Richie sepertinya lelah, sudah lebih dari satu bulan dia bersikap cuek dan tidak mengunjungi Kimi seperti biasanya ke klinik. Kimi pun merasa ada yang kurang, dan tanpa sadar ia selalu terkejut saat melihat pintu klinik terbuka. Gadis itu berharap Richie datang dan menganggunya seperti biasa.
“Apa anda tahu putra pak Daniel sudah lahir?”
Pertanyaan Eva membuyarkan lamunan Kimi, ia beranggapan mungkin Richie sibuk dengan pekerjaan dan keponakan barunya. Namun, saat mengingat gadis yang beberapa bulan lalu datang dan nampak begitu akrab dengan pria itu, Kimi menduga mungkin keduanya sedang menjalin hubungan.
“Mereka pasti tengah berbahagia karena pangeran klan Tyaga sudah lahir,” sahut kimi.
“Ya, benar pangeran. Sejak bayi saja dia sudah menjadi seorang billionaire bagaimana kelak saat sudah dewasa.” Eva menyanggah dagunya dengan kedua tangannya dan Ia pun mendesau. “Kenapa hidup orang lain begitu mulus ya Dok?”
“Mulus bagaimana?” Kimi yang sibu
Melihat kondisi Richie yang lemah, sebagai dokter Kimi benar-benar khawatir. Di dalam ambulance yang membawa pria itu ke rumah sakit, sebisa mungkin dia dan Eva melakukan pertolongan. Jangan sampai Richie mengalami penurunan perfusi atau aliran darah ke jaringan yang bisa menyebabkan organ vital pria itu kekurangan oksigen dan bisa berakibat fatal. Eva melihat Kimi begitu panik, dokter cantik itu bahkan terus meneteskan air matanya hingga sampai ke rumah sakit.“Kim, luka tusuknya cukup dalam, kami harus melakukan operasi,” ucap dokter yang kebetulan merupakan kenalan Kimi, gadis itu bingung karena keluarga Richie belum juga datang setelah dikabari.“Lakukan apa saja untuk menyelematkan nyawanya, keluarganya pasti tidak akan menolak jika memang harus melakukan operasi.” Kimi menatap cemas wajah temannya, ia bahkan tak peduli dengan tangan dan bajunya yang berlumuran darah Richie.“Dia kehilangan banyak darah dan membutuhkan
“Aku sudah gila!” gumam Kimi. Tangannya mencengkeram erat stir mobil. Ia memalingkan muka dan tertawa. Tak pernah terlintas sedikit pun di dalam pikirannya bahwa dia akan secepat ini membuka hati untuk pria.Dada Kimi berdetak kencang saat langkah kakinya terhenti tepat di depan kamar rawat Richie. Ia mengangkat tangannya mencoba mengetuk pintu saat sesorang keluar dari dalam sana. Kimi kaget, begitu juga dengan sosok perempuan cantik dengan dress berwarna merah jambu di hadapannya. Perempuan ini, Kimi ingat betul. Perempuan yang sama yang menemui Richie di pabrik.Hati Kimi mencelos, mungkinkah perempuan yang dia tahu bernama Abel ini selama satu minggu menemani Richie di rumah sakit. Tidak, Kimi merasa tidak boleh sakit hati. Siapa dia? Dia tidak memiliki hubungan spesial dengan pria yang terlihat memiringkan punggung untuk melihat dan melambaikan tangan ke arahnya sekarang.Abel pun menoleh, keningnya mengernyit karena sebenarnya dia baru sa
Kimi tersenyum sendiri seperti orang gila di dalam mobilnya, begitu juga dengan Richie yang masih duduk di atas ranjang pesakitannya, bibirnya tak henti-hentinya melengkung dan sesekali menyuapkan apel yang dikupaskan Kimi untuknya tadi, dia tak menyangka jadian bisa membuatnya sebahagia ini. Pria itu spontan mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan meneriakkan kata ‘Yes’ berkali-kali, hingga ia meringis merasakan nyeri bekas operasi di perutnya. Hingga malam menjelang dan Nova sudah datang pun, Richie masih saja melakukan hal yang sama. Ia tersenyum sendiri seperti orang kurang waras. Nova yang memang selama beberapa hari ikut tidur di sana pun sampai mendekat dan memegang kening putranya itu untuk memastikan Richie tidak demam. “Apa kamu sakit? Kamu baik-baik saja kan?” Nova menempelkan punggung tangannya ke kening putranya dan mengernyitkan dahi. “Tidak panas, apa mungkin efek obat mengganggu kerja syarafmu?” tanya wanita itu asal. Nova semakin merindi
Hari itu Kimi merasa seperti terkena sidang. Ia yang berniat menginap di rumah orangtuanya langsung dicecar dengan berbagai macam pertanyaan oleh Sara tentang hubungannya dan Richie. Menjelaskan apa adanya, Sara terkejut mengetahui fakta bahwa putrinya dan Richie ternyata tinggal bersebelahan di satu gedung apartemen."Pindah!"Satu kata dengan enam huruf itu menunjukkan betapa khawatirnya Sara ke sang putri. Sebagai seorang ibu, pikirannya sudah kemana-mana membayangkan apa yang akan dilakukan Kimi dan Richie diam-diam di apartemen mereka."Kenapa?" tanya Kimi ke Sara. Ia heran untuk apa sang mami menyuruhnya pindah."Mami yakin kalian pasti akan mencari kesempatan dalam kesempitan, siapa yang bisa memastikan kalau kalian tidak tinggal bersama, atau tidur bersama dan ehem ehem? Hadeh.... " Sara memukul-mukul bibirnya sendiri karena mengucapkan secara gamblang apa yang menjadi kekhawatirannya."Ya elah Mami, negatif thin
“Bagaimana bisa kamu tidak menaikkan resleting celanamu?”Ucapan Kimi kembali membuat Sara histeris, ia beranggapan putrinya memberi kode ke Richie setelah melakukan ehem ehem di apartemen pria itu.“Kimi!” Sara mendekat ke arah putrinya dan hampir memukul gadis itu, tapi Kimi seketika ditarik oleh Richie dan disembunyikan ke belakang punggungnya, alhasil tangan Sara mengayun mengenai bagian perut pria itu yang masih belum pulih.“Agh!” Richie memekik kesakitan. Kimi yang kaget pun seketika memegangi lengan kekasihnya itu yang terus merintih.“Mami, jahitan luarnya memang sudah sembuh tapi apa mami tahu berapa lapisan kulitnya yang dijahit?” Kimi ketakutan, tapi seketika mukanya berubah bingung saat Richie mengedip-ngedipkan matanya. Pria itu ternyata hanya berpura-pura.“Aduh! Maaf! maaf tante ga sengaja, lagian kenapa kamu tadi pakai narik Kimi segala?” sesal Sara.“Ak
Malam itu, Richie memilih tak langsung pulang bersama keluarganya. Lagi pula dia tadi juga membawa mobil sendiri, sang mama yang berangkat satu mobil dengannya pulang dengan menumpang mobil putra sulungnya-Daniel. Richie dan Kimi sedang duduk di teras beralaskan lantai sambil menekuk kaki, memandangi langit yang terlihat lebih indah malam itu bagi mereka- pasangan yang sedang dimabuk asmara. Sara dan Mina terlihat sibuk memilah foto mereka bersama Ghea tadi, sungguh Sara bahagia bisa berfoto bersama artis idolanya, sementara itu Nic dan Faraj serta dua putranya yang menggemaskan nampak sibuk bermain di ruang keluarga. “Ini sudah malam Rich, apa kamu tidak ingin pulang? besok kan kamu harus bekerja. Oh … ya apa kamu sudah meminum obatmu, pasti belum,” cerocos Kimi, sedangkan Richie hanya memandangi sambil menahan senyumannya. Ia tidak menyangka Kimi mau menerima lamarannya. “Kenapa? kenapa memandangiku seperti itu? apa ada yang salah di wajahku?” Kimi menepuk kedua pipinya, ia bah
Dimas yang membaca pesan dari orang suruhannya pun terlihat berpikir. Ia ingin membuat rencana untuk bisa memanfaatkan putrinya untuk membalas rasa sakit hati putra tiri kesayangannya, dan juga merebut kembali perusahaan otomotif yang sebenarnya bukan hanya miliknya karena sahamnya dimiliki oleh beberapa orang itu.“Terus awasi, jika bisa selidiki sejauh mana hubungan keduanya,” balas Dimas.---Kimi membalikkan badannya, ia juga malu jika Richie terus memeluknya seperti itu. Namun, Kimi membiarkan saja Richie mengusap pipinya yang basah.“Aku menemukannya,” ujar Richie sambil meraih tangan Kimi, pria itu hampir menyematkan cincin di jari manis gadis itu dan memintanya untuk tidak menangis lagi. Namun, Kimi menarik tangannya.“Aku tidak mau memakainya!”“Kenapa? jangan seperti ini! aku tidak mempermasalahkan jika kamu masih mau mengenakan cincin ini,” bujuk Richie.
“Aku takut jika dalang di balik penusukanmu adalah papa kandungku.”Richie mengernyit, dia masih tidak paham dengan apa yang Kimi katakana barusan. “Bisakah, kamu menjelaskannya!” pintanya sedikit ragu.Kimi pun menganggukkan kepala, menghela napasnya dan melipat ke dua tangannya di depan dada. Entah kenapa dua anak manusia itu tidak memilih berbincang di dalam, mungkin karena terlalu takut dengan jika berada dalam satu ruangan akan terjadi hal yang tidak diinginkan.“Aku masih ingat dengan jelas saat orangtuaku bercerai, aku masih duduk di kelas satu SD. Aku tidak tahu apa yang membuat mereka menjadi sering bertengkar, hingga hari itu aku melihat mamaku menangis denga luka memar di wajahnya. Papaku melakukan KDRT. Dan kamu tahu apa yang aku katakan ke mamaku?”“Apa?” tanya Richie dengan suara lirih, belum ada setengah cerita Kimi dan dia sudah merasa sangat kasihan.“Tinggalkan papa!”Richie tersentak, alisnya berkerut mendengar jawaban Kimi. “Kamu berkata seperti itu?”“Hem …” Kimi
Malam itu rumah Richie terlihat ramai dengan pria dan wanita yang berpakaian pelayan, rapi dan seragam. Mereka tampak mondar-mandir mengeluarkan makanan juga minuman kemudian menatanya di meja-meja yang terdapat di ruang tamu yang disulap menjadi tempat pesta.Richie dan Kimi ternyata merayakan Anniversary pernikahan mereka yang ke 19. Mereka kali merayakan dengan cara hal yang tidak biasa karena Richie ingin menyenangkan Kimi.“Hati-hati membawa kuenya.” Seorang pelayan terlihat mengomando beberapa pelayan pria yang sedang membawa masuk kue anniversary Kimi dan Richie.Kue dengan tinggi satu meter itu, terlihat cukup mewah dan indah.Orang-orang di sana sibuk ke sana-kemari mengatur tempat pesta itu, mereka harus sudah siap sebelum tamu undangan datang.Di kamar, Kimi baru saja selesai berdandan. Wanita itu terlihat masih cantik dan anggun di usianya saat ini.“Kamu sangat cantik.” Puji Richie sambil memeluk Kimi dari belakang.“Aku memang cantik sejak dulu, jangan merayu,” balas kim
Hari itu Kimi pergi ke tempat Sara, entah kenapa dia ingin sekali datang ke sana setelah beberapa hari ini keluar kota dan sibuk dengan pekerjaan. Dia juga sekalian ingin memberikan oleh-oleh yang dibelinya saat pergi bersama Richie.“Tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini, ga ke rumah sakit?” tanya Sara saat melihat Kimi datang sendiri.“Habis ini mau ke rumah sakit, tapi aku memang sengaja ingin mampir ke sini,” jawab Kimi.Kimi masuk dan meletakkan barang bawaannya ke meja makan, sedangkan Sara memperhatikan apa yang dibawa putrinya itu.“Kamu bawa apa?” tanya Sara.“Kemarin aku ikut Richie ke luar kota karena ada urusan bisnis, aku belikan sedikit oleh-oleh buat Mami sama Papi,” jawab Kimi kemudian merekahkan senyum.Sara senang karena Kimi masih memberinya banyak perhatian meski sibuk dengan urusan keluarga dan pekerjaan.Kimi merangkul lengan Sara, lantas mengajak sang mami berjalan menuju sofa. Dia hendak bermanja ke sang mami, meski sadar jika sudah bukan lagi anak-anak.Kimi me
“Kamu seharusnya tidak seperti itu, Sya.”Richie bicara setelah Kimi pergi, ditatapnya Marsha yang terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.“Tidak seperti itu apa sih, Pi? Bukankah aku sudah bilang jika memang punya pacar, papi dan mami juga tidak protes. Kenapa sekarang marah?” Marsha tidak mau disalahkan soal dirinya yang pergi berpacaran.“Mami dan Papi memang tidak protes kamu berpacaran, tapi bukan berarti kami akan diam kalau kamu berbohong. Mamimu hanya mempermasalahkan kenapa kamu berbohong, apa karena kini punya pacar, jadi membuatmu juga suka berbohong?” Richie bicara sambil menatap tajam Marsha, agar putrinya itu tahu kalau dirinya tidak bercanda.Marsha terlihat bingung mendengar ucapan ayahnya, hingga kemudian membalas, “Aku ‘kan takut kalau kalian marah.”“Sekarang kami semakin marah karena sikap kamu ini. Kamu tidak memikirkan perasaan dan kecemasan kami, Sya. Misal kamu berbohong pergi bersama Zie, tapi kenyataannya tidak, lalu terjadi sesuatu kepadamu, kami bisa ap
Marsha sangat terkejut melihat Kimi yang berjalan cepat ke arahnya bersama sang ayah. Baru saja Kimi berkata kalau masih di luar kota, bagaimana bisa sekarang sudah berada di sana.“Mati aku,” gumam Marsha ketakutan.Andro terlihat bingung melihat Marsha yang ketakutan, hingga menoleh ke arah Marsha memandang dan melihat orangtua Marsha yang sedang mendekat.“Ndro, kamu kabur saja dulu. Takutnya Mami nanti ngamuk! Perintah Marsha sambil mendorong lengan Andro agar segera pergi meninggalkan dirinya.Andro panik saat Marsha memintanya pergi, dia pun berpikir untuk kabur agar tidak mendapatkan masalah.“Baiklah, kamu tidak apa-apa menghadapi kedua orangtuamu sendirian?” tanya Andro yang sudah bersiap pergi.“Tidak apa-apa, buruan sana!” Marsha mendorong tubuh Andro agar segera pergi.Andro pun akhirnya pergi sebelum Kimi dan Richie sampai di sana. Namun, dia pun berjalan seolah sedang menikmati suasana car free day dan tidak berlari karena takut mencurigakan.Kimi menyipitkan mata saat
Kimi benar-benar kebingungan karena Marsha pergi tanpa izin dan berani berbohong. Dia pun akhirnya mencoba menghubungi Zie untuk bertanya apakah Marsha ada di sana.“Halo, Zie.”“Halo, Tan. Ada apa Tan pagi-pagi telepon?” tanya Zie dari seberang panggilan.“Zie, apa Marsha ada di rumahmu?” tanya Kimi dengan wajah panik.“Enggak Tan,” jawab Zie jujur. “Memangnya Marsha bilang kalau mau ke sini?” tanya Zie balik.Kimi langsung memegangi kening saat mendengar jawaban Zie, kepalanya berdenyut ngilu karena putrinya pergi entah ke mana.“Tidak, ya sudah Zie. Makasih infonya,” ucap Kimi kemudian mengakhiri panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Richie saat melihat Kimi sudah selesai bicara dengan Zie.“Dia tidak ada di tempat Zie,” jawab Kimi semakin merasa kepalanya pening. “Kita harus mencarinya, Rich.” Kimi pun mengajak Richie untuk mencari Marsha.Di sisi lain. Marsha sedang jalan-jalan bersama Andro di car free day. Gadis itu hanya memanfaatkan kesempatan saat kedua orangtuanya pergi, Marsha
Setelah urusan pekerjaan selesai, Richie pun menepati janji untuk mengajak Kimi jalan-jalan. Seperti sore itu, keduanya pergi ke tempat bernama Kota Lama, di mana banyak bangunan tua dari zaman penjajahan, terjaga dengan baik sampai sekarang. Kimi berjalan sambil merangkul lengan Richie, melangkah sambil menikmati bangunan di sana.“Beli itu, Rich.” Kimi menunjuk ke arah pedagang yang berjualan di luar area kota lama.Pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya dengan cara berkeliling, penjual itu kini sedang berhenti karena ada yang beli.“Apa itu higienis? Bagaimana kalau makanan yang dibuat itu tidak sehat?” tanya Richie cemas.Kimi mencebik lantas menoleh suaminya, wajahnya cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk.“Kalau mikirnya ke sana, kita tidak akan menikmati apa yang ada. Pasrah saja, misal ga higienis terus sakit, ya nasib,” ujar Kimi karena terlanjur ingin mencoba jajanan yang dijual di sana.Richie sudah tidak bisa berkata-kata, hingga akhirnya menuruti keinginan
Kimi dan Richie pergi ke Semarang sesuai jadwal yang sudah ditentukan, meninggalkan Marsha di rumah tanpa pengawasan karena mereka percaya jika putrinya sudah tidak melakukan hal aneh-aneh lagi seperti dulu.Begitu tiba di kota itu, Kimi dan Richie langsung pergi ke hotel tempat mereka akan menginap selama di sana, juga hotel itu nantinya akan jadi tempat pertemuan rapat antara Richie dan perusahaan yang akan bekerjasama dengan pabriknya.“Mungkin dua hari ini aku akan disibukkan dengan rapat dan juga peninjauan lokasi pembangunan pabrik, apa kamu tidak apa-apa misal belum bisa ke mana-mana?” tanya Richie sambil menatap Kimi yang sedang memasukkan koper ke lemari.Kimi menoleh, lantas menggelengkan kepala pelan. “Tidak apa-apa, yang penting bisa refreshing.”**Richie langsung dihadapkan dengan rapat di sore hari, sedangkan Kimi memilih berada di kamar menunggu Richie rapat. Mereka berniat makan malam di luar setelah Richie selesai rapat.Kimi menyalakan televisi yang ada di kamar hot
“Aku ada urusan bisnis ke luar kota selama beberapa hari.”Richie yang baru saja pulang dan kini sedang melepas manik kemejanya, langsung mengungkapkan perjalanan bisnis yang harus dilakukannya.“Ke mana?” tanya Kimi.“Ke Semarang,” jawab Richie.Kimi terlihat berpikir, kemudian kembali memandang Richie.“Berapa hari?” tanya Kimi kemudian.“Mungkin lima atau enam hari. Soalnya mau peninjauan lokasi pabrik baru di sana,” jawab Richie.Kimi tiba-tiba bangun dari duduknya, lantas berjalan dengan cepat ke arah Richie berdiri.Richie mengerutkan dahi, menatap Kimi yang tersenyum-senyum.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Richie dengan satu alis tertarik ke atas.“Rich, aku boleh ikut nggak?” Kimi bicara dengan manja, bahkan memainkan jari di dada suaminya.Richie merasa aneh karena Kimi mau ikut, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk.“Boleh, sekalian honeymoon lagi. Kita sudah lama tidak pergi bersama,” ujar Richie, dia ingin memanfaatkan waktu bersama.Kimi mengangguk-angguk set
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem