Kimi panik saat mengetahui Richie sakit, belum lagi wajah suaminya begitu pucat dan Richie pun enggan bangun karena tubuh lemas dan suhu badan yang hampir empat puluh derajat Celsius saat diperiksa dengan termometer. Kimi pun memutuskan mengambil ponselnya, kemudian menghubungi Sara.“Halo, Mi.”“Halo, Kim. Ada apa?” tanya Sara dari seberang panggilan.“Mami bisa ke sini? Richie sakit, Mi. Aku tidak bisa mengurus Marsha dan Richie bersamaan,” ujar Kimi menjawab pertanyaan Sara.“Kamu tenang jangan panik! Mami akan segera ke sana.”Kimi bersyukur sang mami mau datang ke rumahnya. Setidaknya Sara bisa membantunya mengurus Marsha, selagi dia mengurus Richie.Marsha sendiri sudah tertidur pulas setelah kenyang. Bayi mungil itu tidur di samping Richie dan hanya terhalang guling.Kimi duduk di tepian ranjang, menatap Richie yang masih memejamkan mata. Tangannya terulur, sebelum kemudian menyentuh kening Richie dan mengusapnya lembut.“Kimi,” lirih Richie saat merasakan sentuhan tangan Kimi
Hari itu rumah Kimi dan Richie ramai dengan banyak orang yang datang ke sana. Pasangan suami istri itu mengadakan aqiqah di rumah sendiri, sebab ingin menciptakan momen di acara si kecil.Biru dan Segara ada di sana, berdiri di samping baby box, sambil menatap Marsha yang sedang tidur.“Kenapa adik bayi ditaruh di kotak, Biru ga bisa pegang?” Biru menelusupkan tangan di sela pembatas baby box, hendak meraih bayi Kimi tapi tidak sampai.“Kita ga boleh ganggu tidurnya adik bayi,” ucap Segara.Keduanya masih terbengong menatap bayi Kimi, hingga Kimi menghampiri saat melihat Biru dan Segara yang terdiam memandang bayinya.“Acaranya mau dimulai, Biru dan Segara ikut keluar ya,” kata Kimi. Dia menggendong Marsha yang masih tidur.Kedua bocah kembar itu tidak paham dengan acara yang sedang berlangsung, keduanya memilih berlari keluar meninggalkan Kimi.Acara aqiqah pun dimulai, prosesi demi prosesi dilaksanakan dengan khidmat. Hingga tiba saatnya mencukur rambut bayi mungil yang kini berada
Tahun demi tahun pun berlalu, kini bayi mungil yang sudah diharapkan sejak lama, tumbuh menjadi balita yang menggemaskan.Marsha kini sudah berusia empat tahun. Balita itu sangat aktif dan tidak bisa diam sama sekali, membuat Kimi terkadang kewalahan menghadapi putrinya sendiri.“Marsha! Marsha!” teriak Kimi memanggil nama putrinya.Kimi sedang bersiap-siap karena akan pergi ke suatu tempat bersama sang suami, tapi Marsha malah main entah di mana saat kedua orangtuanya sudah siap pergi.“Coba cari di kamarnya,” kata Richie.Kimi mengangguk, kemudian pergi ke kamar Marsha untuk melihat apakah putrinya ada di sana.“Marsha!” Kimi membuka pintu dan mengedarkan pandangan, hingga betapa terkejutnya dia ketika melihat apa yang sedang dilakukan putrinya.“Astaga, Marsha! Kamu ngapain?”Kimi syok melihat Marsha memanjat jendela. Gadis kecilnya itu sudah mengenakan gaun cantik, tapi malah memanjat jendela seperti anak lelaki.Richie langsung menghampiri karena mendengar suara teriakan Kimi, hi
Marsha kecil berdiri dan hanya mendengarkan obrolan orang dewasa, sehingga gadis kecil itu pun merasa bosan. Marsha menatap Kimi yang berdiri di samping Richie, hingga bocah itu pergi keluar ruangan pesta, tanpa sepengetahuan mami dan papinya.“Bosan,” keluh Marsha sambil berjalan keluar.Gadis itu berjalan keluar rumah sakit, terlihat celingukan menoleh ke kanan dan kiri, bingung mau apa dan ke mana. Hingga Marsha melihat kunang-kunang yang berterbangan di bawah pohon besar di halaman parkir rumah sakit. Dia lantas mendekat karena merasa itu sangat indah.Marsha terlihat begitu senang, sesekali menengadahkan tangan dan berharap kunang-kunang itu mau hinggap di tangan, tapi ternyata tidak.“Kenapa tidak mau hinggap?” Marsha mengerucutkan bibir.Saat Marsha sedang asyik mengejar kunang-kunang ke sana kemari, tiba-tiba ada seorang remaja laki-laki berumur delapan belas tahun mendekat dan memperhatikan apa yang sedang dilakukan Marsha.Remaja laki-laki itu bernama Jeremy, dia terus menga
Hari itu Sara mengajak Marsha pergi jalan-jalan bersama Segara dan Biru. Anak kembar Mina itu sekarang sudah besar, tentunya tidak merepotkan jika Sara sendirian yang menjaga.“Marsha mau es krim, es krim.” Marsha yang digandeng Sara, terus menunjuk ke stand es krim yang ada di mall.“Biru juga mau, Oma.” Biru ikutan Marsha karena melihat es krim yang tampak enak.Sara melihat stand es krim yang ramai, karena cemas jika mengajak anak-anak ke sana, akhirnya Sara meminta Biru dan Segara untuk menunggu di dekat sana.“Biru, Segara, kalian jaga Marsha. Oma belikan es krim sebentar,” kata Sara.Biru dan Segara mengangkat tangan lantas seperti hormat untuk mengiakan perkataan Sara.Nenek tiga cucu itu pun tersenyum, hingga menatap Marsha yang terlihat anteng berdiri di antara Biru dan Segara.“Ya sudah, Oma belikan dulu,” kata Sara.Segara dan Biru menunggu sambil menjaga Marsha, hingga keduanya tiba-tiba melihat sebuah mainan di toko mainan tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.“
Marsha pergi sendirian karena tadi melihat anak kecil lain membawa balon berbentuk hello kitty. Gadis kecil itu mengikuti, tapi sayangnya kehilangan jejak, hingga akhirnya celingukan sendiri karena bingung berada di mana.Marsha menengok ke kanan dan kiri, bingung mau pergi ke arah mana. Dia sampai garuk-garuk kepala, mau mencari Sara dan kakak kembarnya, tapi juga tidak tahu.Kebetulan, remaja bernama Jeremy yang bertemu dengan Marsha di peresmian rumah sakit Kimi beberapa saat yang lalu sedang berjalan-jalan di mall, hingga melihat anak kecil yang terlihat kebingungan. Jeremy mendekat dan mencoba mengecek apakah anak kecil itu tersesat.“Dia?” Jeremy mengerutkan dahi saat sadar siapa yang dilihatnya.“Bukankah dia gadis kecil bandel yang waktu itu di peresmian rumah sakit?”Jeremy tahu kalau Marsha adalah cucu dari teman neneknya.“Jer, mau ke mana?” tanya teman Jeremy yang memang datang bersama remaja itu.“Sebentar,” jawab Jeremy mendekat ke arah Marsha berdiri. Meninggalkan teman
Kimi mulai pusing dengan tingkah Marsha yang melebihi anak seusianya, bahkan kenakalan Biru dan Segara, tidak ada apa-apanya dengan Marsha yang masih berumur empat tahun.Sore itu Marsha keluar dari rumah, lalu melempar batu hingga mengenai kaca mobil tetangga Kimi, tentu saja hal itu membuat Kimi harus terkena omelan dari tetangganya, kemudian mengganti rugi kerusakan yang dibuat Marsha.Sekarang, Marsha duduk berhadapan dengan Kimi dan Richie. Kimi terlihat murka, bukan masalah uang yang dikeluarkan untuk ganti rugi, tapi dia mencemaskan Marsha, takut jika orang lain bertindak kasar terhadap putrinya yang memang susah diatur.“Kapan kamu bisa berhenti bandel, Sha. Kamu ini masih kecil, kenapa suka melakukan hal-hal berbahaya? Apa kamu tahu resikonya saat melempar batu itu? Bagaimana kalau pemiliknya tadi marah dan langsung memukulmu?” Kimi terlihat cemas tapi juga marah.“Marsha tidak nakal, Mi. Marsha hanya lagi ngejar kucing yang nyuri ikan,” jawab Marsha membantah ucapan Kimi.“N
Marsha pergi ke kamar Kimi, hingga melihat sang mami yang duduk di tepian ranjang dan terlihat begitu sedih. Dia pun mengetuk pintu, lantas masuk meski Kimi tidak mempersilakan.“Mi.” Marsha mendekat dengan sedikit rasa bersalah, terutama ketika melihat maminya yang sedih.Kimi tidak menjawab panggilan Marsha, memilih memalingkan wajah untuk menyembunyikan kesedihannya.“Mi, aku minta maaf,” ucap Marsha sambil duduk di samping Kimi. Dia bahkan menyentuh telapak tangan Kimi agar maminya itu mau menoleh ke arahnya.Kimi akhirnya menoleh, kemudian menatap Marsha yang terlihat menyesal.“Mami marah ke kamu, bukan berarti Mami itu benci atau tidak menyukaimu, Marsha. Mami itu sayang sama kamu, takut jika terjadi sesuatu kepadamu,” balas Kimi akhirnya mau bicara. Sedangkan Marsha hanya diam mendengar ucapan Kimi.“Kamu itu anak satu-satunya Mami dan Papi, jika terjadi sesuatu kepadamu, apa yang akan kami lakukan? Mami pasti akan merasa bersalah,” ujar Kimi kemudian.Marsha hanya diam, bahka
Malam itu rumah Richie terlihat ramai dengan pria dan wanita yang berpakaian pelayan, rapi dan seragam. Mereka tampak mondar-mandir mengeluarkan makanan juga minuman kemudian menatanya di meja-meja yang terdapat di ruang tamu yang disulap menjadi tempat pesta.Richie dan Kimi ternyata merayakan Anniversary pernikahan mereka yang ke 19. Mereka kali merayakan dengan cara hal yang tidak biasa karena Richie ingin menyenangkan Kimi.“Hati-hati membawa kuenya.” Seorang pelayan terlihat mengomando beberapa pelayan pria yang sedang membawa masuk kue anniversary Kimi dan Richie.Kue dengan tinggi satu meter itu, terlihat cukup mewah dan indah.Orang-orang di sana sibuk ke sana-kemari mengatur tempat pesta itu, mereka harus sudah siap sebelum tamu undangan datang.Di kamar, Kimi baru saja selesai berdandan. Wanita itu terlihat masih cantik dan anggun di usianya saat ini.“Kamu sangat cantik.” Puji Richie sambil memeluk Kimi dari belakang.“Aku memang cantik sejak dulu, jangan merayu,” balas kim
Hari itu Kimi pergi ke tempat Sara, entah kenapa dia ingin sekali datang ke sana setelah beberapa hari ini keluar kota dan sibuk dengan pekerjaan. Dia juga sekalian ingin memberikan oleh-oleh yang dibelinya saat pergi bersama Richie.“Tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini, ga ke rumah sakit?” tanya Sara saat melihat Kimi datang sendiri.“Habis ini mau ke rumah sakit, tapi aku memang sengaja ingin mampir ke sini,” jawab Kimi.Kimi masuk dan meletakkan barang bawaannya ke meja makan, sedangkan Sara memperhatikan apa yang dibawa putrinya itu.“Kamu bawa apa?” tanya Sara.“Kemarin aku ikut Richie ke luar kota karena ada urusan bisnis, aku belikan sedikit oleh-oleh buat Mami sama Papi,” jawab Kimi kemudian merekahkan senyum.Sara senang karena Kimi masih memberinya banyak perhatian meski sibuk dengan urusan keluarga dan pekerjaan.Kimi merangkul lengan Sara, lantas mengajak sang mami berjalan menuju sofa. Dia hendak bermanja ke sang mami, meski sadar jika sudah bukan lagi anak-anak.Kimi me
“Kamu seharusnya tidak seperti itu, Sya.”Richie bicara setelah Kimi pergi, ditatapnya Marsha yang terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.“Tidak seperti itu apa sih, Pi? Bukankah aku sudah bilang jika memang punya pacar, papi dan mami juga tidak protes. Kenapa sekarang marah?” Marsha tidak mau disalahkan soal dirinya yang pergi berpacaran.“Mami dan Papi memang tidak protes kamu berpacaran, tapi bukan berarti kami akan diam kalau kamu berbohong. Mamimu hanya mempermasalahkan kenapa kamu berbohong, apa karena kini punya pacar, jadi membuatmu juga suka berbohong?” Richie bicara sambil menatap tajam Marsha, agar putrinya itu tahu kalau dirinya tidak bercanda.Marsha terlihat bingung mendengar ucapan ayahnya, hingga kemudian membalas, “Aku ‘kan takut kalau kalian marah.”“Sekarang kami semakin marah karena sikap kamu ini. Kamu tidak memikirkan perasaan dan kecemasan kami, Sya. Misal kamu berbohong pergi bersama Zie, tapi kenyataannya tidak, lalu terjadi sesuatu kepadamu, kami bisa ap
Marsha sangat terkejut melihat Kimi yang berjalan cepat ke arahnya bersama sang ayah. Baru saja Kimi berkata kalau masih di luar kota, bagaimana bisa sekarang sudah berada di sana.“Mati aku,” gumam Marsha ketakutan.Andro terlihat bingung melihat Marsha yang ketakutan, hingga menoleh ke arah Marsha memandang dan melihat orangtua Marsha yang sedang mendekat.“Ndro, kamu kabur saja dulu. Takutnya Mami nanti ngamuk! Perintah Marsha sambil mendorong lengan Andro agar segera pergi meninggalkan dirinya.Andro panik saat Marsha memintanya pergi, dia pun berpikir untuk kabur agar tidak mendapatkan masalah.“Baiklah, kamu tidak apa-apa menghadapi kedua orangtuamu sendirian?” tanya Andro yang sudah bersiap pergi.“Tidak apa-apa, buruan sana!” Marsha mendorong tubuh Andro agar segera pergi.Andro pun akhirnya pergi sebelum Kimi dan Richie sampai di sana. Namun, dia pun berjalan seolah sedang menikmati suasana car free day dan tidak berlari karena takut mencurigakan.Kimi menyipitkan mata saat
Kimi benar-benar kebingungan karena Marsha pergi tanpa izin dan berani berbohong. Dia pun akhirnya mencoba menghubungi Zie untuk bertanya apakah Marsha ada di sana.“Halo, Zie.”“Halo, Tan. Ada apa Tan pagi-pagi telepon?” tanya Zie dari seberang panggilan.“Zie, apa Marsha ada di rumahmu?” tanya Kimi dengan wajah panik.“Enggak Tan,” jawab Zie jujur. “Memangnya Marsha bilang kalau mau ke sini?” tanya Zie balik.Kimi langsung memegangi kening saat mendengar jawaban Zie, kepalanya berdenyut ngilu karena putrinya pergi entah ke mana.“Tidak, ya sudah Zie. Makasih infonya,” ucap Kimi kemudian mengakhiri panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Richie saat melihat Kimi sudah selesai bicara dengan Zie.“Dia tidak ada di tempat Zie,” jawab Kimi semakin merasa kepalanya pening. “Kita harus mencarinya, Rich.” Kimi pun mengajak Richie untuk mencari Marsha.Di sisi lain. Marsha sedang jalan-jalan bersama Andro di car free day. Gadis itu hanya memanfaatkan kesempatan saat kedua orangtuanya pergi, Marsha
Setelah urusan pekerjaan selesai, Richie pun menepati janji untuk mengajak Kimi jalan-jalan. Seperti sore itu, keduanya pergi ke tempat bernama Kota Lama, di mana banyak bangunan tua dari zaman penjajahan, terjaga dengan baik sampai sekarang. Kimi berjalan sambil merangkul lengan Richie, melangkah sambil menikmati bangunan di sana.“Beli itu, Rich.” Kimi menunjuk ke arah pedagang yang berjualan di luar area kota lama.Pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya dengan cara berkeliling, penjual itu kini sedang berhenti karena ada yang beli.“Apa itu higienis? Bagaimana kalau makanan yang dibuat itu tidak sehat?” tanya Richie cemas.Kimi mencebik lantas menoleh suaminya, wajahnya cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk.“Kalau mikirnya ke sana, kita tidak akan menikmati apa yang ada. Pasrah saja, misal ga higienis terus sakit, ya nasib,” ujar Kimi karena terlanjur ingin mencoba jajanan yang dijual di sana.Richie sudah tidak bisa berkata-kata, hingga akhirnya menuruti keinginan
Kimi dan Richie pergi ke Semarang sesuai jadwal yang sudah ditentukan, meninggalkan Marsha di rumah tanpa pengawasan karena mereka percaya jika putrinya sudah tidak melakukan hal aneh-aneh lagi seperti dulu.Begitu tiba di kota itu, Kimi dan Richie langsung pergi ke hotel tempat mereka akan menginap selama di sana, juga hotel itu nantinya akan jadi tempat pertemuan rapat antara Richie dan perusahaan yang akan bekerjasama dengan pabriknya.“Mungkin dua hari ini aku akan disibukkan dengan rapat dan juga peninjauan lokasi pembangunan pabrik, apa kamu tidak apa-apa misal belum bisa ke mana-mana?” tanya Richie sambil menatap Kimi yang sedang memasukkan koper ke lemari.Kimi menoleh, lantas menggelengkan kepala pelan. “Tidak apa-apa, yang penting bisa refreshing.”**Richie langsung dihadapkan dengan rapat di sore hari, sedangkan Kimi memilih berada di kamar menunggu Richie rapat. Mereka berniat makan malam di luar setelah Richie selesai rapat.Kimi menyalakan televisi yang ada di kamar hot
“Aku ada urusan bisnis ke luar kota selama beberapa hari.”Richie yang baru saja pulang dan kini sedang melepas manik kemejanya, langsung mengungkapkan perjalanan bisnis yang harus dilakukannya.“Ke mana?” tanya Kimi.“Ke Semarang,” jawab Richie.Kimi terlihat berpikir, kemudian kembali memandang Richie.“Berapa hari?” tanya Kimi kemudian.“Mungkin lima atau enam hari. Soalnya mau peninjauan lokasi pabrik baru di sana,” jawab Richie.Kimi tiba-tiba bangun dari duduknya, lantas berjalan dengan cepat ke arah Richie berdiri.Richie mengerutkan dahi, menatap Kimi yang tersenyum-senyum.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Richie dengan satu alis tertarik ke atas.“Rich, aku boleh ikut nggak?” Kimi bicara dengan manja, bahkan memainkan jari di dada suaminya.Richie merasa aneh karena Kimi mau ikut, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk.“Boleh, sekalian honeymoon lagi. Kita sudah lama tidak pergi bersama,” ujar Richie, dia ingin memanfaatkan waktu bersama.Kimi mengangguk-angguk set
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem