“Conan, apa yang ini?” seraya menunjuk pada wajah Conan.
Conan sedikit mengulas senyum, tidak beda dengan Lukas sama sekali, senyumannya begitu angkuh.
Kakek buyut melihat sekeliling, cicitnya ada di mana-mana, mereka bermain ke sana ke mari, berlarian menabrak apa pun yang ada di depan mereka.
Namun berbeda dengan kedua anak kembar Lukas, mereka diam duduk di sofa. Tak banyak yang di lakukan mereka. Hanya menonton Televisi, seraya menunggu acara makan malam di mulai.
Setelah perbincangan yang di lewati oleh ketiganya, Kakek buyut sangat menyukai keduanya. Tak hanya cerdas mereka berdua juga bijaksana pada usia yang begitu muda.
Di meja makan makanan telah siap. Di meja yang panjang dan besar itu telah duduk banyak keluarga yang hadir.
Conan melirik sekeliling mereka. “Jadi ini keluarga besar Ayah,” batinnya.
Lukas dan Clarisa telah duduk di barisan depan, sedangkan mereka berdua duduk di barisan anak-anak, se
Lukas membiarkan Conan tidur di kamarnya sedikit lebih lama sebelum dia membawanya kembali pulang. Sedangkan Clarisa bersama dengan mertuanya Adrian Jiang. “Lukas, datanglah padaku sebentar,” pinta sang Kakek. Lukas mengikuti Kakeknya menuju ruang kerja Ayahnya. “Duduklah,” serunya. Segera Lukas duduk di hadapannya. Wajahnya sudah menunjukkan raut yang sedikit tidak baik. “Bagaimana keadaan Putra sulungmu?” tanyanya. “Untuk saat ini tidak apa-apa, hanya saja...” Lukas tidak meneruskan kata-katanya. “Ada apa? Mengapa kau murung seperti itu?” Kakek bertanya dengan sedikit cemas. “Aku sedikit khawatir pengobatannya tidak sesuai dengan harapan kami,” Lukas dengan murungnya dia berkata. Kakek segera berpindah menuju samping Lukas, ditepuk lembut bahunya seraya berkata. “Jangan putus asa, sebelum kalian memulainya.” “Entah itu hasil yang bagus ataupun buruk sekalipun, kalian harus mencobanya terlebih dahulu.”
Hari ini Lukas membawa Clarisa menuju pinggiran kota Jincheng.“Kita akan pergi ke mana?” Clarisa bertanya dengan sedikit bingung.“Kita akan pergi ke tempat Ayahmu,” ucapnya.Clarisa menundukkan kepalanya, dia menghela napas beratnya.“Walaupun dia tidak merestui kita, setidaknya kita sudah memberi tahunnya tentang pesta pernikahan kita,” ujarnya seraya memegang erat tangan Clarisa.Clarisa hanya mengulas senyum tipisnya pada Lukas. “Aku tahu, walaupun dia begitu, tetapi dia tetap Ayahku.”Mobil pun melaju pesat meninggalkan pusat kota Jincheng.Di penjara kini Yunita telah bisa di jenguk, satu minggu lagi dia akan menjalani sidang atas pembunuhan sesama tahanan.Yunita tengah duduk di balik kaca. Mariam Song menatap putrinya. Dia benar-benar terluka, rasanya dia ingin membuat orang yang telah memasukkan putrinya ke penjara itu juga merasakan kepahitan.“
Di Akhir pekan Lukas tidak bekerja, dia berada di rumah.Clarisa masih tertidur di ranjangnya, sedangkan Lukas sedang memeriksa keadaan Conan bersama dengan Athes selagi Christian sedang mandi.“Ayah, hari ini kondisi ku cukup stabil. Tidak apa-apa jika aku ikut dengan kalian,” dia berkata dengan mengulas sebuah senyuman yang sangat lembut.“Ayah tahu.”“Athes tolong kau bantu Conan mengganti pakaiannya. Karena akan pergi sebentar lagi,” pinta Lukas pada Athes.“Baik tuan,” jawab Athes.Lukas bergegas keluar, kembali ke kamarnya. Di sana Clarisa masih meringkuk, terlihat seperti seorang kangguru yang tertidur.Perlahan Lukas menghampiri Clarisa, di usapnya lembut pipi mulusnya, sesekali dia berbisik. “Istriku, bangunlah.”“Ini sudah terlalu siang, bukankah kita akan pergi menuju pamanmu?” Bisiknya.Clarisa membuka matanya perlahan,
Chandra Lee memandang Clarisa, dalam benaknya terngiang kedua putra kami, “Jadi anak-anak ini adalah putramu Clarisa?” Chandra terperangah kala mendapati kenyataan bahwa keponakannya ini telah memiliki dua putra yang sudah tumbuh besar. Sudah sepuluh tahun yang lalu Chandra tidak pernah melihat Clarisa lagi, dia bahkan tidak menyangka jika dirinya akan di pertemukan kembali dengannya. Hampir saja dirinya terkena serangan jantung, saat mendengar kata-kata yang di lontarkan oleh mereka. Begitu pula dengan Yuri, dan juga Ryan. Mereka benar-benar tidak menyangka. Conan yang menyadari kecanggungan itu pun mencoba mencairkan suasananya. "Kakek, apakah kami bisa duduk?" "Aku sudah terlalu lama berdiri, kakiku sangat lelah," pintanya. Suaranya terdengar dingin namun sangat menggemaskan. “Ah iya, ayo duduk.” Chandra mempersilahkan mereka untuk duduk, selagi Yuri menyiapkan minuman sebelum makan siang, sedangkan Ryan mencoba bermain catur dengan
Di dalam kamarnya Gerald sedang menatap foto mendiang istrinya. Dia teringat akan senyuman yang senantiasa membayanginya.Drrrttt... drrrttt... ponsel Gerald bergetar, terlihat sebuah pesan masuk. “Aku sangat merindukanmu, apakah kita bisa bertemu?” isi pesannya.“Tentu aku akan menjemputmu,” balas Gerald.Gerald tersenyum saat dirinya telah mendapat pesan dari Joana. Terkadang dia merasakan kembali getaran-getaran cinta yang selama ini tak pernah lagi dia rasakan.Namun setelah bersama Joana, segalanya berubah, dia merasa kini hidupnya lebih berwarna, hari-harinya menjadi begitu hangat atas kehadiran Joana.Gerald bersiap keluar rumah, sebelum itu dia menatap kembali foto mendiang istrinya. “Mungkin kini seharusnya aku tidak lagi berduka atas kepergianmu.”“Ku harap kau bisa beristirahat dengan tenang, jangan khawatir lagi padaku.”“Jagalah putri kita dengan baik, sampai saa
Keesokan Harinya Lukas, menemani Clarisa untuk memilih gaun pengantinnya. Tetapi setelah berkeliling seharian mereka tidak mendapatkan gaun yang diinginkan oleh Clarisa. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke mansion. Setelah makan malam tanpa di temani oleh Lukas, Clarisa berbaring di sofa ruang tamu sambil melihat tabletnya. Sedangkan kedua putranya bersama dengan Athes di lantai atas. Toko gaun pengantin besar atau kecil di kota Jincheng sudah didatangi semua, tetap tidak ada gaun pengantin yang membuatnya puas. Mereka yang disebut desainer terkenal, juga hampir sama hanya berbeda sedikit, hanya terlihat lebih mewah dengan balutan mutiara saja. Perusahaan penyelenggara pernikahan demi memenuhi permintaannya, mengumpulkan gambar desain gaun pengantin dari seluruh penjuru negeri, harga yang dikeluarkan pun sangat fantastis. Setelah semua gambar desain itu difoto, dikirimkan ke email Clarisa. Clarisa berbaring di atas sofa,
“Soal harga aku tidak masalah, lagi pula suamiku mengizinkannya.” Clarisa berkata dengan sedikit menggoda. “Berhubung pernikahanku akan menjadi pernikahan akbar.”“Di sana banyak orang terkenal dan media.”“Jika aku mengenakan gaun pengantin dari studio kalian, juga termasuk melakukan sebuah promosi.”“Tentu saja studio kalian ini akan di kenal lebih banyak orang,” Clarisa terus menerus membujuk untuk mendapatkan gaun tersebut.Sang gadis yang selesai mendengar perkataan Clarisa, tetap menggelengkan kepalanya. “Aku tidak yakin, bos kami sama sekali tidak peduli dengan uang.”“Orang yang sekali lihat tidak disukainya, uang sebanyak apa pun dia tidak akan mau mengambilnya.”“Bila orang yang sekali lihat dia merasa suka dan cocok, tidak ambil untung langsung kasih gratis.”“Meskipun aku tidak tahu detailnya memiliki makna apa?&rdqu
Hari Minggu di bulan Maret merupakan musim semi, adalah hari yang begitu cerah, sebuah pesta pernikahan menggegerkan seluruh Kota Jincheng, orang-orang berkuasa dan juga berpengaruh berdatangan menghadiri pesta pernikahannya.Seratus buah mobil Porsche 911 GT3 RS warna Hijau mengelilingi kota, yang memimpin di depannya adalah mobil Rolls Royce Phantom warna Putih.Setelah melewati jalanan kota pusat, akhirnya mobil berhenti di depan hotel Bintang tujuh yang berada di bawah anak perusahaan Jiang Group.Pendamping pengantin turun terlebih dahulu, berbaris di kedua sisi karpet merah hotel, terlihat begitu megah dan juga menakjubkan.Di tengah alunan musik yang mengiringi kedatangan sang pemeran utamanya, pintu mobil Rolls Royce Phantom terbuka, pengantin pria menggandeng pengantin wanita turun dari mobil. Diikuti dengan dua pangeran tampan di belakangnya.Lukas mengenakan Pakaian serba putih, terlihat begitu tampan dan sempurna bagaikan pangeran yang
Kabar kematian Conan sudah tersebar pada keluarga maupun para sahabat Lukas. Bahkan Yo Han yang menghilang sejak setahun lalu pun mendengar kabar tentang putra sulung Tuan muda Jiang yang meninggal. Yo Han begitu kaget saat mendapat pesan dari salah satu orangnya yang mengatakan bahwa Putra sulung Lukas meninggal. Yo Han segera naik jet pribadinya untuk sampai ke Jincheng, sedangkan yang lainnya sudah berdatangan ke rumah duka. Lukas terduduk lemah di depan Altar ia bagaikan mayat hidup Lukas kehilangan gairah hidupnya. “Bagaimana dengan Clarisa apa dia sudah tahu tentang kabar Conan?” Joana begitu khawatir tentang mental Clarisa. “Lukas belum memberi tahunya, lagi pula Clarisa masih tidak sadarkan diri setelah menjalani operasi.” Sahut Gerald. “Aku tidak tahu bagaimana perasaan Lukas saat ini yang jelas itu sangatlah menyakitkan.” Raymond menatap iba pada Lukas yang terus memberi hormat pada setiap pelayat. Gerald mengedarkan pandangannya ia
2 bulan penuh Conan berada di rumah sakit, Conan sendiri lebih tahu tentang kondisi tubuhnya ketimbang orang lain. Ia tetap berusaha seceria mungkin dan sesering mungkin ia tersenyum dan tertawa walau hanya gurauan yang garing. Ia terlihat lebih menikmati hidupnya. Conan di pulangkan karena ia ingin tinggal dan dirawat di rumah. Semua orang di mansion menyambutnya, kebahagian mulai menyelimuti keluarga Lukas karena Clarisa juga tengah mengandung anak ketiga Lukas. Orang-orang begitu bahagia begitu pula dengan Conan dan Christian yang akan menjadi calon kakak bagi adiknya saat lahir kelak. “Betapa beruntungnya dia saat lahir nanti sudah memiliki dua Kakak yang sangat tampan dan bisa diandalkan. Aku sangat iri padamu.” Ucap Joana saat berada di mansion. Clarisa hanya tersenyum tipis jika mengingat Conan yang mungkin tidak akan sempat melihat adik kecilnya lahir ke dunia. Lukas masih terus berusaha mencari-cari rumah sakit di luar negeri yang bisa menyembuhkan C
Di depan ruang IGD semua orang menunggu dengan cemas, saat dibawa ke rumah sakit Conan sudah kehilangan kesadarannya. Christian masih shock dengan apa yang menimpa Conan tubuhnya yang basah membuatnya menggigil. Karena terburu-buru mereka melupakan Athes dan juga Christian yang dalam keadaan basah kuyup. “Anakku, tidak apa-apa. Conan pasti baik-baik saja.” Clarisa mendekap Christian dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya. “Sebaiknya kalian berdua berganti pakaian, Jay sudah membawakan pakaian ganti untuk kalian. Pergilah.” Athes dan Christian dibawa pergi oleh Jay sementara Lukas dan Clarisa amasih menunggu kabar tentang Conan. Kaca-kaca yang ada di mata Clarisa pecah begitu saja menyisakan luka bagi Lukas. “Apa ini akhirnya?” Clarisa bertanya dengan terbata-bata. “Berhenti bicara yang tidak-tidak. Kita belum tahu persis keadaannya. Jangan pesimis seperti itu pada hidup Putra kita.” Dokter yang bertugas di IGD datang menghampiri ke
Satu tahun setelah pernikahan Gerald dan Joana keduanya hidup bahagia bersama dengan malaikat kecilnya yang telah mengisi hari-hari keduanya. Suasana rumah Gerald begitu hangat kala suara tangis memenuhi seisi rumah. Walau Gerald sibuk dengan urausan pekerjaan ia tidak pernah mengabaikan putrinya yang belum genap setahun itu. Hari demi hari berlalu dengan begitu cepat tak terasa sudah satu tahun sejak Conan menjalani kemoterapinya. Bukannya semakin membaik kondisi Conan malah memburuk. Kanker yang awalnya stadium 2 kini telah menjadi stadium 3 semakin tipis harapan Conan untuk sembuh sepenuhnya. Clarisa sudah pasrah akan kondisi putra sulungnya setiap malam ketika tak ada seorang pun di kamar ia akan menangis hingga larut malam sampai Lukas pulang ke mansion. Christian yang selalu ceria kini berubah menjadi pendiam ia tak lagi banyak bicara, terkadang ia juga sering menangis di halaman belakang menangisi Conan yang tidak pernah sembuh. Setiap kali ia teringat bagaima
Gerald terdiam membeku ia bagaikan disambar petir di siang bolong saat mendengar pengakuan Joana gelas anggur yang ada di tangannya bahkan lepas dan terjatuh hingga pecahannya bertebaran dimana-mana. Gerald berdiri dari duduknya ia menatap Joana dengan penuh arti sedangkan Joana sendiri hanuya mampu menundukkan kepalanya ke bawah ia takut akan kenyataan jika Gerald tidak menerima kehadiran dah dagingnya sendiri.Hal yang selalu ditakutkan olehnya itu tidak pernah terjadi. Kaca-kaca di dalam mata Gerald telah menggenangi bola matanya yang coklat ia setengah berlutut sembari memegang tangan Joana.“Apa yang kau katakan itu benar adanya?”“Apa kau sedang mengandung anakku?”“Kau tidak bercanda bukan?” Gerald bertanya penuh pengharapan pada jawaban Joana.“Ya, aku mengandung Anakmu.” Ucapnya pelan.Ekspresi Gerald tidak terduga ia begitu bahagia kala mendengar kabar itu. Ia bahkan berjingkrak
Di pagi hari yang cerah Joana terbangun di dalam kamarnya, ia meraih bungkusan kecil dan membawanya masuk ke toilet dengan perasaan deg-degan Joana memberanikan dirinya untuk memeriksa dirinya sendiri. Joana membuka bungkusan test pack dengan tangan gemetar ia memasukannya dalam tempat yang sudah menampung urine nya sendiri. Belakangan ini Joana selalu merasa mual tiap pagi hari, ia juga tidak mendapatkan menstruasinya sudah dua bulan ini ia sedikit cemas. Joana memejamkan matanya ia sedikit takut dengan hasilnya, perlahan ia membuka matanya dan terlihat dengan jelas di alat tes kehamilan itu menunjukkan dua garis merah yang artinya dia positif hamil. Joana tentu saja bergembira akan hal itu namuan, sedetik kemudian ia kembali terdiam. Dirinya tidak tahu bagaimana reaksi Gerald setelah ia tahu bahwa dirinya telah mengandung darah dagingnya. “Bagaimana ini? Aku takut mengatakannya.” Joana berpikir cukup keras tentang apa yang harus ia katakan pada Gerald.
Selepas bersedih Lukas dan Clarisa turun secara bersamaan menuju meja makan karena sudah waktunya sarapan. Conan dan Christian sudah kembali dalam keadaan yang semula seakan tidak ada yang terjadi hanya mata sembab Christian yang tidak bisa berbohong. Dari arah lain Athes masuk menuju ruang tamu dengan membawa obat-obatan yang harus diminum oleh Conan ia meletakannya di meja ruang tamu tampak pemandangan yang sedikit menyakitkan bagi yang melihatnya. "Ayo, makanan sudah siap!" Lukas mengajak semua orang untuk menuju meja makan. Di sana telah banyak hidangan dari mulai makanan pembuka hingga makanan penutup ada di atas meja. Aroma masakan yang tercium semakin membuat orang menjadi lapar kala menghirupnya. Semua orang mulai berjalan menuju meja makan untuk menikmati hidangannya. “Makanlah yang banyak.” Lukas menaruh lauk pada mangkuk kedua putranya tanpa ada yang dibedakan. Christian tersenyum saat menerima lauk yang diberikan oleh ayahnya.
Hari telah berganti menjadi malam sepanjang perjalanan menuju mansion Conan hanya memejam kan matanya. Ia sudah terlalu lelah hari ini Lukas memandangnya dengan tatapan sendu. Sesampainya di mansion Clarisa telah menunggu kedatangan mereka berdua bersama Conan. Terlihat juga Athes ada di ruang tamu menemani Christian. “Apakah tidur?” Clarisa menghampiri Conan. Ia mengangkat sedikit kupluk yang menutupi wajahnya benar saja Conan sudah tertidur. “Ayah,” Christian berhambur memeluk pinggangnya. Lukas melihatnya dengan mengulas senyum hangat. “Bersabarlah, Ayah akan menidurkan Conan lebih dulu. Baru menemnimu sebentar.” Lukas mengusap puncak kepala Christian kemudian berlalu menuju lantai dua dimana kamar Conan berada. “Ibu,” Christian beralih memandang pada Clarisa yang berdiri. Clarisa segera menghampiri Christian ia berusaha menenangkannya. “Tidak apa-apa, Conan hanya kelelahan saja besok pagi ia akan bangun seperti biasanya.” Mendengar
Lukas berjalan dengan anggun menuju tempat Conan berada raut wajah yang tadinya tidak baik itu seketika berubah saat Conan mengulas senyum hangat padanya. Wajah pias itu masih kentara di antara senyum yang menghiasinya. Lukas semakin mendekati keberadaan Conan. Ia setengah berlutut di hadapan Conan. “Apakah sudah lebih baik?” “Eng,” Conan menganggukkan kepalanya pelan sebagai balasan dari pertanyaan Lukas. “Lalu apa kau masih ingin pergi memotong rambutmu?” Lukas kembali bertanya dengan suara yang sedikit bergetar. Senyum hangat itu kembali muncul di wajahnya tangan kecilnya menyentuh pipi Lukas terasa lembut dan begitu dingin saat disentuh olehnya, Lukas menatap matanya yang sendu. “Dingin sekali?” “Aku hanya sedikit kedinginan saja Ayah, tidak perlu dikhawatirkan!” Conan beranjak dari duduknya ia mencoba mencoba menarik tangan besar Lukas agar segera menuju tempat dimana ia akan memotong rambutnya. Lukas menguatkan hatinya lalu mengikuti kem