Beranda / Pernikahan / My Cassanova Husband / 42. Lavina Tidak Ingat

Share

42. Lavina Tidak Ingat

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lavina terbangun dengan kepala yang terasa pening. Ia terkejut begitu sadar pagi ini sudah berada di kamar hotel, padahal, hal terakhir yang ia ingat adalah dirinya tersesat lalu ia ditolong oleh Sang Ook ahjumma dan diberi makan secara gratis.

Karena pikirannya kalut dan takut sebab hilang di negeri orang, Lavina akhirnya nekad mencoba minuman soju dengan niat supaya pikirannya menjadi tenang. Namun, Lavina justru merasakan kepalanya melayang dan ia tidak ingat apa-apa lagi setelah itu.

“Mommy!” seru Aurora yang baru saja membuka pintu kamar. “Mommy, sudah bangun?!”

Siapa yang menemukanku dan membawaku ke sini? batin Lavina.

“Hai!” Lavina tersenyum lebar dan merentangkan kedua tangan. “Selamat pagi!”

Aurora berlari dan menghambur ke pelukan Lavina. “Aku senang bisa melihat Mommy lagi!”

Lavina tertawa kecil. “Gimana dagu dan lutut kamu? Masih sakit?”

“Udah nggak sakit lagi, kok, Mom.” Aurora menggelengkan kepalanya, lalu mendongak, menatap Lavina dengan tatapan polos. “Mommy jangan me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
alif wijaya
cerita yg sangat bagus
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
satu Sama kan om, dulu waktu kamu mabuk juga ga sadar udah nyium Lavina, sekarang gantian ya......
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
gimana om enak ga kalau apa yg dilakukan pas mabuk Lavina ga ingat sama sekali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Cassanova Husband   43. Apa Yang Kamu Ingat?

    Setelah menghabiskan waktu selama seminggu di Korea, rombongan kecil Auriga pun kembali pulang ke Jakarta. Lavina tampak sedih ketika berpisah dengan Young Soo di bandara. Dan Lavina berkata kepada Young Soo bahwa mereka harus tetap berkomunikasi meski telah berpisah.Lavina juga sedih karena liburannya berakhir. Ia tidak tahu kapan bisa kembali lagi ke Korea. Baginya, liburan selama 7 hari itu adalah sebuah momen yang sangat sangat sangat berharga dalam hidupnya.Hari ini, satu hari setelah kembali ke Jakarta. Auriga, Lavina dan Aurora berada di sebuah kedai es krim. Mereka datang kemari karena Aurora yang merengek meminta dibelikan es krim kesukaannya.“Terima kasih,” ucap Auriga setelah membayar pesanan es krim Aurora dan Lavina di kasir. Dia menggendong Aurora, menghampiri Lavina yang duduk di meja dekat pintu masuk.“Lagi chat sama siapa?” tanya Auriga dengan tatapan sinis saat melihat Lavina cekikikan sendiri sembari mengetik pesan di layar ponsel.“Young Soo ahjussi.” Lavina me

  • My Cassanova Husband   44. Gugup

    “Jadi? Mau saya kasih tahu saja?” “Iya! Apa susahnya sih tinggal ngasih tahu?” gerutu Lavina. Tiba-tiba, Lavina terperanjat ketika punggungnya menyentuh kitchen island. Ia sudah tersudut. Sementara itu, antara ia dan Auriga sudah tak berjarak. Lavina panik, tapi ia tak ingin menunjukkan bahwa dirinya merasa terintimidasi. “Baiklah.” Suara Auriga mendadak terdengar berat. Matanya menatap mata dan bibir Lavina bergantian. “Mau saya kasih tahu dengan cara apa?” “Terserah!” Lavina mendengus. “Cepat kasih tahu aja sih, Om! Apa susahnya tinggal—aaah!” pekik Lavina tiba-tiba saat Auriga mengangkat tubuhnya dan mendudukannya di atas kitchen island. Mata Lavina membelalak. “A-apa yang Om lakukan?” tanya Lavina dengan panik. Wajah Auriga mendekat. Kedua lengannya tersimpan di sisi Lavina. Tatapannya yang dalam dan misterius membuat Lavina merasa seakan-akan Auriga memegang rahasia yang tak terungkap di dalam hatinya. “Bukankah kamu sendiri yang minta?” tanya Auriga, “saya akan ngasih tahu

  • My Cassanova Husband   45. Siapa Laki-Laki Ini?

    Utami benar-benar membuktikan kata sebentar yang ia janjikan sebelumnya. Hanya dalam waktu satu jam ia sudah kembali menyerahkan Aurora kepada Lavina kemudian Utami pamit pergi.Aurora tidak terlihat antusias, tapi juga tidak tampak murung. Anak itu biasa-biasa saja setelah berkeliling mall dan berakhir dengan membeli banyak mainan yang dibayar Utami.Setibanya di rumah, Auriga sudah menunggu di beranda dan bergegas menghampiri mereka yang baru saja turun dari mobil.“Ke mana saja jam segini baru sampai rumah?” tanya Auriga seraya melirik arloji.Dengan tenang, Lavina menjawab, “Oh? Itu, tadi aku sama Aurora jalan-jalan dulu ke mall bareng Tante Utami. Soalnya Tante Utami lagi kangen sama Aurora dan—”“Tante Utami?” sela Auriga dengan raut muka yang mendadak berubah mengeras. “Maksud kamu, neneknya Aurora?”Lavina mengangguk. “Iya.”Seolah mengerti dengan ekspresi wajah ayahnya yang tiba-tiba muram, Aurora menyembunyikan paper bag ke belakang tubuhnya. Namun, hal itu tidak membuat pap

  • My Cassanova Husband   46. Saya Suaminya!

    “Dengar cerita liburan kamu, aku jadi kangen sama kakek dan nenekku di Korea,” ucap Juna setelah memasukkan mie ramen ke mulutnya menggunakan sumpit.Akhir-akhir ini, entah karena apa alasannya, Juna mengganti panggilan gue-elo dengan aku-kamu saat berinteraksi dengan Lavina, membuat Lavina merasa sedikit canggung hingga tanpa sadar ia pun mengikuti Juna.Lavina tertawa kecil mendengar ucapan Juna barusan, ia baru saja selesai bercerita panjang lebar mengenai pengalamannya liburan ke Korea dengan penuh semangat.“Semoga aku punya kesempatan buat datang lagi ke sana," gumam Lavina penuh harap.“Kenapa nggak nyoba ikut program beasiswa S2 aja di Korea, Vin?”“Mungkin aku mau nyoba kalau udah lulus tahun depan.”“Tinggal dua semester lagi, lho. Mending siapin dari sekarang. Sering-sering belajar buat ikut tes TOEFL atau TOPIK.”Lavina menghentikan gerakan mulutnya yang tengah mengunyah makanan ketika ia teringat akan sesuatu. Melamar beasiswa S2 dari pemerintah Korea adalah impiannya sej

  • My Cassanova Husband   47. Tamu Tak Diundang

    Lavina tertawa sendiri, lalu ia pun diam dan kembali menatap pemandangan di sebelah. Ia jauh lebih senang memandangi abang ojol yang melaju di samping mobil ketimbang menatap Auriga.“Setidaknya, kamu nggak perlu berbohong pada laki-laki itu. Tinggal jawab saja saya ini suami kamu. Apa susahnya?” ujar Auriga lagi, suaranya yang berat memecah keheningan yang sempat tercipta di antara mereka berdua."Kenapa harus?" Lavina balas bertanya dan menatap Auriga dengan alis terangkat. “Kita menikah, ‘kan, cuma sebatas perjanjian aja. Di luar aku bebas dong mau ngapain aja dan bebas jalan bareng siapa aja.”Tiba-tiba, Lavina terkejut ketika Auriga mendadak membanting stir ke tepian jalan, lalu mobil pun berhenti di tempat yang tidak begitu ramai. Lavina berpikir, bahwa Auriga pasti akan mengusirnya dari mobil lalu meninggalkannya.Lavina mendengus. Siapa takut? Ia bisa kok pulang sendirian. Lagipula siapa juga yang minta dijemput!Namun, Lavina kecele. Pria itu justru malah mendekatkan tubuhnya

  • My Cassanova Husband   48. Fitnah Lagi

    Lavina terhenyak. Matanya kembali terbelalak melihat pecahan kristal itu di lantai. Lavina mengepalkan tangannya. Ia menghampiri Resa dan berseru marah, “Kakak kalau mau ngapain aja di rumah ini boleh! Tapi Kakak juga perhatiin dong etikanya, ini tuh rumah suami aku, bukan—aaah!”Sebuah tamparan keras di pipi membuat ucapan Lavina tiba-tiba terhenti. Wajah Lavina terlempar ke samping. Kepalanya pening dan pipinya terasa kebas.“Jangan sok deh! Mentang-mentang jadi istri orang kaya lo bisa teriak-teriak di depan gue seenaknya!” berang Resa, yang tak tampak merasa bersalah sedikit pun telah memecahkan miniatur pesawat itu. “Nyesel gue datang ke sini. Demi benda kayak gitu lo sampai kurang ajar sama gue! Ayo, Ma, kita pergi aja dari sini.”Mawar mendelik tajam pada Lavina, lalu ia pun beranjak dari sofa dan menyusul Resa menuju pintu keluar.“Mau ke mana?” Lavina mengejar Resa dengan wajah merah padam. “Kak Resa harus tanggung jawab dan minta maaf sama suami aku!”Resa tak menghiraukan d

  • My Cassanova Husband   49. Karena Kamu Istri Saya

    “Sudah berapa lama kamu diperlakukan seperti ini?”“Huh? Maksud Om?”Auriga menempelkan handuk hangat itu ke sudut bibir Lavina yang berdarah, yang membuat Lavina seketika membeku.“Maksud saya, sejak kapan mereka memperlakukanmu dengan nggak baik seperti tadi?” ulang Auriga, memperjelas maksud dari pertanyaannya barusan.Lavina diam cukup lama. Perasaannya saat ini terasa campur aduk. Sikap Auriga yang tiba-tiba perhatian seperti ini membuat Lavina mendadak linglung.“Kalau nggak mau cerita, ya sudah. Saya nggak memaksa.” Nada suara Auriga terdengar sedikit jengkel.“Sejak Ayah meninggal,” timpal Lavina dengan cepat. “Enam tahun yang lalu.”Pupil Auriga melebar. “Dan selama itu kamu diam saja?”“Nggak. Aku selalu melawan. Makanya aku sama Kak Resa sering bertengkar dan adu fisik kayak tadi.” Lavina membuang napas, ia meringis saat Auriga menempelkan handuk hangat lagi di sudut bibirnya yang mulai terasa agak nyeri. “Mama cuma bersikap baik kalau di depan Ayah saja. Saat Ayah pergi ke

  • My Cassanova Husband   50. Kenapa Om Melakukannya?

    Lavina sedang membahas tugas yang diberikan dosen. Karena Juna mahasiswa berpengalaman di semester sebelumnya, ia meminta tolong pada lelaki itu untuk berdiskusi dengannya.Saat sedang asyik mencatat jawaban, seseorang tiba-tiba menarik kursi di hadapan mereka dan Lavina merasakan dirinya langsung ditatap oleh orang yang baru saja duduk itu.Lavina mendongak, matanya seketika membelalak. “Ngapain Om di sini?” tanya Lavina tanpa suara, hanya bibirnya saja yang komat-kamit.Juna pun terkejut melihat keberadaan Auriga di hadapan mereka. Ia berdehem pelan dan sedikit menggeser tubuhnya agak menjauhi Lavina.“Saya mau jemput kamu, Aurora rewel.”Mata Lavina mengerjap. “Kalau memang Aurora rewel, kenapa Om repot-repot datang ke sini? Kan bisa di chat aja.”Auriga membuang napas pelan. “Kamu nggak percaya sama saya?”“Percaya kalau ada bukti.” Lavina ingat ketika mereka sedang di Korea, Auriga pun menggunakan alasan yang sama ketika ia sedang asyik menghabiskan waktu di sauna bersama Young S

Bab terbaru

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 9

    Auriga menghela napas panjang, perintah Lavina sulit untuk ia bantah. Akhirnya ia pun melajukan kendaraannya meninggalkan tempat tersebut. Auriga melirik Aurora melalui kaca spion tengah.“Sayang, gimana latihannya?”“Em… kayak biasa aja, Dad.” Aurora mengedikkan bahu sambil mencubit pipi Melody dengan gemas. “Nggak ada yang spesial, tapi juga nggak ngebosenin.”“Kenapa dia ikut kamu ke sini?”“Farel?”“Iya.”“Farel cuma mau lihat aku latihan, Dad.”“Memangnya kenapa dia harus nonton kamu latihan?”“Daddy….” Aurora merotasi matanya dengan malas. “Daddy mulai, deh. Aku tahu Daddy melarang aku pacaran, dan aku emang nggak niat pacaran. Okay? Aku dan Farel cuma teman biasa aja. Jadi, Daddy stop bersikap posesif.”Auriga mengembuskan napas, dan ia tidak puas dengan jawaban Aurora. Namun sentuhan lembut Lavina di pahanya membuat Auriga memfokuskan matanya kembali ke arah jalanan.Lavina yang sejak tadi mendengarkan dan tidak mau pembahasan itu menjadi panjang lebar, buru-buru ia mengalihkan

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 8

    Selepas menjemput Samudra dan Melody di rumah orang tuanya, kini Auriga melajukan kendaraannya menuju tempat les biola untuk menjemput Aurora.Sore ini ibukota kembali di guyur hujan. Lavina memandang ke luar, memperhatikan tetesan hujan yang jatuh ke kaca pintu mobil. Akan sangat menyenangkan jika ia menikmati secangkir kopi hangat sambil membaca buku dan menikmati musik yang merdu.Namun, yang terjadi pada kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Di dalam mobil ini, alih-alih menikmati lagu yang romantis, Lavina justru harus mendengar lagu Cocomelon yang berjudul Wheels on the Bus, diiringi gelak tawa dan celotehan kedua putranya di kabin belakang.“Love….”“Hm?” Lavina menoleh saat Auriga memanggilnya. Pria berkaos polo hitam itu menumpukan siku di pintu sambil mengusap-usap dagu, sementara tangan kirinya masih menggenggam tangan Lavina. Mobil sedang berhenti di lampu merah.“Kenapa, Mas?” tanya Lavina kemudian.“Kamu tahu nggak, ada berapa banyak rintik hujan yang j

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 7

    5 tahun kemudian.Di luar rumah langit terlihat mendung, tetesan-tetesan gerimis berjatuhan ke atas dedaunan dan tanah kering yang menimbulkan aroma khas.Gemerisik daun dari pepohonan yang memagari rumah mewah tersebut terdengar berisik saat angin sepoi-sepoi menerpanya.Cahaya matahari seakan enggan menerobos masuk ke dalam kamar karena tertutupi awan kelabu. Suasana terasa hening di dalam kamar yang didominasi warna putih itu.Di dinding yang bersebrangan dengan ranjang, terlihat sebuah foto yang terbingkai, berukuran besar, menggantung di sana. Jika dulu dalam foto itu hanya ada empat anggota keluarga, sekarang sudah bertambah satu orang lagi.Foto itu diambil di sebuah studio foto, dengan background bunga-bunga kering yang bernuansa vintage. Kelima orang itu memakai pakaian senada,

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 6

    Suasana di dalam restoran malam itu tidak begitu ramai, tapi juga tidak sepi. Musik klasik mengalun merdu di seluruh penjuru ruangan. Lavina mengibaskan rambut bergelombang sepunggungnya ke belakang. Matanya tertuju pada meja yang terletak di dekat pintu masuk. Auriga, Aurora, Flora dan Jiro duduk di sana.Lavina mengembuskan napas panjang, berusaha menahan diri untuk tidak cemburu melihat pemandangan tersebut.Lavina tahu, Auriga juga tidak ingin ada di sana, tapi karena Aurora yang meminta ditemani untuk mengobrol dengan Flora—setelah Flora memohon-mohon agar diizinkan bicara dengan Aurora, akhirnya Auriga pun menemani Aurora sejak lima menit yang lalu.“Mama… Mama….”Celotehan Samudra yang duduk di baby chair, membuat Lavina mengalihkan pandangan dari mereka, ke arah anaknya yang sedang memakan biskuit.Lavina terkekeh karena bibir dan tangan Samudra belepotan. Ia mengambil tisu basah untuk membersihkan tangan dan mulut anak berkulit putih itu.Samudra memanggil-manggil ayahnya sam

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 5

    “Capt, perempuan kalau lagi marah, jangan didiamkan. Bujuk dan rayu dia sampai luluh. Karena kalau di silent treatment, marahnya bakal menjadi-jadi.”Auriga mengangkat satu sudut bibirnya sembari mendengarkan nasihat Fredy—copilot yang terbang bersamanya hari ini, yang berbicara dengan nada bijak itu.“Aku tahu.” Dan kepala Auriga sedang menyusun rencana, setelah selama penerbangan pikirannya ia tumpahkan untuk pekerjaan. Sekarang, saat ia kembali ke Jakarta, barulah ia memikirkan cara untuk membuat Lavina luluh kembali.“Pantas saja dari pagi kamu nggak ceria, ternyata gara-gara istri marah, toh.” Fredy tersenyum kecil. “Melihat gimana cara kamu memperlakukan istrimu, kurasa kamu sangat mencintai dia.”Auriga mengangguk, mengiakan ucapan lelaki yang duduk di hadapannya itu. “Begitulah,” jawabnya sambil terkekeh. “Dia sangat istimewa.”Pada saat yang sama, deringan ponsel Auriga berhasil menginterupsi percakapan mereka.Auriga mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan ponsel di te

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 4

    Auriga memandangi Lavina dengan kening berkerut. Ia duduk di sofa, menyamping menghadap Lavina dengan satu tangan bertumpu di dagu. Sementara itu yang dipandangi tengah asyik membaca buku sambil ngemil keripik kentang.“Love, sejak kapan buku lebih menarik dipandangi daripada wajahku, hem?” Auriga akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bersuara.“Sejak hari ini,” jawab Lavina enteng, suara kriuk terdengar begitu nyaring saat ia menggigit keripik kentang itu yang sengaja dikeraskan.“Kamu tahu? Dari tadi siang kamu aneh banget, Love.”“Masa?”Iya, sejak tadi siang Auriga merasakan ada yang aneh dengan sikap Lavina. Perempuan itu memang tidak ketus, tapi justru dia terlihat cuek pada Auriga. Seperti saat ini contohnya, entah sudah berapa puluh menit Auriga duduk di sampingnya, tapi Lavina malah asyik membaca novel roman picisan.“Kamu mengabaikan suami kamu sendiri, Sayang. Aku di sini dari tadi, lho, nunggu perhatian dan kasih sayang dari kamu.”Mata Lavina merotasi matanya denga

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 3

    Sore harinya, Auriga kembali ke kamar setelah pulang dari mini market untuk membeli makanan ringan pesanan Lavina dan Aurora.Begitu memasuki kamar, ia melihat Lavina sedang mondar mandir di tengah ruangan sambil menggigit kuku ibu jarinya.“Love, aku pulang. Camilannya mau dimakan sekarang?”Lavina tidak menjawab, dan ia masih asyik dengan pikirannya sendiri sambil terus mondar-mandir.Auriga merasa kebingungan, apa yang sedang Lavina pikirkan sampai-sampai dia tidak menyadari kedatangannya? Setelah menaruh kantong belanjaan di meja, Auriga lantas mendekati Lavina dan memeluk pinggangnya, yang membuat Lavina terkesiap dan membulatkan mata saat menatap Auriga.“Mas, bikin kaget aja, deh,” gerutu Lavina dengan bibir merengut.“Memangnya kamu nggak dengar suaraku barusan dan nggak sadar aku datang?”Lavina menggeleng. Ia sempat menahan napas saat Auriga mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.“Mikirin apa memangnya, hm?” tanya Auirga setelah menjauhkan wajahnya dan menatap manik mata La

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 2

    Ah, itu. Auriga mengusap wajahnya sambil terkekeh pelan. Ia sama sekali tidak ingat dengan kejadian itu. Sungguh.Selain karena sudah berlalu begitu lama dan terlalu banyak wanita yang pernah menghabiskan malam dengannya, Auriga juga tidak pernah mengingat-ingat apa yang telah ia lakukan bersama mereka. Urusan mereka telah selesai ketika pagi menjelang.“Bagi saya masa lalu sudah selesai,” ucap Auriga sambil tetap memegangi Samudra yang berkecipak di dalam air. “Empat tahun yang lalu, satu tahun yang lalu, bahkan kemarin… semuanya sudah selesai. Kita nggak perlu membuka lagi apa yang sudah kita tutup. Kamu pasti mengerti maksud saya."Hanya itu yang Auriga ucapkan, yang membuat wanita cantik itu melongo dan kemudian ekspresi wajahnya berubah jengkel dan memerah.“Sialan,” desis wanita itu, sebelum akhirnya meninggalkan Auriga dan keluar dari kolam renang.Wanita yang tadi sempat memuji Samudra terheran-heran melihat wanita itu tiba-tiba berwajah muran. Lalu ia menyusul temannya itu ya

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 1

    Cantik.Hanya satu kata itu yang terlintas di pikiran Auriga, ketika ia membuka mata dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Lavina, yang hanya berjarak sekitar satu jengkal saja dari wajahnya.Auriga mengulum senyum. Jemarinya terulur, menyingkirkan helaian rambut dari dahi wanita yang berpenampilan polos itu.Setiap pagi, ketika membuka mata, Auriga selalu disambut dengan kehadiran Lavina di sisinya. Sehingga tidak ada alasan bagi Auriga untuk tidak semangat menjalani hari.“Aku sayang kamu, Lav,” bisik Auriga sebelum mendaratkan kecupan di pipi Lavina dengan mesra.Perlahan ia bangkit dari tidur dan membetulkan letak selimut Lavina. Udara dingin dari AC pasti membuat Lavina kedinginan, tubuhnya masih polos setelah mereka menghabiskan malam yang sangat panjang dengan panas dan mesra.Bel yang berbunyi berkali-kali membuat Auriga buru-buru melompat dari tempat tidur. Ia memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai dan sofa setelah semalam ia melemparkannya dengan tak sab

DMCA.com Protection Status