Kimi terlihat berada di kamar mandi pagi itu. Dia bangun pagi untuk mengecek urine apakah dirinya hamil karena telat datang bulan selama beberapa hari. Dia sendiri tidak memberitahu Richie, hanya ingin memastikan dulu sebelum memberitahu suaminya itu.Kimi mengetes menggunakan tiga testpack berbeda, memandang ketiga benda itu dengan serius dan berharap semuanya menunjukkan hasil yang diinginkan. Dia sangat gugup, semua tak lepas dari keinginan memiliki anak agar bisa membahagiakan suaminya.Richie masih tertidur pulas di ranjang saat Kimi berada di kamar mandi. Hingga dia meraba sisi ranjang dan tak mendapati istrinya di sana. Dia pun membuka kelopak mata lebar dan tak melihat istrinya di sana.“Kimi,” lirih Richie karena belum sepenuhnya sadar.Richie pun memilih bangun, kemudian turun dari ranjang dan hendak mencari sang istri di dapur. Namun, langkahnya terhenti saat melewati kamar mandi dan mendengar suara isakan.Richie pun panik, lantas membuka pintu dan mendapati Kimi yang duduk
Pagi itu Richie berada di ruangannya, pria berwajah blasteran itu sedang sibuk mengecek berkas laporan data bahan baku yang dibutuhkan oleh pabrik saat asistennya mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam.“Pak, bahan baku produk cokelat baru pabrik hari ini datang. Apa Anda mau mengeceknya sendiri?” tanya Asisten Richie sambil menatap sang atasan yang masih sibuk dengan berkas di meja.“Oke, nanti aku akan cek sendiri. Jangan sampai mereka mengakali kita dengan memberikan bahan baku yang jelek,” kata Richie.Pria itu tidak sembarangan dalam menerima bahan baku, meski sudah bekerjasama. Dia tetap akan memantau, agar bahan baku yang digunakan layak untuk diolah menjadi produk T Factory.Siang harinya Richie bersama sang asisten mendatangi gudang untuk mengecek langsung bahan baku yang datang. Di sana sudah ada beberapa truk yang mengantri untuk masuk gudang.“Richie.”Richie menoleh saat mendengar ada yang memanggil, hingga wajahnya berubah tak senang ketika melihat siapa yang datang.
Kimi berada di rumah sakit dan bekerja seperti biasa. Dia masih sedih karena hasil tes kehamilannya menunjukkan hasil negatif. Namun, Kimi tetap mencoba bersikap biasa, karena Richie pun terus menyemangati agar dirinya tidak bersedih.“Dokter Kimi mau kopi?” tanya seorang perawat saat melihat Kimi hanya diam di ruangannya.Kimi menatap perawat yang mengajaknya bicara, lantas berdiri dan menghampiri. “Kamu mau ke kantin? Barengan aja,” ajak Kimi dengan senyum lebar.Perawat itu pun mengangguk, kemudian keduanya berjalan untuk pergi ke kantin membeli kopi.Namun, saat berjalan menuju kantin yang terletak di samping gedung UGD, Kimi melihat Maxim yang berlari ke arah UGD. Dia melihat brankar yang didorong tapi tidak melihat siapa yang terbaring di sana.Jantung Kimi tiba-tiba berdegup cepat saat melihat Maxim yang berlarian dengan wajah panik. Perasaannya mengatakan jika itu adalah ibu Noah mengingat wanita itu memang sedang sakit. Kimi pun urung pergi ke kantin, memilih mendekat untuk m
Kimi menatap Richie yang masih terlihat kesal, berusaha menjelaskan lagi dengan perlahan agar suaminya itu tidak salah paham. “Dia benar-benar sedang terpukul, hingga tadi menyandarkan kepala di pundakku. Tidak ada maksud lain,” ucap Kimi meyakinkan. “Jika kamu tidak percaya, kamu bisa melihat sendiri jenazah ibunya,” kata Kimi lagi. Richie memandang Kimi, melihat keseriusan di tatapan istrinya itu. Dia lantas menoleh ke arah Maxim berada, melihat pria itu terduduk di lantai sambil menundukkan kepala. “Maaf karena sudah salah paham dan langsung marah tanpa bertanya dulu,” ucap Richie penuh penyesalan. Ia benar-benar sangat malu. “Tidak apa-apa, aku memaklumi hal yang kamu lakukan,” balas Kimi. Richie pun mengangguk, kemudian mengajak Kimi menemui Maxim untuk meminta maaf. Maxim sendiri memaklumi, karena bagaimanapun Richie memang berhak marah karena kelancangannya telah bersandar pada Kimi. “Kamu tenangkan diri dulu, aku akan membantumu mengurus adminstrasi ibumu,” ucap Richie
Awalnya Richie merasa tak senang karena ada Lily di sana, tapi karena semua teman terlihat begitu senang melihat kedatangannya, mau tidak mau Richie pun bergabung.“Akhirnya, kamu datang juga,” kata teman Richie.“Bener banget, sudah lama sekali dia tidak ikut kumpul kita,” timpal yang lain.“Kalian tahu sendiri sekarang aku memiliki tanggung jawab lebih,” balas Richie.Teman-teman Richie langsung melirik Kimi ketika mendengar ucapan pria itu, berpikir jika yang dimaksud adalah Kimi. Mungkin saja Richie mengurangi bermain karena sudah beristri. Kimi sendiri hanya diam dan sesekali mengulas senyum saat ada yang menatapnya. Dilihatnya teman-teman Richie yang minum minuman keras, membuat Kimi sadar akan sesuatu. Dunia Richie dan dirinya memang sangat jauh berbeda.Lily memperhatikan Kimi, merasa jika istri Richie itu tak sebanding dengannya. Dari penampilan saja Lily mengambil kesimpulan jika Kimi itu kampungan dan norak, pergi ke klub tapi mengenakan pakaian yang terlihat formal.“Kalia
Kimi menatap Richie yang masih diliputi amarah, sadar jika telah salah dengan tidak memberitahukan masalah beasiswa itu kepada suaminya. Richie sendiri sebenarnya hanya takut, hingga membuatnya emosi saat mengetahui istrinya akan belajar di luar negeri.“Rich, aku minta maaf,” ucap Kimi penuh penyesalan.Richie tidak menanggapi ucapan Kimi, hanya menatap dingin sebelum kemudian pergi meninggalkan Kimi di kamar sendirian.Kimi sangat terkejut melihat Richie marah, apalagi saat suaminya itu hanya diam dan menatapnya dingin. Hatinya terasa sakit karena didiamkan, meski tahu jika semua bermula dari kesalahannya sendiri.Malam itu Richie memilih tidur di ruangan lain, sedangkan Kimi meringkuk sambil memeluk kedua kaki seperti sedang kedinginan. Ya, hatinya terasa dingin ketika melihat tatapan benci dan penuh amarah dari sang suami.“Rich, maaf,” lirih Kimi sambil menangis.***Hari berikutnya Kimi bangun lebih awal dari biasanya. Dia memasak sarapan untuk Richie sebelum berangkat bekerja,
Kimi masih memeluk Richie meski suaminya itu berusaha melepas. Dia tetap berusaha meminta maaf meski pria itu tak bicara sepatah kata pun.“Rich, maaf ya. Aku benar-benar berjanji tidak akan melakukan sesuatu lagi tanpa sepengetahuanmu. Maafin aku, ya … ya ….”Kimi terus membujuk, bahkan bertingkah lucu dengan cara memiringkan kepala untuk bisa melihat wajah Richie. Ia ingin tahu bagaimana ekspresi wajah suaminya itu. Richie memalingkan wajah ke kanan saat kepala Kimi berada di sebelah kiri, hingga beralih menghadap kiri, saat sang istri menengok wajah ke kanan.“Rich, jangan marah dong! Nanti aku nangis,” rengek Kimi yang sebenarnya sudah tidak tahu lagi bagaimana cara membujuk suaminya itu.Tanpa sepengetahuan Kimi, Richie sedang setengah mati menahan tawa karena tingkahnya. Dia tak menyangka jika Kimi akan membujuknya seperti itu dan bertingkah seperti anak kecil. Namun, Richie memang menahan diri agar tak langsung memaafkan karena ingin memberi pelajaran Kimi agar lain kali tidak
Setiap orang yang menjalin hubungan satu sama lain, pasti akan ada saja masalah yang muncul dan menggoda keteguhan di antara keduanya.Sama halnya dengan Richie dan Kimi, hubungan mereka tak semulus yang orang pikirkan. Salah paham dan ketidakjujuran menjadi bumbu dalam rumah tangga mereka.“Nanti siang mau makan bersama di luar?” tanya Richie saat Kimi menyajikan sarapan di meja.“Nanti aku lihat-lihat dulu, kalau rumah sakit tidak ramai, kita bisa makan di luar,’ jawab Kimi. Dia lantas duduk di kursi samping sebelah Richie.Richie tersenyum lebar, lantas mengusap rambut Kimi dengan lembut.Keduanya pun makan bersama, setelah pertengkaran mereka seharian, kini keduanya terlihat akur dan semakin mesra.***Siang harinya, Richie berada di ruang kerjanya mengerjakan tugas seperti biasa. Dia sedang fokus dengan produk baru yang akan diproduksi oleh T Factory, hingga ponsel yang ada di atas meja berdering, nama Nova terpampang di sana.“Halo, Ma.” Richie pun langsung menjawab panggilan it
Malam itu rumah Richie terlihat ramai dengan pria dan wanita yang berpakaian pelayan, rapi dan seragam. Mereka tampak mondar-mandir mengeluarkan makanan juga minuman kemudian menatanya di meja-meja yang terdapat di ruang tamu yang disulap menjadi tempat pesta.Richie dan Kimi ternyata merayakan Anniversary pernikahan mereka yang ke 19. Mereka kali merayakan dengan cara hal yang tidak biasa karena Richie ingin menyenangkan Kimi.“Hati-hati membawa kuenya.” Seorang pelayan terlihat mengomando beberapa pelayan pria yang sedang membawa masuk kue anniversary Kimi dan Richie.Kue dengan tinggi satu meter itu, terlihat cukup mewah dan indah.Orang-orang di sana sibuk ke sana-kemari mengatur tempat pesta itu, mereka harus sudah siap sebelum tamu undangan datang.Di kamar, Kimi baru saja selesai berdandan. Wanita itu terlihat masih cantik dan anggun di usianya saat ini.“Kamu sangat cantik.” Puji Richie sambil memeluk Kimi dari belakang.“Aku memang cantik sejak dulu, jangan merayu,” balas kim
Hari itu Kimi pergi ke tempat Sara, entah kenapa dia ingin sekali datang ke sana setelah beberapa hari ini keluar kota dan sibuk dengan pekerjaan. Dia juga sekalian ingin memberikan oleh-oleh yang dibelinya saat pergi bersama Richie.“Tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini, ga ke rumah sakit?” tanya Sara saat melihat Kimi datang sendiri.“Habis ini mau ke rumah sakit, tapi aku memang sengaja ingin mampir ke sini,” jawab Kimi.Kimi masuk dan meletakkan barang bawaannya ke meja makan, sedangkan Sara memperhatikan apa yang dibawa putrinya itu.“Kamu bawa apa?” tanya Sara.“Kemarin aku ikut Richie ke luar kota karena ada urusan bisnis, aku belikan sedikit oleh-oleh buat Mami sama Papi,” jawab Kimi kemudian merekahkan senyum.Sara senang karena Kimi masih memberinya banyak perhatian meski sibuk dengan urusan keluarga dan pekerjaan.Kimi merangkul lengan Sara, lantas mengajak sang mami berjalan menuju sofa. Dia hendak bermanja ke sang mami, meski sadar jika sudah bukan lagi anak-anak.Kimi me
“Kamu seharusnya tidak seperti itu, Sya.”Richie bicara setelah Kimi pergi, ditatapnya Marsha yang terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.“Tidak seperti itu apa sih, Pi? Bukankah aku sudah bilang jika memang punya pacar, papi dan mami juga tidak protes. Kenapa sekarang marah?” Marsha tidak mau disalahkan soal dirinya yang pergi berpacaran.“Mami dan Papi memang tidak protes kamu berpacaran, tapi bukan berarti kami akan diam kalau kamu berbohong. Mamimu hanya mempermasalahkan kenapa kamu berbohong, apa karena kini punya pacar, jadi membuatmu juga suka berbohong?” Richie bicara sambil menatap tajam Marsha, agar putrinya itu tahu kalau dirinya tidak bercanda.Marsha terlihat bingung mendengar ucapan ayahnya, hingga kemudian membalas, “Aku ‘kan takut kalau kalian marah.”“Sekarang kami semakin marah karena sikap kamu ini. Kamu tidak memikirkan perasaan dan kecemasan kami, Sya. Misal kamu berbohong pergi bersama Zie, tapi kenyataannya tidak, lalu terjadi sesuatu kepadamu, kami bisa ap
Marsha sangat terkejut melihat Kimi yang berjalan cepat ke arahnya bersama sang ayah. Baru saja Kimi berkata kalau masih di luar kota, bagaimana bisa sekarang sudah berada di sana.“Mati aku,” gumam Marsha ketakutan.Andro terlihat bingung melihat Marsha yang ketakutan, hingga menoleh ke arah Marsha memandang dan melihat orangtua Marsha yang sedang mendekat.“Ndro, kamu kabur saja dulu. Takutnya Mami nanti ngamuk! Perintah Marsha sambil mendorong lengan Andro agar segera pergi meninggalkan dirinya.Andro panik saat Marsha memintanya pergi, dia pun berpikir untuk kabur agar tidak mendapatkan masalah.“Baiklah, kamu tidak apa-apa menghadapi kedua orangtuamu sendirian?” tanya Andro yang sudah bersiap pergi.“Tidak apa-apa, buruan sana!” Marsha mendorong tubuh Andro agar segera pergi.Andro pun akhirnya pergi sebelum Kimi dan Richie sampai di sana. Namun, dia pun berjalan seolah sedang menikmati suasana car free day dan tidak berlari karena takut mencurigakan.Kimi menyipitkan mata saat
Kimi benar-benar kebingungan karena Marsha pergi tanpa izin dan berani berbohong. Dia pun akhirnya mencoba menghubungi Zie untuk bertanya apakah Marsha ada di sana.“Halo, Zie.”“Halo, Tan. Ada apa Tan pagi-pagi telepon?” tanya Zie dari seberang panggilan.“Zie, apa Marsha ada di rumahmu?” tanya Kimi dengan wajah panik.“Enggak Tan,” jawab Zie jujur. “Memangnya Marsha bilang kalau mau ke sini?” tanya Zie balik.Kimi langsung memegangi kening saat mendengar jawaban Zie, kepalanya berdenyut ngilu karena putrinya pergi entah ke mana.“Tidak, ya sudah Zie. Makasih infonya,” ucap Kimi kemudian mengakhiri panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Richie saat melihat Kimi sudah selesai bicara dengan Zie.“Dia tidak ada di tempat Zie,” jawab Kimi semakin merasa kepalanya pening. “Kita harus mencarinya, Rich.” Kimi pun mengajak Richie untuk mencari Marsha.Di sisi lain. Marsha sedang jalan-jalan bersama Andro di car free day. Gadis itu hanya memanfaatkan kesempatan saat kedua orangtuanya pergi, Marsha
Setelah urusan pekerjaan selesai, Richie pun menepati janji untuk mengajak Kimi jalan-jalan. Seperti sore itu, keduanya pergi ke tempat bernama Kota Lama, di mana banyak bangunan tua dari zaman penjajahan, terjaga dengan baik sampai sekarang. Kimi berjalan sambil merangkul lengan Richie, melangkah sambil menikmati bangunan di sana.“Beli itu, Rich.” Kimi menunjuk ke arah pedagang yang berjualan di luar area kota lama.Pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya dengan cara berkeliling, penjual itu kini sedang berhenti karena ada yang beli.“Apa itu higienis? Bagaimana kalau makanan yang dibuat itu tidak sehat?” tanya Richie cemas.Kimi mencebik lantas menoleh suaminya, wajahnya cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk.“Kalau mikirnya ke sana, kita tidak akan menikmati apa yang ada. Pasrah saja, misal ga higienis terus sakit, ya nasib,” ujar Kimi karena terlanjur ingin mencoba jajanan yang dijual di sana.Richie sudah tidak bisa berkata-kata, hingga akhirnya menuruti keinginan
Kimi dan Richie pergi ke Semarang sesuai jadwal yang sudah ditentukan, meninggalkan Marsha di rumah tanpa pengawasan karena mereka percaya jika putrinya sudah tidak melakukan hal aneh-aneh lagi seperti dulu.Begitu tiba di kota itu, Kimi dan Richie langsung pergi ke hotel tempat mereka akan menginap selama di sana, juga hotel itu nantinya akan jadi tempat pertemuan rapat antara Richie dan perusahaan yang akan bekerjasama dengan pabriknya.“Mungkin dua hari ini aku akan disibukkan dengan rapat dan juga peninjauan lokasi pembangunan pabrik, apa kamu tidak apa-apa misal belum bisa ke mana-mana?” tanya Richie sambil menatap Kimi yang sedang memasukkan koper ke lemari.Kimi menoleh, lantas menggelengkan kepala pelan. “Tidak apa-apa, yang penting bisa refreshing.”**Richie langsung dihadapkan dengan rapat di sore hari, sedangkan Kimi memilih berada di kamar menunggu Richie rapat. Mereka berniat makan malam di luar setelah Richie selesai rapat.Kimi menyalakan televisi yang ada di kamar hot
“Aku ada urusan bisnis ke luar kota selama beberapa hari.”Richie yang baru saja pulang dan kini sedang melepas manik kemejanya, langsung mengungkapkan perjalanan bisnis yang harus dilakukannya.“Ke mana?” tanya Kimi.“Ke Semarang,” jawab Richie.Kimi terlihat berpikir, kemudian kembali memandang Richie.“Berapa hari?” tanya Kimi kemudian.“Mungkin lima atau enam hari. Soalnya mau peninjauan lokasi pabrik baru di sana,” jawab Richie.Kimi tiba-tiba bangun dari duduknya, lantas berjalan dengan cepat ke arah Richie berdiri.Richie mengerutkan dahi, menatap Kimi yang tersenyum-senyum.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Richie dengan satu alis tertarik ke atas.“Rich, aku boleh ikut nggak?” Kimi bicara dengan manja, bahkan memainkan jari di dada suaminya.Richie merasa aneh karena Kimi mau ikut, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk.“Boleh, sekalian honeymoon lagi. Kita sudah lama tidak pergi bersama,” ujar Richie, dia ingin memanfaatkan waktu bersama.Kimi mengangguk-angguk set
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem