Setelah makan malam, Clarisa menemani kedua putra kembarnya menonton sebuah film aksi, dan film yang di tonton pun selesai. Kemudian Conan, dan Christian dibawa naik oleh Athes. Sebelum mereka naik Athes membereskan obat-obatan milik Conan untuk di bawa naik ke kamar.
Clarisa menonton TV di ruang tamu sebentar, karena acara di TV tidak ada yang menarik minatnya. Dia pun mematikan TV. Dia beranjak untuk kembali ke kamarnya. Memakai sandalnya lalu naik ke atas. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
Lampu di ruang kerja masih menyala ternyata Lukas masih bekerja di dalam sana.
Clarisa berhenti di pintu. dia melihat Lukas yang tampak lelah, dari celah pintu lalu kembali ke bawah.
Dia kembali ke dapur, dan mengambil sekotak kopi impor. Kemudian, ia merebus air, membuat kopi lalu membawanya ke lantai atas. Aroma kopi memenuhi area dapur.
Clarisa memegang cangkir kopi di satu tangannya, dan tangan yang satunya mengetuk pintu ruang kerja tiga kali.
Bab 117Keesokan paginya, tubuh Conan berkeringat cukup banyak, dahinya sesekali mengernyit seakan dalam alam bawah sadarnya dia merintih kesakitan. Athes yang sedari malam terus menjaga Conan, sudah kelelahan, cahaya matahari mulai menembus pada gorden di kamar Conan. Athes merasakan cahaya mentari yang begitu lembut menyentuh dasar kulitnya.Dia bangkit dari tidurnya. Kepalanya masih pusing karena begadang. Sejenak tidak memperhatikan Conan yang masih terbaring di tempat tidurnya. Dia perlahan beranjak untuk mandi. Conan masih saja terlelap hingga Athes selesai mandi dan berpakaian.Athes sedikit cemas. Dia menghampiri Conan, dan... betapa terkejutnya di kala mendapati suhu tubuh Conan begitu tinggi. Athes segera meraih termometer mengukur suhu tubuh Conan. Dari alat termometer menunjukkan bahwa suhu tubuhnya berada di 40° Celsius. Athes tercengang mulutnya terbuka dia tidak percaya. Dia menampar wajahnya sendiri, berusaha untuk tersadar. Di
Joana datang ke acara kantor di sebuah restoran mewah. Di dalam sebuah ruangan sudah ada beberapa atasan dari tempat kerjanya, dia terpaksa mengikuti mereka untuk minum.Seorang pria menarik Joana hingga ke depan. “Baiklah tuan, perkenalkan ini adalah Joana Lei, dia adalah manajer IT di perusahaan kami.”“Mari bersulang untuk tuan muda Se Chan,” ucap atasan Joana.Joana sangat risih dengan semua orang yang berada dalam satu ruangan dengannya. Terutama dengan Tuan muda Se Chan. Dia adalah pria Playboy yang gemar mempermainkan wanita.Dia selalu bermain dan bergonta-ganti wanita setiap harinya. Jika di pikirkan lagi tuan muda Se Chan tidaklah seberbakat itu. Bahkan dia lebih di kenal dengan sensasinya, dari pada prestasinya sendiri.Satu jam telah berlalu semua orang sudah setengah mabuk. Joana memiliki tolenransi alkohol yang cukup tinggi, sehingga dia tidak mudah mabuk. Joana sedikit was-was kala tuan muda Se Chan teru
Pada saat ini, setelah Marvel dan Yo Han mengikuti Gerald masuk ke ruang pribadi di sebelah ruangan mereka, dia sedikit tercengang. Tidak hanya dia, bahkan wajah Yo Han yang tampan juga sedikit terkejut. Tidak biasanya Gerald mencampuri urusan orang lain. Dalam ruangan pribadi sangat kacau, piring-piring di atas meja berserakan di lantai. Meja kaca yang harganya puluhan juga itu hancur tak tersisa. Kursi berantakan, tiga orang pria juga sudah terkapar di lantai. Marvel menghela napas beratnya, menganggukkan kepalanya untuk membereskan kekacauan yang Gerald perbuat di tempatnya. Joana yang bersandar di dada Gerald, semakin tak terkendali. Napas maskulin pria yang kuat, membuat hasrat di tubuhnya berapi-api. Seakan membakar seluruh tubuhnya, dia sudah tidak bisa menahannya lagi. Tubuh Joana yang lemah tak berdaya menempel padanya, menciumi leher Gerald, semakin bernafsu menikmati setiap inci kulitnya. Di balik mantel yang menutupi dirinya. Dia semakin m
Di dalam rumah Gerald membaringkan Joana yang masih terlelap. Perlahan dia membawanya ke kamar mandi dan memandikannya sendiri. Joana masih saja terlelap hingga dia mengganti pakaiannya dengan gaun tidur milik mendiang istrinya.Drrtt... drrtt... ponsel Gerald bergetar. Terlihat dari layar adalah nama Marvel, dia pun mengangkatnya.Terdengar dari seberang telepon. “Aku sedang mengendarai mobil ke tempatmu,” Marvel berkata dalam telepon.“Ya, bawakan aku sekotak obat kontrasepsi yang ampuh,” Gerald berkata dan langsung menutup telepon.Satu jam kemudian, Marvel datang membawa sekotak obat di tangannya, dia langsung melemparkannya ke arah Gerald, “Cara penggunaan ada di surat petunjuk, lihatlah sendiri.”Gerald meletakkan obat di atas nakas, dia masuk ke dapur mengambil sebotol bir dingin dan menyerahkannya pada Marvel.Marvel menerima birnya, dia duduk di atas sofa, seraya menyilangkan kakinya. “Masal
Di ruang tamu di dalam mansion, kedua orang tua Lukas sedang berbincang seraya meminum teh. Anak-anak juga berada di sana.“Jadi bagaimana? Kapan kalian akan mengadakan pesta pernikahan?”Lukas menjawab dengan mantap. “Sekitar dua minggu lagi.”“Kami sedang menyiapkan segala sesuatunya. Jika sudah selesai kamu akan memberitahu kalian berdua.”“Baiklah jika begitu, aku harap tidak ada kendali sampai harinya tiba,” Adrian sangat berharap semuanya baik-baik saja. “Lalu bagaimana kalian akan menghadapi pengobatan si sulung Conan?”“Kami akan memulai pengobatannya setelah pesta pernikahan kami selesai.”Adrian menatap Conan yang tengah sibuk dengan laptopnya. Begitu pula dengan Christian yang menempelinya, sekarang fisik mereka terlihat berbeda. Conan terlihat lebih kurus dari terakhir dia melihatnya. Tersirat luka dari tatapan matanya.Raven menepu
“Conan, apa yang ini?” seraya menunjuk pada wajah Conan. Conan sedikit mengulas senyum, tidak beda dengan Lukas sama sekali, senyumannya begitu angkuh. Kakek buyut melihat sekeliling, cicitnya ada di mana-mana, mereka bermain ke sana ke mari, berlarian menabrak apa pun yang ada di depan mereka. Namun berbeda dengan kedua anak kembar Lukas, mereka diam duduk di sofa. Tak banyak yang di lakukan mereka. Hanya menonton Televisi, seraya menunggu acara makan malam di mulai. Setelah perbincangan yang di lewati oleh ketiganya, Kakek buyut sangat menyukai keduanya. Tak hanya cerdas mereka berdua juga bijaksana pada usia yang begitu muda. Di meja makan makanan telah siap. Di meja yang panjang dan besar itu telah duduk banyak keluarga yang hadir. Conan melirik sekeliling mereka. “Jadi ini keluarga besar Ayah,” batinnya. Lukas dan Clarisa telah duduk di barisan depan, sedangkan mereka berdua duduk di barisan anak-anak, se
Lukas membiarkan Conan tidur di kamarnya sedikit lebih lama sebelum dia membawanya kembali pulang. Sedangkan Clarisa bersama dengan mertuanya Adrian Jiang. “Lukas, datanglah padaku sebentar,” pinta sang Kakek. Lukas mengikuti Kakeknya menuju ruang kerja Ayahnya. “Duduklah,” serunya. Segera Lukas duduk di hadapannya. Wajahnya sudah menunjukkan raut yang sedikit tidak baik. “Bagaimana keadaan Putra sulungmu?” tanyanya. “Untuk saat ini tidak apa-apa, hanya saja...” Lukas tidak meneruskan kata-katanya. “Ada apa? Mengapa kau murung seperti itu?” Kakek bertanya dengan sedikit cemas. “Aku sedikit khawatir pengobatannya tidak sesuai dengan harapan kami,” Lukas dengan murungnya dia berkata. Kakek segera berpindah menuju samping Lukas, ditepuk lembut bahunya seraya berkata. “Jangan putus asa, sebelum kalian memulainya.” “Entah itu hasil yang bagus ataupun buruk sekalipun, kalian harus mencobanya terlebih dahulu.”
Hari ini Lukas membawa Clarisa menuju pinggiran kota Jincheng.“Kita akan pergi ke mana?” Clarisa bertanya dengan sedikit bingung.“Kita akan pergi ke tempat Ayahmu,” ucapnya.Clarisa menundukkan kepalanya, dia menghela napas beratnya.“Walaupun dia tidak merestui kita, setidaknya kita sudah memberi tahunnya tentang pesta pernikahan kita,” ujarnya seraya memegang erat tangan Clarisa.Clarisa hanya mengulas senyum tipisnya pada Lukas. “Aku tahu, walaupun dia begitu, tetapi dia tetap Ayahku.”Mobil pun melaju pesat meninggalkan pusat kota Jincheng.Di penjara kini Yunita telah bisa di jenguk, satu minggu lagi dia akan menjalani sidang atas pembunuhan sesama tahanan.Yunita tengah duduk di balik kaca. Mariam Song menatap putrinya. Dia benar-benar terluka, rasanya dia ingin membuat orang yang telah memasukkan putrinya ke penjara itu juga merasakan kepahitan.“
Kabar kematian Conan sudah tersebar pada keluarga maupun para sahabat Lukas. Bahkan Yo Han yang menghilang sejak setahun lalu pun mendengar kabar tentang putra sulung Tuan muda Jiang yang meninggal. Yo Han begitu kaget saat mendapat pesan dari salah satu orangnya yang mengatakan bahwa Putra sulung Lukas meninggal. Yo Han segera naik jet pribadinya untuk sampai ke Jincheng, sedangkan yang lainnya sudah berdatangan ke rumah duka. Lukas terduduk lemah di depan Altar ia bagaikan mayat hidup Lukas kehilangan gairah hidupnya. “Bagaimana dengan Clarisa apa dia sudah tahu tentang kabar Conan?” Joana begitu khawatir tentang mental Clarisa. “Lukas belum memberi tahunya, lagi pula Clarisa masih tidak sadarkan diri setelah menjalani operasi.” Sahut Gerald. “Aku tidak tahu bagaimana perasaan Lukas saat ini yang jelas itu sangatlah menyakitkan.” Raymond menatap iba pada Lukas yang terus memberi hormat pada setiap pelayat. Gerald mengedarkan pandangannya ia
2 bulan penuh Conan berada di rumah sakit, Conan sendiri lebih tahu tentang kondisi tubuhnya ketimbang orang lain. Ia tetap berusaha seceria mungkin dan sesering mungkin ia tersenyum dan tertawa walau hanya gurauan yang garing. Ia terlihat lebih menikmati hidupnya. Conan di pulangkan karena ia ingin tinggal dan dirawat di rumah. Semua orang di mansion menyambutnya, kebahagian mulai menyelimuti keluarga Lukas karena Clarisa juga tengah mengandung anak ketiga Lukas. Orang-orang begitu bahagia begitu pula dengan Conan dan Christian yang akan menjadi calon kakak bagi adiknya saat lahir kelak. “Betapa beruntungnya dia saat lahir nanti sudah memiliki dua Kakak yang sangat tampan dan bisa diandalkan. Aku sangat iri padamu.” Ucap Joana saat berada di mansion. Clarisa hanya tersenyum tipis jika mengingat Conan yang mungkin tidak akan sempat melihat adik kecilnya lahir ke dunia. Lukas masih terus berusaha mencari-cari rumah sakit di luar negeri yang bisa menyembuhkan C
Di depan ruang IGD semua orang menunggu dengan cemas, saat dibawa ke rumah sakit Conan sudah kehilangan kesadarannya. Christian masih shock dengan apa yang menimpa Conan tubuhnya yang basah membuatnya menggigil. Karena terburu-buru mereka melupakan Athes dan juga Christian yang dalam keadaan basah kuyup. “Anakku, tidak apa-apa. Conan pasti baik-baik saja.” Clarisa mendekap Christian dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya. “Sebaiknya kalian berdua berganti pakaian, Jay sudah membawakan pakaian ganti untuk kalian. Pergilah.” Athes dan Christian dibawa pergi oleh Jay sementara Lukas dan Clarisa amasih menunggu kabar tentang Conan. Kaca-kaca yang ada di mata Clarisa pecah begitu saja menyisakan luka bagi Lukas. “Apa ini akhirnya?” Clarisa bertanya dengan terbata-bata. “Berhenti bicara yang tidak-tidak. Kita belum tahu persis keadaannya. Jangan pesimis seperti itu pada hidup Putra kita.” Dokter yang bertugas di IGD datang menghampiri ke
Satu tahun setelah pernikahan Gerald dan Joana keduanya hidup bahagia bersama dengan malaikat kecilnya yang telah mengisi hari-hari keduanya. Suasana rumah Gerald begitu hangat kala suara tangis memenuhi seisi rumah. Walau Gerald sibuk dengan urausan pekerjaan ia tidak pernah mengabaikan putrinya yang belum genap setahun itu. Hari demi hari berlalu dengan begitu cepat tak terasa sudah satu tahun sejak Conan menjalani kemoterapinya. Bukannya semakin membaik kondisi Conan malah memburuk. Kanker yang awalnya stadium 2 kini telah menjadi stadium 3 semakin tipis harapan Conan untuk sembuh sepenuhnya. Clarisa sudah pasrah akan kondisi putra sulungnya setiap malam ketika tak ada seorang pun di kamar ia akan menangis hingga larut malam sampai Lukas pulang ke mansion. Christian yang selalu ceria kini berubah menjadi pendiam ia tak lagi banyak bicara, terkadang ia juga sering menangis di halaman belakang menangisi Conan yang tidak pernah sembuh. Setiap kali ia teringat bagaima
Gerald terdiam membeku ia bagaikan disambar petir di siang bolong saat mendengar pengakuan Joana gelas anggur yang ada di tangannya bahkan lepas dan terjatuh hingga pecahannya bertebaran dimana-mana. Gerald berdiri dari duduknya ia menatap Joana dengan penuh arti sedangkan Joana sendiri hanuya mampu menundukkan kepalanya ke bawah ia takut akan kenyataan jika Gerald tidak menerima kehadiran dah dagingnya sendiri.Hal yang selalu ditakutkan olehnya itu tidak pernah terjadi. Kaca-kaca di dalam mata Gerald telah menggenangi bola matanya yang coklat ia setengah berlutut sembari memegang tangan Joana.“Apa yang kau katakan itu benar adanya?”“Apa kau sedang mengandung anakku?”“Kau tidak bercanda bukan?” Gerald bertanya penuh pengharapan pada jawaban Joana.“Ya, aku mengandung Anakmu.” Ucapnya pelan.Ekspresi Gerald tidak terduga ia begitu bahagia kala mendengar kabar itu. Ia bahkan berjingkrak
Di pagi hari yang cerah Joana terbangun di dalam kamarnya, ia meraih bungkusan kecil dan membawanya masuk ke toilet dengan perasaan deg-degan Joana memberanikan dirinya untuk memeriksa dirinya sendiri. Joana membuka bungkusan test pack dengan tangan gemetar ia memasukannya dalam tempat yang sudah menampung urine nya sendiri. Belakangan ini Joana selalu merasa mual tiap pagi hari, ia juga tidak mendapatkan menstruasinya sudah dua bulan ini ia sedikit cemas. Joana memejamkan matanya ia sedikit takut dengan hasilnya, perlahan ia membuka matanya dan terlihat dengan jelas di alat tes kehamilan itu menunjukkan dua garis merah yang artinya dia positif hamil. Joana tentu saja bergembira akan hal itu namuan, sedetik kemudian ia kembali terdiam. Dirinya tidak tahu bagaimana reaksi Gerald setelah ia tahu bahwa dirinya telah mengandung darah dagingnya. “Bagaimana ini? Aku takut mengatakannya.” Joana berpikir cukup keras tentang apa yang harus ia katakan pada Gerald.
Selepas bersedih Lukas dan Clarisa turun secara bersamaan menuju meja makan karena sudah waktunya sarapan. Conan dan Christian sudah kembali dalam keadaan yang semula seakan tidak ada yang terjadi hanya mata sembab Christian yang tidak bisa berbohong. Dari arah lain Athes masuk menuju ruang tamu dengan membawa obat-obatan yang harus diminum oleh Conan ia meletakannya di meja ruang tamu tampak pemandangan yang sedikit menyakitkan bagi yang melihatnya. "Ayo, makanan sudah siap!" Lukas mengajak semua orang untuk menuju meja makan. Di sana telah banyak hidangan dari mulai makanan pembuka hingga makanan penutup ada di atas meja. Aroma masakan yang tercium semakin membuat orang menjadi lapar kala menghirupnya. Semua orang mulai berjalan menuju meja makan untuk menikmati hidangannya. “Makanlah yang banyak.” Lukas menaruh lauk pada mangkuk kedua putranya tanpa ada yang dibedakan. Christian tersenyum saat menerima lauk yang diberikan oleh ayahnya.
Hari telah berganti menjadi malam sepanjang perjalanan menuju mansion Conan hanya memejam kan matanya. Ia sudah terlalu lelah hari ini Lukas memandangnya dengan tatapan sendu. Sesampainya di mansion Clarisa telah menunggu kedatangan mereka berdua bersama Conan. Terlihat juga Athes ada di ruang tamu menemani Christian. “Apakah tidur?” Clarisa menghampiri Conan. Ia mengangkat sedikit kupluk yang menutupi wajahnya benar saja Conan sudah tertidur. “Ayah,” Christian berhambur memeluk pinggangnya. Lukas melihatnya dengan mengulas senyum hangat. “Bersabarlah, Ayah akan menidurkan Conan lebih dulu. Baru menemnimu sebentar.” Lukas mengusap puncak kepala Christian kemudian berlalu menuju lantai dua dimana kamar Conan berada. “Ibu,” Christian beralih memandang pada Clarisa yang berdiri. Clarisa segera menghampiri Christian ia berusaha menenangkannya. “Tidak apa-apa, Conan hanya kelelahan saja besok pagi ia akan bangun seperti biasanya.” Mendengar
Lukas berjalan dengan anggun menuju tempat Conan berada raut wajah yang tadinya tidak baik itu seketika berubah saat Conan mengulas senyum hangat padanya. Wajah pias itu masih kentara di antara senyum yang menghiasinya. Lukas semakin mendekati keberadaan Conan. Ia setengah berlutut di hadapan Conan. “Apakah sudah lebih baik?” “Eng,” Conan menganggukkan kepalanya pelan sebagai balasan dari pertanyaan Lukas. “Lalu apa kau masih ingin pergi memotong rambutmu?” Lukas kembali bertanya dengan suara yang sedikit bergetar. Senyum hangat itu kembali muncul di wajahnya tangan kecilnya menyentuh pipi Lukas terasa lembut dan begitu dingin saat disentuh olehnya, Lukas menatap matanya yang sendu. “Dingin sekali?” “Aku hanya sedikit kedinginan saja Ayah, tidak perlu dikhawatirkan!” Conan beranjak dari duduknya ia mencoba mencoba menarik tangan besar Lukas agar segera menuju tempat dimana ia akan memotong rambutnya. Lukas menguatkan hatinya lalu mengikuti kem