Richie langsung membawa Kimi ke UGD. Di sana perawat langsung mengecek kondisi Kimi begitu masuk ke ruang pemeriksaan.“Apa mulasnya sudah semakin sering?” tanya perawat sambil mengecek tekanan darah Kimi.“Agak jarang, tapi ini sangat sakit,” jawab Kimi sambil menahan kontraksi yang tidak teratur.Richie begitu cemas, hingga terus menggenggam erat telapak tangan Kimi. Bukan hanya Kimi yang merasakan sakit saat akan melahirkan, tapi Richie juga merasakannya.“Apa sudah bisa dilakukan tindakan, istriku sangat kesakitan?” tanya Richie yang cemas akan kondisi Kimi.“Baru pembukaan lima, Pak. Kita masih harus menunggu sampai pembukaan sempurna,” jawab perawat yang memang tidak bisa berbuat banyak.“Dokter yang biasa mengecek kondisi dokter Kimi juga sudah dihubungi dan kini sedang dalam perjalanan kemari,” ujar perawat itu lagi.Richie bingung harus bagaimana, sedangkan dia tidak tega melihat Kimi yang meringis kesakitan.“Apa masih sakit?” tanya Richie. Ditatapnya wajah Kimi yang sedikit
Kimi sudah dipindah ke ruang inap biasa. Richie sejak tadi pun terus menemani dan tidak ada niat untuk meninggalkan istrinya itu, bahkan Richie tidak berkeinginan melihat bayi mereka yang sedang dibersihkan perawat.Sara juga yang lainnya datang ke rumah sakit termasuk Nova, setelah Richie memberi kabar. Mereka kalang kabut karena Kimi melahirkan saat mereka baru saja membuka mata.“Lihat, dia sangat cantik.” Puji Nova saat menggendong bayi Kimi.“Hidungnya sangat mancung,” ucap Sara yang berdiri di samping Nova.Para nenek berebut bayi mungil yang baru saja berumur beberapa jam itu. Mereka sama-sama ingin mendapatkan kesempatan untuk menggendong dan menimang.Berbeda dengan para nenek yang berebut cucu. Richie malah memilih fokus ke Kimi yang masih sedikit lemah meski tak seperti tadi saat di UGD. Dia menatap wajah Kimi yang masih pucat, satu tangan terus menggenggam telapak tangan Kimi seolah enggan melepas.Kimi memperhatikan Richie, merasa aneh karena sang suami sejak tadi terliha
Usia bayi Kimi dan Richie memasuki dua minggu. Setiap harinya Kimi dan Richie menjaga Marsha bergantian. Kimi akan sibuk menjaga Marsha di saat siang hari, sedangkan malam hari Richie lah yang akan menjaga saat Marsha terbangun.Seperti malam ini, sama seperti malam-malam sebelumnya. Richie terbangun karena Marsha menangis karena mengompol.“Biar aku saja,” ucap Kimi mencoba membuka lebar kelopak matanya. Dia tahu jika seharian Richie sudah bekerja, malam pun masih bergantian menjaga Marsha.“Tidak usah, kamu istirahat saja. Biar aku yang mengganti popoknya,” ujar Richie mencegah Kimi bangun.Kimi tidak tega melihat Richie harus terjaga setiap malam, meski suaminya berkata dan meminta dia untuk istirahat lagi, kenyataannya Kimi tidak bisa tidur begitu saja.Kimi bangun dan memperhatikan Richie yang sedang mengganti popok Marsha. Richie menjadi sosok ayah yang sangat perhatian dan bertanggung jawab selama dua minggu ini.Marsha masih menangis meski sudah diganti popok, ternyata bayi mu
Kimi panik saat mengetahui Richie sakit, belum lagi wajah suaminya begitu pucat dan Richie pun enggan bangun karena tubuh lemas dan suhu badan yang hampir empat puluh derajat Celsius saat diperiksa dengan termometer. Kimi pun memutuskan mengambil ponselnya, kemudian menghubungi Sara.“Halo, Mi.”“Halo, Kim. Ada apa?” tanya Sara dari seberang panggilan.“Mami bisa ke sini? Richie sakit, Mi. Aku tidak bisa mengurus Marsha dan Richie bersamaan,” ujar Kimi menjawab pertanyaan Sara.“Kamu tenang jangan panik! Mami akan segera ke sana.”Kimi bersyukur sang mami mau datang ke rumahnya. Setidaknya Sara bisa membantunya mengurus Marsha, selagi dia mengurus Richie.Marsha sendiri sudah tertidur pulas setelah kenyang. Bayi mungil itu tidur di samping Richie dan hanya terhalang guling.Kimi duduk di tepian ranjang, menatap Richie yang masih memejamkan mata. Tangannya terulur, sebelum kemudian menyentuh kening Richie dan mengusapnya lembut.“Kimi,” lirih Richie saat merasakan sentuhan tangan Kimi
Hari itu rumah Kimi dan Richie ramai dengan banyak orang yang datang ke sana. Pasangan suami istri itu mengadakan aqiqah di rumah sendiri, sebab ingin menciptakan momen di acara si kecil.Biru dan Segara ada di sana, berdiri di samping baby box, sambil menatap Marsha yang sedang tidur.“Kenapa adik bayi ditaruh di kotak, Biru ga bisa pegang?” Biru menelusupkan tangan di sela pembatas baby box, hendak meraih bayi Kimi tapi tidak sampai.“Kita ga boleh ganggu tidurnya adik bayi,” ucap Segara.Keduanya masih terbengong menatap bayi Kimi, hingga Kimi menghampiri saat melihat Biru dan Segara yang terdiam memandang bayinya.“Acaranya mau dimulai, Biru dan Segara ikut keluar ya,” kata Kimi. Dia menggendong Marsha yang masih tidur.Kedua bocah kembar itu tidak paham dengan acara yang sedang berlangsung, keduanya memilih berlari keluar meninggalkan Kimi.Acara aqiqah pun dimulai, prosesi demi prosesi dilaksanakan dengan khidmat. Hingga tiba saatnya mencukur rambut bayi mungil yang kini berada
Tahun demi tahun pun berlalu, kini bayi mungil yang sudah diharapkan sejak lama, tumbuh menjadi balita yang menggemaskan.Marsha kini sudah berusia empat tahun. Balita itu sangat aktif dan tidak bisa diam sama sekali, membuat Kimi terkadang kewalahan menghadapi putrinya sendiri.“Marsha! Marsha!” teriak Kimi memanggil nama putrinya.Kimi sedang bersiap-siap karena akan pergi ke suatu tempat bersama sang suami, tapi Marsha malah main entah di mana saat kedua orangtuanya sudah siap pergi.“Coba cari di kamarnya,” kata Richie.Kimi mengangguk, kemudian pergi ke kamar Marsha untuk melihat apakah putrinya ada di sana.“Marsha!” Kimi membuka pintu dan mengedarkan pandangan, hingga betapa terkejutnya dia ketika melihat apa yang sedang dilakukan putrinya.“Astaga, Marsha! Kamu ngapain?”Kimi syok melihat Marsha memanjat jendela. Gadis kecilnya itu sudah mengenakan gaun cantik, tapi malah memanjat jendela seperti anak lelaki.Richie langsung menghampiri karena mendengar suara teriakan Kimi, hi
Marsha kecil berdiri dan hanya mendengarkan obrolan orang dewasa, sehingga gadis kecil itu pun merasa bosan. Marsha menatap Kimi yang berdiri di samping Richie, hingga bocah itu pergi keluar ruangan pesta, tanpa sepengetahuan mami dan papinya.“Bosan,” keluh Marsha sambil berjalan keluar.Gadis itu berjalan keluar rumah sakit, terlihat celingukan menoleh ke kanan dan kiri, bingung mau apa dan ke mana. Hingga Marsha melihat kunang-kunang yang berterbangan di bawah pohon besar di halaman parkir rumah sakit. Dia lantas mendekat karena merasa itu sangat indah.Marsha terlihat begitu senang, sesekali menengadahkan tangan dan berharap kunang-kunang itu mau hinggap di tangan, tapi ternyata tidak.“Kenapa tidak mau hinggap?” Marsha mengerucutkan bibir.Saat Marsha sedang asyik mengejar kunang-kunang ke sana kemari, tiba-tiba ada seorang remaja laki-laki berumur delapan belas tahun mendekat dan memperhatikan apa yang sedang dilakukan Marsha.Remaja laki-laki itu bernama Jeremy, dia terus menga
Hari itu Sara mengajak Marsha pergi jalan-jalan bersama Segara dan Biru. Anak kembar Mina itu sekarang sudah besar, tentunya tidak merepotkan jika Sara sendirian yang menjaga.“Marsha mau es krim, es krim.” Marsha yang digandeng Sara, terus menunjuk ke stand es krim yang ada di mall.“Biru juga mau, Oma.” Biru ikutan Marsha karena melihat es krim yang tampak enak.Sara melihat stand es krim yang ramai, karena cemas jika mengajak anak-anak ke sana, akhirnya Sara meminta Biru dan Segara untuk menunggu di dekat sana.“Biru, Segara, kalian jaga Marsha. Oma belikan es krim sebentar,” kata Sara.Biru dan Segara mengangkat tangan lantas seperti hormat untuk mengiakan perkataan Sara.Nenek tiga cucu itu pun tersenyum, hingga menatap Marsha yang terlihat anteng berdiri di antara Biru dan Segara.“Ya sudah, Oma belikan dulu,” kata Sara.Segara dan Biru menunggu sambil menjaga Marsha, hingga keduanya tiba-tiba melihat sebuah mainan di toko mainan tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.“