Aaron membaca dengan saksama tulisan yang ada di layar laptopnya. Setelah tiga hari berlalu, akhirnya dia mendapatkan apa yang diinginkannya.
Sebuah informasi mengenai Carissa di masa lalu sebelum dia datang ke rumahnya.Meski pada awalnya ayahnya mengatakan akan sulit karena Carissa adalah perempuan yang misterius.Sebuah nama tertulis, Riki, Rian, Rossa dan Dina. Aaron membacanya perlahan. Mencoba memahami apa yang tengah dibacanya saat ini.Matanya membelalak ketika dia mengetahui jika Carissa pernah dirawat di sebuah rumah sakit selama beberapa hari sebelum akhirnya kabur dari sana.Di laporan itu juga terdapat alamat rumah Rian yaitu paman Carissa yang memiliki bisnis furniture.Aaron meraih ponselnya, kemudian menekan tombol untuk menghubungi ayahnya.“Cuma itu?” tanya Aaron yang kurang puas dengan laporan dari suruhan ayahnya.“Kamu memangnya mau yang bagaimana?” Ayahnya balik bertanya.“Ya, apa“Aaron! Aaron!” Pagi-pagi sekali ayah Aaron sudah membuat keributan di rumahnya lantaran dia tidak menemukan anak lelakinya ada di dalam kamarnya.Yang ia takutkan adalah jika Aaron membuat masalah seperti yang sudah sudah dan dirinya harus membersihkan masalah anak keduanya tersebut.“Ada apa sih? Ini masih pagi, kenapa teriak teriak?” tanya ibu Aaron menghampiri suaminya ke kamar Aaron.“Aaron tidak ada di kamar.”“Kata sekuriti dia pergi pagi-pagi sekali, bukan karena tidak pulang,” jelas ibu Aaron yang paham dengan kekhawatiran suaminya.Ayah Aaron berpikir sebentar. Tidak biasanya anaknya itu pergi pagi-pagi. Tidak mungkin dia pergi kuliah, karena Aaron bukan anak serajin itu.“Hubungi dia dan tanyakan ke mana dia sekarang,” perintah ayah Aaron kemudian meninggalkan kamar anaknya menuju meja makan.Selama di meja makan suasana menjadi hening karena ponsel Aaron tidak dapat dihubungi oleh ibunya. Sudah hampir empat jam anak itu pergi dan belum juga kembali.“Aku punya firasat buru
Ayah Aaron menerima sebuah telepon yang mengatakan bahwa saat ini anaknya sedang berada di kantor polisi.Biasanya dia tidak akan terkejut jika mendapati anaknya membuat masalah atau dibawa ke kantor polisi. Namun, kali ini yang membuatnya terkejut adalah mendengar bahwa Aaron memukul orang di rumahnya.Wajah ayah Aaron mengerut heran. Mengapa anaknya sampai melakukan hal itu? Padahal jika dia membuat masalah biasanya Aaron hanya mabuk atau berkelahi dengan temannya di bar atau tempat karaoke.“Ada apa? Itu dari Aaron?” tanya istrinya.“Bukan. Dari kantor polisi,” jawabnya dengan kesal.Carissa yang pada saat itu sedang membereskan sisa sarapan pagi sedikit mendengar kabar jika Aaron saat ini berada di kantor polisi.“Kantor polisi? Tapi kenapa?” tanya istrinya lagi.Ayah Aaron mengenakan jas kemudian bergegas untuk pergi ke kantor. Dia tidak mau mengurus anaknya saat ini karena ingin memberi efek jera pada Aaron.“Dia memukul orang, aku tidak tahu siapa. Tapi sebaiknya kamu yang meng
Rian sedang khawatir saat ini. Apalagi mengingat bagaimana tatapan Aaron pada anak semata wayangnya. Dia takut jika Aaron akan melakukan hal buruk pada Rossa mengingat lelaki itu sangat nekat.Apalagi setelah diselidiki rupanya lelaki itu adalah yang sering berbuat onar dan selalu meminta bantuan pada ayahnya untuk menyelesaikan masalahnya.“Ayah kenapa, sih?” tanya Rosa yang sejak tadi melihat ayahnya yang melamun dan sedang berpikir.“Kalau memang gak mau damai, kita balik aja dan tuntut mereka.”“Nggak Rosa, bukan begitu.” Rian memandang Rosa. Mobil sudah berhenti dan mereka berdua turun. “Ingat apa kata ayah, jangan main keluar dulu untuk sementara waktu.”Rosa mendecih. “Kenapa? Ocha bukan anak kecil lagi, lho. Ayah gak bisa ngatur Ocha sampai begini.”“Demi kamu, pokoknya kamu gak boleh keluar dari rumah. Pulang kuliah langsung ke rumah. Titik.” Rian langsung masuk ke dalam rumah, dia sama sekali tidak menampakkan kerendahan hatinya untuk mengubah keputusannya.“Pasti gara-gara t
Setelah Carissa membujuk Aaron, akhirnya laki-laki itu mau kuliah juga. Namun, Aaron memiliki syarat yang menyebalkan yaitu Carissa harus ikut dia ke mana-mana termasuk ke kampusnya.“Jangan aneh-aneh Aaron, kalau dia ikut kuliah terus dia di mana kalau kamu sedang ada kelas?” tanya ayahnya.“Di mobil, atau di kafe. Atau di perpustakaan umum. Carissa mau kok, tadi malam Aaron sudah tanya sama dia,” jawabnya dengan enteng ketika makan malam.Ibunya menendang kaki suaminya di bawah meja dan memberikan kode agar membiarkannya saja.“Lagi pula, ibu yang minta Carissa buat bujuk Aaron,” bisik ibu Aaron.Suaminya melirik, ia berdeham kemudian akhirnya setuju juga.Entah apa yang membuat Aaron tertarik pada Carissa. Namun, jika hal itu bisa membuat Aaron kembali ke jalan yang benar dia tak akan mempermasalahkannya.**Tiga bulan kemudian, Carissa sudah siap dengan pakaiannya yang rapi setelah kemarin dia diajak Aaron untuk membeli baju.“Kamu kan mau kuliah, kenapa harus beli baju,” komentar
Hari demi hari pun berlalu, Carissa selalu bersama dengan Aaron setiap hari. Dia masih setia menunggu Aaron kuliah sampai lelaki itu selesai.Hingga di suatu hari, Aaron tidak muncul sampai malam. Carissa pun cemas karena tidak biasanya majikannya itu akan terlambat seperti ini.Supir Aaron juga tak kalah cemas, apalagi dia tak bisa dihubungi karena ponselnya mati.“Apa kita cari aja, Pak?” tanya Carissa. Dia merasa jika ada apa-apa dengan Aaron maka itu adalah tanggungjawabnya.“Cari ke mana, Carissa? Gak biasanya dia pergi gak pamitan begini.”Tapi, Carissa tidak mau menyerah. Jadi dia turun dari mobil dan mulai mencari ke mana Aaron saat ini berada. Dia mencoba mencari Aaron di perpustakaan umum di dekat kampusnya, bahkan di tempat nongkrong mahasiswa yang belum pulang ke rumah.Namun, sayangnya Aaron tidak ada di sana.Carissa melirik ke sebuah kafe, di sana begitu ramai sampai dia berpikir mungkin Aaron di sana saat ini. Jadi, tanpa ragu Carissa menyeberangi jalanan dan masuk ke
Sudah tiga bulan berlalu sejak Aaron kuliah. Ibu Aaron mendapati perubahan dalam diri anaknya. Yang dulu mungkin terlihat tidak peduli dengan sekolahnya, kini dia belajar dengan rajin meski ke mana-mana harus dengan Carissa.Merasa berutang budi pada Carissa, akhirnya Carissa mendapatkan hadiah dari ibu Aaron.“Kamu ingin hadiah apa?” tanya ibu Aaron malam itu. “Hasilnya melebihi ekspetasiku, dan dia mau berubah, anak nakal itu,” kekehnya dengan senang.Carissa menelan ludah keringnya, jika dia menginginkan sebuah ponsel apakah itu berlebihan? Tapi jika dilihat kekayaan yang dimiliki oleh kedua orangtua Aaron sepertinya itu tak akan jadi masalah, kan?“Katakan saja, kamu berhak mendapatkan ini,” kata ibu Aaron.Carissa menyatukan kedua tangannya, menunduk kemudian berkata pelan, “Bolehkah saya meminta hadiah sebuah ponsel? Tidak perlu yang mahal, saya hanya ingin memilikinya untuk melihat dunia luar,” kata Carissa.“Oh hanya ponsel? Tidak masalah, kenapa kamu harus takut? Itu kan hak
Carissa merasa pusing ketika masuk ke dalam “kos” yang dimaksud oleh Aaron tadi. Itu bukan benar-benar kos, melainkan sebuah apartemen yang ternyata disewa oleh empat orang mahasiswa yang tak lain adalah teman-teman Aaron.“Ayo masuk, cuma bentar kok,” bujuk Aaron.Carissa pun masuk, asap rokok, bir dan juga minuman keras lainnya ada di dalam apartemen itu. Belum lagi musik yang mengalun cukup keras hingga membuatnya pusing.Indri yang seakan sudah menuggu kedatangan Aaron langsung menghambur ke arahnya. Dia lalu memeluk Aaron seolah tidak malu dengan teman-teman yang lainnya.“Mereka udah pacaran, kan? Pantesan si Indri nolak cinta si Angga,” bisik seorang perempuan pada temannya.Hanya Carissa yang terlihat seperti orang bodoh di sana. Ada sekitar lima belas orang di dalam apartemen dan sepertinya mereka saling mengenal.Carissa ingin pulang, dia tidak ingin berada di pusat keramaian seperti itu.Carissa hanya melihat dengan tatapan meratap pemandangan Aaron yang mencium bibir Indri
“Mata kamu kenapa, Carissa? Bengkak begitu, apa kamu semalam nangis?” tanya pembantu ketika Carissa muncul di dapur.“Nggak nangis, kok. Kayaknya kurang tidur,” jawab Carissa, dia tersenyum tipis kemudian membantu menyiapkan sarapan di dapur.Pikirannya melayang ke mana-mana. Bayangan ketika Aaron membuka pakaian Indri terus menganggunya. Apalagi ketika dia mencium Indri tadi malam.Carissa sudah melewati hal yang paling menyakitkan dalam hidupnya. Dan dia tidak bodoh, untuk tahu apa yang sedang Aaron dan Indri lakukan dalam kamar tadi malam.Namun, Carissa merasa dirinya bodoh karena mau saja pergi ke sana untuk menemani Aaron yang dia pikir benar-benar hanya pesta biasa.Dada Carissa terasa sesak seketika lalu rasa perih muncul pada jarinya.“Agh!” Carissa memekik pelan. Jarinya tak sengaja teriris pisau saat dia mengiris bawang barusan.Si bibi terkejut dan panik saat melihat darah mengucur di jari tangan Carissa.“Tunggu bentar, kamu jangan ke mana-mana Carissa,” kata si bibi perg
“Ada yang pengin aku tunjukin sama kamu,” kata Rendy malam itu. Setelah bebas, Carissa tinggal di sebuah kos yang dekat dengan Rendy. Dan karena itu lah membuat hubungan mereka dekat seperti sekarang.Selama tujuh tahun, Carissa tidak pernah mengizinkan Aaron untuk mengunjunginya. Dia menolak tiap kali Aaron ingin bertemu dengannya di penjara, karena Carissa tak ingin membuat Aaron tidak dapat melupakannya.Sudah tujuh tahun, harusnya Aaron sudah bisa melupakannya. Dan memiliki seseorang yang dia sayangi.“Kita mau ke mana, Kak?” tanya Carissa.“Kalau aku ngasih tau sekarang, namanya bukan kejutan,” jawab Rendy.Karena tak bisa menolak permintaan Rendy, akhirnya Carissa menurutinya. Mereka naik motor untuk menuju ke tempat yang dimaksud oleh Rendy.Di perjalanan, tiba-tiba saja Carissa teringat dengan Aaron. Ada perasaan rindu yang mengusiknya saat ini, tapi di sisi lain dia takut untuk bertanya pada Rendy bagaimana keadaan Aaron sekarang.Apakah dia sudah menikah? Apakah dia sudah m
Tak ada penyesalan dari diri Carissa ketika dia mengetahui bahwa Rian telah mati di tangannya. Luka tusuk yang dia berikan rupanya menembus tepat ke jantungnya.Namun, ada penyesalan bagi Carissa sampai sekarang. Jika dirinya tidak bisa melihat dan menemani Aaron sampai sadar.Satu haru setelah kejadian itu, Carissa dibawa ke kantor polisi untuk diminta keterangan. Hingga akhirnya, statusnya berubah menjadi seorang pelaku pembunuhan.Carissa tidak mengelak. Dia mengaku bahwa dirinya memang sudah membunuh Rian.Di kantor polisi itu juga lah, dia bertemu dengan ibunya yang sudah tidak dia lihat selama beberapa bulan ini. Dan juga Rossa yang menangis karena dirinya telah menjadi anak yatim piatu.“Kenapa kamu harus melakukan ini pada pamanmu sendiri, Carissa?!” geram ibunya. Dian benar-benar sama sekali tidak mengasihani anaknya yang sebentar lagi akan dipenjara selama tujuh tahun.Carissa diam.“Padahal kamu tak perlu sampai membunuhnya.”Tiba-tiba Carissa menyeringai.“Apa ibu takut ak
Dengan sekuat tenaga Carissa mencoba untuk agar tetap terjaga, meski rasa kantuknya saat ini benar-benar sangat menyiksanya.Samar-samar dia melihat bayangan Rian, lelaki yang sudah lama tidak dia lihat masuk ke kamar. Dia tersenyum dan mendekati Carissa.Baru saja saat Rian hendak menyentuh pipi Carissa. Bayangan lain masuk, meski Carissa setengah sadar tapi dia tahu bahwa bayangan lain itu adalah Aaron.Namun, sepertinya ada yang salah dengan Aaron. Wajahnya dipenuhi dengan darah yang menetes. Dengan mata yang ganas dia mencoba memukul Rian dengan kayu yang ada di tangannya.Rian yang sadar jika ada orang lain masuk ke kamar itu pun menoleh. Dia terkejut mendapati Aaron mampu melewati anak buahnya.“Kamu pikir aku akan membiarkanmu hidup!” ujar Aaron. Pukulan pertamanya meleset, lelaki itu terhuyung dan terjatuh.Rian menendang perut Aaron yang sudah tidak berdaya. Terus memukulinya sangat kalap tanpa takut jika hal itu dapat membunuh Aaron.Carissa membuka matanya lebar-lebar. Dia
Aaron terkejut saat mendapati mobilnya tidak ada Carissa. Awalnya dia mengira jika Carissa mungkin saja ke toilet, tapi rasa curiganya muncul saat menemukan ponsel milik Carissa terjatuh di samping mobilnya.Aaron memungutnya, jelas Carissa bukan perempuan ceroboh seperti ini.Mobil melintas di sampingnya, sosok Carissa memukul jendela mobil di bangku penumpang dengan wajah ketakutan. Aaron dapat melihatnya sekilas dan yakin jika Carissa saat ini sedang diculik.Bergegas masuk ke dalam mobilnya, Aaron langsung mengejar mobil yang membawa Carissa. Ia tak ingin melewatkan waktu sedetik saja agar tidak kehilangan jejak mobil tersebut.Seorang lelaki menarik rambut Carissa hingga perempuan itu tertarik ke belakang. Dengan kasar dia lalu mengikat kedua tangan Carissa menggunakan tali rafia.“Diam. Kamu sudah cukup merepotkan selama ini, jadi berhenti bergerak atau aku akan membunuhmu.”Carissa dapat melihat pisau yang ditodongkan ke perutnya. Wajahnya memucat dan menggigil ketakutan.Aaron
“Kalian mau ke mana?” tanya Aarin saat melihat Aaron sudah mengenakan pakaian rapi tidak seperti tadi.“Mau jalan-jalan, kenapa? Kalian nggak boleh ikut,” jawab Aaron. Dia masih menunggu Carissa yang mengganti pakaiannya. Sementara Daniel, dia sedang mengobrol dengan ayah Aarin di taman belakang rumah.“Malam minggu? Kamu jalan-jalan sama Carissa? Nggak salah?”“Kenapa salah. Udah urus aja pacarmu,” kata Aaron. Dia melihat Carissa muncul dengan rok jeans berwarna biru terang. Atasnya dia memakai hoodie berwarna mocca yang pernah dibelikan oleh Aaron beberapa waktu yang lalu. Tak lupa Carissa mengenakan sepatu kets hasil hadiah dari Aaron.Aaron yang melihat jika Carissa memakai hadiah pemberiannya pun merasa bangga dan senang.Mata Carissa melihat ke sekitarnya, memastikan jika tak ada Daniel di sana.“Ayo berangkat,” ajak Aaron.Carissa mengangguk, dia pamitan pada Aarin kemudian pergi keluar. Tak lama kemudian Daniel muncul dan mengatakan pada Aarin jika malam ini ayahnya ingin pest
Satu minggu kemudian …Tamu yang ditunggu-tunggu oleh Aarin akhirnya datang juga. Sejak pagi dia sudah sangat antusias dan bersemangat untuk mengenalkan pada ayah dan ibunya jika dia adalah pacarnya selama ini.Meski selalu diejek oleh Aaron karena mereka menjalani hubungan jarak jauh, tapi hal itu tak lantas membuat Aarin terpengaruh. Kerap Aaron mengatakan jika bisa saja kekasihnya selingkuh di luar negeri, tapi Aarin tetap percaya pada pacarnya itu.“Nggak usah masak yang enak-enak, Bi. Lagian juga belum tentu bakalan nikah sama si Aarin,” kata Aaron. Sejak tadi dia duduk di kursi meja makan dan mengawasi pembantu-pembantunya menyiapkan makanan untuk tamu Aarin. Padahal dia di sana hanya ingin mengawasi Carissa.“Inget ya, dia itu tamu penting. Very Important Person, jadi nggak boleh asal-asalan masaknya.” Setelah menjitak kepala Aaron, dia duduk di sebelah adiknya dan mengambil apel yang sedang dikupas Aaron.Aaron mendelik, padahal apel itu untuk Carissa.“Makannya belajar masak.
Carissa akhirnya makan siang dengan Rendy saat dia tahu bahwa Aaron akan makan dengan Indri. Dia pikir mungkin sesekali bisa lepas dari Aaron itu bagus.Tapi, ketika di restoran di dekat kampus, Aaron menghampiri meja Carissa yang datang lebih dulu di sana.Carissa mendelik kesal, tapi Aaron mengabaikannya.“Masih banyak meja kosong,” kata Carissa. Dia merasa tidak enak pada Rendy saat ini, di mana Rendy menatap penasaran lelaki itu.“Aku kerja di rumah dia, Kak,” kata Carissa. Rendy mengangguk saja dan meneruskan memilih menu makanan yang ada di buku menu. Sementara Indri, sejak Aaron mengajaknya untuk makan satu meja dengan Carissa, dia terus merengut kesal.Makan siang tak nyaman pun selesai, ketika Rendy bilang bahwa sudah saatnya dia masuk kerja. Tinggal Carissa, Aaron dan Indri di sana bertiga.“Yuk, balik,” ajak Indri mendesak Aaron.“Kamu duluan aja ya, aku mau ngomong dulu sama Carissa,” kata Aaron.Karena tahu tak ada gunanya berdebat, akhirnya Indri meninggalkan Aaron setel
Carissa sudah memiliki ponsel sekarang, jadi dia tidak harus terpaku pada Aaron. Ketika dia berada di dalam mobil, dia tidak perlu berbicara dengan Aaron.Kini, dia sedang sibuk mencari-cari Daniel di sosial medianya. Bagaimana kabar Daniel? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia sudah kembali ke Indonesia?“Kamu sibuk banget sih,” kata Aaron, dia melirik melalui ekor matanya, melihat Carissa yang asik dengan ponselnya sejak tadi.“Ya, aku sibuk banget,” balas Carissa.“Dan aku kamu cuekin.”“Kamu bisa telepon Indri kalau bosen,” balas Carissa lagi.“Aku bisa ketemu sama Indri di kampus. Kalau sekarang kan bisa ngobrol sama kamu.”Carissa menghela napasnya. “Itu bukan pekerjaanku, tugasku cuma nemenin kamu kuliah,” katanya. “Kalau nanti mau pergi pesta atau apapun itu, tolong kirim pesan sama aku. Aku udah punya ponsel, jadi nggak ada alasan buat nggak ngabarin.”Aaron merasa Carissa sudah berubah. Entah sejak kapan, tapi Carissa menjadi bukan seperti perempuan penurut.“Oke oke, kayak
Dua belas tahun yang lalu …Aaron yang masih kecil sudah ditinggal sendirian di rumah, ibu atau ayahnya tidak merasa khawatir ketika mereka sudah percaya pada pengasuh anak yang sudah merawat Aaron sejak kecil.Namanya adalah suster Anna, pengasuh Aaron yang saat itu berusia tiga puluh tahunan. Dia lumayan cantik dan pandai berbicara. Aaron banyak belajar dari Anna, tapi tidak dengan santu hal itu.Satu hari ketika Aaron harus ditinggal ayah dan ibunya pergi keluar kota karena kakaknya akan menjalani lomba di sekolahnya. Aaron kecil tidak diperbolehkan ikut. Kata Aarin, Aaron sangat menganggu, jadi akan lebih baik jika dia ada di rumah. Hingga akhirnya, Aaron hanya ditinggal dengan Anna.Malam hujan lebat, seluruh pembantu sudah tidur dua jam yang lalu. Aaron yang ketakutan malam itu, meringkuk di dalam selimut. Dia takut dengan petir dan kilat yang terus berkilat di langit.Mendengar suara Anna masuk ke dalam kamarnya, membuat Aaron merasa lega. Dia membuka selimutnya dan melihat An