Malam itu, Azura dan tim nya bepesta di suatu club malam di Jakarta. Setelah kontrak Azura dengan designer terkenal dunia selesai, Azura dan tim nya merayakannya di club.
Tapi malam ini Azura begitu berbeda, sakit dihatinya ingin ia keluarkan. Senyum Banu membayangi nya, sudah entah berapa kali dia minum hingga dia mulai pusing sekarang. Azura menari di lantai dansa bersama salah satu teman wanitanya, seorang pria yang melihat Azura tersenyum saat melihat tingkah dan gaya Azura menari di lantai dansa itu. Sambil menenggak gelas ke lima nya pria itu berjalan mendekati Azura, menarik pinggang Azura hingga tubuh mereka bersentuhan . Azura menatapnya dingin lalu sebuah senyuman menggoda terukir diwajah Azura."Baru menyadari kecantikanku hem ?" Azura yang sedang mabuk tidak perduli dengan siapa dia sekarang menempel, dia melihat pria itu menatapnya penuh hasrat dan Azura memulai mencium pria itu.
Bibir Azura bagai magnet bagi Devano, tangan Devano menelusuri lekuk indah tubuh wanita yang juga sedang menikmati kegiatan mereka di lantai dansa ini. Karena gerah, Devano akhirnya menggendong Azura, dia menggendong Azura ke mobilnya. Baru saja Devano duduk dikursi pengemudi dia sudah terkejut karena Azura langsung duduk dipangkuannya, Azura mengunci tatapan matanya dan Devano.Wanita ini benar-benar membuat Devano tak habis pikir. Devano menjalankan mobilnya dengan Azura yang masih duduk dipangkuannya,
"Ah.....," desahan Devano keluar saat Azura menghisap lehernya."Sabar sayang, sebentar lagi kita akan sampai. Jangan terburu-buru oke."Untungnya kaca mobil Devano cukup gelap untuk menutupi apa yang dia dan Azura lakukan didalam mobil.Hanya butuh sepuluh menit akhirnya Devano sampai di hotel tempat dia menginap, dia menggendong lagi Azura untuk sampai ke kamarnya.
Begitu sampai dikamarnya Devano menidurkan Azura dan langsung mencium bibir Azura, menghisap dan menyapu bibir itu. Lalu Azura membalik posisinya menjadi diatas Devano, membuka satu persatu kancing kemeja milik Devano, gerakan Azura membuat Devano benar-benar gila. Sentuhan-sentuhan kecil itu terasa menyengat dirinya.Azura berdiri disaat semua pakaian Devano sudah dia buka tanpa sisa. Gantian dirinya yang membuka perlahan dress yang dia gunakan, mata Devano tak berkedip sedikit pun, dan saat itulah dia sadar kalau wanita yang bersamanya ini adalah 'Azura' salah satu model terkenal dan aktris dengan bayaran fantastis beberapa tahun ini.Tuhan, wanita ini benar-benar cantik seperti yang selama ini terlihat. Bahkan Azura lebih cantik dilihat secara langsung seperti ini. Devano bangkit karena tidak tahan menahan godaan yang disajikan Azura, ciuman dibibir Azura beralih keleher dan bagian lainnya.
Lama saling mencumbu Devano dan Azura akhirnya sampai pada titik yang mengejutkan Devano, saat dia mencoba masuk kedalam pusat kenikmatan Azura ada sesuatu yang menghalanginya."Ah...., jangan hentikan please..." ucap Azura. Untuk pertama kalinya Devano mendengar Azura berbicara panjang dengannya. Dan suara ini akan Devano ingat terus seumur hidupnya.
Azura mengalungkan tangannya dileher Devano saat pria itu masih ragu. Ragu karena dia akan menjadi pria brengsek malam ini, selama dia berhubungan dengan wanita-wanita lain Devano tidak pernah merenggut keperawanan seseorang, ditambah Azura sedikit mabuk. Tapi untuk dihentikan rasanya sangat sulit apalagi Azura terus menggodanya seperti ini."Please...," kata Azura lagi menatap mata Devano dan Devano tersenyum padanya. Devano jatuh cinta pada malam pertama dirinya dan Azura, jatuh cinta pada tatapan mata tajam milik sang super model itu.
Perlahan Devano menghentak masuk kedalam Azura, lalu dia mencium Azura agar rasa sakit itu tergantikan dengan panasnya ciuman mereka.Maafkan Devano karena dia berdoa agar Azura langsung hamil benihnya, maafkan dia karena setelah ini dia akan mengklaim Azura adalah miliknya meski wanita itu tak sudi.
***Azura mengerjapkan matanya dia bangun dengan kepala yang pusing, segelas susu sudah ada didepannya saat dia mencoba membuka mata lebar.
Wajah pria hanya menggunakan boxer lah yang dia lihat. Jantung Azura berdetak cepat, jangan bilang dia semalam ?Shit, umpat Azura karena dia sudah melepaskan mahkotanya dengan cara terkutuk ini.Azura mencoba bangkit dan meraih helaian baju juga pakaian dalamnya."Minumlah, kita akan bicarakan ini. "
Setelah selesai memakai pakaiannya Azura langsung menenggak habis susu hangat dari pria asing yang sudah mengambil kehormatannya ini.Azura lalu mencari dimana tas nya."Ini tas mu jika kau mencarinya." Azura mengambil tas itu dengan wajah dinginnya.
" Azura right ?" Tanya Pria itu tapi Azura hanya diam, dia melakukan kegiatannya mencari ponsel didalam tasnya.
"Aku akan menikahimu, jadi kamu tenang saja."
"Stop dan lupakan malam ini oke. Kau tidak perlu bertanggung jawab, aku yang menginginkannya." Azura langsung keluar dari kamar meninggalkan pria yang sudah menghabiskan malam bersamanya.
"Aku tidak mungkin bisa melupakan malam ini my Zura..." Devano mencium foto Azura yang dia abadikan di ponselnya. Azura begitu seksi disana, dan itu akan menjadi obat Devano sebelum Azura menerimanya.
Bersambung....Sudah seminggu semenjak malam itu Azura selalu mendapatkan bunga dimanapun dia berada, dia masih di Indonesia sebelum berangkat lagi kembali ke London.Azura yang cuek tidak terpikirkan semua bunga yang dia terima itu dari mana asalnya, dia selalu menyuruh asistennya untuk menerima bunga itu. Menempuh perjalanan dari jakarta ke London membuat tubuh Azura terasa remuk, dan kebetulan jadwal padatnya itu hari ini kosong. Azura ingin tidur sepuasnya dikasur empuknya."Selamat tidur Yourhignes, semoga lusa anda sudah fit untuk kembali ke pekerjaan anda".Azura mendengus dan menepuk bokong asistennya itu lalu sedikit tersenyum. Catat sedikit.Azura meraih ponselnya dan mengecek beberapa media sosial pribadinya. Disana dia melihat postingan Banu, mantan kekasihnya yang sekarang juga menjadi mantan kekasih sepupunya. Raut dingin Azura selalu berubah sendu setiap dia sendiri didalam kamar dan melihat potret pria bernama Banu itu. Hati Azura sakit melihat Banu ja
Azura mendengus kasar mendengar ucapan pria aneh juga gila yang menggendongnya ini.Azura berusaha meronta tapi Devano tidak membiarkan dirinya bisa lepas, hingga Devano merebahkan Azura keatas ranjangnya. Azura cukup terkejut karena Devano membawa dirinya kedalam kamar, dia waspada jika pria gila ini akan memperkosanya."Kau mau apa ?" Tanya Azura melotot dan mencoba bangkit, tapi Devano mengunci tubuhnya. Devan memperhatikan wajah dingin dan galak Azura, dia begitu mengagumi wajah ini. Dikecupnya kening Azura dan itu sangat membuat Azura tidak bisa menahan emosinya.Azura menendang selangkangan Devan , membuat pria itu kesakitan buakan main. Wajah Devan memerah menahan sakit, dia ingin berbicara tapi sakit yang dia rasakan akibat tendangan Azura membuatnya tak bisa membuka mulutnya.Azura langsung menarik paksa tubuh Devan yang kesakitan itu keluar kamar hingga sampai di pintu apartementnya."Pergi dan jangan memperlihatkan wajahmu lagi didepan
Devan menunggu Azura dibelakang panggung hingga Azura selesai dengan semua kegiatannya membersihkan make up dan segalanya.Azura berjalan bersama managernya dan juga Boby, dia berhenti melihat Devan bersandar disana dan tersenyum kearahnya. "Ayo aku antar kamu pulang ke hotel ?"Azura tersenyum sangat sensual dan berjalan kearah Devan dengan percaya diri, dia terlatih untuk terlihat sempurna bagaikan dewi yang tangguh."Baiklah, tapi aku yang membawa mobil bagaimana ?"Devano tersenyum dan tidak keberatan.Mereka keluar dari tempat acara dan menuju tempat parkir, Azura sempat memeluk lengan Devan manja. Devano sampai salah tingkah akibat ulah Azura."Dev, yang mana mobil kamu". Azura berubah sangat manis, dan Devano curiga wanita ini mabuk. Azura mengambil kunci mobil Devano sambil melakukan aksi yang menggoda Devano, dia menyentuh perut dan berkahir di kantong celana Devano, tatapan mata sensual itu ditujukan Azura untuk Devano, lalu
Hari berganti, setelah malam panas yang lagi Azura dan Devan lakukan semuanya berjalan dengan lancar bagi Devano, tidak ada penolakan bunga ataupun hadiah. Ya, Azura memang tidak menolaknya karena dia tahu siapa pelaku pengirim bunga itu, Azura lebih tidak lagi menyuruh asistennya untuk menerima bunga itu melainkan dirinya sendirilah yang menerimannya dan berakhir di tong sampah.Kejam ?? Tidak, Azura hanya menjaga hatinya untuk tidak tersakiti lagi, dia tidak lagi ingin terlena akan hal-hal seperti itu. Dulu pria yang sangat dia cintai juga sering melakukan hal manis semacam ini, tapi nyatanya pria itu menghancurkan hatinya membuat perasaan cinta yang pertama kali dirasakan oleh Azura berakhir menjadi rasa benci . Tapi sayangnya benci itu tidak sebesar cintanya yang masih terus ada.Tentang hubungannya dan Devanon? Azura hanya menganggapnya sebuah kencan, tidak lebih. Azura tidak ingin dirinya dimiliki oleh orang lain, karena dia sudah pernah melakukannya .Sep
Devan keluar dari mobilnya setelah supir membukakannya pintu, dia berjalan gagah memasuki teras rumah keluarga Edward ini, saat dia memencet bel dan pintu terbuka matanya terkejut melihat sosok Azura dengan kaos berwarna biru dongker dan celana denim, ada kacamata yang bertengger dihidung mancungnya."Azura," katanya terdengar terkejut melihat penampilan Azura yang menurutnya sangat simple. Azura memutar bola matanya malas, dan dia membuka lebar pintu."I'm not Azura oke, I'm Akira. Akira Al'DG Ozvick Edward." Akira mengulurkan tangannya lalu Devan yang masih terkejut menyambut tangan itu."Tapi wajah kalian sangat mirip," katanya lagi masih tidak habis pikir."Kami kembar . Oh ya, ada perlu apa anda kesini?""Saya Devano, saya sudah membuat janji dengan Mr. Edward." "Oh, kamu tamu daddy, ayo masuk dia sudah menunggu anda."Akira berjalan didepan Devano yang mengikutinya keruang tamu rumah mewah itu, disana terl
Azura baru saja selesai membicarakan masalah job yang akan dia lakukan akhir tahun ini, kaki jenjangnya baru saja melangkahkan kaki turun di lobby gedung apartement nya. Dia melihat nama Akira menelponnya, segera dia mengangkatnya karena dirasa penting."Ya ada apa ?""Matilah kau Azura, seorang pria kerumah dan melamarmu. Dia mengatakan kalau kalian sudah...," belum Akira selesai bicara tapi Azura sudah menghentikannya."Baiklah katakan kepada mommy aku akan segera pulang."Akira disana kesal karena Azura selalu saja berbuat sesukanya padahal dia sangat khawatir dengan nasib kembarannya itu.Azura melangkahkan kakinya berbalik arah, dia lebih memilih menaiki taksi daripada membawa mobilnya. Sekitar setengah jam Azura tiba dirumah putih bergaya klasik , langkahnya yang anggun tidak menyiratkan kalau dia sedang gelisah akibat pria yang sudah merusak semua ketenangan hidupnya.Diruang tamu dia melihat Devano yang sudah babak
Akira menempelkan card apartement Azura yang dia miliki atas titah orang tua mereka. "Masuklah," kata Akira menyuruh Devano masuk dan pria itu menurutinya."Dengar, ingat kataku jangan terlalu terburu-buru karena itu sama saja kau memaksanya. Jadilah seseorang yang selalu ada untuknya, hanya itu yang bisa kau lakukan saat ini." Peringat Akira lagi pada Devan."Aku merasakan Azura sangat sedih saat ini. Kau harus berusaha calon adik ipar." Akira tertawa lalu meninggalkan Devan disana untuk berusaha. "Azura," panggil Devan saat dia sudah sendirian. "Azura maafkan aku," tidak ada sahutan dari Azura sehingga Devan memberanikan dirinya membuka pintu kamar yang tepat berada didepannya. Pintu itu tak terkunci, membuat Devano bisa masuk dan melihat keadaan kamar bersih namun hampa. Sebuah tirai terbuka memperlihatkan pemandangan yang sangat indah.Bangunan-banguna kota london dan London eye dapat terlihat dari jendela kaca itu. Perhatian Devan teralihkan saa
Semalam Devano menemani Azura seharian, dan disana Devano tahu kalau Azura memang tidak banyak berbicara dan sangat sangat irit dalam hal itu. Dia hanya akan mengatakan hal-hal penting seperti, menjauhlah, makanan nya ada dimeja makan, aku tidak suka, dan Azura hanya akan berbicara saat ditanya. Sekali Azura berbicara malam itu saat menyuruh Devano pulang, karena Azura ingin istirahat. Tapi bukan Devano namanya kalau mudah menyerah, dia akan terus mendekati Azura hingga Azura mengatakan akan dia menerima Devano, ah membayangkan hal itu membuat Devano bersemangat sekali.Langkah mantap Devano memasuki rumah yang menjadi saksi cintanya untuk Azura itu terlihat mantap. Belum dia sampai didepan pintu tiba-tiba wajahnya mendapatkan bogeman keras hingga hidungnya mengeluarkan darah, astaga yang semalam saja belum sembuh memarnya kenapa lagi ini pikir Devan.Dilihatnya seorang pria yang sedikit lebih tinggi darinya dengan wajah bagai dewa-dewa yunani menatapnya sinis.
Lima tahun berlalu…
“SAH…,” ucap semua orang dan Devan mencium keningAzura sangat mesra. Akhirnya jarak yang terjadi diantara mereka kini sirna, danDevano sangat bersyukur atas semua yang terjadi padanya dan Azura. Dia tidakmenyesali apa yang terjadi, tidak sama sekali ! karena semua yang terjadiantara dia dan Azura membawa mereka pada tahap dimana semua perkataan oranglain tentang hubungan mereka tidak penting. Karena yang terpenting adalahmereka saling mencintai.
Hai...setelah Part ini akan ada ekstra part tambahan ya... Jadi sabar menanti oke. Gak lama kok aku up nya. Ingatkan saja jika nanti kelamaan. Wkwkwk...****Jangan tanya bagaiman dinginnya tubuh mu saat terkena salju di musim dingin. Sungguh ini benar-benar sangat dingin, Devano bahkan menyadari kalau wajahnya sedikit kaku karena dia sudah lima jam berada diluar untuk menatap kearah cctv rumah itu.Dia sudah yakin kalau sebentar lagi dia akan konyol dengan pingsan atau mati kedinginan. Devan menghembuskan napasnya yang sudah mengeluarkan hawa dingin. Sementara itu Azura memberontak didalam kamarnya. Alfa sialan itu mengambil ponsel dan juga ipadnya. Benar-benar membuat Azura terkurung.“Buka…Mom, dad. KALIAN TIDAK BISA MEMPERLAKUKAN KU BEGINI, AKU BERHAK MENENTUKAN PILIHANKU.”Teriak Azu
Mobil Devano sampai kedalam rumah Azura, sebelum turun Azura sempat melirik Devan sekilas. Devan tersenyum padanya dan menggenggam erat tangan Azura."Boleh aku minta ciuman untuk langkah awal ku ?" Azura memutar bola matanya malas namun dia tetap memberikan sebuah kecupan lembut di pipi Devano."Ah setelah badai ini berlalu aku akan membuat bibir seksi itu bengkak." Azura tertawa dan mereka segera turun dari dalam mobil.Begitu sampai didalam rumah ternyata Zia dan Reikhan sudah menunggu Azura."Ah ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang." Sarkas Zia."Mom__,""Azura naik kekamar mu."
Salju yang turun lebat di London tidak menghentikan aktifitas dari orang-orang yang tinggal disana.Seperti Azura yang masih harus pergi untuk melakukan pemotretan dan mengurus panti asuhan yang dia miliki.Azura merapatkan mantelnya saat dia turun dari dalam mobil bersama Bobby, dan seperti dugaan Bobby kalau dibelakang mereka adalah mobil Devano yang memang sudah mengikuti mereka sedari keluar dari pekarangan mansion.Azura tertegun melihat wajah kusut Devano yang terburu-buru menghampirinya.Sedikit tidak tega melihat pria yang dia cintai harus seperti ini."Azura, bisa kita bicara ?" Azura hanya mampu membisu, seolah jika dia berbicara maka semua akan berantakan.Sementara Bobby memilih kembali masuk kedalam mobil, sebenarnya Bobby sangat tidak ingin berbicara pada Devano. Dia masih sakit hati atas penyekapan yang dilakukan Devan ke
Devan membanting setir mobilnya saat dia mendengar dari Laura kalau Zia tidak menyambut baik niat mereka juga permintaan maaf Laura. Devan menghidupkan mobilnya, dia pergi ke apartement Azura dulu.Salju tebal yang dia lewati sepanjang jalan tidak membuat kecepatan mobil itu berkurang malah semakin bertambah.Beberapa kali Devan hampir menabrak pengendara lain, dia juga menerobos lampu merah hingga dia sampai di tempat itu.Jika Zia tidak menyetujui mereka maka apa lagi yang harus Devan lakukan.Begitu sampai pada unit yang dia dan Azura miliki Devan langsung masuk menuju kamar. Dia menggapai ponselnya dan menelpon Azura, tidak ada jawaban.Memang ini sudah larut malam. Bahkan pesannya tadi tidak di balas oleh Azura.Devan menelpon orang yang bisa dia pakai untuk melancarkan niatnya."H
Wanita anggun dengan tatapan intimidasi yang cukup kuat itu membuat lawannya bicaranya hanya terdiam setelah lima belas menit mereka bertemu."Wanita ular ini, berani sekali datang ke rumahku. Apa dia mau meminta maaf."Zia menatap tak suka Laura yang tiba-tiba datang ke rumahnya.Keadaan menjadi cair saat Akira datang membawa keberkahan bagi Laura."Mom," panggil Akira dan Zia masih tidak berkedip menatap Laura."Oh my god mom, tante Laura datang kesini ingin berbicara dengan Mommy tapi kenapa Mommy seolah menjadikannya sandra dirumah kita Mom."Zia menyunggingkan senyuman sinisnya dan bersidekap."Silahkan jika kau ingin berbicara. Waktu ku tidak banyak." Akira menepuk jidatnya karena Zia berlakon seperti ini.
Espresso hangat yang sedang dinikmati Laura dan Abraham menjadi tidak nikmat seperti biasanya saat sebuah berita infotaiment yang tidak mengenakkan di lihat oleh Laura.Abraham yang sedang membaca majalah bisnis pun terpaksa berhenti dan melihat kearah televisi. Disana Devano kembali terlihat konyol.Tapi berbeda dengan Laura, Abraham menyunggingkan senyuman. Dia tidak perduli dengan kata berselingkuh yang menjadi judul berita itu. Dia hanya ingin putranya bahagia.Laura terdiam saat wajah Azura menghiasi layarkaca itu, dia dikelilingi para paparazi yang siap menarik informasi darinya."Aku tidak ada hubungannya dengan perceraian atau apapun yang kalian katakan. Aku dan Devan tidak lagi memiliki hubungan."Azura terlihat menerob