Lambert Company
Elgan telah selesai merapikan dokumen yang tadi berserakan di atas mejanya. Setelah menggunakan kembali jas hitam miliknya, Elgan segera keluar dari ruangannya. Pandangan Elgan langsung tertuju kepada Niko yang ternyata juga sedang merapikan meja kerjanya. Sore yang cerah ini, kedua teman sejoli itu akan pulang bersama. Tadi, saat kembali dari prosesi tender umum dilakukan, Niko meminta Elgan untuk mengantarkannya pulang karena mobilnya sedang diservis. Sementara Nadin sedang pergi ke luar kota, sehingga Niko tidak bisa meminta bantuan kepada kekasihnya itu.
"Bro, udah selesai lo." Niko sedikit terkejut mendapati Elgan yang berdiri di dekatnya dengan tampang datar dan kedua tangan yang dimasukkan ke saku. Elgan benar-benar aneh. Ia lebih memilih menunggu daripada menegur Niko yang tadi sengaja memperlambat kegiatannya. Hal itu membuat Niko tertawa dalam hati.
"Hmm,"
Well, Elgan tetaplah Elgan. Sekalipun mereka telah berte
Elgan mengangkat tubuh Cia dengan bridal style menuju kamar mandi. Ciuman keduanya baru saja terlepas membuat Cia buru-buru menghirup udara sebanyak-banyaknya saat berada di gendongan suaminya. Tidak lupa, Cia menatap wajah Elgan dari bawah, melihat hidung mancung dan mata lentik suaminya itu dengan jelas. Elgan mendorong pintu kamar mandi dengan kakinya setelah Cia menekan handle pintu dengan tangannya yang leluasa.Elgan lantas menurunkan tubuh Cia dengan pelan dan penuh kehati-hatian di pinggir bathub. Perlakuan Elgan yang lembut membuat Cia tidak henti-hentinya tersenyum. Elgan menatap Cia dalam, menyelami mata bulat istrinya dengan penuh cinta. Ditatap seperti itu membuat jantung Cia berdetak dua kali lipat. Ia lantas membalas tatapan Elgan dengan tidak kalah dalam. Keduanya larut dalam tatapan itu. Seakan, tatapan tersebut dapat mengungkapkan perasaan mereka saat ini. Tidak tau siapa yang memulai, bibir keduanya sudah beradu. Menikmati kelembutan yang dimi
Tidak pernah sekalipun Cia kepikiran kalau kalungnya yang hilang ada di tangan Elgan. Cia masih ingat betul, waktu itu ia tersadar kalungnya hilang ketika berada di toilet bandara. Cia langsung mencarinya, namun tidak menemukan benda yang dari kecil selalu menghiasi lehernya itu. Cia yang saat itu sedang dilanda emosi karena baru saja bertengkar dengan Amora semakin merasa kesal dan ingin kembali melampiaskan kemarahannya kepada sepasang kekasih itu. Namun, Elgan dan Amora sudah pergi dari sana. Sehingga, Cia pergi dengan hati yang tidak ikhlas. Dan hal yang paling mengerikan saat itu terjadi di hidupnya. Cia pikir, setelah bertemu Alden yang sangat ia rindukan, hidupnya bisa kembali menjadi lebih berwarna setelah Mr. Bill membatalkan pertunangan mereka. Namun, Cia dan Alden salah. Mereka malah masuk ke dalam nasib buruk yang menyebabkan mereka kehilangan semua memori mereka. Alden dan Cia saling melupakan satu sama lain. Atas kejadian itu, Mr. Bill lah yang paling diu
Elgan menatap Cia dengan datar. Mendengar Cia mengatakan rindu kepada Alden membuat Elgan unmood dalam sekejap. Elgan tidak tahu mengapa hatinya tiba-tiba seperti ini. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perkataan Cia karena hal itu wajar. Dulu Elgan juga pernah seperti itu saat ia merindukan Amora padahal sudah mempunyai istri. Dan kali ini, istrinya merindukan Alden yang telah tiada. Harusnya hati Elgan tidak perlu sesakit ini. Yah... Seharusnya begitu. Tapi mengendalikannya begitu sulit.Cia yang menyadari perubahan raut Elgan dibuat gelagapan."El, aku... Ini gak seperti yang kamu pikirkan. Aku merindukan Alden hanya sebatas teman, gak lebih." Cia menyetuh punggung tangan suaminya, meyakinkan Elgan atas perkataannya.Elgan diam. Terkesan malas menanggapi perkataan Cia. Ayolah... Mengapa Elgan tiba-tiba seperti ini. Moodnya begitu mudah berubah.Cia menyadari kesalahan atas ucapannya dan ia menyesali hal t
"Bagaimana kabarmu, Nak? Sekarang kau sudah jarang menemui aku." Mr. Bill menatap Elgan yang duduk di hadapannya setelah memasukkan sesuap potongan daging ke mulutnya.Elgan menarik sudut bibirnya tipis, bahkan hampir tidak terlihat sedikitpun."Baik, seperti yang kau lihat, Mr. Bill," sahutnya."Akhir-akhir ini aku sedang sibuk. Aku juga lebih fokus pada kehamilan istriku," sambung Elgan lalu menatap Cia yang duduk di sampingnya dengan senyum lembut. Cia lantas menoleh kepada Elgan setelah mendengar jawaban suaminya tersebut sambil membalas senyuman Elgan.Mr. Bill yang melihat itu mendengus dalam hati."Ah, iya. Maaf ya, aku tidak datang ke acara syukuran kehamilan Cia. Waktu itu perusahaan sedang ada masalah. Jadi, aku terlalu memikirkannya sampai-sampai lupa kalau hari itu hari istimewa kalian. Maaf, ya." Mr. Bill menatap Elgan dan Cia dengan rasa bersalah."Tidak masalah, Mr. Bill." Elga
"Selamat siang, Sir." Wanita itu benar-benar tidak ada bosannya untuk menyapa Elgan. Nyali Lyodra sangat besar hingga ia mengabaikan bisik-bisikan dari rekan kerjanya yang mengatakan ia terlalu bersemangat juga murahan. Lyodra memang begitu bersemangat untuk bisa menarik perhatian Elgan. Ia sangat ingin sapaannya ditanggapi oleh Elgan, walau hanya dengan anggukan kecil. Namun, hingga saat ini keinginannya itu belum juga tercapai. Elgan masih saja terus mengabaikannya seakan-akan ia tidak mendengar sapaan Lyodra. Lagi-lagi Lyodra hanya bisa mengelus dada dan menyemangati dirinya kalau suatu saat nanti Elgan pasti akan menyapanya kembali. Menurut Lyodra, hal itu sangat wajar karena Elgan memang bukan pria yang ramah. Malahan, kecuekan dan sikap Elgan yang tidak welcome lah yang membuat Lyodra tertarik untuk mendekati Elgan. Tentu saja, setelah ketampanan pria itu. Sapaan Lyodra tertangkap oleh pendengaran Elgan ketika ia melewati meja recepsionist. Elgan s
"Selamat siang, Sir." Wanita itu benar-benar tidak ada bosannya untuk menyapa Elgan. Nyali Lyodra sangat besar hingga ia mengabaikan bisik-bisikan dari rekan kerjanya yang mengatakan ia terlalu bersemangat juga murahan. Lyodra memang begitu bersemangat untuk bisa menarik perhatian Elgan. Ia sangat ingin sapaannya ditanggapi oleh Elgan, walau hanya dengan anggukan kecil. Namun, hingga saat ini keinginannya itu belum juga tercapai. Elgan masih saja terus mengabaikannya seakan-akan ia tidak mendengar sapaan Lyodra. Lagi-lagi Lyodra hanya bisa mengelus dada dan menyemangati dirinya kalau suatu saat nanti Elgan pasti akan menyapanya kembali. Menurut Lyodra, hal itu sangat wajar karena Elgan memang bukan pria yang ramah. Malahan, kecuekan dan sikap Elgan yang tidak welcome lah yang membuat Lyodra tertarik untuk mendekati Elgan. Tentu saja, setelah ketampanan pria itu.Sapaan Lyodra tertangkap oleh pendengaran Elgan ketika ia melewati meja recepsionist. Elgan sen
Elgan terdiam menatap kepergian Cia, kemudian menghela napas lalu menggeleng kecil. Elgan tidak mengerti apa yang terjadi dengan Cia saat ini. Elgan hanya meminta Cia untuk menemaninya pergi ke pesta perayaan ulangtahun perusahaan Mr. Bill. Apa itu sulit? Elgan benar-benar tidak habis pikir. Padahal Cia hanya perlu menemaninya dan mereka akan langsung pulang saat acara selesai. Elgan rasa tidak ada yang perlu dikawatirkan dengan hal itu."Carikan lagi gaun yang paling cantik untuk istriku. Ingat, jangan terlalu terbuka dan jangan terlalu menjuntai ke bawah," titah Elgan kepada kedua wanita itu dengan tegas.Kedua wanita itu mengangguk patuh."Baik, Sir."Elgan kembali menghela napas, kemudian pergi dari sana untuk menemui Cia di kamar mereka. Sedangkan kedua wanita itu saling pandang menatap kepergian Elgan. Mereka tentu menyadari perselisihan di antara sepasang suami istri itu.Elgan menekan handle pintu dan masuk ke dala
Hari yang paling dihindari oleh Cia akhirnya tiba. Gaun yang cukup indah telah melekat di tubuhnya yang semakin berisi setelah dibantu oleh kedua wanita event organizer. Gaun pilihan Elgan yang Cia kenakan memang sangat sesuai dengan seleranya. Cia bahkan menyukainya sejak pandangan pertama. Sekalipun demikian, Cia tetap tampak tidak bersemangat untuk pergi ke acara itu. Kalau saja bukan karena ketakutannya Elgan disentuh oleh wanita lain, dapat Cia pastikan kalau ia tidak akan mau datang ke sana. Huh! Ada untungnya juga mama Elena memberi masukan kepada Cia, kalau tidak, ia pasti akan melewatkan hal itu dan termakan oleh api cemburu. C'mon, Cia harus menarik ujung bibirnya. Melakukan hal yang tidak ia sukai dengan senyum yang manis. Well, Cia akan melakukannya untuk kali ini. Menikmati pesta yang mungkin hingga larut malam."Sudah siap, Nyonya." Salah seorang EO berujar di belakang Cia setelah ia selesai menata surai hitam Cia yang pancang.C
Lima tahun kemudianMasih sama seperti beberapa tahun sebelumnya, rumah mewah yang dihuni oleh Elgan bersama istri dan anaknya tetap dijaga ketat oleh beberapa bodyguard di beberapa bagian. Semua hal itu dilakukan Elgan demi keselamatan dan keamanan keluarga kecilnya. Sejauh ini memang tidak pernah lagi terjadi hal-hal mengerikan yang dulu pernah menimpa mereka, namun bukan berarti Elgan akan mencabut semua keamanan itu. Tidak! Ia tetap tidak ingin mengambil resiko yang berbahaya hanya karena situasi saat ini terlihat aman. Elgan tidak bisa menjamin kalau orang-orang di luar sana tidak ada yang membencinya. Elgan masih takut dan trauma untuk mempercayai orang lain dengan mudah. Setelah Mr. Bill mengkhianatinya, tidak ada satupun orang lain yang menjadi teman dekatnya. Tentu saja Niko dan Nadi berbeda. Elgan bisa menjamin kesetiaan sepasang suami istri itu kepada keluarganya.Siang ini, Elgan sedang tidak berada di rumah. Ia masih memiliki beberapa t
Setiap wanita pasti menginginkan pernikahan yang sangat berkesan di hidupnya karena hanya dilakukan sekali seumur hidup. Menikah dengan orang yang dicintai merupakan suatu anugerah dari Tuhan karena telah mengizinkan kita menikah dengan orang tersebut. Sebagian orang mungkin menghadapi pilihan yang pahit saat pihak keluarga lebih memilih menikahkan putra atau putri mereka dengan gadis dan lelaki pilihan mereka sendiri. Untungnya, keluarga Nadin dan Niko bukan orang-orang yang seperti itu. Mereka diizinkan untuk memilih pendamping hidup masing-masing dan tidak memaksakan kehendak.Mungkin hal itu jugalah yang menjadi perbedaan antara keluarga besar Elgan dan Niko. Namun, bukan itu yang terpenting karena masing-masing dari mereka akhirnya telah menemukan kebahagiaan. Dan semua itu tidak didapat dengan begitu mudah. Pengorbanan yang tidak sedikit telah mereka lakukan demi sampai pada titik yang bernama bahagia.Acara pernikahan tidak berlangsung di Jakarta pus
Dua tahun kemudianDi kamar tidur seorang anak kecil yang kemarin baru saja merayakan ulangtahunnya yang ke dua tahun, King berupaya untuk turun dari tempat tidur setelah menyalakan lampu nakas.Rambutnya yang kusut serta mata sayu yang masih setengah terbuka itu membuat King tampak begitu menggemaskan.Berhasil. King berhasil mendarat dengan sempurna di atas lantai. Senyum tipis terukir di bibirnya yang berwarna pink alami. Berjalan pelan menuju pintu, King berjinjit agar tangannya bisa mencapai gagang pintu dan membukanya. Lagi-lagi ia menarik kedua sudut bibirnya saat berhasil melakukan hal tersebut.King berlari kecil menuju kamar yang ada di sebelah kamarnya. Sesampainya di depan pintu itu, ia kembali berjinjit dan membuka pintu selebar-lebarnya. Di sana, ia langsung mendapati kedua orang tuanya yang masih bergelut di balik selimut tebal yang sangat cocok untuk menghangatkan tubuh di kala musim dingin seperti ini.Setelah menutup p
Kehilangan. Tidak seorangpun menginginkan perpisahan. Kehilangan seseorang meninggal luka mendalam di hati orang-orang yang ditinggalkan.Di depan makan sang putri, Cia terisak pelan seraya mengusap gundukan tanah yang masih basah. Bahunya bergetar hebat, menyeimbangi isak tangisnya yang tak kunjung berhenti.Elgan yang berjongkok di samping sang istri tidak berhenti mengusap pundak Cia. Untuk yang kedua kalinya ia menangis di depan makam sang putri yang telah mendahului mereka. Mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya, Elgan kembali memenangkan Cia."El, aku belum pernah melihatnya, kenapa putriku tega meninggalkan aku?" gumam Cia di sela-sela tangisannya."Apa dia membenciku, El? Apa dia merasa aku bukan Ibu yang baik makanya dia pergi? El, aku ingin ikut dengannya. Aku mau menjemputnya...," ratap Cia, histeris.Elgan yang mendengar hal itu langsung menarik Cia ke dalam pelukannya, menjadikan dadanya sebagai tempat pelam
Hari ini jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Semua hal berat yang dilalui kian menguap dan menghilang saat sang pujaan hati kembali ke pelukan. Mimpi buruk itu telah berlalu. Siapapun tidak ingin kembali masuk dan melihat mimpi yang mengerikan itu. Jika boleh, sang raja hanya ingin hidup seperti ini, bersama ratu menghabiskan sisa-sisa hidupnya.Berlebihan bukan? Namun, begitulah yang Elgan inginkan. Ia tidak butuh apapun selain Cia. Ia tidak butuh orang lain selain istrinya. Sudah lebih dari lima belas menit lamanya Elgan memeluk pinggang istrinya itu, membuat sang empu geleng-geleng melihat mode posesif suaminya yang aktif."El, kamu gak capek meluk aku terus?" Di atas ranjang yang hanya muat untuk satu orang, Elgan duduk bergabung bersama Cia di tempat itu.Elgan menggeleng pelan di dalam ceruk leher istrinya. Posisi ini masih terasa nyaman dan ia belum ingin melepaskan pelukannya dari tubuh Cia. Berminggu-minggu berjauhan dan t
Cia berdiri seorang diri di tengah-tengah padang rumput yang hijau. Ia menatap sekelilingnya dengan penuh tanda tanya. Tempat itu terasa asing baginya. Cia kembali melangkah, mencari tempat beristirahat dan juga pertolongan. Rasanya sudah cukup lama ia berjalan, namun hingga saat ini ia tidak melihat satu orangpun di tempat itu.Di depan sana, Cia melihat pohon rimbun yang mungkin akan bisa menjadi tempatnya beristirahat. Ia lantas mendekati pohon itu dan duduk di bawahnya. Cia masih tidak mengerti tempat apa yang kini ia masuki. Rasanya begitu asing dan aneh. Hanya ada dirinya di tempat yang luas itu, sehingga ia tidak bisa bertanya kepada siapapun jalan menuju pulang.Cia bersandar di batang pohon dan mulai memejamkan matanya yang terasa berat. Belum lagi angin sepoi-sepoi yang berhembus menerpa kulitnya, memberinya kenyamanan dan ketenangan."Mama, Mama.""Mama.""Mama."Cia terkejut dan langsung membuka ma
Menunggu bukan hal mudah untuk dilakukan. Menanti kabar keselamatan orang yang begitu berarti akan membuat siapa saja merasa was-was dan dilema. Beribu doa akan dipanjatkan dengan khusyuk demi sebuah kabar gembira yang akan melegakan hati. Seorang pendosa sekalipun akan langsung bersujud di kepada Tuhan demi keselamatan orang yang ia cintai.Persis di depan ruangan operasi yang lampunya masih menyala, Elgan ditemani oleh Nadin dan Niko menunggu operasi yang sudah lebih dari dua jam berjalan.Elgan menunduk dalam sembari meremas tangannya. Ketakutan yang begitu besar menyerang dirinya di setiap detik ia menunggu pintu di depannya terbuka. Dengan mata yang memerah Elgan menatap ujung sepatunya. Pikirannya berkelana jauh memikirkan keselamatan istri dan anaknya. Membayangkan bagaimana sakit yang kini dirasakan oleh Cia saja Elgan tidak sanggup. Jika boleh meminta, Elgan ingin dirinya saja yang berada di posisi itu, jangan istrinya. Ia tidak tega melihat Cia ke
Melody yang melihat hal itu terbelalak."Darah," gumamnya terkejut. Sedetik kemudian senyum tipis terukir di bibirnya yang merah karena lipstick."Bayiku hiks....""Melody!" Itu suara Louis. Ia datang dengan tergesa-gesa sambil membawa sebuah cambuk di tangannya.Menghampiri Cia dan Melody, Louis menatap tajam wanita hamil tersebut."Santi sudah ketahuan oleh Elgan," gumamnya, tanpa melepaskan pandangan dari Cia.Melody terbelalak, namun tidak mengatakan apapun kepada Louis. Ia yakin, pria kejam ini pasti tau apa yang harus mereka lakukan selanjutnya."Borgol wanita ini di tiang itu. Aku akan mencambuknya seperti Elgan menyuruh bodyguardnya mencambuk Santi." Kilatan amarah tampak begitu jelas di mata Louis.Kedua bodyguard yang sedari tadi hanya diam memperhatikan, langsung menarik Cia dengan paksa dari kursi itu setelah melepaskan ikatan tali terlebih dulu."Le-lepaskan aku." Cia melawan, namun t
Melody semakin geram melihat Cia yang malah meneteskan air mata. Ia tidak mengharapkan air mata tersebut. Air mata wanita itu tidak akan membuat pria yang ia cintai kembali hadir ke dunia ini."Jangan sakiti anak gue. Dia gak tau apa-apa dan lo gak berhak balas dendam sama gue," Cia berusaha tegar. Menarik napas dalam seraya membalas tatapan tajam Melody.Melody berang. Berani sekali wanita ini melawannya?."Siapa bilang gue gak berhak balas dendam sama lo. Lo itu udah merebut kebahagiaan gue, jadi wajar kalo gue balas dendam dan buat lo lebih menderita. Gara-gara lo, Alden kecelakaan dan akhirnya meninggal. Dan kali ini, gue akan pastikan kalo anak yang ada di perut lo ini akan mati di tangan gue." Terlihat jelas kalau Melody tidak dapat menahan kesabarannya lagi. Ia bahkan sedikit menekan perut Cia saat mengatakan akan membunuh bayi wanita itu.Cia menggeleng. Siapapun tidak boleh menyentuh perut dan menyakiti bayinya. Namun, dengan kondisi tubuh yang d