Pak Alvin terus memperhatikan celana dalam hitam berenda milik Gita. Levi bergerak cepat ke arah Pak Alvin, dia datang untuk mengambil celana itu.
“Maaf Pak Alvin tapi tolong jangan dilihat lagi, celana dalam itu milik saya.”
“Ah maafkan saya, saya tidak tahu kalau Pak Levi punya hobi seperti ini. Tentu saja saya akan mengembalikannya Pak.”
Levi mengambil celana dalam itu dari Pak Alvin, melipatnya dengan cepat dan menaruh celana itu di dalam lemari nakas yang ada di dekat ranjang.
“Tenang Pak Levi, Bapak tidak perlu malu seperti itu. Saya tahu kalau pria muda seperti Bapak pasti punya hasrat seksual yang tinggi, apalagi saat kita harus bekerja jauh dari keluarga. Apakah itu milik Istri Pak Levi?”
“Maaf Pak Alvin, tapi sebenarnya sampai saat ini saya belum berkeluarga. Saya tidak punya Istri.”
“Jadi, maksud Pak Levi, celana dalam itu bukan milik i
Setelah perjalanan panjang dengan menggunakan pesawat terbang, Levi dan Gita akhirnya sampai di wilayah Gunung Tianmen. Di sana orang-orang di sekitar menggunakan bahasa mandarin yang tidak Levi mengerti, bahkan beberapa petunjuk yang ada di bandara pun lebih banyak menggunakan huruf kanji.Beruntung Gita memiliki kemampuan menggunakan 5 bahasa asing, dia bisa membaca dan berbicara menggunakan bahasa mandarin.Saat mereka baru saja keluar dari pintu gerbang bandara, seorang gadis cantik berumur 25 tahun sudah datang menyambut kedatangan Gita dan Levi dari Indonesia.Dia adalah nona Mei Li, sekretaris pribadi Tuan Dylan Wang. Selain cantik seperti bintang film hongkong, Mei Li juga terlihat seksi saat dia menggunakan pakaian traditional Cina yang memperlihatkan belahan pahanya.“Selamat pagi,” sapa Mei Li dengan menggunakan bahasa Inggris. “Selamat datang di Tianmen. Perkenalkan nama
Suara kehebohan yang terjadi di sekitar meja Levi membuat Gita melirik ke arah mereka berdua. “Tenang saja,” ujar Dylan Wang menenangkan Gita. “Mei Li pasti bisa membantunya.” Gita mengikuti kata-kata Dylan, dia membiarkan Levi di urus oleh Mei Li. “Oh ya boleh saya tahu siapa pria itu?” “Dia adalah guru pribadi saya yang dipekerjakan oleh Kakek,” jawab Gita menjelaskan. “Sepertinya dia sudah cukup berumur, apakah dia sudah berkeluarga?” “Belum, tapi dia memang ahli dalam hal manajemen keuangan, saya belajar banyak darinya.” “Menarik, kalau begitu di lain kesempatan kamu juga bisa belajar dengan saya, saya senang bisa mengajarkan kamu beberapa tips dan pengalaman saya dalam mengelola bisnis resort ini.” Gita tersenyum kepadanya. “Tentu saja, saya menunggu hari itu.” Dylan tertawa
Hujan badai yang lebat menyulitkan Levi untuk melihat jalan. Dia hanya bisa terus berjalan menuju arah tebing gunung yang dipanjat oleh Gita dan Dylan sebelumnya.Apa yang harus dia lakukan di tengah hujan badai seperti ini, apakah mungkin dia bisa menemukan Gita?“Levii,” terdengar suara teriakan samar-samar dari belakang.Levi tahu itu pasti suara Mei Li yang sedang mengejar dirinya, tapi dia tidak ingin dihentikan, dia harus mencari cara untuk menyusul Gita.“Levi hentikan, dengarkan saya.”Mei Li terus memaksa Levi untuk menunggu dan mendengarkannya.Levi menahan langkahnya, dia menoleh ke belakang, melihat wanita itu sedang berlari ke arahnya.“Tunggu Levi, dengarkan saya. Kamu tidak mungkin bisa menyusul mereka berdua kalau terburu-buru seperti ini.”“Jadi apa yang bisa
Gita mulai melepaskan pakaiannya satu per satu, hingga menyisakan pakaian dalamnya saja. Dylan sudah beberapa kali menelan ludah saat melihat kemolekan tubuh gadis ini.Di balik sinar cahaya merah perapian, Gita terlihat sangat sensual dan eksotis. Tubuhnya memang sangat sempurna, dengan lekuk pinggul yang seksi, pinggang yang langsing, Gita juga memiliki bulatan indah sempurna pada buah dadanya yang menggoda mata pria.Gita meminta Dylan untuk tidak terus melirik ke arahnya. Dylan yang sejak tadi sudah lupa diri, mulai sadar kalau apa yang dia lakukan tadi itu tidak sopan. Bagaimanapun Gita adalah cucu dari Tuan Baron Lee yang merupakan sahabat baik dari ayahnya.Dylan segera menutup matanya dan melihat ke arah lain.“Maafkan saya,” ucap pria itu menenangkan Gita yang saat ini sedang menutupi kemolekan tubuhnya dengan kedua tangan.Setelah Gita menjemur pakaiannya di
Awalnya Mei Li tidak paham apa yang hendak dilakukan oleh pria ini, tapi saat Levi memijat kakinya dia sadar kalau pria itu sedang memperhatikan kondisi kakinya yang terluka.Mei Li meringis kesakitan saat tangan Levi memijat tepat pada bagian kakinya yang terkilir.“Tahan rasa sakitnya sebentar,” seru Levi kepada Mei Li.Dengan kuat dan tegas Levi mengarahkan pergelangan kaki Mei Li ke arah yang benar. Terdengar suara tulang yang bergemeretak saat Levi melakukannya.Mei Li berteriak pelan menahan rasa sakit sambil meremas pundak Levi.Levi melirik ke arah matanya, dia ingin memastikan gadis itu sudah tidak merasa sakit lagi.Levi menggerak-gerakan kaki Mei Li. Mei Li tidak merasakan rasa sakit lagi, kakinya yang terkilir sudah berhasil disembuhkan.Mei Li tersenyum senang kepadanya.“Terima kasih Le
Setelah keluar dari stasiun MRT, Levi berlari cepat menuju rumah yatim. Dia terlihat sangat gugup, ada berita buruk yang baru saja dia dapatkan dari Rose tadi pagi.Rose adalah rekan sekerja Levi di kampus. Levi sudah mengenal Rose sejak mereka masih kelas 1 SMA. Mereka terus berteman baik sampai mereka menempuh pendidikan lanjut di kampus yang sama. Saat senggang Rose sering mampir ke rumah yatim untuk membantu anak-anak yang ada di sana.Di depan rumah yatim, terlihat anak-anak sedang asik bermain di pelataran taman.“Tito, di mana Kak Rose sekarang?” tanya Levi cepat.“Kak Levi,” seru Tito bocah berumur 9 tahun, dia terlihat lebih dewasa dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.“Kak Rose ada di dalam kamar Bunda. Kak Rose tadi pinta Tito untuk menjaga anak-anak yang lain.”“Baiklah, kalau begitu kamu tetap jag
“Levi, siapa gadis itu?” tanya Rose curiga. “Apakah kamu mengenalnya?”“Ya, dia adalah majikan perempuan saya.”Rose memang sudah tahu Levi sedang bekerja di rumah Tuan Baron Lee untuk menjaga cucunya yang masih gadis, tapi dia tidak menyangka akan bertemu dengannya di tempat ini.Levi berjalan ke arah Gita, memegang tangannya dan mengajak gadis itu untuk pergi ke tempat lain.“Ayo kita berbicara di sana, di sini tempat anak-anak sedang bermain.”“Lho kenapa saya harus pergi, saya kesini memang bermaksud mau berkunjung ke rumah kamu kok.”“Hah? Maksud kamu?”Levi semakin tidak percaya, kenapa gadis seperti Gita mau datang berkunjung ke rumahnya. Apakah dia memang sudah sangat bosan hingga sengaja datang ke rumah yatim untuk mengerjainya?“Ta
“Hei hentikan,” lerai Levi kepada dua gadis yang sebenarnya sudah bukan kanak-kanak lagi. “Kenapa kalian berdua jadi seperti ini sih?”Gita dan Rose kompak diam.“Sini kemarikan makanannya biar saya sendiri saja yang menyuapi Bunda makan,” ujar Levi meminta makanan yang sudah mereka persiapkan untuk Bunda.“Ambil ini saja,” pinta Gita kepada Levi.“Jangan Levi, lebih baik ini saja, Bunda lebih suka makan bubur ayam buatan saya,” paksa Rose agar Levi mengambil bubur miliknya.“Hei kalian ini kenapa sih, baru saja saya bilang jangan buat Bunda bingung dengan tingkah kalian. Sebaiknya kalian berdua pergi dari tempat ini sekarang juga.”Levi mengambil makanan milik mereka dan meminta mereka berdua keluar dari kamar secepatnya.Saat Levi menyuapi Bunda Reyha dengan bubur a