Share

Salah Ukuran

Author: Pinnacullata
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku bermimpi indah sekali. Aku menjadi putri salju yang sedang bermain-main dengan binatang-binatang di hutan, lalu datang seorang nenek sihir memberikan aku gelas plastik bekas. Dia menyuruhku untuk membuangnya ke tong sampah, tapi anehnya saat aku memegang gelas plastik bekasnya, aku langsung jatuh ke lantai tak sadarkan diri. Untunglah ada pangeran yang langsung menangkapku, dan meletakkanku di atas tumpukan jerami kering, dia tersenyum lalu menciumku.

Aku terbangun dengan puas, ah mimpiku indah sekali, lalu menyadari aku tidak ada di kamarku, tetapi kamar ini terasa familiar, ah tidak! apa aku ada di kamarnya lagi? aku segera memeriksa baju dan celanaku, syukurlah masih lengkap, walau bagian selangkanganku agak sakit karena tidur mengenakan celana jeans.

Aku segera keluar, wangi makanan segera menyentil hidungku, sontak aku menjadi lapar. Dia berdiri di depan kompor, memasak. Tubuhnya yang tinggi tampak kokoh, membuatku menikmati pemandangan itu sebentar sebelum dia menyadarinya.

"Kamu ... kenapa kamu membawa aku ke rumahmu lagi!" seruku memberitahukan kedatanganku. Ethan memutar tubuhnya yang sempurna itu, dan menatapku tanpa berkata apa-apa, situasi jadi canggung.

"Kamu ga macam-macam kan?" tanyaku lagi lagi dengan nada menuduh.

"Siapa yang mau macam-macam dengan perempuan yang ngiler di bantal!" jawabnya ketus terpancing ucapanku. Hah, ngiler? tanpa sadar aku langsung membersihkan mulutku dengan lengan baju.

"Ish, ga ada apa-apa!" seruku sebal sadar telah dibohongi.

"Kenapa aku disini lagi, tasku dimana?" tanyaku  mengulang pertanyaanku, aku berjalan mendekatinya.

"Aku sudah berulang kali membangunkanmu, ternyata Pesanggrahan Indah ada banyak, aku tidak tahu alamatmu." jawabnya lalu meletakkan piring di meja. Wah dia baik sekali mau memasakkan makanan untukku, aku langsung mengambil pisau di sebelahku dan mengoleskan mentega dan memasukan roti hangat itu ke mulutku, nikmatnya.

"Pesanggrahan Indah Raya," ucapku sambil menggigit lagi roti berlapis mentega itu.

"Itu makananku," ucapnya marah, Oh tidak, aku pikir dia membuatnya untukku, jangan menghayal Anna, mana mungkin dia mau memasak untukmu, pikirku bersalah, ingin rasanya memuntahkan roti yang sudah kumakan.

"Oh, aku pikir ini untukku soalnya kamu taruh di meja." jawabku berlagak santai membela diri lalu mengambil garpu untuk mulai makan.

"Aku... akan buat baru." balasnya kembali memecahkan telur, hihihi siapa suruh taruh di meja, aku nggak salah dong, pikirku sambil melihat sekelilingku. Rumahnya rapi dan bersih.

"Aku tak pernah membayangkan orang seperti kamu memasak," ucapku menikmati sarapanku dan juga pemandangan di hadapanku. Rambutnya yang agak panjang masih basah sedikit, dia mengenakan kaus putih polos tipis yang memperlihatkan otot tubuhnya samar-samar.

"Aku tidak suka banyak orang masuk ke rumahku," jawabnya, mematikan kompor lalu duduk di hadapanku, aku langsung mengalihkan pandanganku dari tubuhnya.

"Jadi kamu yang bersihkan sendiri?" tanyaku, tanpa sadar mengangkat sebelah kakiku naik ke atas bangku, aku menyadari dia langsung menghela napas melihat perbuatanku

"Kenapa? nggak boleh angkat kaki? Makan nggak seru kalau kaki nggak naik satu, coba deh!" ucapku, memperlihatkan betapa nyamannya makan jika kaki naik satu ke bangku, tapi dia hanya mendengus dan melanjutkan makannya.

Dia makan dengan santun sekali, lengkap dengan pisau, garpu dan serbet di sampingnya, berbanding terbalik denganku yang makan dengan tangan dan menggunakan garpu hanya untuk menyendok telur. Cih, gaya makan orang kaya memang berbeda sekali, pikirku dalam hati. Tiba-tiba dia memperhatikanku dengan seksama sehingga aku merasa jengah.

"Kamu ga mungkin pakai baju itu ke pemakaman Opa," ujarnya tiba-tiba, aku langsung memperhatikan bajuku, memangnya kenapa, apa aku bau ya? pikirku ingin mencium bau badanku tapi malu karena Ethan masih memperhatikanku.

"Yah sudah antar aku pulang, nanti aku pinjam baju Mama, mudah-mudahan Mama punya baju  hitam lain, ini juga punya mama." jawabku kesal sambil menyendok telur dengan garpu.

"Kenapa kamu memakai baju mamamu? kemarin, yang robek itu juga punya mamamu?" tanyanya tiba-tiba, aku jadi ingat dia melihat bajuku yang robek, seketika aku merasa marah.

"Iya, dan kamu merobeknya, pokoknya kamu harus ganti rugi." seruku kesal meletakkan garpuku. Dia segera mengambil handphonenya dan menelpon seseorang.

"Daniel, kirim beberapa gaun hitam buat Anna, ukuran kamu pikir lah ukuran anak-anak mungkin cukup." perintahnya sambil menatapku sinis. Aku memandangnya tidak percaya, dia menyuruh orang untuk mengirimkan baju untukku? ukuran anak-anak, siapa yang anak-anak? dengusku kesal.

"Ukuran sepatumu berapa?" tanya Ethan tiba-tiba.

"Ga usah, aku pulang saja ganti baju," Aku menggeleng menolak menerima pemberiannya, nanti dia bisa ngomong macam-macam.

"Daniel menunggu," desak Ethan menunggu jawabanku.

"Biar saja menunggu," jawabku kesal, tiba-tiba dia menunduk dan memperhatikan kakiku di bawah kolong meja.

"Dari ukuran paling kecil sampai 3 keatas, warna hitam." lanjutnya lalu mematikan telepon.

"Apa-apaan itu tadi?" tanyaku marah.

"Ukuran sepatumu, pasti paling kecil sama seperti badanmu yang seperti anak kecil, rata." tukasnya memandang ke arah dadaku, ish... dia lama-lama semakin menyebalkan, apakah dia tadi serius memperhatikan ukuran dadaku, dasar mesum!

"Ga boleh lihat-lihat, walau rata!" hardikku malu, memiringkan badanku.

"Daripada tutupi dada rata, mandi sana sebentar lagi kita berangkat! serunya lalu berdiri mengangkat piring kami tadi. Aku masih belum mau menyerah.

"Aku mau pulang!" protesku tidak mau kalah.

"Rumahmu jauh, nanti kita telat," jelasnya masuk akal, sambil mencuci piring.

"Ada kamar mandi di kamarku," lanjutnya lagi.

Aku menatap bagian belakang tubuh Ethan, lalu menghela napas, sepertinya penjelasannya masuk akal, kita tidak boleh terlambat ke pemakaman Opa. Aku langsung masuk kembali ke kamarnya dan masuk ke kamar mandinya yang mewah.

Aku menggantung bajuku di pegangan pintu pancuran air, dengan maksud akan mengenakannya lagi, baju hitam itu sudah aku periksa, ternyata tidak terlalu bau, masih layak untuk digunakan.

Air hangat mulai menyiram tubuhku dengan derasnya, memang nikmat mandi di kamar mandi orang kaya, pikirku menikmati pancuran deras air hangat di tubuhku.

Sayangnya aku terlambat menyadari kalau pintu box pancuran air tidak tertutup benar sehingga bajuku jatuh dan basah terkena air. Aish kenapa sampai jatuh begini, kalau begini aku terpaksa mengenakan baju yang dikirim Daniel nanti, dasar ceroboh! pikirku dalam hati mengutuk diri sendiri.

Aku mengambil handuk dan segera mengeringkan tubuh dan rambutku. Ethan dimana ya? Aku segera membungkus tubuhku dengan handuk putih lembut yang aku temukan di rak kamar mandi. Aku berjingkat keluar kamar mandi menuju kamarnya, dengan takut-takut, jangan sampai aku bertemu dengannya, melirik ke kanan dan ke kiri sebelum mengambil asal ke salah satu stel baju di atas kasur, lalu kembali ke kamar mandi. 

Wah Daniel memang dapat diandalkan, dia bahkan membelikan aku baju dalam baru, tapi kalau begitu dia bisa menilai ukuranku dengan benar, pikirku sambil meraba dadaku, ish dasar laki-laki!

Related chapters

  • My Beautiful Bride   Pemakaman Opa Jacob

    Aku tahu seharusnya aku mengalihkan pandanganku tapi rasa keingintahuanku melampaui logika. Aku maju lebih dekat dan bersembunyi di balik pintu kamar pakaian, aku melihat Anna masuk kembali ke kamar mandi sambil mengambil salah satu setelan baju secara asal.Aku mengulang pemandangan indah tadi, air masih menetes dari rambutnya, pundaknya putih dan jenjang, dadanya tidak serata yang aku pikirkan, ukurannya pas untuk tubuhnya yang mungil, perutnya rata dengan bagian bokong yang penuh, hatiku penuh rasa bersalah mengintipnya seperti itu.Saat dia masuk ke kamar mandi lagi, aku segera keluar dari kamar pakaian tapi tiba-tiba Anna keluar lagi saat aku sudah di dekat pintu."Kamu! mau apa kamu?" jeritnya kaget. Aku berusaha mengalihkan perhatianku, tapi sungguh itu hal yang sulit. Anna sangat sexy di hadapanku. Dia masih mengenakan handuk walau terlihat dia sudah mengenakan BH hitam dibalik handuknya."Keluaaar!" jeritny

  • My Beautiful Bride   Sepatu 15 Juta

    Kami sampai dalam waktu cepat karena rumah Ethan terletak tidak terlalu jauh dari Ruang Duka. Aku kembali menatap Opa Jacob yang tertidur abadi di peti matinya, betapa menakjubkan kehidupan itu, hanya sesaat yang lalu kami makan dan bercanda bersama, kini Opa hanya bisa terbujur kaku di sana.Ibadah tutup peti terasa singkat, dalam beberapa waktu peti segera ditutup, alunan lagu dinyanyikan untuk menguatkan hati, aku kembali terisak, dan memandang Ethan. Dia berdiri kokoh, tapi matanya memperlihatkan kehilangannya, aku berdiri disampingnya, merangkul lengannya, setidaknya hanya itu yang aku bisa lakukan.Ethan menyetir dalam diam saat mengikuti mobil jenasah yang membawa Opa ke peristirahatan terakhirnya. Upacara segera dimulai, orang yang ikut ke penguburan semakin sedikit, kemana semua orang-orang yang bercanda tawa kemarin? sepertinya mereka tidak mau repot-repot mengotori sepatunya dengan tanah basah.Aku benar-benar kesulitan untuk mendaki bukit kecil menuju l

  • My Beautiful Bride   Amarah Yang Misterius

    Entah kenapa aku ingin mengantarnya, aku ingin melihat rumahnya atau sebenarnya aku memang belum mau berpisah dengannya aku tidak mengerti, tapi yang pasti saat aku mengantar Anna yang berjalan terseok-seok diatas stilettonya, aku bersyukur aku ada untuk memegangnya.Dia membuka pintu gerbangnya yang sudah berkarat, tidak di kunci? Bahaya sekali, bukannya di daerah sini rawan rampok?"Baik, terima kasih atas tumpangannya." Anna berkata sambil mendorong pintu reot itu, tapi aku mendorongnya dan bermaksud ikut masuk ke dalam."Kenapa?" Dia bingung memandangku."

  • My Beautiful Bride   Setelah Dia Pergi

    Dia pergi dengan tergesa-gesa, setelah meminta ijin kepada Mama. Cih! untung dia masih inget sopan santun, dasar pria nggak jelas! Aku masih memandang ke arah dia pergi tanpa sadar, sampai mama terbatuk."Sudah layaknya dia marah," mama memandangku, sambil berdiri menuju dapur."Bagaimana jadinya malah dia yang layak marah Ma?" tanyaku kesal."Ingat Anna, dia baru kehilangan Opanya, dia benar-benar sendirian sekarang, pasti kondisinya tidak stabil," jawab mama sambil membuka kulkas sambil bersiap untuk masak makan siang.Aku terpaku menatap punggung mama yang

  • My Beautiful Bride   Raka Sayang

    Walaupun aku sudah menyetir jauh, aku masuk ke dalam rumah masih dalam keadaan kesal, dasar wanita brengs*k sudah untung aku bantu malah menyalahkan aku akan semua yang terjadi, pikirku dalam hati."Cih!" hardikku ketika begitu sulitnya aku untuk membuka kerah kemejaku. Hatiku terasa panas, aku terlalu gusar untuk bisa berkonsentrasi, masih dengan mengutuk aku masuk ke dalam kamarku dan segera membanting diri ke kasur. Mengapa aku begitu emosi, tidak dapat ku mengerti? Tapi jika berhubungan dengan wanita itu aku memang selalu bereaksi berlebihan.Aku menatap langit-langit kamarku, membayangkan apa saja yang terjadi sepanjang hari ini. opa sudah di kubur, dan akhirnya urusanku dengan wanita itu selesai. Aku hanya tinggal melanjutkan

  • My Beautiful Bride   Surat Waktu Itu

    Jam kerja yang membosankan akhirnya berakhir juga, sesudah Ema pulang, aku juga segera merapihkan mejaku. Jam 6 tepat aku sudah di pinggir jalan depan kantorku menunggu Raka datang. Tak lama dia menghampiriku dan memberikan helm."Nyokap lo, masak ga ya?" tanya Raka saat aku duduk di bangku penumpang."Ngga tau, memangnya kenapa?" aku merapihkan dudukku lalu merangkul Raka, karena motor Raka adalah motor yang agak tinggi bagian belakangnya."Ada deh," sahutnya misterius sambil tersenyum lalu menjalankan motornya dengan kencang sehingga aku harus mengeratkan peganganku.Jalan Jakarta hari ini tidak biasanya lancar, dalam waktu singkat kami sudah berada di daerah perumahan kami, tapi ternyata Raka melewati belokan ke perumahan kami."Mau kemana kita?" tanyaku lagi berteriak untuk mengalahkan suara motor."Ada, nanti lo bakalan tau juga." Dia juga berteriak menjawabku. Aku memperhatikan ke sekelilingku, sepertinya kami menuju pasar malam, dan b

  • My Beautiful Bride   Wasiat Opa Jacob

    Aku menatap langit-langit kamarku dalam keheningan malam, aku seperti biasa tidak dapat tidur. Walaupun semuanya dalam kondisi yang sama, di kamar yang sama, di tempat tidur yang sama, aku tetap tidak bisa tidur, tapi mengapa selama beberapa hari ini aku bisa tertidur pulas? Mataku menerawang ke sekeliling kamarku yang temaram, lalu menangkap sebuah tas yang sudah putus talinya di atas meja. Ya, itu yang membuat semuanya berbeda, Anna, tidak ada Anna hari ini di sampingku. Hatiku mencelos, menyadari hal itu. Bagaimana wanita tidak tahu diri itu bisa membuatku menjadi tergantung dengannya.Setelah beberapa lama aku mencoba menutup mata akhirnya aku menyerah dan duduk di atas tempat tidurku. Mataku kembali kepada tas itu, aku berdiri dan kembali meraih tas itu, lalu duduk di atas kasur sambil kembali mengeluarkan isi tas itu. Handphonenya jatuh ke pangkuanku. Aku segera melihat handphone itu dengan penuh rasa ingin tahu. Aku membuka foto-fotonya. Ada berbagai dirinya dalam berba

  • My Beautiful Bride   Kedatangannya

    Aku bermaksud untuk berangkat kerja lebih dahulu, dengan mengendap-endap melewati kamar mama, aku berjalan menuju pintu, tapi saat aku mengenakan sepatu, mama sudah ada di belakangku dengan tangan di pinggangnya."Kenapa kamu mengendap-endap, dah seperti maling saja!" ucapnya gusar. Aku memutar tubuhku dan melihat mamaku yang cantik tapi pucat terlihat kecewa padaku."Aku baru mau ijin sama mama mau pergi kerja." ucapku tersenyum semanis mungkin agar dia tidak marah."Pakai sepatu?" Dia menunjuk kakiku yang sebelah sudah memakai sepatu."Iya, baru ingat belum absen sama Mama, makanya baru sebelah pakainya." Aku beralasan, mama mendengus tidak percaya."Tunggu dimana dia?" tanya mama tanpa basa basi, menebak dengan tepat mengapa aku mengendap-endap."Raka tidak tahu, maksudnya tadi aku mau ke rumahnya." jawabku jujur. Mama langsung mendekatiku lalu menjewer telingaku."Bandel, gimana kalau orang komplek liat, semua dah pada tahu kalau kamu mo

Latest chapter

  • My Beautiful Bride   My Beautiful Bride

    "Oh Anna," desah Ethan terengah-engah merasakan sentuhan Anna yang semakin mendesak. Dia semakin bersemangat untuk meninggalkan jejak di cerukan leher Anna, tapi wanita itu segera menghindar."Jangan, ah kita kan mau ke dokter, nanti malu ah," seru Anna sambil terkikik geli merasakan bibir suaminya di lehernya yang jenjang."Ish, biar saja, biar mereka semua tahu kamu ada yang punya," ujar Ethan masih mau menikmati kulit putih sempurna milih istrinya itu, tapi Anna menggeliat dengan sedemikian rupa sehingga Ethan tetap tak bisa menyesap leher sempurna itu.Dia lalu memegang kedua tangan istrinya sambil tersenyum miring. Wanita itu menatapnya dengan mata coklat mudanya yang cantik. Matanya membulat karena terkejut."Kareba bergerak terus aku akan ikat kamu!" Ethan bergaya tegas, tapi tatapan mata Anna yang memelas membuatnya tidak tega, dia mendengus lalu menyerah."Aku menc

  • My Beautiful Bride   Kebahagiaan 21+

    Saat Daniel menanyakan hal itu, Anna keluar dari kamar dan mengambil alih Jacob. Anna hanya mendengar sekilas ucapan Daniel, tapi dia mengerti apa yang sedang dibicarakan."Aku ikut, saat kamu ke dokter aku ikut!" ujarnya cepat lalu meletakkan Jacob kembali ke kursinya. Batita itu kembali merenggut dan merengek, dia maunya di gendong, dia tak suka berada di kursi. Dia mulai meraung, tapi ketiga orang dewasa di sekitarnya tak ada yang peduli padanya."Oh... haruskah hari ini?" tanya Ethan sambil meletakkan daging asap mengepul di tengah meja."Ethan, kita tak tahu sampai kapan kamu akan sadar, nanti kalau kamu tiba-tiba menghilang bagaimana?" tanya Daniel dengan penuh kekhawatiran. Anna, membuat makanan untuk Jacob, lagi-lagi instan karena dia belum belanja. Ethan mencari pengalihan perhatian."Makan apa dia? Mengapa instan begitu? Seharusnya kamu masak makanan sehat untuknya jangan yang instan, Dani,

  • My Beautiful Bride   Tidak Boleh Tidur

    “Aku akan selalu bersamamu sayang.” Mereka menyatu dengan sempurna, Anna mengangguk setitik air mata terjatuh di pipinya.“Kamu sangat sempurna untukku, Anna. Aku mencintaimu.” Mereka saling terengah-engah memuaskan diri dan emosi mereka yang kini saling berpadu. Napas mereka memburu dengan detak jantung yang saling bertalu-talu. “Oh, betapa aku mencintainya, jangan lupakan aku, Ethan!” pinta Anna dalam hati. Dia memekik bersamaan dengan Ethan yang melenguh panjang. Pria itu menatapnya lalu mengecup air matanya.“Terima kasih sayang, karena kembali kepadaku.” Anna bergelung di dada suaminya. “Terima kasih karena telah mengingatku.” desah Anna dalam hati.Ethan berdiri untuk mengambil kaosnya dan mengenakannya kembali merebahkan dirinya di samping Anna. Pria itu menarik pinggang Ana yang ramping. Istrinya masuk kedalam pelukannya, namun walaupun Anna

  • My Beautiful Bride   Membuat Dunia Sendiri

    Dia berdiri diatas bangku berusaha mengikat tali di bagian atas langit-langit ruangan. Namun palang yang dulunya ada untuk mamanya mengikat kini bisa tidak ada. Tadi ada, namun kini hilang, lalu saat dia sadari, tali yang dia pegang pun tak ada? Kemana itu semua? Dia berteriak dengan frustasi sampai pintu ruangan itu terbuka dengan kasar. Wanita tadi masuk dengan air mata bercucuran di pipinya."Sayang, jangang sayang maafkan aku, oh Tuhan, maafkan aku, sayang turunlah!" pekik Anna dengan sangat takut. Wajah Ethan begitu gelap. Dia berdiri diatas bangku dengan canggung, wajahnya bingung seperti mencari sesuatu yang tiba-tiba menghilang."Ethan Samuel, turun kamu dari situ!" teriak Anna berusaha dengan tegas seakan dia sedang memarahi Jacob yang membuang-buang makanannya. Pria itu menoleh dengan bingung."Aku bilang turun, kamu harus turun!" Walau air mata Anna mengalir deras, dia merasa, Ethan harus dikagetkan, dengan ca

  • My Beautiful Bride   Jangan Lupakan Aku

    "Sayang…," desah Ethan sambil menciumi kelopak telinga Anna sehingga Anna tekikik geli. Tubuhnya mulai bergoyang tak terkendali, merespon tiap sentuhan Ethan. Jemari Anna mulai meraih kancing kemeja kerja Ethan. Dan dengan terampil kancing demi kancing dilepaskannya. Ethan tersenyum miring saat merasakan kemejanya sudah terlepas semua, dan jemari Anna mulai merasakan dadanya."Hmm, geli Anna," Ethan mendesah saat Anna terus menyusuri kulit perutnya yang berkotak-kotak.Anna tersenyum nakal, sambil terus merasakan hangatnya tubuh Ethan. pria itu dengan cepat melepas kemejanya sehingga kedua tangan Anna bebas menyentuhnya. Mata wanita itu berbinar-binar melihat tubuh Ethan yang kurus namun berotot itu."Kamu harus makan lebih banyak ya? Tubuhmu kurus sekali," Anna menyu

  • My Beautiful Bride   Putaran Waktu

    "Sayang, maafkan aku, kamu sudah pulang dan aku malah membuatmu takut, kembalilah padaku, aku sangat merindukanmu," desah Ethan di telinga Anna, pelukannya terasa nyata. Anna tak lagi berusaha melepaskan diri. Dia menoleh untuk menatap Ethan, dan menilai.Mata pria itu kembali hangat sebagaimana Anna mengingatnya. Dia tersenyum sedih, memandang Anna penuh harap. Anna menatap Jacob yang sudah kembali merasa aman di pelukan mamanya, batita itu sudah sibuk bermain dengan kancing baju mamanya. Tapi tiba-tiba dia menyentuh hidung papanya"Pa….pa," cengirnya memperlihatkan gusi yang kemerahan."Iya sayang, aku papamu." Ethan menangis menatap bayinya, bukan dia sudah besar sudah bukan bayi lagi. Betapa dia sudah kehilangan waktu, apa yang terjadi? Anna terk

  • My Beautiful Bride   Aku Istrimu, Ibu dari Anakmu

    "Aku Anna, Anna Federica, istrimu, ibu dari Jacob anakmu. Aku berhak ke lantai tiga, atau kemanapun aku mau karena aku… ini… istri...mu!" pekiknya marah sambil memukul Ethan yang terlihat linglung. Anna marah dan kecewa, baru saja dia berpikir, Ethan sembuh dan mereka bisa kembali seperti sedia kala. Namun dalam sekejap semua harapannya pecah berkeping-keping.Dia terus memukuli Ethan sampai kedua tangannya dipegang Ethan dengan kuat sehingga dia tidak bisa memukulnya."Apa, kamu kamu apa?" teriak anna marah berusaha melepaskan diri yang percuma."Aku mau ini." Pria itu lalu menunduk mengecupnya lagi. Dia terus mendorongnya ke dinding, sambil terus menciumnya dengan panas. Anna menerima ciuman itu dengan bingung, namun gairahnya muncul dan kem

  • My Beautiful Bride   Cemburu Pada Diri Sendiri

    Ethan tak dapat berpikir, untuk sementara dia hanya mengagumi kecantikan alami wanita di hadapannya. Dia bergerak otomatis mendekati wanita itu saat dia sedang sibuk mengeringkan rambutnya. matanya membesar saat menyadari Ethan sudah ada dihadapannya."Mau apa kamu?" tanya Anna mundur. Tapi Ethan semakin mendekat, dan dia sudah menempel di dinding kaca boks mandi."Mengapa kamu sangat mengganggu?" Dia mengangkat tangannya dan mengelus pipi Anna dengan lembut, wanita itu terperangah, merasakan sentuhan Ethan setelah beberapa lama, rasanya luar biasa. Mereka saling pandang yang terasa sangat intens dan ketika insting membawa Ethan untuk menunduk dan merasakan bibir wanita itu dia mundur. Kaget dengan apa yang ada di kepalanya."Astaga, apa yang baru saja dia pikirkan?" batin Ethan, bagaimana dia bisa mau mencium wanita lain selain Anna. Wanita itu menatapnya lalu segera meninggalkannya yang bingung di dalam kam

  • My Beautiful Bride   Membuatmu Mencintaiku Lagi

    Daniel menatap Ethan yang kini makan dengan lahapnya di meja makan. Walaupun pikirannya belum sembuh setidaknya hari ini sudah ada makanan yang masuk."Dani, chef-nya pintar yang kali ini, boleh dipertahankan. Nanti siang aku mau masakan dia lagi," ucap Ethan mengambil lagi nasi goreng dari bakul. Daniel mengangguk dengan senyuman di bibir karena mengetahui kalau itu adalah masakan Anna. Semoga dengan keberadaan Anna, Ethan bisa pulih."Dani, kamu bisa jadwalkan dokter buat Anna? Dia sepertinya kesakitan sekali kemarin, punggungnya pegal, dia kan sudah masuk bulan ke-7?" Dan harapan Daniel kembali pupus. Entah kenapa, ingatan Ethan selalu berhenti di Anna hamil 7 bulan. Setiap hari perintahnya selalu sama. Namun Daniel hanya mengangguk dan meninggalkannya masih asyik makan.

DMCA.com Protection Status