Share

22. Mabuk

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dalam keheningan malam hari, saat bulan masih berada di puncak langit dan bintang-bintang berkelap-kelip dengan gemerlap yang lembut, Lavina merasakan sentuhan hangat selimutnya yang lembut di atas tubuhnya.

Matanya perlahan-lahan terbuka, dan ia mendapati ruangannya yang gelap hanya disinari cahaya bulan lembut, yang menerobos di celah-celah jendela.

Seingatku tadi aku belum matiin lampu, batin Lavina seraya mengingat-ingat apa yang ia lakukan sebelum tidur.

Hal terakhir yang ia ingat adalah ketika dirinya menyetel musik sembari membuka-buka buku mata kuliah bahasa Inggris dan kembali mempelajarinya. Lavina tidak mau kehilangan ilmu yang telah dipelajari sewaktu kuliah, dulu.

Lavina benar-benar yakin ia belum mematikan lampu dan tidak memakai selimut.

Lalu, siapa yang….

Oh? Luka bakar di tangannya pun sudah ditutup kain kasa dan tercium bau obat. Itu luka akibat terkena kopi panas sewaktu mempertahankan tas yang direbut Resa di rumah Mawar kala itu. Akan tetapi, sampai tadi malam Lav
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
karz_1112
lavina,... coba di tinju aja tuh om nya sampai pingsan, seperti kau tinju om2 genit di toilet kemarin... pelecehan ini mah... wkwkwkwkwk
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
waaaaaahh Auriga kai memang sesuatu sekali ya ......... kasihan ini Lavina mulai terjebak rasa yg tak biasa
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
tonjok aja Lavina auriga nya biar sadar, yang di depannya sekarang kamu bukan mantan istrinya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Cassanova Husband   23. Tidak Ingat

    “Flora….”“Apa?” Seketika, Lavina terdiam. Raut mukanya seketika berubah datar. “Flo… ra?” lirihnya, tak percaya.Lavina tiba-tiba teringat dengan nama Flora yang tertulis di belakang selembar foto yang ditunjukkan Aurora kepadanya, tempo hari.Hati Lavina seketika mencelos.Jadi dari tadi dia cuma….Bak mendapat kekuatan besar, Lavina mendorong Auriga dalam sekejap ketika pria itu akan menciumnya lagi. Tubuh Auriga terguling ke samping. Buru-buru Lavina turun dari tempat tidur, dan dengan hati yang marah ia keluar dari kamar tersebut tanpa memedulikan Auriga lagi.***Setelah kejadian itu Lavina sulit sekali melanjutkan tidurnya. Di tempat tidur ia hanya berguling ke kiri dan kanan dengan perasaan tak menentu. Marah, kesal dan menyesal karena sudah terbuai, bercampur menjadi satu.Hingga pagi harinya Lavina tidak tidur sama sekali, tapi ia juga tidak mau keluar kamar ketika Bik Nimah memanggilnya untuk sarapan. Lavina enggan bersitatap dengan Auriga. Ia tak tahu reaksi apa yang harus

  • My Cassanova Husband   24. Mogok Bicara

    “Lebih baik obati lagi lukanya dan ganti kain kasanya dengan rutin,” ujar Auriga sembari menuangkan air putih ke gelas kosong di meja makan.“Ya.” Lavina menjawab singkat.“Ngomong-ngomong…” Auriga menatap Lavina sebelum meneguk minumnya. “Kenapa bisa terluka? Ke siram air panas? Atau terkena api?”“Nggak penting buat dibahas,” jawab Lavina dengan enggan.Auriga menatapnya dengan satu alis terangkat.“Tangan Mommy terluka?” Pertanyaan bernada khawatir itu membuat Lavina tersenyum lebar lalu mengangguk kecil.“Terluka sedikiiit….” Lavina mendekatkan ibu jari dan jari telunjuknya untuk menegaskan kata sedikit. “Oh? Adonannya sudah selesai, ayo kita cetak!”Kening Aurora mengernyit, menatap lengan Lavina dengan khawatir. Namun, ketika tahu mereka akan mulai mencetak kue, Aurora langsung bersemangat.Di dapur yang hangat, aroma vanila dan cokelat menyelimuti udara. Aurora mencoba mencetak bentuk kue dengan cetakan bintang, sementara Lavina menggulung adonan dengan hati-hati.Mereka tertaw

  • My Cassanova Husband   25. Suami Di Atas Kertas

    “AAAAH! OM MAU APA?!” pekik Lavina dengan mata membelalak saat Auriga mengunci kedua pergelangan tangannya di sisi kepala.Pria itu berdiri dengan kedua lutut di tekuk di atas tubuh Lavina.“Kamu istri saya, memangnya apa lagi yang mau saya lakukan selain itu?” jawab Auriga dengan air muka yang masih suram, segelap langit di malam hari yang tanpa sinar bulan dan bintang.Itu?Leher Lavina merasa tercekik manakala ia mengerti apa arti kata itu yang Auriga maksud. Jantungnya berdetak cepat. Nyali Lavina seketika menciut dan ia merasa seperti tikus yang akan diterkam kucing liar berwarna hitam yang menyeramkan.“Om, ja-jangan gitu dong. Om ‘kan udah janji nggak bakal nyentuh aku selama kita menikah.” Lavina berusaha membujuk supaya pria itu mau melepaskannya.“Oh ya? Saya bilang begitu?” Senyuman menyebalkan terlukis di bibir Auriga.“Om jangan pura-pura lupa! Om sendiri yang ngomong kayak gitu di hotel waktu malam pertama kita!” pekik Lavina yang semakin merasa panik ketika Auriga menur

  • My Cassanova Husband   26. Siap Untuk Honeymoon!

    “Gimana sikap Auriga sampai saat ini? Dia selalu bersikap baik sama kamu, Sayang?”Awalnya Lavina akan menggeleng dan menjawab Om Auriga jahat! Selain sikapnya yang dingin dan menyebalkan, dia juga sudah menodai aku waktu dia mabuk! Dan parahnya lagi, dia malah nggak ingat sama sekali sudah menciumku!Namun, Lavina langsung ingat pada berkas pembayaran kuliahnya yang Auriga berikan kemarin. Dengan semangat Lavina mengangguk sembari tersenyum lebar.“Mas Auriga baiiiiik banget sama aku, Mom. Dia orangnya hangat dan penyayang. Pokoknya Mas Auriga itu paket komplit!” Lavina tertawa kecil yang dibuat-buat.Jauh di dalam hati, Lavina ingin meralat semua kata-katanya barusan.“Oh? Benarkah? Dia seperti itu?” Gendarly mengerjap. Wanita paruh baya—yang cantiknya tak termakan usia, menghentikan kegiatannya yang sedang mengelap daun tanaman di dalam pot. Ia menatap Lavina dengan tatapan tak percaya. “Serius?”Lavina mengangguk cepat, senyuman lebarnya tak kunjung lenyap dari bibirnya. “Mommy, a

  • My Cassanova Husband   27. Auriga Ingat Malam Itu

    Tanpa menatap wanita yang terbaring di kasur yang tengah menatapnya dengan tatapan tak rela, Auriga menyeret langkahnya menuju balkon.Dari kamar hotel lantai sepuluh ini ia bisa memandangi gemerlapnya kota Sydney di malam hari.“Iya, Dad. Kenapa?”“Lavina sudah kasih tahu kamu?”Tampak kerutan di kening Auriga, ia menumpukan satu lengannya yang terbebas pada pagar pembatas. “Tentang apa?”“Honeymoon kalian.”Mata Auriga terpejam dengan kesal, sejenak. Honeymoon lagi, honeymoon lagi, bukannya masalah itu sudah sepakat dibatalkan? Kenapa harus dibahas lagi?“Oh, itu. Dia belum kasih tahu aku, mungkin belum sempat.” Auriga beralasan. Padahal ia tidak pernah menghubungi Lavina setelah meninggalkan Indonesia. Auriga hanya menelepon Aurora melalui ponsel Aurora sendiri.“Kenapa memangnya?” tambah Auriga lagi.“Bulan depan siapkan cutimu selama lebih dari seminggu. Lavina sudah mencabut penolakannya buat tawaran Daddy,” jelas Axl, yang membuat Auriga seketika membulatkan mata.“Maksud Daddy

  • My Cassanova Husband   28. Friend With Benefits

    “Lavina?" Lavina berjengit kaget begitu seseorang menepuk bahunya dan memanggil namanya dengan ceria. Seketika Lavina menoleh ke belakang, ia tersenyum lebar dengan mata berbinar begitu melihat siapa yang berdiri di sana. “Juna!” pekik Lavina dengan riang, tapi sedetik kemudian ia langsung menutup mulut dengan telapak tangan, karena suaranya yang keras sudah mengganggu para pemustaka yang sedang fokus membaca di meja perpustakaan kampusnya itu. “Junaaa gue kangen banget sama lo,” bisik Lavina sembari mencubit lengan pemuda berwajah khas Korea itu dengan gemas. “Ish! Sakit.” Juna menyentil dahi Lavina, kemudian tersenyum sembari mengusap tengkuk. “Serius?” “Apanya?” “Lo kangen gue?” Lavina mengangguk cepat-cepat hingga kuciran rambutnya bergoyang-goyang. Ia memeluk buku yang baru saja diambil dari deretan buku di rak khusus kesusastraan. Pipi Juna tampak sedikit memerah usai melihat anggukkan Lavina. Ia tampak malu-malu dan tangannya kembali mengusap tengkuk. Ada kebahagiaan y

  • My Cassanova Husband   29. Gara-gara Poster Jung Kook

    Auriga pulang ke rumah keesokan harinya. Ia tiba ketika rumah dalam keadaan kosong. Aurora sedang sekolah. Sementara Lavina, Auriga pikir kemungkinan besar Lavina sedang berada di kampus. Karena kantuk yang menyerang, Auriga langsung menjatuhkan diri di atas tempat tidur tanpa melepas seragam pilotnya. Namun, baru beberapa jam ia tidur yang terasa seperti beberapa menit saja, ia merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Dengan mata yang terasa lengket, Auriga menoleh, ia tidak begitu terkejut melihat Yoana yang tengah memeluknya itu. “Yoana, kapan ke sini?” Suara Auriga terdengar serak, ia melirik jam di nakas, khawatir jika sudah waktunya Aurora pulang. “Baru sepuluh menit yang lalu.” Yoana tersenyum, jemarinya yang dicat berwarna merah menyala, bergerak seduktif di depan kancing pakaian Auriga. “Aku lagi jenuh, makanya aku datang ke sini. Nggak apa-apa, ‘kan?” Auriga mengembuskan napas panjang. “Seharusnya kamu konfirmasi dulu kalau mau datang ke rumah.” “Tenang

  • My Cassanova Husband   30. Aku Nggak Suka Pilot

    Dengan tatapan sedih Lavina menempelkan poster Jung Kook yang lecek itu ke dinding, di samping beberapa poster BTS yang ukurannya jauh lebih kecil. Hanya poster itu yang ada tanda tangan asli Jung Kook. Lavina mendapatkannya dari Juna ketika lelaki itu pulang dari Korea tahun lalu. Katanya, demi mendapat tanda tangan Jung Kook untuk Lavina, Juna rela panas-panasan dan berdesakkan dengan ratusan fans sang idol dalam acara fan signing. “Dia cuma manusia, jangan terlalu berlebihan dalam mencintai seseorang.” Kening Lavina mengernyit, jemarinya yang tengah mengelus pipi Jung Kook yang lecek, langsung berhenti bergerak saat mendengar suara berat seorang pria. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Auriga sudah berdiri di dekatnya. “Semuanya gara-gara Om Auriga!” ketus Lavina dengan perasaan sebal. “Lagian kenapa emangnya kalau aku menyukai idolaku sendiri? Menurutku, menyukai idol tuh nggak bakal nyakitin. Beda sama cowok di dunia nyata, mereka punya banyak potensi buat nyakitin perempu

Bab terbaru

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 9

    Auriga menghela napas panjang, perintah Lavina sulit untuk ia bantah. Akhirnya ia pun melajukan kendaraannya meninggalkan tempat tersebut. Auriga melirik Aurora melalui kaca spion tengah.“Sayang, gimana latihannya?”“Em… kayak biasa aja, Dad.” Aurora mengedikkan bahu sambil mencubit pipi Melody dengan gemas. “Nggak ada yang spesial, tapi juga nggak ngebosenin.”“Kenapa dia ikut kamu ke sini?”“Farel?”“Iya.”“Farel cuma mau lihat aku latihan, Dad.”“Memangnya kenapa dia harus nonton kamu latihan?”“Daddy….” Aurora merotasi matanya dengan malas. “Daddy mulai, deh. Aku tahu Daddy melarang aku pacaran, dan aku emang nggak niat pacaran. Okay? Aku dan Farel cuma teman biasa aja. Jadi, Daddy stop bersikap posesif.”Auriga mengembuskan napas, dan ia tidak puas dengan jawaban Aurora. Namun sentuhan lembut Lavina di pahanya membuat Auriga memfokuskan matanya kembali ke arah jalanan.Lavina yang sejak tadi mendengarkan dan tidak mau pembahasan itu menjadi panjang lebar, buru-buru ia mengalihkan

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 8

    Selepas menjemput Samudra dan Melody di rumah orang tuanya, kini Auriga melajukan kendaraannya menuju tempat les biola untuk menjemput Aurora.Sore ini ibukota kembali di guyur hujan. Lavina memandang ke luar, memperhatikan tetesan hujan yang jatuh ke kaca pintu mobil. Akan sangat menyenangkan jika ia menikmati secangkir kopi hangat sambil membaca buku dan menikmati musik yang merdu.Namun, yang terjadi pada kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Di dalam mobil ini, alih-alih menikmati lagu yang romantis, Lavina justru harus mendengar lagu Cocomelon yang berjudul Wheels on the Bus, diiringi gelak tawa dan celotehan kedua putranya di kabin belakang.“Love….”“Hm?” Lavina menoleh saat Auriga memanggilnya. Pria berkaos polo hitam itu menumpukan siku di pintu sambil mengusap-usap dagu, sementara tangan kirinya masih menggenggam tangan Lavina. Mobil sedang berhenti di lampu merah.“Kenapa, Mas?” tanya Lavina kemudian.“Kamu tahu nggak, ada berapa banyak rintik hujan yang j

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 7

    5 tahun kemudian.Di luar rumah langit terlihat mendung, tetesan-tetesan gerimis berjatuhan ke atas dedaunan dan tanah kering yang menimbulkan aroma khas.Gemerisik daun dari pepohonan yang memagari rumah mewah tersebut terdengar berisik saat angin sepoi-sepoi menerpanya.Cahaya matahari seakan enggan menerobos masuk ke dalam kamar karena tertutupi awan kelabu. Suasana terasa hening di dalam kamar yang didominasi warna putih itu.Di dinding yang bersebrangan dengan ranjang, terlihat sebuah foto yang terbingkai, berukuran besar, menggantung di sana. Jika dulu dalam foto itu hanya ada empat anggota keluarga, sekarang sudah bertambah satu orang lagi.Foto itu diambil di sebuah studio foto, dengan background bunga-bunga kering yang bernuansa vintage. Kelima orang itu memakai pakaian senada,

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 6

    Suasana di dalam restoran malam itu tidak begitu ramai, tapi juga tidak sepi. Musik klasik mengalun merdu di seluruh penjuru ruangan. Lavina mengibaskan rambut bergelombang sepunggungnya ke belakang. Matanya tertuju pada meja yang terletak di dekat pintu masuk. Auriga, Aurora, Flora dan Jiro duduk di sana.Lavina mengembuskan napas panjang, berusaha menahan diri untuk tidak cemburu melihat pemandangan tersebut.Lavina tahu, Auriga juga tidak ingin ada di sana, tapi karena Aurora yang meminta ditemani untuk mengobrol dengan Flora—setelah Flora memohon-mohon agar diizinkan bicara dengan Aurora, akhirnya Auriga pun menemani Aurora sejak lima menit yang lalu.“Mama… Mama….”Celotehan Samudra yang duduk di baby chair, membuat Lavina mengalihkan pandangan dari mereka, ke arah anaknya yang sedang memakan biskuit.Lavina terkekeh karena bibir dan tangan Samudra belepotan. Ia mengambil tisu basah untuk membersihkan tangan dan mulut anak berkulit putih itu.Samudra memanggil-manggil ayahnya sam

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 5

    “Capt, perempuan kalau lagi marah, jangan didiamkan. Bujuk dan rayu dia sampai luluh. Karena kalau di silent treatment, marahnya bakal menjadi-jadi.”Auriga mengangkat satu sudut bibirnya sembari mendengarkan nasihat Fredy—copilot yang terbang bersamanya hari ini, yang berbicara dengan nada bijak itu.“Aku tahu.” Dan kepala Auriga sedang menyusun rencana, setelah selama penerbangan pikirannya ia tumpahkan untuk pekerjaan. Sekarang, saat ia kembali ke Jakarta, barulah ia memikirkan cara untuk membuat Lavina luluh kembali.“Pantas saja dari pagi kamu nggak ceria, ternyata gara-gara istri marah, toh.” Fredy tersenyum kecil. “Melihat gimana cara kamu memperlakukan istrimu, kurasa kamu sangat mencintai dia.”Auriga mengangguk, mengiakan ucapan lelaki yang duduk di hadapannya itu. “Begitulah,” jawabnya sambil terkekeh. “Dia sangat istimewa.”Pada saat yang sama, deringan ponsel Auriga berhasil menginterupsi percakapan mereka.Auriga mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan ponsel di te

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 4

    Auriga memandangi Lavina dengan kening berkerut. Ia duduk di sofa, menyamping menghadap Lavina dengan satu tangan bertumpu di dagu. Sementara itu yang dipandangi tengah asyik membaca buku sambil ngemil keripik kentang.“Love, sejak kapan buku lebih menarik dipandangi daripada wajahku, hem?” Auriga akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bersuara.“Sejak hari ini,” jawab Lavina enteng, suara kriuk terdengar begitu nyaring saat ia menggigit keripik kentang itu yang sengaja dikeraskan.“Kamu tahu? Dari tadi siang kamu aneh banget, Love.”“Masa?”Iya, sejak tadi siang Auriga merasakan ada yang aneh dengan sikap Lavina. Perempuan itu memang tidak ketus, tapi justru dia terlihat cuek pada Auriga. Seperti saat ini contohnya, entah sudah berapa puluh menit Auriga duduk di sampingnya, tapi Lavina malah asyik membaca novel roman picisan.“Kamu mengabaikan suami kamu sendiri, Sayang. Aku di sini dari tadi, lho, nunggu perhatian dan kasih sayang dari kamu.”Mata Lavina merotasi matanya denga

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 3

    Sore harinya, Auriga kembali ke kamar setelah pulang dari mini market untuk membeli makanan ringan pesanan Lavina dan Aurora.Begitu memasuki kamar, ia melihat Lavina sedang mondar mandir di tengah ruangan sambil menggigit kuku ibu jarinya.“Love, aku pulang. Camilannya mau dimakan sekarang?”Lavina tidak menjawab, dan ia masih asyik dengan pikirannya sendiri sambil terus mondar-mandir.Auriga merasa kebingungan, apa yang sedang Lavina pikirkan sampai-sampai dia tidak menyadari kedatangannya? Setelah menaruh kantong belanjaan di meja, Auriga lantas mendekati Lavina dan memeluk pinggangnya, yang membuat Lavina terkesiap dan membulatkan mata saat menatap Auriga.“Mas, bikin kaget aja, deh,” gerutu Lavina dengan bibir merengut.“Memangnya kamu nggak dengar suaraku barusan dan nggak sadar aku datang?”Lavina menggeleng. Ia sempat menahan napas saat Auriga mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.“Mikirin apa memangnya, hm?” tanya Auirga setelah menjauhkan wajahnya dan menatap manik mata La

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 2

    Ah, itu. Auriga mengusap wajahnya sambil terkekeh pelan. Ia sama sekali tidak ingat dengan kejadian itu. Sungguh.Selain karena sudah berlalu begitu lama dan terlalu banyak wanita yang pernah menghabiskan malam dengannya, Auriga juga tidak pernah mengingat-ingat apa yang telah ia lakukan bersama mereka. Urusan mereka telah selesai ketika pagi menjelang.“Bagi saya masa lalu sudah selesai,” ucap Auriga sambil tetap memegangi Samudra yang berkecipak di dalam air. “Empat tahun yang lalu, satu tahun yang lalu, bahkan kemarin… semuanya sudah selesai. Kita nggak perlu membuka lagi apa yang sudah kita tutup. Kamu pasti mengerti maksud saya."Hanya itu yang Auriga ucapkan, yang membuat wanita cantik itu melongo dan kemudian ekspresi wajahnya berubah jengkel dan memerah.“Sialan,” desis wanita itu, sebelum akhirnya meninggalkan Auriga dan keluar dari kolam renang.Wanita yang tadi sempat memuji Samudra terheran-heran melihat wanita itu tiba-tiba berwajah muran. Lalu ia menyusul temannya itu ya

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 1

    Cantik.Hanya satu kata itu yang terlintas di pikiran Auriga, ketika ia membuka mata dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Lavina, yang hanya berjarak sekitar satu jengkal saja dari wajahnya.Auriga mengulum senyum. Jemarinya terulur, menyingkirkan helaian rambut dari dahi wanita yang berpenampilan polos itu.Setiap pagi, ketika membuka mata, Auriga selalu disambut dengan kehadiran Lavina di sisinya. Sehingga tidak ada alasan bagi Auriga untuk tidak semangat menjalani hari.“Aku sayang kamu, Lav,” bisik Auriga sebelum mendaratkan kecupan di pipi Lavina dengan mesra.Perlahan ia bangkit dari tidur dan membetulkan letak selimut Lavina. Udara dingin dari AC pasti membuat Lavina kedinginan, tubuhnya masih polos setelah mereka menghabiskan malam yang sangat panjang dengan panas dan mesra.Bel yang berbunyi berkali-kali membuat Auriga buru-buru melompat dari tempat tidur. Ia memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai dan sofa setelah semalam ia melemparkannya dengan tak sab

DMCA.com Protection Status