Cheryl yang kesal karena ancamannya sama sekali tidak mempan pada Eve pun mencoba untuk mencari cara lain untuk membuat perempuan itu menjauh dari kekasihnya. Cheryl tidak bisa tinggal diam melihat mereka semakin dekat, ia ingin membuat Eve benar-benar pergi dari kehidupan Gery.Jadi, malam itu Cheryl memutuskan untuk menghubungi Dave lagi karena merasa belum puas. Ia butuh sesuatu yang lebih daripada sekadar video itu untuk membuat hubungan Gery dengan Eve benar-benar berakhir.“Aku butuh yang lebih daripada itu, Dave,” ucap Cheryl pada Dave sambil duduk menyilangkan kakinya di sofa. Tangan Cheryl terulur menuangkan sampanye ke dalam gelas kaca.“Kau ingin aku melakukan apa lagi? Bukankah kemarin katamu rencanaku sudah berhasil? Hubungan Gery dan Eve sudah renggang, bukan?” jawab Dave dengan dahi berkerut. Dengan sebelah tangannya yang bebas Dave menyulut rokoknya.“Tidak benar-benar berakhir, mereka masih tampak dekat jika dihadapan Nyonya Daphne. Aku ingin hubungan mereka benar-ben
Eve Menghilang!Terbiasa pulang pergi bersama Eve membuat Gery merasa kehilangan saat ia menghentikan kebiasaan tersebut. Kepada sang nenek, pria itu memberi alasan bahwasanya Eve sangat sibuk sehingga tidak bisa mampir seperti biasa. Dan karena tidak mau merepotkan, maka Eve memilih untuk berangkat sendiri. Nyonya Daphne tidak terlalu merisaukan, sebab Gery telah menyakinkan bahwa tidak ada masalah di antara mereka.Gery mengetuk-ngetuk setir. Menunggu lampu merah berganti warna kali ini terasa sangat lama. Entah mengapa sedari kemarin perasaannya benar-benar kacau. Jujur saja, dalam hatinya yang paling dalam ia selalu kepikiran gadis itu meski amarahnya masih belum mereda. Maka dari itu, hari ini ia berangkat lebih pagi dari biasanya. Gery ingin memastikan Eve dalam keadaan baik-baik saja walau, ya, mungkin hatinya akan kembali tersakiti setiap melihat tingkah Eve yang terkesan biasa-biasa saja, seperti memang tidak merasa bahwa telah melakukan hal yang membuat hati Gery terluka.G
"Dave."Gery tersenyum miring mengingat pemilik nama itu. Pecundang mana yang telah memberi jaminan untuk mengeluarkannya dari tahanan? Tepat sekali. Di saat Eve menghilang, dia malah terbebas. Kalau seperti ini, tidak boleh kah dirinya menaruh curiga lagi?Di mana tempat pria itu bersembunyi saat ini? Sangat mudah bagi Gery untuk mencari, lalu mengobrak-abriknya. Tapi bukan itu langkah awal yang tepat, melainkan mencari tahu siapa yang telah membantunya keluar dari penjara. Gila. Pasti orang itu gila!Gery sangat yakin. Hilangnya Eve pasti ada hubungannya dengan ini.Mobil terus melaju membelah malam yang dingin. Rintik-rintik salju mulai berjatuhan, memberi warna pada aspal yang hitam. Beruntung Gery segera tiba di kediaman Foster, membuatnya tak perlu khawatir membeku karena terlalu lama di jalanan.Baru saja pria itu membuka pintu, tiba-tiba muncul sang Oma dengan tatapan khawatir."Kau habis dari mana, Gery?" Wanita itu melangkah mendekati sang cucu. "Sebenarnya ada apa?"Ditemba
Gery terpekur di tempatnya duduk. Ingin percaya bahwa Cheryl tidak ada andil dalam masalah ini, tapi apa alasan dia membebaskan Dave? Sungguh baru kali ini pria itu merasa sangat kacau. Apalagi belum ada kabar apa pun dari Sofia.Kembali Gery menghidupkan ponselnya, menghubungi nomor Cheryl berharap wanita itu mau mengangkat dan memberi penjelasan, tapi percuma, lagi-lagi nomornya diblokir.Tak menyerah, Gery membuka Instagram dan mencari nama Cheryl dan akhiran nama yang bersangkut paut dengan karirnya, berharap wanita itu memiliki akun lain yang dapat dihubungi. Namun ternyata tidak ada, hanya saja muncul gambar poster pameran model di Prancis tanggal 24 November. Mata Gery terbuka lebar. Tak salah, di dalam poster itu adalah gambar kekasihnya.Gery menarik layar ponselnya, melihat tanggalan hari ini. 22 November. Berarti besok. Tiba-tiba dia ingat sesuatu. Gery dengan cepat memasukkan ponselnya ke saku celana dan keluar dari ruangan. Namun betapa terkejutnya ia ketika meja-meja kar
Polisi baru datang ketika Dave sudah tak berdaya. Mereka membelenggu pria itu dan membawanya masuk ke dalam mobil patroli. Eve yang tak berhenti menangis, dituntun oleh Sofia keluar dari gedung kecil itu. Sementara Gery, memilih tetap mengendarai motor milik Arnold dan mengekor di belakang mobil keluarga Foster.Amarah yang beberapa menit lalu membumbung akhirnya kini perlahan reda, meski degup jantung masih bertalu-talu menyesakkan. Setidaknya Gery lega, Dave tidak menyentuh apalagi melukai Eve.Kuda besi itu terus bergerak gagah meski yang menungganginya lelah luar biasa. Gery mengabaikan kepala beratnya dan terus melaju ke arah rumah Eve. Ia merasa bahwa semua ini adalah tanggung jawabnya penuh. Jika bukan gara-gara dirinya, tidak mungkin Eve berada dalam situasi yang pasti akan membuatnya merasa trauma.Kate membuka pintu, dan setelah melihat yang datang adalah sang putri ia pun segera merengkuh tubuh lemah itu. Menciuminya tanpa jeda dengan terus berlinangan air mata."Eve, putri
"Nak, ini sarapannya." James datang dengan mangkuk berisi bubur gandum. Pria itu bergabung dengan anak dan istrinya yang duduk berpelukan di sofa. "Ayah suapin, ya?"Kate tersenyum, sementara Eve tergelak sedikit. "Ayah, Eve, kan, sudah besar." Eve semakin membenamkan kepalanya ke dada sang ibu, membuat James mengingat masa-masa kecil sang putri."Bukan tentang dirimu yang sudah besar, Nak, tapi andaikan kami tetap tidak menyadari bahwa dirimu diculik orang sehingga membuatmu tak dapat kembali pada ayah dan ibu, entah apa yang akan terjadi selanjutnya," batin James perih.Kate yang melihat mata sang suami kembali berkaca-kaca pun berusaha menegakkan punggung sang putri. "Ayo, sudah lama, kan, kamu tidak makan disuapi ayahmu?""Ah, ibu juga kenapa, sih? Jangan bilang kalian melakukan ini karena teringat hampir kehilangan Eve."Kalimat itu, benar-benar menusuk hati James dan Kate dengan sedalam-dalamnya tusukan. Sama sekali tidak salah apa yang diucapkan sang putri. Seketika James meras
"Sofia." Nyonya Daphne meletakkan pisau dan garpunya di atas piring yang sudah kosong. "aku khawatir dengan Eve. Bagaimana kira-kira keadaan gadis itu?" Mata tua wanita itu tampak menerawang jauh. "pasti dia sangat trauma."Sofia yang juga baru saja selesai menyantap sarapannya hanya diam. Wanita itu ingat betul bagaimana Eve membenamkan kepala pada kaki yang ditekuk, menangis, dan meracau sebab tubuhnya menggigil, sementara kening gadis itu sangat panas."Nyonya, sadarlah, Nyonya! Ini saya Sofia!"Tak menjawab, tapi terdengar suaranya gemetaran."Nyonya, jangan begini!" Sofia menarik tubuh Eve dan membawanya dalam pelukan."Lepaskan aku ... aku salah apa ...." Suara itu kian kentara. Seketika hati Sofia terasa teriris. Kasihan sekali gadis ini, bahkan ia tidak tahu sebab dirinya diculik."Nyonya!" Sofia mengangkat paksa wajah Eve. "lihat saya, Nyonya! Saya Sofia! Mari kita pulang!"Dalam kesadaran yang memprihatinkan, Eve tersenyum mengejek. "Kenapa aku terus diberi mimpi yang seakan
Gery baru membuka ponsel saat meeting telah usai. Semua staf sudah keluar dari ruangan 8x4 tersebut, jadi ia bebas berekspresi dalam menanggapi pesan yang berjubel dalam notifikasi alat komunikasinya.Puluhan panggilan tak terjawab dari Cheryl, membuat kening Gery mengernyit. Selanjutnya, dengan tenang ia membuka pesan dari gadis itu."Gery angkat teleponnya!"Gery memulai membaca dari pesan yang paling atas."Gery, aku mau berbicara!""Gery, kamu di mana?""Gery, tolong angkat teleponnya! Aku mau berbicara!""Gery, cepat beri klarifikasi ke publik bahwa sesungguhnya dalang di balik penculikan Eve bukan aku! Dave! Hanya Dave yang merencanakan itu bukan aku!"Gery memejam. Sungguh, ia benar-benar merasa asing dengan Cheryl yang saat ini. Gadis itu semakin lama semakin terlihat perubahannya. Bukan bertambah baik, tapi ... ah! Sungguh, Gery dulu memang sangat mencintainya, tapi semenjak gadis itu membuat ulah, rasanya cintanya perlahan menguap."Gery, kamu sudah online tapi kenapa tidak
“Pranggg ….!”Suara nyaring gelas yang dilemparkan ke lantai memenuhi pendengaran penghuni keluarga Andrew. Seorang wanita keluar dari dapur dengan langkah terburu-buru. Dia pelayan di rumah Cheryl. Wanita itu segera bergegas menghampiri sumber suara yang memecah keheningan pagi. Perempuan bernama Ruth itu tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar Cheryl.Di sana ia melihat pemandangan yang akhir-akhir ini makin sering terjadi dan memilukan.Cheryl sedang berdiri di dekat jendela, berdiri menatap halaman depan rumah.Ruth segera mengambil sapu dan memunguti sisa-sisa pecahan gelas itu tanpa berkata apa-apa. Ia tahu sang nona rumah sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Perempuan itu baru bekerja tiga bulan di rumah keluarga orang tua Cheryl sejak gadis itu dirawat di rumah sakit. Dari hari ke hari Ruth merasa pekerjaannya semakin berat karena akhir-akhir ini Cheryl sering histeris dan mengamuk tidak jelas.“Biarkan saja di sana,” cegah Cheryl ketus saat melihat Ruth memunguti pecahan pi
“Pranggg ….!”Suara nyaring gelas yang dilemparkan ke lantai memenuhi pendengaran penghuni keluarga Andrew. Seorang wanita keluar dari dapur dengan langkah terburu-buru. Dia pelayan di rumah Cheryl. Wanita itu segera bergegas menghampiri sumber suara yang memecah keheningan pagi. Perempuan bernama Ruth itu tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar Cheryl.Di sana ia melihat pemandangan yang akhir-akhir ini makin sering terjadi dan memilukan.Cheryl sedang berdiri di dekat jendela, berdiri menatap halaman depan rumah.Ruth segera mengambil sapu dan memunguti sisa-sisa pecahan gelas itu tanpa berkata apa-apa. Ia tahu sang nona rumah sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Perempuan itu baru bekerja tiga bulan di rumah keluarga orang tua Cheryl sejak gadis itu dirawat di rumah sakit. Dari hari ke hari Ruth merasa pekerjaannya semakin berat karena akhir-akhir ini Cheryl sering histeris dan mengamuk tidak jelas.“Biarkan saja di sana,” cegah Cheryl ketus saat melihat Ruth memunguti pecahan pi
“Maaf, aku minta maaf karena belum bisa peka dengan apa yang kamu rasakan. Maaf karena sudah membuatmu cemburu dan sakit hati, Eve,” bisik Gery pelan. Sekarang ini keduanya masih berpelukan, bahkan pelukan itu semakin menguat saat Gery membisikkan kata-kata itu.Gery merasa bersalah. Sebab kemarin pun tadi dirinya tidak menjelaskan apa pun pada Eve. Walaupun apa yang Eve lihat tadi tidak sepenuhnya benar. Eve sepertinya memang tidak melihat kejadian itu sampai akhir hingga akhirnya menyimpulkan begitu.Saat merasa jika Eve sudah lebih tenang, Gery pun mencoba melepas pelukan keduanya. Laki-laki itu menatap dalam dan penuh kasih ke arah netra Eve. Eve lagi-lagi dibuat tersipu karena mendapatkan perlakuan manis dari Gery. Eve lantas menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Kedua tangannya juga saling bertautan dan memelintir ujung bajunya. Gery tersenyum tipis saat melihat bagaimana gemetarnya tangan Eve itu.Entah apa yang membuat Eve begitu malu. Gery tidak tahu. En
“Aku tidak bisa diam saja. Eve kasihan sekali. Dia terlihat sangat sedih tadi. Aku harus melakukan sesuatu sekarang juga!” putus Cindy cepat.“Enak saja mereka sudah buat sahabatku sakit hati tapi tidak merasa bersalah sedikit pun. Dan Gery juga kurang ajar sekali! Dasar laki-laki!” Cindy bersungut-sungut. Rasa kesalnya sungguh tidak bisa ditahan lagi.Dia hanya tidak mau jika sahabatnya bersedih karena Gery atau siapa pun itu. Walaupun Gery adalah kekasih Eve tetapi dia sangat tidak rela jika laki-laki itu menyakiti Eve. Cindy tidak akan tinggal diam jika hal itu terjadi.Cindy masih teringat bagaimana sembab juga merahnya wajah Eve tadi. Ucapannya pun begitu menyayat hati. Rasanya, sahabatnya itu terlihat buruk sekali. Eve sendiri sudah pulang sekarang ini. Karena itulah dirinya berani berkata-kata kasar juga mengumpati kekasih Eve itu.Tanpa menunggu lagi, Cindy bergegas bangkit dari kursinya dan menuju mobilnya. Cindy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah dua ouluh m
Di perjalanan, tepatnya di dalam mobil Gery yang sedang menuju kantor Eve hanya diam membisu. Gery yang melihatnya pun sedikit heran, tetapi dia tidak berniat sedikit pun untuk bertanya. Dia berpikir jika mungkin saja Eve sedang tidak ingin berbicara.Sampai di kantor, Eve pun tak juga bersuara. Wanita cantik itu bahkan langsung turun tanpa berpamitan pada Gery yang masih duduk di kursi kemudi. “Ada apa sebenarnya dengan Eve? Kenapa sikapnya begitu berbeda?” Gery bertanya-tanya, tetapi tak berlangsung lama. Laki-laki itu menggeleng kemudian turun dan masuk ke ruangannya. Di ruangannya, Eve langsung mendudukkan dirinya dengan sedikit kasar di kursi kerjanya. Hatinya sakit. Perasaannya tak keruan sekarang. Dirinya pun bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri padahal tadi dia sendirilah yang menyetujui permintaan Ny. Andrews. Akan tetapi, sekarang dirinya malah merasa menyesal.Sebenarnya, Eve tidak ingin jika Gery menyadari sikap cemburunya. Namun, entah kenapa sangat sul
Pagi ini, Eve dan Gery memang sudah memiliki janji untuk menjenguk Cheryl yang masih berada di rumah sakit. Keduanya akan pergi bersama. Semua itu atas inisiatif Eve yang ingin menjenguk dan melihat bagaimana keadaan Cheryl sekarang ini. Sebagai sesama wanita, Eve pun merasa sangat iba pada Cheryl. Apalagi setelah tahu jika selama ini wanita cantik berprofesi sebagai model itu tidak terlalu mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Hati Eve ikut sesak mendengarnya. Eve sekarang ini sedang bersiap di kamarnya. Dia sengaja melakukan semua rutinitasnya dengan santai karena Gery sendiri tidak keberatan jika harus menunggunya. Karena itulah Eve sedikit memanfaatkannya untuk bersantai ria.Dering ponselnya membuat Eve harus meletakkan bedak yang baru saja akan dipakainya. Dengan sedikit malas, Eve mengambil ponselnya. Namun, sedetik kemudian senyumnya mengembang saat tahu siapa yang meneleponnya sekarang.Tanpa membuang waktu, Eve lantas menerimanya dan bersuara. “Halo?”“Halo, Eve. Apa ka
“Saya pamit. Semoga Cheryl segera pulih supaya tidak menjadi beban bagi orang lain lagi,” ucap Ny. Daphne seraya menyindir.Ny. Andrews menampilkan senyumannya, dari raut wajahnya tampak dia terpaksa. Ucapan Ny. Daphne memang menohok, cukup membuat Ny. Andrews tak berkutik.“Terima kasih telah berkenan menjenguk Cheryl, Ny. Daphne,” balas Ny. Andrews.“Sama-sama. Sampaikan salam saya ketika dia sadar,” ujar Ny. Daphne.“Baik, Ny. Daphne. Sekali lagi, saya sangat berterima kasih atas kunjungannya.”Ny. Daphne keluar meninggalkan ruangan bersama Sofia. Ny. Andrews mengantarnya hingga depan pintu ruangan. Ny. Andrews menatap kepergian Ny. Daphne dan Sofia hingga mereka menghilang dari pandangannya.Ny. Andrews kembali masuk ke dalam ruangan putrinya. Dia menatap Cheryl dengan intens. Ny. Andrews menginginkan Cheryl segera pulih, dia ingin putrinya kembali seperti sedia kala.Ny. Andrews duduk di samping ranjang. Melihat putrinya yang tak berdaya serta dipenuhi alat medis di badannya memb
Sudah tiga hari Gery rutin menjenguk Cheryl. Dia sebenarnya ingin berhenti saja, tetapi Ny. Andrews terus mengiba. Ny. Andrews ingin Cheryl kembali pulih secepatnya.“Saya sudah berusaha, Tante, tapi Cheryl belum juga pulih seperti semula. Memangnya mau sampai kapan saya harus begini?”Gery tentu saja kesal, karena pekerjaannya juga menjadi terganggu. Eve mengelus tangan Gery, berharap dia lebih sabar lagi untuk membantu kesembuhan Cheryl.“Saya minta maaf karena waktumu terganggu. Tapi mohon, bantu saya sedikit lagi. Saya yakin Cheryl akan segera pulih jika kamu terus menjenguknya ke sini,” ujar Ny. Andrews.“Iya, Gery. Sedikit lagi saja, aku juga yakin Cheryl akan segera pulih,” tambah Eve.Mereka kini tengah berada di rumah sakit, tepatnya dalam ruangan di mana Cheryl dirawat. Gery melirik ke arah Cheryl yang masih terbaring lemah, belum sepenuhnya sadar. Dalam hatinya, Gery berharap Cheryl segera pulih supaya dia tidak perlu berurusan lagi dengan Ny. Andrews.“Baiklah,” ucap Gery
“Eve!” panggil Bu Kate seraya mengetuk pintu kamar putrinya.“Iya, Ibu,” sahut Eve dari dalam.“Ibu boleh masuk?” tanya Bu Kate.“Masuk saja, Ibu,” balas Eve.Eve sedang merias wajahnya dengan sedikit polesan make up. Gadis itu duduk di hadapan cermin, wajahnya tampak sangat cantik. Bu Kate tersenyum ketika melihat putrinya.“Gery sudah menunggu di depan,” ujar Bu Kate.“Benarkah?” tanya Eve.Bu Kate mengangguk, Eve segera merampungkan riasan pada wajahnya. Eve tak mau Gery terlalu lama menunggunya. Eve mengambil tas selempangnya, lalu memakai sepatu.“Kalau begitu, Eve pergi dulu,” pamit Eve.Eve berpamitan pada Bu Kate, dia berjalan menuju depan rumahnya. Ternyata benar saja, Gery sudah duduk ditemani secangkir kopi.“Sudah selesai?” tanya Gery.Eve mengangguk, Gery tersenyum tipis. Gery masuk ke dalam terlebih dahulu untuk berpamitan pada Bu Kate. Setelahnya, Gery dan Eve berjalan menuju mobil yang telah terparkir.Gery membukakan pintu mobil untuk Eve. Setelah itu, dia mengitari m