Hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk Liam menyelesaikan sisa tugasnya itu. Bocah laki-laki itu pun segera merapikan buku dan alat tulisnya ke dalam tas lalu menghampiri sang Oma dengan wajahnya yang sedikit murung.
"Oma, Liam lapar sekali..." Keluh Liam.Anne pun mengangguk dan segera menggandeng Liam untuk menuju ruang makan, "Ayo kita ke meja makan, Kepala koki sudah menyiapkan banyak makanan kesukaan Liam. Perut Liam dijamin akan langsung kenyang deh."Liam dengan semangatnya menarik Anne, langkah kecilnya terkesan cepat meskipun terlihat biasa saja kalau bagi orang dewasa. Bocah laki-laki itu seakan tak sabar ingin menyantap menu makan siangnya."Oma, apa Daddy lupa membawa bekalnya?" Tanya Liam ketika melihat kotak bekal milik David yang ada diatas counter dapur."Daddy buru-buru, Liam. Tapi tidak perlu khawatir, di kantor Daddy sangat banyak makanan dan Daddy juga bisa makan sepuasnya disana." Ujar Anne seraya mendudukkan Liam diatas kursinya."Tapi Oma, Daddy selalu mengatakan jika makanan di luar sana belum tentu sehat untuk dimakan. Apa Daddy akan baik-baik saja?" Tanya Liam yang memang tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.Anne pun paham, David memang melarang keras Liam untuk mengenal dunia luar lebih dalam. Dia bahkan tak mengizinkan Liam bepergian keluar mansion selain untuk pergi ke sekolah. Terkadang ada rasa penasaran dan iri ketika teman-teman sebayanya bercerita mengenai betapa serunya bermain di taman atau di mall. Namun, William tidak akan menuntut banyak pertanyaan pada David karena yang ia tahu sang Daddy sangat tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya jika bepergian diluar sana.Tak ada satupun diluar sana yang mengenal Liam sebagai putra dari CEO ternama di Asia. Mereka tentu mengetahui jika David telah menikah dan memiliki anak. Mereka juga mengetahui jika istri David meninggal setelah melahirkan seorang putra.Namun, hingga detik ini wajah Liam belum dipublikasikan ke publik karena David memang tidak ingin dan malas membahasnya. Jangan lupakan jika David masih berpikir Liam adalah pembawa sial dalam hal apapun itu di kehidupannya maupun orang lain.
"Tenang saja, Liam. Daddymu sangat pemilih dalam makan sesuatu. Daddy pasti akan memilih makanan yang sehat dan bersih untuk dimakan. Sekarang lebih baik Liam makan ya, tadi siapa yang bilang sudah lapar sekali? Liam mau makan pakai apa, hm? Biar Oma ambilkan." Ucap Anne seraya mengusap kepala Liam."Liam bisa ambil sendiri kok, Oma. Liam sudah besar. Kata Daddy tidak boleh jadi anak yang manja." Ujar Liam yang kemudian mengambil makanan yang ia inginkan sebagai menu makan siangnya.***- DG COMPANY -Setelah mendapatkan izin untuk masuk, Sarah pun masuk ke dalam ruang kerja David seraya membawakan makan siang. David pun hanya menatap heran Sarah, pasalnya ia tidak meminta sekretarisnya itu untuk mengantarkan makan siangnya. David memilih menyuruh OB untuk mengantarkan makan siang miliknya itu, namun entah kenapa justru Sarah lah yang datang."Saya tidak menyuruh Anda membawa makan siang ini. Jika tidak mendapatkan perintah apapun jangan pernah sekali-kali Anda lakukan." Ujar David dengan nada dinginnya.
Sarah pun terdiam kaku, namun karena sudah terlanjur ia pun melanjutkan kegiatannya yang hendak meletakkan nampan berisi makan siang itu."Sa-saya hanya ingin mengantarkannya, Pak. Lagipula saya kan juga asisten pribadi, Pak David. Jadi saya rasa tidak masalah hanya untuk mengantarkan makan siang ini." Jawab Sarah."Saya tidak butuh pendapat Anda, kali ini saya maafkan tapi tidak ada toleransi untuk lain hari. Fokus saja dengan pekerjaan dan perintah lain yang saya perintahkan!" Bentak David yang membuat Sarah terkejut."Ma-maafkan saya, Pak." Cicit Sarah dengan rasa takut yang menyelimutinya."Keluar!" Tegas David yang membuat Sarah menghela napas beratnya dan beranjak keluar dari ruangan tersebut."Astaga, kenapa buat mendekati dan cari perhatian Pak David sulit sekali sih? Padahal sudah bekerja hampir 5 tahun, tapi tetap saja tidak bisa didekati. Apa Pak David belum move on dari mendiang istrinya ya? Tapi untuk apa juga lama-lama memikirkan orang yang sudah lama meninggal. Bukankah harusnya dia mulai mencari wanita lain untuk menjadi istri sekaligus ibu dari putranya? Ah, tidak! Pak David tidak perlu mencari kemana-mana, aku lah yang akan menggantikan istrinya itu. Sabar Sarah dan jangan menyerah untuk mencairkan pangeran es itu, kau akan bahagia sejahtera jika berhasil bersanding dengan Pak David. Untuk urusan putranya, abaikan saja. Pak David saja tidak peduli dan selalu mengabaikan, jadi tidak perlu repot-repot memikirkan bocah laki-laki yang entah bagaimana rupa wajahnya itu." Batin Sarah sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menjauh dari ruangan David.***- Mansion -19:56 Malam.Liam pun sedang asik menggambar di ruang keluarga seraya menonton serial kartun favoritnya. Anne pun selalu menemani Liam setiap saat. Sejak berumur 2 tahun, Liam memang tidak lagi diurus dengan babysitter karena Anne ingin menjaga cucunya tanpa bantuan babysitter lagi. Anne juga tidak ingin Liam bergantung dengan pengasuhnya jika lebih lama ditemani babysitter. Anne memang menyewa babysitter untuk membantunya mengurus Liam ketika bayi karena David sama sekali tidak mau menyentuh atau melihat bayinya selama 2 tahun itu.Namun, setelah itu David pun perlahan mulai menerima kehadiran Liam, meskipun hingga saat ini laki-laki itu belum mau berlama-lama atau terlalu dekat dengan putranya itu.
"Oma." Panggil Liam."Iya, Liam?" Jawab Anne."Oma, apa bermain di taman bermain diluar sana itu sangat menyenangkan? Taman bermain diluar itu seperti apa sih Oma? Kenapa teman-teman Liam senang sekali diajak kesana? Katanya mereka bisa bermain bersama dengan teman-teman yang lain di taman itu." Tanya Liam yang ternyata tidak bisa menahan rasa penasarannya."Oma, kata Daddy Liam akan membuat kacau dan membahayakan diluar sana. Tapi Liam kan tidak akan nakal, teman Liam yang nakal saja tetap baik-baik saja setelah bermain di taman. Apa Liam juga akan tetap baik-baik saja, Oma? Apa Daddy membohongi Liam?" Lanjut Liam."Daddy tidak berbohong, Liam. Terkadang diluar sana memang terlalu membahayakan untuk anak kecil sepertimu. Banyak sekali orang jahat yang mencelakai anak kecil, itulah alasan sebenarnya kenapa Daddy melarangmu pergi ke luar. Liam tidak membahayakan siapapun, Liam juga bukanlah anak nakal. Nanti Oma bantu bicara sama Daddy ya, semoga saja Daddy mengizinkan Liam pergi bermain di Taman." Ucap Anne yang terkadang merasa sedih karena merasa cucunya seperti dikurung dan terlalu dipaksa hal yang seharusnya belum ia lakukan oleh David."Benarkah, Oma? Kita akan bicara ke Daddy? Yeay! Liam tidak sabar mau bermain di taman juga. Liam tidak akan diejek lagi sama mereka karena Liam juga pernah main di taman bermain." Sorak Liam kegirangan."Tidak! Tidak akan pernah ada izin untuk kau pergi keluar! Cukup istriku yang jadi korban, tidak untuk orang lain!" Tegas David tak terbantahkan.Liam dan Anne pun spontan menantap kearah David yang tumben sekali sudah pulang. Padahal biasanya pria itu sampai rumah sekitar jam 9 atau jam 10 malam. David memang sengaja pulang larut karena ia enggan bertemu putranya.Raut ekspresi Liam pun mendadak sedih ketika permintaannya kembali ditolak oleh sang Daddy. Padahal harapan bisa bermain di Taman sudah ada diangan-angannya."David, tidak apa-apa sesekali mengajak Liam bermain di Taman bersama anak-anak seumurannya. Liam juga perlu mengenal dunia luar dan itu bagus untuk tumbuh kembangnya." Bela Anne."Kubilang tidak, ya tidak! Anak itu terlalu banyak membawa kesialan jadi lebih baik berdiam diri di mansion daripada membuat kacau dan masalah." Ujar David seraya menatap benci Liam.Liam yang takut ditatap seperti itu oleh David memilih menundukkan kepalanya seraya memainkan jari-jari tangannya."Tidak bisakah kau membuka m
Didalam kamar yang bernuansa serba biru itu, Liam menunduk menahan rasa sakit yang ia rasakan ketika sang Oma sedang mengobati pergelangan tangannya yang dicengkram kuat habis-habisan oleh David."Apa terasa sangat sakit, Liam?" Tanya Anne seraya meniup-niup lengan Liam setelah diobati."Tidak sakit sama sekali kok, Oma. Daddy memegang tanganku begitu lembut. Kulit Liam putih jadi merah deh, Hihi." Ujar Liam seraya memamerkan deretan gigi susunya yang begitu terawat.Anne pun terenyuh mendengar jawaban Liam yang sudah dipastikan berbohong. Tangan Anne mengusap lembut pipi kanan Liam dan tersenyum tipis."Jangan sedih, Oma. Liam tadi hanya kaget jadi nangis deh. Tapi lihat, sekarang Liam sudah tidak menangis lagi kan? Oma jangan menatap Liam seperti itu." Ujar Liam yang tidak suka melihat tatapan sedih dari Anne."Ikut Oma pergi ke rumah lama Oma dan Opa, kita tinggal berdua disan
Di salah satu TK internasional ternama di Jakarta, bocah laki-laki itu tampak tak peduli ketika teman-temannya kembali mengejeknya dan mengatakan jika dirinya tidak memiliki orangtua karena memang David sama sekali tidak pernah menginjakkan kakinya di sekolah lama maupun sekolah baru Liam. Tak jarang Liam dikatain oleh teman-teman seumurannya, ia bahkan lebih memilih menyendiri dan tak mau berteman dengan siapapun karena terlalu takut diejek.Tidak seperti hari biasanya, Liam kali ini benar-benar terlihat tak bersemangat. Sejak datang ke kelas ia bahkan menyembunyikan wajahnya diatas kedua tangannya yang dilipat diatas meja."Pagi anak-anak." Sapa salah satu guru kesayangan anak-anak dikelas tersebut."Pagi Miss Mila." Sahut seluruh anak-anak kecuali Liam yang enggan melakukan apapun saat ini."Seperti yang Miss Mila katakan minggu lalu, hari ini kita kedatangan Miss baru untuk menggantikan Miss Mila mengajar dikelas ini karena Miss Mila harus pindah ke k
Miss Mia pun semakin panik ketika menyadari Liam sudah tidak sadarkan diri dalam pelukannya. Tanpa menunggu lama lagi ia segera menggendong Liam dan pamit pada anak-anak yang lain untuk membawa Liam menuju ruang kesehatan di sekolah tersebut.Karena Dokter yang seharusnya selalu standby di sekolah untuk berjaga itu sedang berhalangan hadir, kepala sekolah pun langsung menyuruh kepala tata usaha untuk mencoba menghubungi orang tua dari Liam. Mereka menghubungi nomor David yang ditulis di nomor prioritas sebagai orang tua Liam, namun tak kunjung diangkat hingga ketiga kalinya. Hingga akhirnya kepala tata usaha itu mencoba menghubungi nomor kedua dalam daftar diri Liam yang merupakan nomor yang terhubung langsung dengan telepon di mansion."Halo, dengan siapa saya berbicara?" Jawab Anne."Halo, saya perwakilan dari tata usaha tempat Liam bersekolah ingin memberi kabar jika Liam sedang tidak sadarkan diri saat ini. Dokter yang bertugas di sekolah sedang berhal
- DG COMPANY -David yang baru saja menyelesaikan meeting itu dengan beberapa kolega pentingnya itu pun terkejut ketika melihat notifikasi panggilan yang begitu banyak dari sekolah Liam dan juga sang mama. Ia pun segera membuka beberapa pesan yang dikirimkan oleh Anne.• David kau dimana? Liam tidak sadarkan diri di sekolah dan dilarikan ke rumah sakit •• Liam berada di rumah sakit terdekat dengan sekolahnya. Tolong datang jika kau tidak terlalu sibuk •• Liam demam dan sedikit mengalami stress ringan karena akhir-akhir ini terlalu berpikir berlebihan, bisakah mama menyalahkanmu atas penyebab sakitnya Liam? •• Putramu sakit, tolong pulang lebih awal. Mama sudah membawanya pulanh ke mansion •• Jangan memarahi Liam, tapi dia berkata jika dia baru saja bertemu dan memeluk mommy sebelum tidak sadarkan diri. Mama pikir Liam bermimpi tapi sepertinya Liam hanya berhalusinasi. Mungkin dia terlalu merin
Anne semakin khawatir karena ternyata Liam tidak kunjung membuka pintu kamarnya yang terkunci. Mau tak mau, ia pun segera meminta bantuan maid untuk mencarikannya kunci duplikat kamar Liam itu. Setelah berhasil menemukan kuncinya, tanpa mengetuk kembali Anne pun membuka pintu kamar Liam. Namun, sayangnya tetap tidak bisa karena kunci yang berada didalam masih menggantung di lubang kunci pintu kamar tersebut."Liam, waktumu sudah habis. Ayo buka pintunya dan makan siang. Daddy bisa marah jika kau tidak makan siang, Liam. Oma mohon buka pintunya..." Ujar Anne sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar cucunya itu."Liam, Oma minta maaf jika membuatmu kesal. Tapi Oma hanya ingin kau sembuh terlebih dahulu. Kau dengar ucapan Miss Mila dan Kepala sekolah tadi, kan? Liam harus banyak istirahat dan cepat sembuh baru deh boleh datang ke sekolah lagi." Bujuk Anne yang memang mengetahui jika Liam kesal karena ia menolak permintaannya untuk kembali ke sekolah."Liam, Oma harus mel
2 Hari Kemudian.Ketika bangun tidur Liam begitu semangat karena akhirnya hari ini ia mendapatkan izin dari sang Oma untuk berangkat ke sekolah setelah 2 hari hanya berdiam diri di kamar. Padahal sejak kemarin Liam sudah merasa baik-baik saja dan ingin sekali pergi ke sekolah untuk memastikan sesuatu yang hingga saat ini masih sangat menganggu pikirannya. Liam merasa sedang tidak bermimpi namun David dan Anne selalu kekeh dan menegaskan jika Liam hanyalah bermimpi atau halusinasi karena terlalu merindukan Luna. Bahkan selama sakit, Anne membiarkan Liam untuk terus menonton video dokumentasi itu, padahal biasanya Anne hanya mengizinkan Liam menonton video itu sebulan tiga kali tanpa sepengetahuan David."Good morning, Oma." Sapa Liam dengan senyum manis miliknya."Morning cucu tampan, Oma." Balas Anne seraya mengecup singkat pipi Liam.Liam pun mengedarkan pandangannya seakan mencari sang Daddy yang tumben sekali belum turun dan duduk di kursi meja makanny
Mia pun segera memangku Liam. Tangannya bahkan terulur mengusap air mata Liam. Entahlah, ia justru merasa bersalah karena menjadi penyebab salah satu muridnya ini menangis sedih seperti ini. Ia pun menarik lembut tubuh Liam kedalam pelukannya dan mengusap punggung Liam dengan penuh kasih sayang."Maaf..." Bisik Mia. "Maafkan Miss Mia, Liam..." Lanjutnya seraya mengusap kepala Liam.Tangis Liam pun semakin menjadi ketika ia dipeluk oleh sang guru pengganti itu. Harapannya untuk dipeluk oleh mommynya seakan menjadi kenyataan saat ini. Liam sangat bahagia dan tidak ingin melepaskan pelukan Mia sama sekali."Jangan pergi lagi, Mommy. Jangan meninggalkan Liam dan Daddy. Liam dan Daddy butuh mommy." Ucap Liam yang menenggelamkan wajahnya didada Mia. Liam benar-benar takut untuk ditinggalkan kedua kalinya oleh sang mommy.Mia hanya terdiam. Ia tidak tahu harus merespon apa. Pikirannya masih kacau dan tidak mengerti situasi yang sedang terjadi saat ini.Li