Lukas berniat pulang, namun dia mengurungkan niatnya, Lukas pun meminta Jay untu datang ke rumah sakit, dan membawakan nya beberapa pakaian untuknya dan juga Conan.
Lukas berkata seraya menguhubungi sekertarisnya.
Tuut... tuut... tuut, dan akhirnya tersambung, dari seberang telpon, terdengar suara yang sangat familiar. Ya, itu adalah Jay. Sekertaris serta asisten pribadi Lukas.
Jay pun berkata, "Halo Presdir. Apa yang anda butuhkan?."
Lukas menjawab, "Jay, tolong bawakan aku pakaian, dan juga bawalah pakaian untuk Conan sekarang! Saat ini aku berada di rumah sakit F, segeralah kemari!.
Setelah menunggu 15 menit akhirnya Jay datang ke rumah sakit. Membawa apa yang Lukas butuhkan.
Jay berkata, "Presdir, ini yang anda butuhkan." Seraya menyerahkan tas kertas, berisi pakaian dan juga makanan. Jay juga tidak lupa memberi informasi tentang apa yang Lukas perintahkan padanya.
Jay menyerahkan sebuah dokument penyelidikan tentang
,
Denting yang berbunyi dari dinding kamar Clarisa, menyadarkannya dari lamunan panjang, Clarisa sedari semalam tidak dapat tidur dengan nyenyak, dia begitu gelisah! Clarisa merasa janggal, namun dia menepis bayangannya. Berharap semua nya akan baik-baik saja. Kala Clarisa menatap keluar kaca jendela, terlihat matahari telah semakin tinggi. Perutnya dengan tanpa aba-aba, dan tiba-tiba mengeluarkan suara. Dia sadar bahwa dia tidak keluar kamar sedari pagi, sehingga membuatnya kelaparan. Clarisa beranjak dari tempat tidurnya, menuju kamar mandi. Rasa nya dia ingin berendam di air dingin, untuk menyegarkan pikirannya. Dalam benak Clarisa muncul kenangan-kenangan indah kala Conan dan Christian sering bermanja dengannya. Namun kini kedua putra nya tumbuh lebih cepat. Terlebih sejak Conan sakit, mereka tinggal bersama Lukas, kedua putranya semakin menjauh dari nya. Christian lebih sering bersama kedua orang tua Lukas, sedangkan Conan, selalu bersama dengan Lukas. Rasa nya Clari
Berbeda dengan keadaan Mansion Lukas yang penuh suka cita, di vila keluarga Shen penuh dengan duka. Dimana keluarga Shen telah bangkrut, terdengar kata makian terhadap Mariam Song. Lou Shen sangat murka kala mendengar bantahan Mariam, karena selalu memanjakan Yunita. Kini bisnis yang telah di bangun puluhan tahun pun harus hancur dalam sekejap saja. Tagihan kartu kredit yang membengkak pun kini tak bisa lagi dia bayar, semua harta nya kini hampir habis karena harus membayar ganti rugi pada pihak lain. Dengan terpaksa Lou Shen berniat untuk menjual property nya seperti rumah, dan juga koleksi mobilnya. Keluarga Shen benar-benar hancur sekarang, tidak mudah untuk mendirikan usaha kembali. Lou Shen harus mencari cara agar dia bisa mempertahankan bisnisnya. Sedangkan Marco, setidaknya dia lebih beruntung dari keluarga Shen, perusahaan Yan Group mampu bertahan. Karena adik perempuan Marco mau membantunya menyelesaikan permasalahan yang menimpa perusahaan. Se
"Christian, berhentilah!" Teriak Conan. Namun Christian tak menanggapi teriakan Conan, dan terus berlarian kesana kemari. Conan merasa sangat lelah menemani adiknya bermain. Karena pada dasarnya Conan tidak seaktif Christian. Melihat adiknya semakin menjauh, Conan lebih memilih untuk duduk di tepi sungai kecil, dia menatap air yang tenang, terlihat ada anak ikan yang berenang dibawah sana. Sungguh indah air yang jernih menampakan dasar sungai yang bersih. Conan mencoba untuk turun ke sungai, kakinya merasakan dinginnya air, sesekali dia mencipratkan airnya. Entah kenapa itu terasa menyenangkan baginya. Seketika Christian datang seraya berkata, "Kakak, itu terlihat menyenangkan! Aku ingin mencoba nya." Dengan segera Christian menggulung celananya, dan dia pun memasukan kedua kakinya ke dalam air. Christian mencipratkan air dingin itu ke wajah Conan. Christian berkata. "Bukankah ini sangat menyenangkan kakak?" Seraya tangannya terus mencipratkan air ke wa
Diperjalanan suasana sangat hening, di dalam mobil tidak ada yang bersuara sedikitpun. Jay yang duduk di kursi depan pun mencoba untuk melihat keadaan di kursi belakang. Lukas dan Conan memejamkan mata mereka. Kini hanya tersisa Jay, dan Joe yang masih terjaga. Joe dengan sopan dan lembut dia berkata, "Tuan Jay, silahkan tidurlah. Perjalanan menuju bandara cukup jauh, sebaiknya anda istirahat juga." Jay berkata, "Akh ya, baiklah. Jika akan sampai, tolong bangunkan saya." "Baik tuan." Jawab Joe. Joe dengan hati-hati mengemudi, takut akan membangunkan orang yang sedang tertidur dikursi belakang. Menatap Majikannya memeluk seorang anak, membuatnya merasakan kebahagiaan yang tak ternilai. Jika dipikirkannya lagi. Joe telah bekerja cukup lama di keluarga Jiang. Namun baru kali ini dia menyadari bahwa majikannya memiliki sisi yang begitu baik, dan hangat. Setelah melewati perjalanan selama kurang lebih 1 jam setengah, akhirnya mereka tib
Hari demi hari berlalu, kondisi Conan juga cukup stabil sampai sekarang. Conan sering diajak keluar bersama Lukas dan Jay, kala menemui kolega bisnis pun Lukas tetap membawa Conan. Tak terasa sudah 1 pekan mereka berada di Quebec, kanada. Conan sangat menyukai suasana disana. Hari-hari yang dilewati Lukas terasa berwarna dan indah, setiap malam mereka akan mengobrol, dan melakukan Video Call dengan Clarisa, Christian dan juga kedua orang tua Lukas. Mereka cukup antusias. Lukas merasa semakin dekat dengan Conan, rasanya dia memiliki ikatan batin yang cukup kuat dengannya. Ke esokan hari nya, Lukas ada pertemuan dengan kolega bisnisnya, dia ingin membawa Conan, namun Conan tidak ingin ikut bersama Lukas. Karena dia tahu kondisinya sedang memburuk, sehingga meminta untuk tetap tinggal di hotel. Lukas menyetujuinya, mengingat kondisi Conan cukup stabil beberapa hari yang lalu. Dia menitipkan Conan pada manager hotel agar memantau keadaan Conan saat dirinya pergi.
Diperusahaan Clarisa mendapat banyak hambatan, hari ini bahkan dia lebih banyak mendapat teguran dari pihak atasan yang membuatnya sedikit murung. Menginga perkataan atasannya yang cukup membuat mentalnya hancur. "Apa yang kau lakukan Clarisa? Apa kau tidak tau bagaimana mengerjakan proyek? Jika kau tidak ingin bekerja, maka berhentilah sekarang, bahkan perusahaan pun tidak menginginkanmu jika kinerja mu seburuk itu!" Teguran dari atasannya membuat Clarisa hanya mampu menundukan kepalanya Clarisa hanya mampu meminta maaf atas kesalahannya, "Maafkan aku, ini semua memang salahku, aku berharap anda mau memaafkan saya." Hanya kata-kata itu yang mampu di lontarkan oleh Clarisa. Direktur pun setelah mendengar ucapan permintaan maaf Clarisa yang terdengar tulus itu, membuat direktur melembut, direktur berkata, "Baiklah karena kulihat kau cukup menyesalinya, aku akan memaafkanmu, jadi kau harus bekerja lebih baik lagi, apa kau mendengarkan aku?" "Ah,
Di Quebec, Kanada. Lukas mendapatkan kabar yang tak mengenakan dari sopir pribadinya yaitu Joe, Joe mengabarkan bahwa Clarisa mendapatkan perlakuan kasar dari ibu tirinya. Drrrrtttt.... ponsel Lukas beergetar, terlihat di depan layar tertulis nama Joe, dengan segera Lukas menjawab panggilannya. Lukas menjawab, "Halo..." Diseberang telpon Joe berkata, "Tuan muda, maaf menggangu di jam malam seperti ini." Lukas berkata, "Ada apa? Apakah sesuatu telah terjadi?" Joy kemudian menjelaskan permasalahannya, dia berkata, "Begini tuan muda, tadi saat jam pulang kerja nyonya Clarisa, nyonya mendapatkan masalah dengan seorang wanita yang mana itu adalah ibu tiri nyonya, wanita itu menarik, menjambak, dan mengancam nyonya serta tuan kecil, jika nyonya tidak membebaskan nona Yunita dari penjara tuan. Apa yang harus saya lakukan?" Joe bertanya. Suara Lukas sedikit panik, dia bertanya, "Apa Clarisa terluka?" Joe menjawabnya, "Iya t
Keesokan paginya, Clarisa dibangunkan oleh suara yang sangat lembut, perlahan mengecup keningnya, dan pipinya dengan lembut. Clarisa bergunam dan berkata, "Lukas..." namun saat dia membuka matanya, yang tertangkap dalam pandangannya adalah wajah Lukas versi mininya. Ya, semakin hari wajah Christian semakin mirip dengan Lukas. Christian memeluk Clarisa seraya berkata, "Bangunlah, agar ibu melihat kenyataan bahwa Ayah tidak ada di sini." Clarisa menghela napasnya, seraya berkata, "Apa yang kau tahu? Anak kecil sepertimu mengerti apa?" Christian menjawabnya dengan sedikit kesal, "Tentu saja aku tahu, dan mengerti! Jika Ibu tidak merindukan Ayah, bagaimana bisa kau mengira bahwa aku adalah Ayah?" Christian tersenyum penuh kemenangan. Clarisa sedikit menunduk, dia berpikir bagaimana bisa putranya berkata seperti itu. Christian berkata, "Ibu, apakah kau tidak merindukan Kakak? Aku sangat merindukannya! Kenapa kakak tidak menghubungiku lagi?"
Kabar kematian Conan sudah tersebar pada keluarga maupun para sahabat Lukas. Bahkan Yo Han yang menghilang sejak setahun lalu pun mendengar kabar tentang putra sulung Tuan muda Jiang yang meninggal. Yo Han begitu kaget saat mendapat pesan dari salah satu orangnya yang mengatakan bahwa Putra sulung Lukas meninggal. Yo Han segera naik jet pribadinya untuk sampai ke Jincheng, sedangkan yang lainnya sudah berdatangan ke rumah duka. Lukas terduduk lemah di depan Altar ia bagaikan mayat hidup Lukas kehilangan gairah hidupnya. “Bagaimana dengan Clarisa apa dia sudah tahu tentang kabar Conan?” Joana begitu khawatir tentang mental Clarisa. “Lukas belum memberi tahunya, lagi pula Clarisa masih tidak sadarkan diri setelah menjalani operasi.” Sahut Gerald. “Aku tidak tahu bagaimana perasaan Lukas saat ini yang jelas itu sangatlah menyakitkan.” Raymond menatap iba pada Lukas yang terus memberi hormat pada setiap pelayat. Gerald mengedarkan pandangannya ia
2 bulan penuh Conan berada di rumah sakit, Conan sendiri lebih tahu tentang kondisi tubuhnya ketimbang orang lain. Ia tetap berusaha seceria mungkin dan sesering mungkin ia tersenyum dan tertawa walau hanya gurauan yang garing. Ia terlihat lebih menikmati hidupnya. Conan di pulangkan karena ia ingin tinggal dan dirawat di rumah. Semua orang di mansion menyambutnya, kebahagian mulai menyelimuti keluarga Lukas karena Clarisa juga tengah mengandung anak ketiga Lukas. Orang-orang begitu bahagia begitu pula dengan Conan dan Christian yang akan menjadi calon kakak bagi adiknya saat lahir kelak. “Betapa beruntungnya dia saat lahir nanti sudah memiliki dua Kakak yang sangat tampan dan bisa diandalkan. Aku sangat iri padamu.” Ucap Joana saat berada di mansion. Clarisa hanya tersenyum tipis jika mengingat Conan yang mungkin tidak akan sempat melihat adik kecilnya lahir ke dunia. Lukas masih terus berusaha mencari-cari rumah sakit di luar negeri yang bisa menyembuhkan C
Di depan ruang IGD semua orang menunggu dengan cemas, saat dibawa ke rumah sakit Conan sudah kehilangan kesadarannya. Christian masih shock dengan apa yang menimpa Conan tubuhnya yang basah membuatnya menggigil. Karena terburu-buru mereka melupakan Athes dan juga Christian yang dalam keadaan basah kuyup. “Anakku, tidak apa-apa. Conan pasti baik-baik saja.” Clarisa mendekap Christian dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya. “Sebaiknya kalian berdua berganti pakaian, Jay sudah membawakan pakaian ganti untuk kalian. Pergilah.” Athes dan Christian dibawa pergi oleh Jay sementara Lukas dan Clarisa amasih menunggu kabar tentang Conan. Kaca-kaca yang ada di mata Clarisa pecah begitu saja menyisakan luka bagi Lukas. “Apa ini akhirnya?” Clarisa bertanya dengan terbata-bata. “Berhenti bicara yang tidak-tidak. Kita belum tahu persis keadaannya. Jangan pesimis seperti itu pada hidup Putra kita.” Dokter yang bertugas di IGD datang menghampiri ke
Satu tahun setelah pernikahan Gerald dan Joana keduanya hidup bahagia bersama dengan malaikat kecilnya yang telah mengisi hari-hari keduanya. Suasana rumah Gerald begitu hangat kala suara tangis memenuhi seisi rumah. Walau Gerald sibuk dengan urausan pekerjaan ia tidak pernah mengabaikan putrinya yang belum genap setahun itu. Hari demi hari berlalu dengan begitu cepat tak terasa sudah satu tahun sejak Conan menjalani kemoterapinya. Bukannya semakin membaik kondisi Conan malah memburuk. Kanker yang awalnya stadium 2 kini telah menjadi stadium 3 semakin tipis harapan Conan untuk sembuh sepenuhnya. Clarisa sudah pasrah akan kondisi putra sulungnya setiap malam ketika tak ada seorang pun di kamar ia akan menangis hingga larut malam sampai Lukas pulang ke mansion. Christian yang selalu ceria kini berubah menjadi pendiam ia tak lagi banyak bicara, terkadang ia juga sering menangis di halaman belakang menangisi Conan yang tidak pernah sembuh. Setiap kali ia teringat bagaima
Gerald terdiam membeku ia bagaikan disambar petir di siang bolong saat mendengar pengakuan Joana gelas anggur yang ada di tangannya bahkan lepas dan terjatuh hingga pecahannya bertebaran dimana-mana. Gerald berdiri dari duduknya ia menatap Joana dengan penuh arti sedangkan Joana sendiri hanuya mampu menundukkan kepalanya ke bawah ia takut akan kenyataan jika Gerald tidak menerima kehadiran dah dagingnya sendiri.Hal yang selalu ditakutkan olehnya itu tidak pernah terjadi. Kaca-kaca di dalam mata Gerald telah menggenangi bola matanya yang coklat ia setengah berlutut sembari memegang tangan Joana.“Apa yang kau katakan itu benar adanya?”“Apa kau sedang mengandung anakku?”“Kau tidak bercanda bukan?” Gerald bertanya penuh pengharapan pada jawaban Joana.“Ya, aku mengandung Anakmu.” Ucapnya pelan.Ekspresi Gerald tidak terduga ia begitu bahagia kala mendengar kabar itu. Ia bahkan berjingkrak
Di pagi hari yang cerah Joana terbangun di dalam kamarnya, ia meraih bungkusan kecil dan membawanya masuk ke toilet dengan perasaan deg-degan Joana memberanikan dirinya untuk memeriksa dirinya sendiri. Joana membuka bungkusan test pack dengan tangan gemetar ia memasukannya dalam tempat yang sudah menampung urine nya sendiri. Belakangan ini Joana selalu merasa mual tiap pagi hari, ia juga tidak mendapatkan menstruasinya sudah dua bulan ini ia sedikit cemas. Joana memejamkan matanya ia sedikit takut dengan hasilnya, perlahan ia membuka matanya dan terlihat dengan jelas di alat tes kehamilan itu menunjukkan dua garis merah yang artinya dia positif hamil. Joana tentu saja bergembira akan hal itu namuan, sedetik kemudian ia kembali terdiam. Dirinya tidak tahu bagaimana reaksi Gerald setelah ia tahu bahwa dirinya telah mengandung darah dagingnya. “Bagaimana ini? Aku takut mengatakannya.” Joana berpikir cukup keras tentang apa yang harus ia katakan pada Gerald.
Selepas bersedih Lukas dan Clarisa turun secara bersamaan menuju meja makan karena sudah waktunya sarapan. Conan dan Christian sudah kembali dalam keadaan yang semula seakan tidak ada yang terjadi hanya mata sembab Christian yang tidak bisa berbohong. Dari arah lain Athes masuk menuju ruang tamu dengan membawa obat-obatan yang harus diminum oleh Conan ia meletakannya di meja ruang tamu tampak pemandangan yang sedikit menyakitkan bagi yang melihatnya. "Ayo, makanan sudah siap!" Lukas mengajak semua orang untuk menuju meja makan. Di sana telah banyak hidangan dari mulai makanan pembuka hingga makanan penutup ada di atas meja. Aroma masakan yang tercium semakin membuat orang menjadi lapar kala menghirupnya. Semua orang mulai berjalan menuju meja makan untuk menikmati hidangannya. “Makanlah yang banyak.” Lukas menaruh lauk pada mangkuk kedua putranya tanpa ada yang dibedakan. Christian tersenyum saat menerima lauk yang diberikan oleh ayahnya.
Hari telah berganti menjadi malam sepanjang perjalanan menuju mansion Conan hanya memejam kan matanya. Ia sudah terlalu lelah hari ini Lukas memandangnya dengan tatapan sendu. Sesampainya di mansion Clarisa telah menunggu kedatangan mereka berdua bersama Conan. Terlihat juga Athes ada di ruang tamu menemani Christian. “Apakah tidur?” Clarisa menghampiri Conan. Ia mengangkat sedikit kupluk yang menutupi wajahnya benar saja Conan sudah tertidur. “Ayah,” Christian berhambur memeluk pinggangnya. Lukas melihatnya dengan mengulas senyum hangat. “Bersabarlah, Ayah akan menidurkan Conan lebih dulu. Baru menemnimu sebentar.” Lukas mengusap puncak kepala Christian kemudian berlalu menuju lantai dua dimana kamar Conan berada. “Ibu,” Christian beralih memandang pada Clarisa yang berdiri. Clarisa segera menghampiri Christian ia berusaha menenangkannya. “Tidak apa-apa, Conan hanya kelelahan saja besok pagi ia akan bangun seperti biasanya.” Mendengar
Lukas berjalan dengan anggun menuju tempat Conan berada raut wajah yang tadinya tidak baik itu seketika berubah saat Conan mengulas senyum hangat padanya. Wajah pias itu masih kentara di antara senyum yang menghiasinya. Lukas semakin mendekati keberadaan Conan. Ia setengah berlutut di hadapan Conan. “Apakah sudah lebih baik?” “Eng,” Conan menganggukkan kepalanya pelan sebagai balasan dari pertanyaan Lukas. “Lalu apa kau masih ingin pergi memotong rambutmu?” Lukas kembali bertanya dengan suara yang sedikit bergetar. Senyum hangat itu kembali muncul di wajahnya tangan kecilnya menyentuh pipi Lukas terasa lembut dan begitu dingin saat disentuh olehnya, Lukas menatap matanya yang sendu. “Dingin sekali?” “Aku hanya sedikit kedinginan saja Ayah, tidak perlu dikhawatirkan!” Conan beranjak dari duduknya ia mencoba mencoba menarik tangan besar Lukas agar segera menuju tempat dimana ia akan memotong rambutnya. Lukas menguatkan hatinya lalu mengikuti kem