Beranda / Rumah Tangga / My Beloved Partner / Bayang-bayang Larissa

Share

Bayang-bayang Larissa

last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-07 23:44:07

Pagi yang dingin terasa lebih mencekam daripada biasanya. Setelah malam yang panjang dengan berbagai ancaman, Wisang dan Taka tahu bahwa mereka tidak bisa tinggal diam lagi. Sesuatu sedang mengincar mereka—mengincar Ghenta.

Wisang menatap wajah anak itu yang masih terpekur di tempat tidur. Ghenta belum benar-benar pulih dari ketakutannya. Ia hanya memeluk lututnya erat-erat, menolak berbicara lebih banyak tentang apa yang ia lihat semalam.

Taka duduk di sampingnya, tangannya mengusap punggung anak itu dengan lembut. “Sayang, tidak ada yang bisa menyakitimu. Papa dan Tante Wisang akan melindungimu,” katanya pelan.

Ghenta mengangguk, tapi matanya tetap terarah ke jendela, seakan takut sesuatu akan muncul lagi.

Wisang menarik napas dalam, lalu berbalik menatap Taka. “Kita tidak bisa menunggu lebih lama. Aku akan mencari tahu lebih jauh tentang kecelakaan Larissa dulu.”

Taka mengangguk. “Aku akan menemui beberapa orang yang mungkin bisa membantu kita. Kita harus tahu siapa yang mengirim a
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • My Beloved Partner   Emblem itu?

    Satria menatapnya dalam-dalam. "Kami tidak bisa menyimpulkan pasti tanpa bukti lebih lanjut. Tapi, jika benar ada seseorang yang ingin Larissa menghilang saat itu, orang itu bisa saja masih ada di sekitar kalian sekarang."Sebuah kesadaran mengerikan menghantam Wisang dan Taka bersamaan."Dan kalau mereka belum selesai…" Wisang menelan ludah. "Mereka akan kembali untuk menyelesaikan apa yang mereka mulai."Dalam perjalanan pulang, pikiran Taka dipenuhi oleh semua informasi yang baru saja mereka terima. Ia merasa ada sesuatu yang terlewat, sesuatu yang harus diingatnya.Sesampainya di rumah, Wisang menidurkan Ghenta yang masih terlihat lelah setelah semalaman dilanda ketakutan.Taka duduk di ruang tamu, menyalakan laptopnya dan mulai mencari dokumen lama yang pernah ia simpan.Saat sedang membuka folder-folder lama, matanya tiba-tiba menangkap sebuah file rekaman CCTV yang pernah ia simpan bertahun-tahun lalu. Rekaman dari kamera di depan rumah mereka, tepat beberapa hari sebelum kecel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • My Beloved Partner   Masih Berlanjut

    Taka masih terpaku di tempatnya. Pikirannya berkecamuk, mencoba mencerna kejadian barusan. Larissa datang dan pergi begitu cepat, meninggalkannya dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.“Pak Taka?”Suara Rania membuyarkan lamunannya. Wanita itu menatapnya dengan bingung, mungkin heran melihat ekspresi terkejut yang masih terpampang jelas di wajahnya.“Aku… aku akan menyusul,” ucapnya akhirnya, berusaha menenangkan diri.Rania mengangguk, menutup pintu kantor dan pergi. Tapi Taka tetap diam di tempatnya. Tangannya masih terasa hangat, seolah jejak Larissa masih tersisa di sana.Mereka tidak akan berhenti, Taka. Aku kembali hanya untuk memperingatkanmu. Jangan percaya siapa pun. Bahkan orang-orang terdekatmu.Kata-kata Larissa menggema di kepalanya.Siapa yang ia maksud? Siapa yang selama ini kupercayai, tetapi ternyata adalah ancaman?Taka berjalan ke meja kerjanya, menyalakan laptopnya kembali. Ia membuka kembali rekaman CCTV yang tadi ia temukan. Matanya tertuju pada pria be

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • My Beloved Partner   Menjadi Tutor (Pertemuan)

    “Kau? Sedang apa disini?” tanya Taka dengan mata melebar menatap seorang wanita berbalut dress formal dengan balutan cardigan denim yang memberi kesan lebih kasual yang tengah berdiri di hadapannya.“Papa sudah pulang?” sahut seorang anak remaja bernama Ghenta itu menyahutnya.“Ya, dan kalian sedang apa?” tanya Taka kembali mengulang tanyanya.“Papa, ini Mrs Dini yang menjadi Guru Pengajarku. Papa sudah menyetujuinya kan dan kami sudah dua pekan mulai belajar. Jangan katakan Papa melupakannya,” ucap Ghenta panjang lebar. ”Oh, begitu ya. Maaf sayang, Papa bukannya lupa hanya kaget karena Mrs Dini yang kamu katakan ini adalah Tante Wisang istrinya sahabat Papa. Kau ingat Om Dimas?” jawab Taka sambil menyodorkan tangannya kepada Wisang.“Really? Mrs Dini adalah istri Om Dimas?” ucap Ghenta sangat terkejut mengetahuinya.Dan wanita yang disebut keduanya itu pun mengangguk sambil tersenyum.“Waah, asyik dong,” seru Ghenta yang memang merasa nyaman belajar dengan Wisang menjadi sangat antu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Wisang Sakit

    Rasanya sedikit aneh tidak mendengar suara Wisang beberapa hari ini di rumahnya. Taka bertanya pada Genta, tetapi anaknya pun tidak tahu alasan di balik ketidakhadiran gurunya tersebut.“Pak, Tuan Dimas meminta bertemu!” ucap Magda di line telepon. Magda seorang sekretaris Taka yang cantik dan menaruh hati pada pria tampan keturunan Jepang itu.‘Suatu kebetulan yang bagus, aku bisa sekalian bertanya kepada Dimas mengenai kabarnya Wisang,’ ucap Taka di dalam hatinya sambil berjalan keluar dari ruangannya.Di ruangan tamu kantornya, Taka melihat Dimas tengah duduk bersama seseorang. Seperti biasa, wanita itu adalah sekretarisnya yang sudah cukup dikenal juga oleh Taka karena selalu mengekori kemanapun Dimas melangkah. “Hai Bro, apa kabarmu?” tanya Dimas langsung menyambut kedatangan Taka yang menghampiri mejanya.Kedua pria itu pun berangkulan saling memberi salam.“Hai, aku Sandra,” ucap wanita itu sambil menyodorkan tangannya. Namun Taka mengabaikannya.“Bagaimana kabarmu? Oh ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Lunch

    Taka kemudian mengajak Wisang ke sebuah restoran yang terlihat tidak terlalu ramai.Kebetulan sekali tempat itu menyediakan menu yang cukup recommended sehingga Wisang pun menyetujuinya. “Sebenarnya aku tidak peduli kamu mau mengajakku makan apa,” ucap Wisang sambil tetap membuang pandangannya ke arah luar mobil. Taka tahu jika saat ini suasana hati Wisang pasti sangat-sangat buruk. Baru saja Taka menepikan mobilnya di parkiran, sebuah panggilan telepon dari putranya masuk. “Oh begitu ya, baiklah … Tidak masalah. Lagi pula besok kan kau libur panjang. Jadi kau bisa berangkat bersama Nenek dengan tenang. Bye, ayah akan menjemputmu nanti,” ucap Taka kepada sang putra“Putraku akan bepergian dengan ibu. Entah apa yang sedang direncanakan oleh ibuku itu dia selalu saja memiliki kesibukan,” ucap Taka sambil melangkah turun dari mobilnya. Wisang kemudian mengikuti dan mereka berjalan beriringan menuju bagian dalam restoran. “Kau mau pesan menu apa?” tanya Taka. “Hatiku sedang tidak ny

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Sentuhan Yang Hebat

    “So, kita makan lagi atau kamu mau istirahat dulu,” ucap Taka sambil meraih wanita itu ke dalam pelukannya.“Aku lapar lagi, makan dulu yu sebelum perutku bernyanyi panjang,” ucap wanita bernama Wisang itu kepada Taka dengan manjanya.“Okay, just of to you, honey,” bisik Taka sangat lembut.“Mulai deh, gombal,” ucap Wisang sambil mencubit kecil pinggang pria tersebut.Mereka kemudian berjalan ke arah restoran yang berada tidak jauh dari hotel tersebut. Dengan menggunakan sebuah koridor penghubung, mereka bisa mengakses restoran berkelas itu dengan sangat mudah.Pilihan Wisang pun berakhir pada sebuah restoran Sunda yang menyuguhkan berbagai suguhan khas bumi Parahyangan ini.“Aku suka nasi liwet komplitnya, bagaimana?” ucap Wisang kepada Taka meminta persetujuan pria tersebut.“Terserah, aku ikut saja,” jawab Taka seperti biasa.“Ah, dan dua porsi sundae ice cream untuk penutupnya ya,” ucap Wisang dengan tanpa segan memesankan menu makan siang mereka kali ini.Sambil menunggu pesanan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Jerat Hasrat (21+)

    “Kau membuatku basah,” ucap Taka sambil menarik tubuh Wisang ke dalam dekapannya.Wisang yang mulai mencium bau hormon berkembang sejak masuk ke kamar bungalow ini tidak bisa lagi menampik tatapan sendu Taka.“Keringat maksudku!” ujar Taka sambil menyentil dahi Wisang untuk kesekian kalinya.“Awww … seneng banget nyentil jidat orang sih? Sakit, tau!” balas Wisang dengan bibir yang sudah manyun. Membuat Taka semakin gemas pada istri orang ini.Wisang tersenyum, jeda berikutnya dia justru memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan Taka. Dia mencondongkan tubuhnya hingga membuat Taka harus memundurkan tubuh untuk memberikan Wisang ruang.“Cium aku lagi,” ucap Wisang yang entah mendapatkan keberanian dari mana melakukannya.Wanita itu terus menatap Taka dengan intens, membiarkan gairah kembali menyapa mereka berdua kali ini.“Ayo Taka, aku menginginkannya,” ucap Wisang dengan semakin menghimpit pria itu.Dua buntalan kembar Wisang yang berada di balik kemeja berkancing wanita itu kini sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • My Beloved Partner   Kesayangan

    “Sialan lu. Gue kaget tau!” balas Taka sambil melempar pulpen dari saku nya. Untung saja lemparan Taka meleset. Jika tidak, sudah dipastikan jidat Dimas sebagai tempat mendarat yang sempurna.“Lagian gue panggil dari tadi lu diem aje.”Taka hanya tertawa melihat sahabatnya yang semakin lama semakin berisi itu.“Sejak nikah gendutan, Lu?”“Susunya cocok dong!!” jawab Dimas memamerkan gigi putihnya yang berjejer rapi.Jawaban Dimas menggelitik batin Taka, jika saja dia tidak tahu kondisi rumah tangga Dimas, dipastikan dia akan ikut tertawa. Nyatanya Taka malah bersikap datar setelah tadi sempat tertawa. Dia melihat Dimas sebagai sosok lelaki yang tidak bertanggung jawab sekarang. Meskipun dia sendiri juga bukan lelaki baik karena mengajak istri sahabatnya sendiri berselingkuh.“Ngapain lu kesini?” tanya Taka setelahnya.“Lu ikutan tender kain batik yang diminta Pak Menteri?” tanya Dimas mulai serius. Dimas tahu sepak terja

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-12

Bab terbaru

  • My Beloved Partner   Masih Berlanjut

    Taka masih terpaku di tempatnya. Pikirannya berkecamuk, mencoba mencerna kejadian barusan. Larissa datang dan pergi begitu cepat, meninggalkannya dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.“Pak Taka?”Suara Rania membuyarkan lamunannya. Wanita itu menatapnya dengan bingung, mungkin heran melihat ekspresi terkejut yang masih terpampang jelas di wajahnya.“Aku… aku akan menyusul,” ucapnya akhirnya, berusaha menenangkan diri.Rania mengangguk, menutup pintu kantor dan pergi. Tapi Taka tetap diam di tempatnya. Tangannya masih terasa hangat, seolah jejak Larissa masih tersisa di sana.Mereka tidak akan berhenti, Taka. Aku kembali hanya untuk memperingatkanmu. Jangan percaya siapa pun. Bahkan orang-orang terdekatmu.Kata-kata Larissa menggema di kepalanya.Siapa yang ia maksud? Siapa yang selama ini kupercayai, tetapi ternyata adalah ancaman?Taka berjalan ke meja kerjanya, menyalakan laptopnya kembali. Ia membuka kembali rekaman CCTV yang tadi ia temukan. Matanya tertuju pada pria be

  • My Beloved Partner   Emblem itu?

    Satria menatapnya dalam-dalam. "Kami tidak bisa menyimpulkan pasti tanpa bukti lebih lanjut. Tapi, jika benar ada seseorang yang ingin Larissa menghilang saat itu, orang itu bisa saja masih ada di sekitar kalian sekarang."Sebuah kesadaran mengerikan menghantam Wisang dan Taka bersamaan."Dan kalau mereka belum selesai…" Wisang menelan ludah. "Mereka akan kembali untuk menyelesaikan apa yang mereka mulai."Dalam perjalanan pulang, pikiran Taka dipenuhi oleh semua informasi yang baru saja mereka terima. Ia merasa ada sesuatu yang terlewat, sesuatu yang harus diingatnya.Sesampainya di rumah, Wisang menidurkan Ghenta yang masih terlihat lelah setelah semalaman dilanda ketakutan.Taka duduk di ruang tamu, menyalakan laptopnya dan mulai mencari dokumen lama yang pernah ia simpan.Saat sedang membuka folder-folder lama, matanya tiba-tiba menangkap sebuah file rekaman CCTV yang pernah ia simpan bertahun-tahun lalu. Rekaman dari kamera di depan rumah mereka, tepat beberapa hari sebelum kecel

  • My Beloved Partner   Bayang-bayang Larissa

    Pagi yang dingin terasa lebih mencekam daripada biasanya. Setelah malam yang panjang dengan berbagai ancaman, Wisang dan Taka tahu bahwa mereka tidak bisa tinggal diam lagi. Sesuatu sedang mengincar mereka—mengincar Ghenta.Wisang menatap wajah anak itu yang masih terpekur di tempat tidur. Ghenta belum benar-benar pulih dari ketakutannya. Ia hanya memeluk lututnya erat-erat, menolak berbicara lebih banyak tentang apa yang ia lihat semalam.Taka duduk di sampingnya, tangannya mengusap punggung anak itu dengan lembut. “Sayang, tidak ada yang bisa menyakitimu. Papa dan Tante Wisang akan melindungimu,” katanya pelan.Ghenta mengangguk, tapi matanya tetap terarah ke jendela, seakan takut sesuatu akan muncul lagi.Wisang menarik napas dalam, lalu berbalik menatap Taka. “Kita tidak bisa menunggu lebih lama. Aku akan mencari tahu lebih jauh tentang kecelakaan Larissa dulu.”Taka mengangguk. “Aku akan menemui beberapa orang yang mungkin bisa membantu kita. Kita harus tahu siapa yang mengirim a

  • My Beloved Partner   Penjelasan Larissa

    Pagi yang dingin menyelimuti rumah mereka. Wisang terbangun lebih awal dari biasanya, pikirannya masih dihantui oleh sosok berbaju hitam yang ia lihat semalam. Ia duduk di tepi ranjang, matanya menatap lurus ke jendela, mencoba mencari tanda-tanda aneh di luar sana.Tak lama kemudian, langkah kaki terdengar mendekat. Taka muncul di ambang pintu, wajahnya masih tampak letih setelah malam yang panjang."Aku tidak bisa tidur," kata Taka lirih.Wisang menepuk tempat di sampingnya, mengisyaratkan agar Taka duduk. "Aku juga," balasnya.Taka menghela napas berat. "Aku tidak habis pikir. Larissa muncul tiba-tiba, menuntut hak asuh Ghenta, lalu ancaman itu… Semuanya terjadi begitu cepat."Wisang menatapnya dengan serius. "Aku merasa ini bukan kebetulan, Tak. Semalam, aku melihat seseorang berdiri di luar. Sosok berbaju hitam. Dia hanya diam menatap ke arah rumah ini, lalu menghilang."Taka menegang. "Sosok berbaju hitam?"Wisang mengangguk. "Sama seperti yang Ghenta lihat dalam mimpinya."Taka

  • My Beloved Partner   Kembalinya Larissa

    Malam semakin menekan, seakan udara di dalam rumah pun terasa lebih berat dari sebelumnya. Wisang masih berdiri di dekat ranjang Ghenta, matanya menatap wajah polos anak itu yang terlelap. Tapi pikirannya jauh dari tenang. Kata-kata yang Ghenta ucapkan tadi masih bergema dalam kepalanya."Dia bilang… dia sudah dekat."Taka duduk di kursi kecil di samping tempat tidur Ghenta, menatap Wisang dengan ekspresi penuh kecemasan. "Kita tidak bisa menganggap ini hanya kebetulan, Wisang. Ghenta terus memimpikan sosok berbaju hitam itu, dan sekarang seseorang benar-benar meninggalkan pesan ancaman di depan rumah kita. Ini terlalu nyata untuk sekadar kebetulan."Wisang mengangguk pelan. "Aku tahu.""Apa kau pikir Dimas yang mengirim pesan itu?" Taka bertanya, meskipun dalam hatinya ia ragu.Wisang menggeleng. "Aku tidak yakin. Ini bukan gaya Dimas. Jika dia ingin mengancam, dia pasti akan melakukannya secara terang-terangan, bukan dengan permainan seperti ini."Taka terdiam, lalu berbisik dengan

  • My Beloved Partner   Terancam

    Malam semakin larut, tetapi Wisang tidak bisa memejamkan mata. Pikirannya penuh dengan pertanyaan—siapa orang berbaju hitam itu? Apakah ini hanya kebetulan, atau ada seseorang yang benar-benar mengincar mereka?Di kamar, Taka sudah kembali setelah memastikan Ghenta tidur dengan tenang. Ia duduk di tepi ranjang, menatap Wisang yang masih berdiri di dekat jendela, pikirannya terlihat jauh."Sudah hampir jam dua pagi," ucap Taka pelan. "Kau belum mau tidur?"Wisang menggeleng. "Aku merasa ada yang tidak beres."Taka menghela napas. Ia tahu suaminya bukan tipe orang yang mudah panik, jadi jika Wisang merasa ada sesuatu yang salah, kemungkinan besar itu memang benar."Apa menurutmu ini ada hubungannya dengan Dimas?" tanya Taka akhirnya.Wisang diam sejenak sebelum menjawab, "Aku tidak tahu. Tapi kalau memang dia ingin berbuat sesuatu, kenapa harus dengan cara seperti ini?"Taka mengangguk pelan, lalu menggenggam tangan Wisang. "Besok kita tingkatkan keamanan rumah. Aku akan meminta beberap

  • My Beloved Partner   Berusaha Akur

    Wisang menarik napas dalam, menekan emosinya agar tidak terpancing oleh provokasi Dimas. Saat ini, yang terpenting bukanlah siapa yang membenci mereka atau siapa yang mengancam, melainkan Ghenta—anak tirinya dari Taka."Kau boleh bicara sesukamu, Dimas," ucap Wisang akhirnya, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Tapi bagiku, yang paling penting sekarang adalah kesehatan mental Ghenta. Jika keberadaanmu membantunya, maka aku tidak keberatan."Taka menoleh, ekspresinya sulit ditebak. Dia tahu bahwa Wisang bukan orang yang mudah menerima kehadiran Dimas, apalagi setelah semua yang terjadi di antara mereka. Namun, demi Ghenta, Wisang rela mengesampingkan perasaan pribadinya.Dimas menaikkan alisnya, tampak sedikit terkejut. "Aku tidak menyangka kau akan mengatakan itu, Wisang. Kukira kau akan langsung menyuruhku pergi.""Aku ingin menyuruhmu pergi," Wisang mengakui, melipat tangannya di dada. "Tapi Ghenta butuh stabilitas, bukan pertengkaran orang dewasa yang egois."Dimas menatap Wisa

  • My Beloved Partner   Masakan Wisang yang Lezat

    Setelah hari yang penuh ketegangan, Wisang memutuskan untuk membuat sesuatu yang istimewa untuk Taka. Dimas boleh saja terus mengusik mereka, tetapi malam ini, ia hanya ingin menikmati kebersamaan dengan pria yang dicintainya.Di dapur apartemen kecil mereka, Wisang berdiri dengan celemek terikat di pinggang. Taka duduk di kursi bar, mengamati dengan senyum miring. "Aku tak pernah tahu kalau kau bisa memasak," katanya, menyandarkan dagunya di tangan.Wisang tertawa pelan sambil membalik steak di atas panggangan. "Kau pikir aku hanya bisa bekerja dan bertengkar dengan Dimas?" ia melirik ke belakang dengan senyum menggoda.Taka mengangkat bahu. "Yah, jujur saja, aku selalu melihatmu sebagai orang yang lebih suka makan di luar daripada repot-repot memasak sendiri."Wisang mengangguk sambil menuangkan saus ke atas steak yang sudah matang. "Itu benar. Tapi untuk orang yang kucintai, aku rela melakukan apa pun. Termasuk belajar memasak."Taka menatapnya, matanya melembut. Wisang memang buka

  • My Beloved Partner   Ulah Dimas Lagi

    Setelah Dimas pergi, Wisang menghela napas panjang dan menyandarkan kepalanya ke bahu Taka. "Aku tidak tahu apakah dia benar-benar akan menyerah atau hanya menunggu saat yang tepat untuk kembali mengacau," gumamnya lirih.Taka membelai lembut rambut Wisang, menenangkan perempuan yang ia cintai. "Yang penting sekarang, kita tetap berdiri bersama. Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapinya, Wisang."Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Dua hari kemudian, Wisang menerima sebuah panggilan telepon dari kantor lamanya."Wisang, kami baru saja mendapat surat dari pengacara. Dimas mengajukan tuntutan."Jantung Wisang berdegup kencang. "Tuntutan apa?" tanyanya dengan suara tertahan."Dia menuntut karena dugaan penyalahgunaan informasi internal saat kamu masih bekerja di sini. Dia mengklaim ada kebocoran data yang merugikan perusahaan. Kami tahu ini mungkin hanya alasan, tapi... ini bisa menjadi masalah besar."Wisang hampir tidak bisa bernapas. Dimas benar-benar tidak akan membiarkan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status