Share

Part 43

Author: babyboo
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sisa dari kejadian kemarin, setelah Pak Johan tiba, keluarga Dion menghabiskan malam dengan dinner bersama. 

***

-Keesokan paginya- 

Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi. Bayangan sinar matahari sudah terlihat, dibalik gorden yang tertutup. Dion masih menggeliat kan badannya, ia masih bermalas-malasan untuk 15 menit ke depan. 

Melepas ponsel dari charger yang terpasang. Lalu membuka lockscreen, beberapa notif dari media sosialnya sudah bermunculan di jendela ponsel. 

Terlihat pesan dari Sofia di aplikasi chatting, tanpa pikir panjang Dion langsung membukanya. 

“Tipikal kamu emang kaya gini? Pacarnya ngambek justru kamu yang hilang.” send: 23.00

“Gua kira pacaran sama lu itu asyik parah, tapi ternyata semua yang gua bayangin benar-benar ga sesempurna ekspetasi!” send 00.00

Dion yang membaca pesan dari kekasihnya, mulai jengkel. Di dalam pikirannya, ia mudah mendapatkan wanita lain tanpa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • My Boyfriend    Part 44

    Maxel sudah berada di kamarnya, ia siap melawan Dion di dalam permainan playstation ini. Sembari ia memakan telur mata sapi, yang di lumuri kecap buatan Bu Sisi.Antusias mereka saat memainkan sangat heboh, keduanya gemas habis-habisan. Menambah skill bermainnya agar tidak kalah tanding.“Koko pasti kalah, Axel udah jago main permainan ini.” ucapnya dengan nada menyombongkan diri“Ga boleh kamu yang menang! Kamu aja mainnya cupu.” jawab Dion sambil mengakakPertarungan sengit sedang berlangsung, mata mereka menatap sangat tajam layar komputernya. Sampai pada skor terakhir, Dion lah yang memenangkan dengan jumlah tertinggi. Terdapat kekesalan di raut wajah Maxel, ia langsung tidak bersemangat.Akhirnya Maxel memutuskan meninggalkan kamar Dion, menuju dapur dengan membawa piring kotornya. Mereka bermain dengan waktu yang cukup lama, mata Dion lelah. Ia memilih untuk memejamkan matanya sebentar di siang hari.&

  • My Boyfriend    Part 45

    Bakso cuanki sudah habis, meletakkan sisa bungkus makanan di tengah-tengah lingkaran duduk yang mereka buat. Untuk penutup, berupa minuman dingin, mereka membeli segelas es teh manis.Setelah selesai menghabiskan camilan ringannya, mereka berpindah tempat sembari membuang sampah. Disana sudah disediakan kotak sampah yang cukup besar, yang terbuat dari besi.Sambil berjalan mencari tempat kosong untuk duduk, mata mereka tertuju pada suatu komunitas hewan. Farren merengek, ingin melihat komunitas apakah yang sedang dikerumuni banyak orang itu? Akhirnya semua memutuskan menuruti permintaan Farren. Semakin dekat langkah mereka, semakin jelas bahwa komunitas itu adalah komunitas kucing. Tetapi mereka belum tau jenis kucing apa di dalam komunitas itu.Ketika sudah tiba, baru lah mereka melihat dengan jelas jika komunitas itu membawa kucing persia. 5 kucing persia itu ditaruh dalam kandang. Sungguh ialah kucing yang menggemaskan!&n

  • My Boyfriend    Part 46

    -Farren-Velma dan Iris sudah pulang lebih awal. Merupakan sesuatu hal yang baik, agar kedua temannya itu tidak iri kepada dirinya. Karena Dion hanya mengajak Farren saja.Kini Farren sudah selesai mandi, ia sedang mengeringkan rambut dengan hair dryer. 10 menit berlalu ia segera mencari setelan pakaian berwarna kuning di lemarinya.Farren memilih memakai crop t-shirt putih dengan motif bunga-bunga yang berwarna kuning. Dipadu dengan celana jeans nya, kemudian memakai sepatu sneakers berwarna hitam.Setelah urusan penampilan selesai, ia langsung menuju meja riasnya. Memoles sedikit wajahnya dengan make up tipis. Lalu ia menaruh baju renang, yang cukup sexy. Ia masukkan ke dalam tas ransel kecil yang juga berwarna kuning.Karena persiapan Farren sudah sempurna, dirinya segera menghubungi Dion.***-Rumah Dion-Maxim yang sudah menghabiskan cerealnya, hanya menyisakan mangkuk kotor di tangan Dion.&nb

  • My Boyfriend    Part 47

    Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang. Sepaket nasi dan lauk, serta minuman dingin lemon tea sebanyak 3 buah. Mereka melahapnya dengan cepat.Setelah sekian menit mereka telah menghabiskan waktunya di cafe, kini makanan dan minuman yang mereka pesan pun sudah habis. Memberi waktu kepada perutnya, agar semua makanan yang mereka makan bisa cepat turun dalam kurun 1 jam. Dalam 1 jam itu pun Dion dan Max mengisinya dengan mengobrol santai, lagi-lagi menghisap vapornya kembali. ***-Perjalanan pulang-Mereka bertiga sudah meninggalkan cafe itu, kini Dion dan Max sedang mengantarkan Farren ke rumahnya.“Akhirnya sampai.” ucap Dion kepada Sofia“Thanks pacar!” jawab Farren sambil mencubit pelan hidung Dion“Aku masuk ya,” timpal Farren lagi sambil berjalan memasuki rumahnyaRespon Dion hanya mengangguk saja, lalu ia segera menuju rumahnya yang hanya selisih 1 rumah.&

  • My Boyfriend    Part 48

    Langkah kakinya berjalan menaiki anak tangga, menuju lantai 2. Ia ingin menemui anak sulungnya. Diketuk lah pintu kamar Dion.“Diooon! Ini papah, tolong buka pintunya, papah mau bicara.”Dion yang tukang tidur, dan selalu susah untuk dibangunkan pun tidak merespons ketukan pintu dari Pak Johan. Terpaksa ia harus menyelonong masuk ke dalam kamar anaknya, karena kebetulan pintunya tidak terkunci.“Bangun! Dion, sebentar. Ayo bangun!” ucap Pak Johan kepada Dion, sambil menggoyang-goyangkan badannyaPerlahan mata Dion terbuka, ia mengusap matanya kasar.“Iya pah, ada apa?” jawab Dion, sembari beranjak duduk“Gini, bantu papah ya buat mengisi acara pesta kecil-kecilan terpilihnya pak RT. Menurut kamu, kita isi dengan acara apa? Kamu bisa dance kan?”“B-bisa pah, shuffle. Anak-anak mau diajari shuffle? Papah yakin?”“Ya, yakin. Nanti papah

  • My Boyfriend    Part 49

    Felicia sudah kembali. Ia segera mengenakan mini dress berwarna hitam pilihan ibunya. Lalu langkahnya berjalan menuju depan cermin, ia sedang menilai dirinya sendiri, apakah cocok memakai mini dress ini?Panjang dress yang hanya di atas lutut, bagian lengan yang bergelembung seperti balon. Dan sedikit memperlihatkan area lehernya yang indah. Felicia mulai berdandan, dengan memakai bedak tabur. Ia oleskan ke seluruh wajahnya dengan rata. Lalu ia tarik ikat rambutnya, membiarkan rambut panjangnya terurai sempurna.Setelah selesai, Felicia bergegas menghampiri Seren. Dirinya berlari kecil, karena sangat terburu-buru.“Mah, Felicia berangkat dulu ya. Ucapnya sambil berjalan menuju kamar Seren.Teriakan dari ibunya itu samar-samar terdengar, Bu Elsie menyuruhnya agar hati-hati dalam perjalanan.***Sesampainya di depan kamar Seren, ternyata saudaranya ini masih dalam proses pencarian pakaian apa yang akan dia pakai. Ka

  • My Boyfriend    Part 50

    Akhirnya mereka sampai di sebuah lapangan milik kampus terkenal di kota mereka. Lapangan itu memang sengaja dibuka untuk umum.Dion dan Max, segera memasuki area lapangan. Kebetulan disana ada sekumpulan komunitas skateboard yang memang sedang bermain di lapangan itu. Komunitas itu juga sangat terbuka sekali, bagi yang bukan anggota untuk mencoba bermain skateboard bersama mereka.Karena nyali Dion yang lebih berani ketimbang Max, akhirnya ia yang mengajukan permintaannya untuk bergabung ke dalam komunitas tersebut.Dion berjalan dengan rasa percaya dirinya, dan Max membuntuti dari belakang.“Hai kak, gua lihat dari jauh komunitas ini sangat terbuka untuk umum. Boleh kita berdua ikut bergabung?” Tanya Dion kepada ketua komunitas.“Halo, iya betul sekali. Kalian berdua mau ikut juga? Masih ada nih yang belum dipakai, tinggal pilih aja yang mana. Nanti gua bantu kasih arah.”“Iya kak, kita ma

  • My Boyfriend    Part 51

    Kali ini Felicia tidak bersemangat, entah mengapa rasanya malas sekali untuk berlatih dance. Terlebih lagi untuk pembagian kelompok yang diarahkan Pak Johan, saudaranya Seren salah satu bagian dari kelompok Dion.Felicia hanya merasa sedikit cemburu kepada Seren. Tetapi dirinya salah satu bagian dari kelompok Velma. Dan sisanya Farren, ia memimpin anak-anak lainnya.Lalu, pertama-tama Dion menjelaskan langkah dasar untuk mendalami gerakan shuffle. Ia maju ke depan layaknya moderator.“Oke, jadi gua disini akan memberi penjelasan tentang teknik shuffle dance. Shuffle sendiri mempunyai 2 step, T-step dan Running Man. Gerakannya cukup mudah, kalian perhatikan.” Ucap Dion kepada anak-anak.Tetapi sebelum Dion memperagakan gerakan shuffle, ia meminta tolong kepada ayahnya agar anak-anak bisa berbaris dengan rapi.“Kalian bisa berdiri baris yang rapi kan? Sini om yang atur format barisannya.” Ucap Pak Johan s

Latest chapter

  • My Boyfriend    Part 88

    Wisuda FeliciaHari ini, adalah hari dimana Felicia dinyatakan lulus. Selama kurang lebih 3 tahun, akhirnya Felicia telah melepas status putih biru. Felicia memakai kebaya pink dan memakai balutan hijab berwarna kuning keemasan. Jika ditanya bagaimana perasaannya? Sungguh sangat bahagia, akhirnya ia bisa melanjutkan masa putih abu-abunya.H-2 sebelum wisudaHubungan Felicia dengan Arden terbilang baik-baik saja dan harmonis. Kemarin saja ia baru mengantarkan Felicia pulang. Namun setelah hari dimana pasangan muda ini bertukar sandi akun media sosialnya, Felicia segera log in memakai akun media sosial milik Arden. Selepas pulang sekolah, Felicia memilih duduk santai di teras depan rumah. Ia sibuk berkutat dengan ponselnya, mencoba mengetik sandi akun sembari menutupi matanya. Ia sangat gugup, apa saja yang ada di dalam akun media Arden? Dan boom! Felicia berhasil log in, ia masih membiarkan tampilannya berada di beranda. Lalu mulai menscroll perlaha

  • My Boyfriend    Part 87

    Beberapa jam kemudian, suara bel telah berbunyi. Menandakan waktunya para siswa dan siswi pulang, Iris yang sedang menjalankan misinya segera mencari Felicia. Ia benar-benar mencengkeram tangan Cia erat, seperti sedang menjaga mangsa agar tidak kabur. Felicia hanya menurut saja, ia diam dan tak banyak bergerak. Ketika Iris menarik-narik tangannya, sambil berjalan. “Fel, sebenarnya lu tau ga sih?” tanya Iris.“Tau apaan?” “Kak Dion itu kasih kamu kado,” ucap Iris lagi.“Iya? Tapi ga mungkin, kita berdua belum lama kenal.” “Ih gua serius, makanya lu nanti mampir ke rumah gua dulu.” Percakapan mereka berakhir begitu saja, keduanya fokus berjalan menatap depan dan mempercepat langkah kakinya. Di bawah sinar matahari yang terik, di tengah-tengah ramainya kendaraan berlalu lalang. Sampai perjalanan mereka sudah cukup dekat, Iris dan Felicia sedang bersiap-siap menyeberan

  • My Boyfriend    Part 86

    Felicia semakin penasaran, ia segera mempercepat laju langkahnya menyusul Serren. Ketika beberapa langkah lagi sampai di rumah Iris, mereka berdua terdiam. Ada perasaan gugup dan malu untuk sampai ke depan sana. “Ren, maju ga nih? Gua penasaran sih, tapi malu.” Ucap Felicia sembari memegangi tangan Serren. “Fel, lu gila ya? Sudah sampai sini, mau kita batalkan aja gitu? Jauh-jauh dong percuma. Ayo buruan.” Jawab Serren yang menarik balik tangan saudaranya. Akhirnya mau tak mau Felicia mengikuti langkah Serren, dan setelah sampai di depan rumah Iris. Sorot mata Felicia menangkap Iris yang sangat gugup dan gelisah seperti menyembunyikan sesuatu. Lantas Felicia memberanikan diri untuk menengok lebih jelas lagi, ke dalam ruang tamu. “Iris?” Panggil Felicia yang mencari sosok temannya ini. Iris pun menjawab dengan muka tegang terlihat jelas di seluruh wajahnya. “I-iya, sini Fel masuk.” T

  • My Boyfriend    Part 85

    Lumayan memakan waktu untuk sampai Mall yang mereka tuju. Sebuah Mall terkenal dan legendaris sejak dulu, kini Dion dan Iris sudah memarkirkan motor.Bergegas Iris turun dari motor Dion, ia menunggu lelaki paling bawel ini sedang melepas helmnya. Setelah itu mereka berjalan bersama menuju lantai atas, yaitu istana boneka. Keberadaan mereka sudah di depan mata pintu masuk, terdapat security sedang berjaga disana.Iris dan Dion segera memasuki ruangan itu, tetapi sebelumnya mereka diperiksa dulu dengan alat yang bernama Metal Detector. Ternyata semua aman, mereka melanjutkan langkahnya.Di ruangan seluas ini, terdapat macam-macam boneka. Mulai dari yang bentuknya beruang, panda, bebek, babi, monyet dan masih banyak lagi. Bahkan ada versi mininya, terdapat juga boneka barbie terpajang rapi di dalam rak.Dion sempat bimbang, ia meminta pendapat Iris kira-kira mana yang cocok untuk Felicia.“Ris sini lu.” Panggil Dion.“Ke

  • My Boyfriend    Part 84

    Dion yang sudah berjam-jam membersihkan toilet, lantas lemas. Ia bahkan tidak sempat membeli makanan ringan serta minuman dingin. Untungnya tersisa 1 toilet saja, ia segera membersihkannya cepat-cepat. Beberapa menit berlalu, kini Dion sedang meminta kunci motornya di dalam ruang guru. Setelah mendapatkan, ia segera pulang. Berlari menuju kamarnya, membilas tubuhnya dengan air dingin. Tubuhnya benar-benar lengket. Kemudian ia segera mengecek dapur, apakah ada makanan berat disana. Ternyata memang benar ada, ibunya sudah memasak sup ayam yang masih hangat. Bergegas lah ia mengambil sepiring nasi, dan siap melahap sup ayam itu. Selesai makan siang, Bu Sisi justru baru keluar dari kamar tidurnya. Ia menyapa Dion yang sedang mencuci piring.“Pulang jam berapa?” Celetuknya.“Belum lama Mah, Maxel mana? Tidur di kamar Mamah ya?” “Iya, ya sudah kamu giliran istirahat. Mamah juga ingin makan siang, lapar.”

  • My Boyfriend    Part 83

    Beberapa menit yang lalu Dion sudah membersihkan badannya dan memakai seragam sekolah. Ia segera turun ke lantai 1, untuk mengambil sepatu hitamnya. Tampilan Dion sungguh acak-acakan, wajahnya terlihat sendu. “Ko, sini sarapan dulu. Menu kesukaanmu nih, keripik bayam.” Ujar Bu Sisi, sembari menuangkan segelas susu di dalam gelas.Dion hanya mengangguk, ia tetap berjalan menuju ruang tamu. Sibuk memakai kaos kaki dan sepatunya. Tetapi ia tidak langsung beranjak pergi, Dion memilih diam dan melamun. Sampai Maxel dan Pak Johan sudah berlalu pergi, tanpa ia sadari. “Hati-hati Pah, Maxel pegangan nanti jatuh.” Pesan Bu Sisi. Setelah kepergian suaminya serta anak bungsunya, ia menoleh ke arah anak sulungnya, Dion. Yang sedari tadi duduk terdiam. “Kenapa lagi,” Ujarnya sambil mengernyitkan dahi. Kini Ibunya sudah duduk di sampingnya, membuat Dion menoleh dengan tatapan nanar. Ia langsung memeluk Bu Sisi,

  • My Boyfriend    Part 82

    Hari sudah malam, Felicia sedang merebahkan tubuhnya di kasur. Sedari tadi, ia sedang menunggu balasan pesan dari Arden. Sorot matanya menatap langit-langit kamar. Tiba-tiba pikirannya terbesit akan sosok kakaknya.Beralih mengambil ponselnya, lalu mencari kontak nama ‘Dion’. Ia segera mengetik pesan yang akan ia sampaikan.“Kak,” Panggilnya di dalam room chat.Beberapa menit kemudian, Dion membalas.“Iya Dik, kenapa?” Begitu membaca balasannya, Felicia menahan senyum dari kedua sudut bibirnya.“Sejak kapan Kak Dion manggil aku adik,” Gumamnya.***“Kakak lagi dimana?” Balasnya.“Alun-alun nih, kenapa?”“Kak, Cia waktu itu lihat ada jam tangan merah. Cia boleh pinjam ga? Sehari aja.”Ya, teringat kejadian beberapa hari yang lalu, sewaktu Dion mengunjungi Felicia di

  • My Boyfriend    Part 81

    Jam sudah menunjukkan pukul 12 lebih 30 menit, yang dimana ada beberapa masjid atau mushola yang sudah menyelesaikan ibadah shalat jumat. Tetapi belum ada tanda-tanda dari Arden, ia belum menghubungi Eva kembali soal menjemput Felicia.Mereka berempat pun menunggu Arden, sembari mengobrol hal ringan. Entah menggosip teman-teman mereka di sekolah, atau guru, bahkan pekerjaan rumah yang memang terlihat sulit untuk dikerjakan.Waktu demi waktu berlalu, sampai pada akhirnya jam tepat menunjukkan pukul 1 siang. Untuk kesekian kalinya justru Eva yang sudah mulai sedikit geram. Pikirnya, mengapa Arden bisa lama sekali mengunjungi rumahnya.Sampai sudah tidak ada lagi obrolan yang dibahas, Rayne, Eva dan Riva justru mengecek gang apakah Arden sudah datang atau belum. Tetapi kenyataannya nihil. Pria itu belum terlihat batang hidungnya sekali pun. Eva berbalik badan menuju rumah kembali, ia mengomel kenapa kekasih temannya sangat lama.&ldqu

  • My Boyfriend    Part 80

    Keesokan harinya, Dion yang akan berangkat sekolah dengan sepeda motornya. Ia sudah selesai menghabiskan sarapannya, sepotong roti dengan isi parutan keju serta telur gulung.Lalu ia berpamitan dengan Bu Sisi, bersamaan dengan Maxel dan Pak Johan. Di rumahnya hanya tersisa Bu Sisi seorang diri. Dion memakai seragam sekolah, yang dibalut jaket kulit berwarna hitamnya yang elegan.Mengendarai sepeda motornya, dengan helm full face. Membuatnya makin terlihat keren saat menaiki si black ini. Ia sudah membunyikan klakson tanda perpisahan untuk yang kedua kalinya. Deru motor Dion sangat lah bising, jika pertama kali ia menancapkan gasnya.Melaju lambat, hingga beberapa menit kemudian sampai lah di SMK Ksatria. Ia memasuki kawasan parkir, yang dimana sudah banyak motor berjejer disana. Nyaris telat, untung saja tidak mendapat hukuman di hari pertama masuk kelas.***Setelah mencari ruang kelasnya, kini ia sudah memili

DMCA.com Protection Status