Sudah seminggu semenjak malam itu Azura selalu mendapatkan bunga dimanapun dia berada, dia masih di Indonesia sebelum berangkat lagi kembali ke London.
Azura yang cuek tidak terpikirkan semua bunga yang dia terima itu dari mana asalnya, dia selalu menyuruh asistennya untuk menerima bunga itu.Menempuh perjalanan dari jakarta ke London membuat tubuh Azura terasa remuk, dan kebetulan jadwal padatnya itu hari ini kosong. Azura ingin tidur sepuasnya dikasur empuknya.
"Selamat tidur Yourhignes, semoga lusa anda sudah fit untuk kembali ke pekerjaan anda".Azura mendengus dan menepuk bokong asistennya itu lalu sedikit tersenyum. Catat sedikit.
Azura meraih ponselnya dan mengecek beberapa media sosial pribadinya. Disana dia melihat postingan Banu, mantan kekasihnya yang sekarang juga menjadi mantan kekasih sepupunya. Raut dingin Azura selalu berubah sendu setiap dia sendiri didalam kamar dan melihat potret pria bernama Banu itu. Hati Azura sakit melihat Banu jatuh karena perasaannya kepada Viza, tapi apa perdulinya. Mereka sudah lama berakhir, dan dia juga mengatakan hal itu kepada Banu.Azura tersenyum sedih, dibukanya laci didekat tempat tidurnya disana ada sebuah kotak persegi berwarna merah dia membuka kotak itu dan melihat keringnya beberapa kelopak mawar yang dia simpan.Itulah adalah kenangannya dan Banu, mawar pertama yang Banu berikan padanya dia simpan meski sudah kering seperti kerupuk. Lagi Azura tersenyum sendu, menutup laci dan kotak itu lalu beranjak ke kamar mandi.
***Tidur Azura benar-benar nyenyak hingga dia bangun pukul dua belas siang. Azura merenggangkan otot-ototnya, lalu melihat betapa indah pemandangan kota London siang ini.
Saat ingin berdiri membuat sarapan untuk dirinya sendiri Azura melihat seprei putih yang menutupi dirinya, mengingatkan seminggu lalu akan malam terkutuk yang dia nikmati itu. " stupid, stupid," Azura meracau pada dirinya sendiri. " bagaimana jika mom ataupun dad tahu akan hal ini." Azura menggelengkan kepalanya lalu bergegas mandi.Ting nung....ting nung....
Azura yang masih memakai bathrobe keluar dari kamarnya dan melihat siapa yang bertamu ke apartementnya. Azura membuka pintu dan melihat seorang pria memakai topi yang menutupi wajah pria itu, dan Azura berpikir pria ini adalah kurir pengantar bunga karena memang pria itu membawa bunga.
"Ada yang harus saya tanda tangani ?" Tanya Azura santai. Pria itu membuka perlahan topinya dan tersenyum membuat Azura tidak mengerti. Hingga beberapa detik berlalu dan Azura ingat wajah pria ini.
"What are you doing here ?" Kata Azura terkejut, ditelitinya pria itu dan dia mulai waspada. Bisa saja pria ini orang jahat, ya tuhan dia sudah tidur dengan pria gila. Lihat dia sampai ke London dan berada didepan apartementnya.
Tunggu bagaimana pria ini tahu apartement nya ?
"Wait, how do you know my apartment ?" Azura masih tak habis pikir. Dia sudah siap ingin masuk kedalam apartement nya tapi pria ini benar-benar tidak tahu diri, dia mencium bibir Azura tiba-tiba dan mendorong tubuh Azura masuk kedalam. Azura pening bukan main karena serangan tiba-tiba yang membuatnya hampir lupa diri. Azura menjauhkan tubuh pria tidak sopan ini sekuat tenaga."Get out," usir Azura tidak ingin melihat pria ini lagi. Tapi pria ini malah menjulurkan tangannya kepada Azura.
"Hai Azura, aku Devano. Panggil saja Devan atau Dev, atau sayang juga boleh." Raut wajah dingin Azura berubah jadi jijik melihat pria yang dia nilai petakilan ini.
"Lalu apa urusannya denganku ?"
Azura melipat kedua tangannya didepan dada melihat serius si Devani atau siapalah namanya tadi pikir Azura."Ckckck, jutek amat sih yang. Urusanku kesini karena ingin mengantarkan bunga untuk calon istriku, lalu ingin mengajaknya menikah secepatnya."
Azura merasa geli dan hanya menggelengkan kepalanya, padahal perkiraan Devan kalau Azura akan tertawa mengejeknya. Tapi sungguh wanita ini begitu dingin.
"I warn you, get out now. "
"Dan jika aku tidak mau ?"
"Fine " Azura berjalan kearah telpon didekat ruang tamu miliknya tapi tubuhnya melayang diangkat oleh Devan.
"Are you crazy ha ?"
"Yes, i'm crazy because you my Zura."
Bersambung....Azura mendengus kasar mendengar ucapan pria aneh juga gila yang menggendongnya ini.Azura berusaha meronta tapi Devano tidak membiarkan dirinya bisa lepas, hingga Devano merebahkan Azura keatas ranjangnya. Azura cukup terkejut karena Devano membawa dirinya kedalam kamar, dia waspada jika pria gila ini akan memperkosanya."Kau mau apa ?" Tanya Azura melotot dan mencoba bangkit, tapi Devano mengunci tubuhnya. Devan memperhatikan wajah dingin dan galak Azura, dia begitu mengagumi wajah ini. Dikecupnya kening Azura dan itu sangat membuat Azura tidak bisa menahan emosinya.Azura menendang selangkangan Devan , membuat pria itu kesakitan buakan main. Wajah Devan memerah menahan sakit, dia ingin berbicara tapi sakit yang dia rasakan akibat tendangan Azura membuatnya tak bisa membuka mulutnya.Azura langsung menarik paksa tubuh Devan yang kesakitan itu keluar kamar hingga sampai di pintu apartementnya."Pergi dan jangan memperlihatkan wajahmu lagi didepan
Devan menunggu Azura dibelakang panggung hingga Azura selesai dengan semua kegiatannya membersihkan make up dan segalanya.Azura berjalan bersama managernya dan juga Boby, dia berhenti melihat Devan bersandar disana dan tersenyum kearahnya. "Ayo aku antar kamu pulang ke hotel ?"Azura tersenyum sangat sensual dan berjalan kearah Devan dengan percaya diri, dia terlatih untuk terlihat sempurna bagaikan dewi yang tangguh."Baiklah, tapi aku yang membawa mobil bagaimana ?"Devano tersenyum dan tidak keberatan.Mereka keluar dari tempat acara dan menuju tempat parkir, Azura sempat memeluk lengan Devan manja. Devano sampai salah tingkah akibat ulah Azura."Dev, yang mana mobil kamu". Azura berubah sangat manis, dan Devano curiga wanita ini mabuk. Azura mengambil kunci mobil Devano sambil melakukan aksi yang menggoda Devano, dia menyentuh perut dan berkahir di kantong celana Devano, tatapan mata sensual itu ditujukan Azura untuk Devano, lalu
Hari berganti, setelah malam panas yang lagi Azura dan Devan lakukan semuanya berjalan dengan lancar bagi Devano, tidak ada penolakan bunga ataupun hadiah. Ya, Azura memang tidak menolaknya karena dia tahu siapa pelaku pengirim bunga itu, Azura lebih tidak lagi menyuruh asistennya untuk menerima bunga itu melainkan dirinya sendirilah yang menerimannya dan berakhir di tong sampah.Kejam ?? Tidak, Azura hanya menjaga hatinya untuk tidak tersakiti lagi, dia tidak lagi ingin terlena akan hal-hal seperti itu. Dulu pria yang sangat dia cintai juga sering melakukan hal manis semacam ini, tapi nyatanya pria itu menghancurkan hatinya membuat perasaan cinta yang pertama kali dirasakan oleh Azura berakhir menjadi rasa benci . Tapi sayangnya benci itu tidak sebesar cintanya yang masih terus ada.Tentang hubungannya dan Devanon? Azura hanya menganggapnya sebuah kencan, tidak lebih. Azura tidak ingin dirinya dimiliki oleh orang lain, karena dia sudah pernah melakukannya .Sep
Devan keluar dari mobilnya setelah supir membukakannya pintu, dia berjalan gagah memasuki teras rumah keluarga Edward ini, saat dia memencet bel dan pintu terbuka matanya terkejut melihat sosok Azura dengan kaos berwarna biru dongker dan celana denim, ada kacamata yang bertengger dihidung mancungnya."Azura," katanya terdengar terkejut melihat penampilan Azura yang menurutnya sangat simple. Azura memutar bola matanya malas, dan dia membuka lebar pintu."I'm not Azura oke, I'm Akira. Akira Al'DG Ozvick Edward." Akira mengulurkan tangannya lalu Devan yang masih terkejut menyambut tangan itu."Tapi wajah kalian sangat mirip," katanya lagi masih tidak habis pikir."Kami kembar . Oh ya, ada perlu apa anda kesini?""Saya Devano, saya sudah membuat janji dengan Mr. Edward." "Oh, kamu tamu daddy, ayo masuk dia sudah menunggu anda."Akira berjalan didepan Devano yang mengikutinya keruang tamu rumah mewah itu, disana terl
Azura baru saja selesai membicarakan masalah job yang akan dia lakukan akhir tahun ini, kaki jenjangnya baru saja melangkahkan kaki turun di lobby gedung apartement nya. Dia melihat nama Akira menelponnya, segera dia mengangkatnya karena dirasa penting."Ya ada apa ?""Matilah kau Azura, seorang pria kerumah dan melamarmu. Dia mengatakan kalau kalian sudah...," belum Akira selesai bicara tapi Azura sudah menghentikannya."Baiklah katakan kepada mommy aku akan segera pulang."Akira disana kesal karena Azura selalu saja berbuat sesukanya padahal dia sangat khawatir dengan nasib kembarannya itu.Azura melangkahkan kakinya berbalik arah, dia lebih memilih menaiki taksi daripada membawa mobilnya. Sekitar setengah jam Azura tiba dirumah putih bergaya klasik , langkahnya yang anggun tidak menyiratkan kalau dia sedang gelisah akibat pria yang sudah merusak semua ketenangan hidupnya.Diruang tamu dia melihat Devano yang sudah babak
Akira menempelkan card apartement Azura yang dia miliki atas titah orang tua mereka. "Masuklah," kata Akira menyuruh Devano masuk dan pria itu menurutinya."Dengar, ingat kataku jangan terlalu terburu-buru karena itu sama saja kau memaksanya. Jadilah seseorang yang selalu ada untuknya, hanya itu yang bisa kau lakukan saat ini." Peringat Akira lagi pada Devan."Aku merasakan Azura sangat sedih saat ini. Kau harus berusaha calon adik ipar." Akira tertawa lalu meninggalkan Devan disana untuk berusaha. "Azura," panggil Devan saat dia sudah sendirian. "Azura maafkan aku," tidak ada sahutan dari Azura sehingga Devan memberanikan dirinya membuka pintu kamar yang tepat berada didepannya. Pintu itu tak terkunci, membuat Devano bisa masuk dan melihat keadaan kamar bersih namun hampa. Sebuah tirai terbuka memperlihatkan pemandangan yang sangat indah.Bangunan-banguna kota london dan London eye dapat terlihat dari jendela kaca itu. Perhatian Devan teralihkan saa
Semalam Devano menemani Azura seharian, dan disana Devano tahu kalau Azura memang tidak banyak berbicara dan sangat sangat irit dalam hal itu. Dia hanya akan mengatakan hal-hal penting seperti, menjauhlah, makanan nya ada dimeja makan, aku tidak suka, dan Azura hanya akan berbicara saat ditanya. Sekali Azura berbicara malam itu saat menyuruh Devano pulang, karena Azura ingin istirahat. Tapi bukan Devano namanya kalau mudah menyerah, dia akan terus mendekati Azura hingga Azura mengatakan akan dia menerima Devano, ah membayangkan hal itu membuat Devano bersemangat sekali.Langkah mantap Devano memasuki rumah yang menjadi saksi cintanya untuk Azura itu terlihat mantap. Belum dia sampai didepan pintu tiba-tiba wajahnya mendapatkan bogeman keras hingga hidungnya mengeluarkan darah, astaga yang semalam saja belum sembuh memarnya kenapa lagi ini pikir Devan.Dilihatnya seorang pria yang sedikit lebih tinggi darinya dengan wajah bagai dewa-dewa yunani menatapnya sinis.
Azka duduk santai diruang kerja nya dengan memandangi sebuah foto, pria yang terkenal kekayaan dan dinginnya itu sudah mencintai seorang gadis sedari dia remaja. Namun dia harus terus diam karena takut wanita itu akan menjauhinya karena perasaannya itu, Azka memilih melihat Azura dalam diam saat dia tahu Azura memiliki kekasih saat itu juga dia merasa hancur apalagi Azura sangat mencintai pria itu. Tidak seperti kisah cinta ayahnya yang terang-terangan mengejar cinta Zia_ibu dari wanita yang dicintainya, Azka memilih tetap diam meski itu menyakitkan. Dia selalu mengajak Azura mendatangi acara-acara special yang dia hadiri, mereka selalu dikatakan serasi dan disanalah dia selalu bisa mengekspresikan betapa dia mengagumi Azura, mencintai wanita itu selama bertahun-tahun dalam diamnya, bahkan meski Azura selalu tidak banyak bicara padanya.Pernah suatu saat dia membuntuti Azura yang masuk kedalam sebuah toko buku dengan masker dan kaca mta wanita itu, tapi Azka tetap tahu ka
Lima tahun berlalu…
“SAH…,” ucap semua orang dan Devan mencium keningAzura sangat mesra. Akhirnya jarak yang terjadi diantara mereka kini sirna, danDevano sangat bersyukur atas semua yang terjadi padanya dan Azura. Dia tidakmenyesali apa yang terjadi, tidak sama sekali ! karena semua yang terjadiantara dia dan Azura membawa mereka pada tahap dimana semua perkataan oranglain tentang hubungan mereka tidak penting. Karena yang terpenting adalahmereka saling mencintai.
Hai...setelah Part ini akan ada ekstra part tambahan ya... Jadi sabar menanti oke. Gak lama kok aku up nya. Ingatkan saja jika nanti kelamaan. Wkwkwk...****Jangan tanya bagaiman dinginnya tubuh mu saat terkena salju di musim dingin. Sungguh ini benar-benar sangat dingin, Devano bahkan menyadari kalau wajahnya sedikit kaku karena dia sudah lima jam berada diluar untuk menatap kearah cctv rumah itu.Dia sudah yakin kalau sebentar lagi dia akan konyol dengan pingsan atau mati kedinginan. Devan menghembuskan napasnya yang sudah mengeluarkan hawa dingin. Sementara itu Azura memberontak didalam kamarnya. Alfa sialan itu mengambil ponsel dan juga ipadnya. Benar-benar membuat Azura terkurung.“Buka…Mom, dad. KALIAN TIDAK BISA MEMPERLAKUKAN KU BEGINI, AKU BERHAK MENENTUKAN PILIHANKU.”Teriak Azu
Mobil Devano sampai kedalam rumah Azura, sebelum turun Azura sempat melirik Devan sekilas. Devan tersenyum padanya dan menggenggam erat tangan Azura."Boleh aku minta ciuman untuk langkah awal ku ?" Azura memutar bola matanya malas namun dia tetap memberikan sebuah kecupan lembut di pipi Devano."Ah setelah badai ini berlalu aku akan membuat bibir seksi itu bengkak." Azura tertawa dan mereka segera turun dari dalam mobil.Begitu sampai didalam rumah ternyata Zia dan Reikhan sudah menunggu Azura."Ah ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang." Sarkas Zia."Mom__,""Azura naik kekamar mu."
Salju yang turun lebat di London tidak menghentikan aktifitas dari orang-orang yang tinggal disana.Seperti Azura yang masih harus pergi untuk melakukan pemotretan dan mengurus panti asuhan yang dia miliki.Azura merapatkan mantelnya saat dia turun dari dalam mobil bersama Bobby, dan seperti dugaan Bobby kalau dibelakang mereka adalah mobil Devano yang memang sudah mengikuti mereka sedari keluar dari pekarangan mansion.Azura tertegun melihat wajah kusut Devano yang terburu-buru menghampirinya.Sedikit tidak tega melihat pria yang dia cintai harus seperti ini."Azura, bisa kita bicara ?" Azura hanya mampu membisu, seolah jika dia berbicara maka semua akan berantakan.Sementara Bobby memilih kembali masuk kedalam mobil, sebenarnya Bobby sangat tidak ingin berbicara pada Devano. Dia masih sakit hati atas penyekapan yang dilakukan Devan ke
Devan membanting setir mobilnya saat dia mendengar dari Laura kalau Zia tidak menyambut baik niat mereka juga permintaan maaf Laura. Devan menghidupkan mobilnya, dia pergi ke apartement Azura dulu.Salju tebal yang dia lewati sepanjang jalan tidak membuat kecepatan mobil itu berkurang malah semakin bertambah.Beberapa kali Devan hampir menabrak pengendara lain, dia juga menerobos lampu merah hingga dia sampai di tempat itu.Jika Zia tidak menyetujui mereka maka apa lagi yang harus Devan lakukan.Begitu sampai pada unit yang dia dan Azura miliki Devan langsung masuk menuju kamar. Dia menggapai ponselnya dan menelpon Azura, tidak ada jawaban.Memang ini sudah larut malam. Bahkan pesannya tadi tidak di balas oleh Azura.Devan menelpon orang yang bisa dia pakai untuk melancarkan niatnya."H
Wanita anggun dengan tatapan intimidasi yang cukup kuat itu membuat lawannya bicaranya hanya terdiam setelah lima belas menit mereka bertemu."Wanita ular ini, berani sekali datang ke rumahku. Apa dia mau meminta maaf."Zia menatap tak suka Laura yang tiba-tiba datang ke rumahnya.Keadaan menjadi cair saat Akira datang membawa keberkahan bagi Laura."Mom," panggil Akira dan Zia masih tidak berkedip menatap Laura."Oh my god mom, tante Laura datang kesini ingin berbicara dengan Mommy tapi kenapa Mommy seolah menjadikannya sandra dirumah kita Mom."Zia menyunggingkan senyuman sinisnya dan bersidekap."Silahkan jika kau ingin berbicara. Waktu ku tidak banyak." Akira menepuk jidatnya karena Zia berlakon seperti ini.
Espresso hangat yang sedang dinikmati Laura dan Abraham menjadi tidak nikmat seperti biasanya saat sebuah berita infotaiment yang tidak mengenakkan di lihat oleh Laura.Abraham yang sedang membaca majalah bisnis pun terpaksa berhenti dan melihat kearah televisi. Disana Devano kembali terlihat konyol.Tapi berbeda dengan Laura, Abraham menyunggingkan senyuman. Dia tidak perduli dengan kata berselingkuh yang menjadi judul berita itu. Dia hanya ingin putranya bahagia.Laura terdiam saat wajah Azura menghiasi layarkaca itu, dia dikelilingi para paparazi yang siap menarik informasi darinya."Aku tidak ada hubungannya dengan perceraian atau apapun yang kalian katakan. Aku dan Devan tidak lagi memiliki hubungan."Azura terlihat menerob