit?" tanya Allcy saat ia melihat Berta yang akan berjalan ke arahnya."Iya, kita akan pergi ke sana. Apakah kamu ingin membantu menata baju, Mama?" tanya Berta dengan lembut.Allcy lagi-lagi pun mengangguk. Dengan semangat, ia mengajak Berta untuk mengemasi pakaian Olivya."Apakah adikku akan lahir?"Berta tersenyum, "Iya. Allcy hanya perlu berdoa semoga Mama diberikan kelancaran dan adik bayi yang sehat.""Pasti, Berta. Adik dan Mama yang akan selamat, tapi tidak dengan Pap–"Allcy menghentikan ucapannya."Apa maksudmu, sayang? Tuan Mad? Ada apa dengan nya?"Allcy menggeleng dengan cepat, "Tidak, Berta. Aku salah bicara tadi.""Bicara yang benar ya sayang. Ingat, ucapan sama dengan doa."Allcy terdiam merenung. Pasalnya, Berta belum tau kelebihan yang dimiliki oleh Allcy. Kelebihan ini juga membuat Allcy selalu menjadi beban pikiran hingga setiap malam ia jarang bisa tidur karena di han
"Hukuman mati."Semua orang yang berada di mansion terkejut bukan main saat mendengar hukuman apa yang akan di berikan oleh Mad."Tidak, tidak mungkin. Haha, kau mengarang saja. Katakan, kau salah bicara tadi. Mad, tolong katakan pada mereka, kau takkan di hukum mati. Seseorang tolong katakan padaku jika Mad tidak akan dihukum mati." kata Olivya dengan frustasi."Mad!! Kau punya kekuasaan, kenapa mudah sekali mereka menangkap mu? Mad! Katakan! Kenapa kau diam?!""Maaf nyonya, menangkap tuan Mad ini sangat sulit. Sudah lama suami anda menjadi buronan kami, namun pihak kepolisian belum ada yang berani bertindak. Kami menunggu dimana Mad akan lengah dari jeratan kami. Dan ya, kami mendapatkan info jika Mad sedang berbahagia atas kelahiran putra pertamanya dan juga bencana pertama dalam sejarah kehidupannya." ujar komandan Polisi panjang lebar."Dari siapa kau mengorek informasi suami ku dengan mudah?"Komandan Polisi tersenyum miring, "Kami memanfaatkan gadis kecil itu. Dan ya, dia tidak
Jonathan mengambil berkas berikutnya yang berisikan sebuah bukti sertifikat dan berjalan menuju meja Lesley. Wajah datar begitu mendominasi wajah cantiknya. Tidak ada senyuman yang di tunjukkan, hanya tatapan tajam yang terus mengintimidasi pergerakan dari Jonathan dan juga Mad.Lesley mengangguk. Entah mengapa ia merasa tidak suka jika Mad harus akan lolos dalam sidang ini.Tidak. Tidak mungkin Mad akan bebas dari jeratan hukum. Hal yang telah dilakukan oleh Mad adalah hal keji menurut pandangan Lesley.Jonathan kembali ke mejanya."Begini. Apakah tuan Madrick Vallencio tidak memiliki cara lain, selain membunuh di penipu?" tanya Lesley."Menurut pandangan tuan Mad. Pengkhianat tetaplah pengkhianat. Tuan Madrick tidak ingin dalam suatu lingkaran permasalahan yang mencakup dirinya, harus melibatkan seorang Polisi. Ia di tipu miliaran dolar dan itu bukanlah uang yang sedikit." jawab Jonathan."Baik, apakah ada pembelaan diri dari anda tuan Madrick Vallencio?" tanya wakil ketua hakim.Ma
"Apakah kau akan tetap berdiam disini?" Mad menoleh kearah Polisi di sampingnya. Sedetik kemudian ia menyadari bahwa dirinya telah berada di mansion mewahnya.Mad turun dari mobil dan di susul para Polisi. Pintu mansion terbuka. Reflek mata Mad menatap kearah pintu dan muncul lah sosok pujaan hatinya. Mad diam mematung saat istrinya kecilnya berlari kearahnya. Dirinya seakan terhipnotis, ia tak sadar jika tubuh nya tengah di peluk erat oleh istrinya."Mad, akhirnya kau pulang," gumam Olivya. "Aku menunggumu sejak tadi." sambungnya lagi.Mad tersadar. Ia merangkul balik tubuh istrinya tak kalah erat dan mengecup berkali-kali puncak kepala istrinya."Maaf membuatmu menunggu, baby." balas Mad."Kenapa masih ada Polisi? Bukannya ini sidang terakhir dan kau bebas?" tanya Olivya saat melepaskan diri dari pelukan Mad."Suami ini–""Jangan mengatakan apapun." desis Mad dengan tajam serta tatapan menusuk kearah Polisi berbadan besar.Melihat tatapan mengerikan yang diberikan Mad, Polisi itupun
Setelah makan utama selesai, Olivya melarang mereka untuk beranjak dari tempat. Ia juga memerintahkan maid yang lain untuk membereskan semua sisa makan. Mereka berbincang-bincang di ruang makan sambil melemparkan candaan satu sama yang lain."Kate, dimana pacarmu?" tanya Olivya untuk menggoda anak itu."Hah? Aku tidak punya pacar, aunty. Apakah Allcy mengatakan kepada aunty kalau aku punya seorang pacar?" balas Kate."Tidak, Kate. Aku pikir kamu sudah punya pacar. Kamu cantik, masa iya tidak punya pacar.""Masa sih tan aku cantik?" tanya Kate untuk memastikan.Olivya mengangguk sambil tersenyum."HAHHHH, GUYS, AKU CANTIK MMPH–" Jenny menutup mulut sahabatnya ini saat berteriak cukup kencang, yang membuat seluruh orang kaget.Mereka semua tertawa saat melihat Kate yang berteriak karena baru saja dipuji cantik."Apa sih, Jen? Kamu ga suka kalau aku dipuji cantik? Kamu iri ya?" tanya Kate dengan nada mengejek yang dibuat-buat olehnya."Kak Kate engga cantik. Kalau cantik, berarti kak Kat
Tok tok tokSeseorang mengetuk pintu kamar Olivya. Olivya yang sedang menyisiri rambutnya didepan cermin meja rias pun segera bangkit dan membuka pintunya untuk mengetahui siapa yang telah mengetuk pintunya."Allcy, ada apa?" tanya Olivya. Allcy lah yang telah mengetuk pintu kamar Olivya."Mama, apakah ruang bioskop nya sudah bisa aku gunain?" tanya Allcy."Sudah, sayang. Tapi bentar, sekarang jam berapa?" tanya Olivya.Allcy menatap kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Pukul lima sore, Ma." jawab Allcy."Pukul tujuh harus sudah haru berada di ruang makan ya, bersama ketiga sahabat mu. Kita makan malam bersama."Allcy mengangguk saja dan berpamit untuk pergi. Olivya menutup kembali pintu kamarnya. Ia berjalan menuju sebuah lemari berukuran cukup besar. Ia membuka lemari itu dan mengambil sesuatu di dalamnya. Saat mendapatkan apa yang dia ambil, Olivya kembali menutup pintu lemari besar itu. Ia berjalan menuju meja baca sambil membawa sebuah kotak berukuran panja
Milan, Italy 03.00 PMHampir menjelang sore hari, jalanan kota Milan terus saja ramai kendaraan yang berlalu-lalang. Mulai dari mobil, pejalan kaki, truck besar, sepeda motor, serta kendaraan lainnya.Empat orang gadis cantik yang sedang berada dalam mobil, sedang menikmati hujan di sore hari. Mereka merasa segar, karena baru saja melalukan perawatan wajah dan tubuh. Ditambah udara sejuk di sore hari.Lampu hijau berubah menjadi merah. Kate yang saat ini menggantikan Jenny untuk menyetir mobil milik Jenny. Radio musik di putar dengan cukup kencang.Elizabeth terus menatap jalanan yang ramai. Baru kali ini ia pergi keluar bersama seorang sahabat dan melalukan aktifitas seperti orang normal. Mungkin bagi diri Elizabeth, ini tidak normal. Setiap hari hidupnya selalu diatur dua puluh empat jam.Hari ini ialah hari yang cukup membahagiakan bagi Elizabeth dan juga ketiga sahabatnya. Kesempatan bagi dirinya untuk membebaskan diri."Allcy, apakah kita mampir dulu ke supermarket?" tanya Kate s
Allcy baru saja usai menelpon Mama nya untuk meminta izin jika dia akan pulang lambat. Selain itu, ia juga meminta izin agar diperbolehkan sahabat-sahabatnya ini menginap dirumah. Allcy, Elizabeth, Kate dan Jenny berjalan masuk kedalam mobil milik Jenny. Jenny sengaja menyetir mobil sendiri tanpa menyuruh sopirnya.Elizabeth juga sudah menelpon sopirnya agar datang ke sekolah dengan membawa pakaian ganti Elizabeth untuk menginap dirumah Allcy. Elizabeth juga tak lupa memberikan tas sekolahnya kepada sopirnya dan ia membawa tas yang berisi pakaian ganti yang dibawakan oleh sopirnya.Allcy duduk didepan, disebelah kursi sopir. Sedangkan, Elizabeth dan Kate duduk dibelakang. Jenny memutar musik untuk menghilangkan kesunyian."El, kenapa kamu tidak beli saja pakaian baru di mall nanti? Biar sopirmu tidak perlu membawakan baju ganti mu." tanya Kate yang berada di samping Elizabeth.Elizabeth tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak, Daddy tidak memberikan aku izin."Kate mengerutka
Elizabeth melangkah sepanjang koridor sekolah. Seperti biasanya, dia tetap menjadi sorotan mata seluruh siswa. Apa mungkin kulitnya yang terlalu putih?Elizabeth menundukkan pandangannya. Ia tak memiliki cukup keberanian untuk mengangkat kepalanya dan menatap balik semua siswa disini. Saat ini ia datang lebih awal dari ketiga sahabatnya.Brukkk"Aww!" ringis Elizabeth dengan pelan saat ada seseorang yang menabrak dirinya."Hei, jalan pake mata bisa nggak?" bentak seorang gadis yang bertabrakan dengan dirinya."M-maaf, sekali lagi aku minta maaf." gumam Elizabeth dengan pandangan yang senantiasa menunduk."Lain kali gunakan mata untuk jalan, jangan nunduk terus."Plakkk"Aww.."Elizabeth mengangkat pandangannya saat gadis di depannya ini meringis kesakitan. Dia melihat kota susu kosong yang di lemparkan seseorang kepada gadis didepannya ini."Bodoh! Jalan itu pakai kaki." ujar seorang gadis yang sudah berada di samping Elizabeth.Kate. Gadis itu yang melempar kota susu kosong kearah ga
Olivya sedih jika harus pulang sekarang. Baginya, waktu begitu sangat cepat berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Adrian, Olivya dan Allcy hendak bersiap-siap untuk masuk kedalam mobil milik keluarga Midleton.Mad merengkuh pinggang Olivya dengan cukup erat. Rasanya, tidak ingin ia harus berpisah dengan istrinya itu."Daddy, kapan Daddy akan ikut bersama kami?" tanya Adrian.Mad berjongkok didepan Adrian untuk mensejajarkan tubuhnya dengan putranya."Saat di rasa sudah waktunya, Daddy akan sesegera mungkin untuk pulang." balas Mad."Tapi Daddy janji ya kalau sudah pulang ke mansion, tidak boleh lama lagi."Madrick mengangguk kepalanya. Ia mengecup puncak kepala Adrian dan setelah itu mengecup puncak kepala Allcy."Jaga Mommy ya. Adrian kan jagoan Daddy." pinta Mad pada putra kecilnya."Pasti Daddy."Mad mengantarkan Olivya, Allcy dan Adrian untuk masuk kedalam mobil. Keluarga kecil Midleton hanya melihat adegan itu dari ambang pintu castle.Mad terus memantau mobil yang di t
Olivya dan Mad saling berpelukan satu sama lain. Mereka saling mengeratkan pelukan dan seakan tak ingin melepaskan. Allcy yang melihat kejadian di depannya pun merintikkan mata tanda bahagia.Setelah penantian yang cukup lama akhirnya Mama dan Papanya bertemu. Tanti hentinya Allcy mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan karena telah pertemukan Olivia dengan Mad.Adrian yang berdiri tidak jauh dari kakaknya pun kebingungan melihat Mommy nya berpelukan dengan seorang pria yang belum dia ketahui.Apakah dia Daddy? batin Adrian.Mad melepaskan pelukannya ia menatap wajah Olivya dengan sesakma. bibir mendarat ke dahi Olivya tanda sebagai memberikan sebuah ciuman setelah sekian lama berpisah."Mad, akhirnya.." gumam Olivya.Mad menggangguk, ia begitu bahagia disaat melihat istri tercintanya ada di depan matanya."Mom?" panggil seorang anak laki-laki. Olivya menoleh kearah Adrian yang tadi memanggilnya.Mad pun melihat kearah Adrian. Pria itu berjalan kearah Adrian. Mad hendak memeluk Adrian, n
KringggggSuara bel sekolah berbunyi untuk memberitahu kepada seluruh siswa, bahwa pelajaran jam pertama akan dimulai.Allcy, Kate, Elizabeth dan Jenny berjalan bersama sepanjang koridor sekolah untuk menuju kelas mereka. Tak sedikit pasang mata yang menatap kearah mereka."Tidak biasanya kita di lihatin seperti ini." bisik Kate pada Jenny."Semenjak kita berteman dengan Elizabeth, banyak yang memperhatikan kita." balas Jenny."Eumm, apakah aku melakukan kesalahan karena berteman dengan kalian?" tanya Elizabeth."Tidak!! Kenapa kamu berpikiran seperti itu?" seru Kate.Mereka pun melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan tatapan dari seluruh siswa.Setelah sampai di kelas, Allcy meletakkan tas nya dengan malas. Entah mengapa ia tak begitu semangat untuk hari ini."Allcy kenapa?" tanya Elizabeth pada Kate.Kate pun mengalihkan pandangan nya kearah Allcy. "Itu sudah hal yang biasa terjadi pada Allcy. Hampir tiap pagi, ia tak begitu semangat."Elizabeth berjalan menuju meja Allcy."Allcy,
Olivya berjalan mendekati Adrian. Ia menarik putranya kedalam rangkulan nya. Dipeluknya Adrian dengan sangat erat, dan membiarkan putra sulungnya ini menangis."Adrian sayang, Adrian nggak boleh ngomong gitu ya. Daddy disana juga merindukan Adrian." ucap Olivya dengan nada pelan."Mommy bohong kan? Daddy engga sayang Adrian lagi Mom.""No, baby. No. Daddy sangat sayang padamu." Olivya melepaskan pelukannya. Ia menghapus air mata putranya sambil tersenyum.Olivya mengajak putranya untuk duduk di sofa panjang yang terdapat di ruang kerja Mad."Adrian mau tau sesuatu ga?" tanya Olivya."Apa Mom?"Olivya tersenyum hangat. "Dulu, saat Adrian masih berada di perut Mommy, Daddy terus saja mencium perut Mommy. Daddy terus saja mengajak Adrian bicara. Dan Ian tau ga? saat Ian lahir, Daddy adalah orang pertama kali yang Ian liat saat membuka mata. Mommy tau, Ian engga akan ingat hal itu, tetapi Ian harus percaya kalo Daddy sangat menyanyangi Ian melebihi apapun." cerita Olivya pada putranya."L