Marsha pergi sendirian karena tadi melihat anak kecil lain membawa balon berbentuk hello kitty. Gadis kecil itu mengikuti, tapi sayangnya kehilangan jejak, hingga akhirnya celingukan sendiri karena bingung berada di mana.Marsha menengok ke kanan dan kiri, bingung mau pergi ke arah mana. Dia sampai garuk-garuk kepala, mau mencari Sara dan kakak kembarnya, tapi juga tidak tahu.Kebetulan, remaja bernama Jeremy yang bertemu dengan Marsha di peresmian rumah sakit Kimi beberapa saat yang lalu sedang berjalan-jalan di mall, hingga melihat anak kecil yang terlihat kebingungan. Jeremy mendekat dan mencoba mengecek apakah anak kecil itu tersesat.“Dia?” Jeremy mengerutkan dahi saat sadar siapa yang dilihatnya.“Bukankah dia gadis kecil bandel yang waktu itu di peresmian rumah sakit?”Jeremy tahu kalau Marsha adalah cucu dari teman neneknya.“Jer, mau ke mana?” tanya teman Jeremy yang memang datang bersama remaja itu.“Sebentar,” jawab Jeremy mendekat ke arah Marsha berdiri. Meninggalkan teman
Kimi mulai pusing dengan tingkah Marsha yang melebihi anak seusianya, bahkan kenakalan Biru dan Segara, tidak ada apa-apanya dengan Marsha yang masih berumur empat tahun.Sore itu Marsha keluar dari rumah, lalu melempar batu hingga mengenai kaca mobil tetangga Kimi, tentu saja hal itu membuat Kimi harus terkena omelan dari tetangganya, kemudian mengganti rugi kerusakan yang dibuat Marsha.Sekarang, Marsha duduk berhadapan dengan Kimi dan Richie. Kimi terlihat murka, bukan masalah uang yang dikeluarkan untuk ganti rugi, tapi dia mencemaskan Marsha, takut jika orang lain bertindak kasar terhadap putrinya yang memang susah diatur.“Kapan kamu bisa berhenti bandel, Sha. Kamu ini masih kecil, kenapa suka melakukan hal-hal berbahaya? Apa kamu tahu resikonya saat melempar batu itu? Bagaimana kalau pemiliknya tadi marah dan langsung memukulmu?” Kimi terlihat cemas tapi juga marah.“Marsha tidak nakal, Mi. Marsha hanya lagi ngejar kucing yang nyuri ikan,” jawab Marsha membantah ucapan Kimi.“N
Marsha pergi ke kamar Kimi, hingga melihat sang mami yang duduk di tepian ranjang dan terlihat begitu sedih. Dia pun mengetuk pintu, lantas masuk meski Kimi tidak mempersilakan.“Mi.” Marsha mendekat dengan sedikit rasa bersalah, terutama ketika melihat maminya yang sedih.Kimi tidak menjawab panggilan Marsha, memilih memalingkan wajah untuk menyembunyikan kesedihannya.“Mi, aku minta maaf,” ucap Marsha sambil duduk di samping Kimi. Dia bahkan menyentuh telapak tangan Kimi agar maminya itu mau menoleh ke arahnya.Kimi akhirnya menoleh, kemudian menatap Marsha yang terlihat menyesal.“Mami marah ke kamu, bukan berarti Mami itu benci atau tidak menyukaimu, Marsha. Mami itu sayang sama kamu, takut jika terjadi sesuatu kepadamu,” balas Kimi akhirnya mau bicara. Sedangkan Marsha hanya diam mendengar ucapan Kimi.“Kamu itu anak satu-satunya Mami dan Papi, jika terjadi sesuatu kepadamu, apa yang akan kami lakukan? Mami pasti akan merasa bersalah,” ujar Kimi kemudian.Marsha hanya diam, bahka
Marsha terlihat meregangkan kedua tangan ke atas setelah kelas selesai. Dia bersyukur bisa melewati hari ini tanpa masalah.“Sya, aku pergi dulu, ya. Soalnya ada perlu.” Zie sudah berkemas dan siap untuk pergi.“Oke.”Marsha menatap Zie pergi, lantas merapikan bukunya dan memasukkan ke tas, kemudian ikut berdiri dan bersiap pulang.Gadis itu berjalan sendiri keluar dari kelas, melangkah ke arah gerbang sekolah di mana siswa lain juga berjalan untuk pulang.Marsha berdiri di bahu jalan, hendak mencari taksi untuk pulang karena hari itu memang tidak ada yang menjemputnya. Hingga tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti tepat di depan Marsha. Gadis itu mengerutkan dahi melihat mobil itu, lantas memilih mundur dengan pandangan menengok ke kanan dan kiri mencari taksi.Dua pria berumur tiga puluhan keluar dari mobil, mereka lantas mendekat ke Marsha dan memegang kedua tangan gadis itu.“Hei! Siapa kalian? Apa-apaan ini?” Marsha terkejut dan mencoba memberontak.“Ikut saja!” Salah satu pria mena
Setelah berhasil kabur dari penculik. Andro pun mengajak Marsha ke taman yang ada di kota dan ramai orang berlalu lalang.“Tunggu di sini sebentar,” ucap Andro kemudian meninggalkan Marsha sendirian.Marsha duduk waspada, takut jika penculik tadi mengejar mereka.Andro ternyata membeli minuman, dia datang membawa dua botol air mineral.“Minumlah!” Andro memberikan satu botol untuk Marsha.Marsha menenggak cepat isi botol itu. Dia benar-benar haus karena tadi sempat berlari bersama Andro.“Terima kasih karena kamu menolongku,” ucap Marsha. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi denganku, jika kamu tidak nekat membuntuti,” imbuhnya.Andro baru saja selesai minum, hingga kemudian menatap Marsha yang sedikit tenang.“Untung saja aku datang tepat waktu, coba terlambat sedikit saja, mungkin kamu sudah diapa-apain sama penculik itu,” ujar Andro yang malah menakut-nakuti Marsha.Marsha menelan ludah susah payah, dia memang ketakutan tadi dan sudah berpikir macam-macam. Bahkan dia sampai takut
Marsha duduk bersama Kimi dan Richie saat kedua orantuanya itu sudah pulang semua."Kamu tadi bilang kalau mengalami hari yang berat, memangnya ada apa?” tanya Richie.Marsha berpindah duduk di antara Kimi dan Richie, membuat orangtuanya itu terkejut dan menatapnya heran.“Ada apa sih, Marsha?” tanya Kimi keheranan.Marsha menggenggam telapak tangan Kimi dan Richie, sebelum kemudian menyandarkan kepala dengan manja di lengan sang mami.Kimi menatap Richie, menaikkan satu sudut alis seolah sedang melempar pertanyaan melalui tatapan. ‘Apa yang terjadi dengan putrimu.’“Mami dan Papi tidak tahu kalau aku tadi sangat ketakutan,” ucap Marsha mulai bercerita.Kimi mengerutkan dahi karena tidak tahu dengan hal yang terjadi.“Memangnya dikejar hantu, sampai kamu ketakutan,” ucap Kimi dengan nada candaan.“Bukan hantu lagi, tapi ini penculik, Mi. Aku sampai berpikir tidak bisa melihat kalian lagi,” balas Marsha dengan mimik wajah takut dan sedih, meski sebenarnya sudah tidak merasa seperti itu
Kimi dan Richie berada di kamar berdua. Keduanya menghabiskan malam sambil berbincang di atas tempat tidur.“Aku tidak bisa berhenti mencemaskan Marsha, Pi.” Kimi mulai mengeluh tentang Marsha seperti hari-hari berikutnya.“Sabar, mau bagaimana lagi. Memang anaknya begitu,” ujar Richie.Kimi mendesau hingga kedua pundaknya turun.“Bagaimana tidak cemas, putrimu itu badungnya minta ampun. Sampai-sampai ada yang menculiknya, jangan-jangan para penculik itu melakukannya karena dendam ke Marsha. Bisa sajakan Marsha melakukan sesuatu hingga membuat orang-orang marah, lantas mereka ingin balas dendam,” ujar Kimi menduga-duga.Richie menghela napas kasar, juga tidak bisa menebak kenapa ada yang mau menculik sang putri. “Semoga dengan kemarin kita menasihatinya, Marsha bisa berubah. Kita saat ini hanya bisa berdoa dan bersabar saja,” balas Richie akhirnya.Kimi pun mengangguk, hingga tiba-tiba terlintas sebuah keinginan di pikirannya.“Rich, menurutmu kalau aku ikut promil, apakah masih bisa
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem
Malam itu rumah Richie terlihat ramai dengan pria dan wanita yang berpakaian pelayan, rapi dan seragam. Mereka tampak mondar-mandir mengeluarkan makanan juga minuman kemudian menatanya di meja-meja yang terdapat di ruang tamu yang disulap menjadi tempat pesta.Richie dan Kimi ternyata merayakan Anniversary pernikahan mereka yang ke 19. Mereka kali merayakan dengan cara hal yang tidak biasa karena Richie ingin menyenangkan Kimi.“Hati-hati membawa kuenya.” Seorang pelayan terlihat mengomando beberapa pelayan pria yang sedang membawa masuk kue anniversary Kimi dan Richie.Kue dengan tinggi satu meter itu, terlihat cukup mewah dan indah.Orang-orang di sana sibuk ke sana-kemari mengatur tempat pesta itu, mereka harus sudah siap sebelum tamu undangan datang.Di kamar, Kimi baru saja selesai berdandan. Wanita itu terlihat masih cantik dan anggun di usianya saat ini.“Kamu sangat cantik.” Puji Richie sambil memeluk Kimi dari belakang.“Aku memang cantik sejak dulu, jangan merayu,” balas kim
Hari itu Kimi pergi ke tempat Sara, entah kenapa dia ingin sekali datang ke sana setelah beberapa hari ini keluar kota dan sibuk dengan pekerjaan. Dia juga sekalian ingin memberikan oleh-oleh yang dibelinya saat pergi bersama Richie.“Tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini, ga ke rumah sakit?” tanya Sara saat melihat Kimi datang sendiri.“Habis ini mau ke rumah sakit, tapi aku memang sengaja ingin mampir ke sini,” jawab Kimi.Kimi masuk dan meletakkan barang bawaannya ke meja makan, sedangkan Sara memperhatikan apa yang dibawa putrinya itu.“Kamu bawa apa?” tanya Sara.“Kemarin aku ikut Richie ke luar kota karena ada urusan bisnis, aku belikan sedikit oleh-oleh buat Mami sama Papi,” jawab Kimi kemudian merekahkan senyum.Sara senang karena Kimi masih memberinya banyak perhatian meski sibuk dengan urusan keluarga dan pekerjaan.Kimi merangkul lengan Sara, lantas mengajak sang mami berjalan menuju sofa. Dia hendak bermanja ke sang mami, meski sadar jika sudah bukan lagi anak-anak.Kimi me
“Kamu seharusnya tidak seperti itu, Sya.”Richie bicara setelah Kimi pergi, ditatapnya Marsha yang terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.“Tidak seperti itu apa sih, Pi? Bukankah aku sudah bilang jika memang punya pacar, papi dan mami juga tidak protes. Kenapa sekarang marah?” Marsha tidak mau disalahkan soal dirinya yang pergi berpacaran.“Mami dan Papi memang tidak protes kamu berpacaran, tapi bukan berarti kami akan diam kalau kamu berbohong. Mamimu hanya mempermasalahkan kenapa kamu berbohong, apa karena kini punya pacar, jadi membuatmu juga suka berbohong?” Richie bicara sambil menatap tajam Marsha, agar putrinya itu tahu kalau dirinya tidak bercanda.Marsha terlihat bingung mendengar ucapan ayahnya, hingga kemudian membalas, “Aku ‘kan takut kalau kalian marah.”“Sekarang kami semakin marah karena sikap kamu ini. Kamu tidak memikirkan perasaan dan kecemasan kami, Sya. Misal kamu berbohong pergi bersama Zie, tapi kenyataannya tidak, lalu terjadi sesuatu kepadamu, kami bisa ap
Marsha sangat terkejut melihat Kimi yang berjalan cepat ke arahnya bersama sang ayah. Baru saja Kimi berkata kalau masih di luar kota, bagaimana bisa sekarang sudah berada di sana.“Mati aku,” gumam Marsha ketakutan.Andro terlihat bingung melihat Marsha yang ketakutan, hingga menoleh ke arah Marsha memandang dan melihat orangtua Marsha yang sedang mendekat.“Ndro, kamu kabur saja dulu. Takutnya Mami nanti ngamuk! Perintah Marsha sambil mendorong lengan Andro agar segera pergi meninggalkan dirinya.Andro panik saat Marsha memintanya pergi, dia pun berpikir untuk kabur agar tidak mendapatkan masalah.“Baiklah, kamu tidak apa-apa menghadapi kedua orangtuamu sendirian?” tanya Andro yang sudah bersiap pergi.“Tidak apa-apa, buruan sana!” Marsha mendorong tubuh Andro agar segera pergi.Andro pun akhirnya pergi sebelum Kimi dan Richie sampai di sana. Namun, dia pun berjalan seolah sedang menikmati suasana car free day dan tidak berlari karena takut mencurigakan.Kimi menyipitkan mata saat
Kimi benar-benar kebingungan karena Marsha pergi tanpa izin dan berani berbohong. Dia pun akhirnya mencoba menghubungi Zie untuk bertanya apakah Marsha ada di sana.“Halo, Zie.”“Halo, Tan. Ada apa Tan pagi-pagi telepon?” tanya Zie dari seberang panggilan.“Zie, apa Marsha ada di rumahmu?” tanya Kimi dengan wajah panik.“Enggak Tan,” jawab Zie jujur. “Memangnya Marsha bilang kalau mau ke sini?” tanya Zie balik.Kimi langsung memegangi kening saat mendengar jawaban Zie, kepalanya berdenyut ngilu karena putrinya pergi entah ke mana.“Tidak, ya sudah Zie. Makasih infonya,” ucap Kimi kemudian mengakhiri panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Richie saat melihat Kimi sudah selesai bicara dengan Zie.“Dia tidak ada di tempat Zie,” jawab Kimi semakin merasa kepalanya pening. “Kita harus mencarinya, Rich.” Kimi pun mengajak Richie untuk mencari Marsha.Di sisi lain. Marsha sedang jalan-jalan bersama Andro di car free day. Gadis itu hanya memanfaatkan kesempatan saat kedua orangtuanya pergi, Marsha
Setelah urusan pekerjaan selesai, Richie pun menepati janji untuk mengajak Kimi jalan-jalan. Seperti sore itu, keduanya pergi ke tempat bernama Kota Lama, di mana banyak bangunan tua dari zaman penjajahan, terjaga dengan baik sampai sekarang. Kimi berjalan sambil merangkul lengan Richie, melangkah sambil menikmati bangunan di sana.“Beli itu, Rich.” Kimi menunjuk ke arah pedagang yang berjualan di luar area kota lama.Pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya dengan cara berkeliling, penjual itu kini sedang berhenti karena ada yang beli.“Apa itu higienis? Bagaimana kalau makanan yang dibuat itu tidak sehat?” tanya Richie cemas.Kimi mencebik lantas menoleh suaminya, wajahnya cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk.“Kalau mikirnya ke sana, kita tidak akan menikmati apa yang ada. Pasrah saja, misal ga higienis terus sakit, ya nasib,” ujar Kimi karena terlanjur ingin mencoba jajanan yang dijual di sana.Richie sudah tidak bisa berkata-kata, hingga akhirnya menuruti keinginan
Kimi dan Richie pergi ke Semarang sesuai jadwal yang sudah ditentukan, meninggalkan Marsha di rumah tanpa pengawasan karena mereka percaya jika putrinya sudah tidak melakukan hal aneh-aneh lagi seperti dulu.Begitu tiba di kota itu, Kimi dan Richie langsung pergi ke hotel tempat mereka akan menginap selama di sana, juga hotel itu nantinya akan jadi tempat pertemuan rapat antara Richie dan perusahaan yang akan bekerjasama dengan pabriknya.“Mungkin dua hari ini aku akan disibukkan dengan rapat dan juga peninjauan lokasi pembangunan pabrik, apa kamu tidak apa-apa misal belum bisa ke mana-mana?” tanya Richie sambil menatap Kimi yang sedang memasukkan koper ke lemari.Kimi menoleh, lantas menggelengkan kepala pelan. “Tidak apa-apa, yang penting bisa refreshing.”**Richie langsung dihadapkan dengan rapat di sore hari, sedangkan Kimi memilih berada di kamar menunggu Richie rapat. Mereka berniat makan malam di luar setelah Richie selesai rapat.Kimi menyalakan televisi yang ada di kamar hot
“Aku ada urusan bisnis ke luar kota selama beberapa hari.”Richie yang baru saja pulang dan kini sedang melepas manik kemejanya, langsung mengungkapkan perjalanan bisnis yang harus dilakukannya.“Ke mana?” tanya Kimi.“Ke Semarang,” jawab Richie.Kimi terlihat berpikir, kemudian kembali memandang Richie.“Berapa hari?” tanya Kimi kemudian.“Mungkin lima atau enam hari. Soalnya mau peninjauan lokasi pabrik baru di sana,” jawab Richie.Kimi tiba-tiba bangun dari duduknya, lantas berjalan dengan cepat ke arah Richie berdiri.Richie mengerutkan dahi, menatap Kimi yang tersenyum-senyum.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Richie dengan satu alis tertarik ke atas.“Rich, aku boleh ikut nggak?” Kimi bicara dengan manja, bahkan memainkan jari di dada suaminya.Richie merasa aneh karena Kimi mau ikut, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk.“Boleh, sekalian honeymoon lagi. Kita sudah lama tidak pergi bersama,” ujar Richie, dia ingin memanfaatkan waktu bersama.Kimi mengangguk-angguk set
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem