Setelah Carissa membujuk Aaron, akhirnya laki-laki itu mau kuliah juga. Namun, Aaron memiliki syarat yang menyebalkan yaitu Carissa harus ikut dia ke mana-mana termasuk ke kampusnya.“Jangan aneh-aneh Aaron, kalau dia ikut kuliah terus dia di mana kalau kamu sedang ada kelas?” tanya ayahnya.“Di mobil, atau di kafe. Atau di perpustakaan umum. Carissa mau kok, tadi malam Aaron sudah tanya sama dia,” jawabnya dengan enteng ketika makan malam.Ibunya menendang kaki suaminya di bawah meja dan memberikan kode agar membiarkannya saja.“Lagi pula, ibu yang minta Carissa buat bujuk Aaron,” bisik ibu Aaron.Suaminya melirik, ia berdeham kemudian akhirnya setuju juga.Entah apa yang membuat Aaron tertarik pada Carissa. Namun, jika hal itu bisa membuat Aaron kembali ke jalan yang benar dia tak akan mempermasalahkannya.**Tiga bulan kemudian, Carissa sudah siap dengan pakaiannya yang rapi setelah kemarin dia diajak Aaron untuk membeli baju.“Kamu kan mau kuliah, kenapa harus beli baju,” komentar
Hari demi hari pun berlalu, Carissa selalu bersama dengan Aaron setiap hari. Dia masih setia menunggu Aaron kuliah sampai lelaki itu selesai.Hingga di suatu hari, Aaron tidak muncul sampai malam. Carissa pun cemas karena tidak biasanya majikannya itu akan terlambat seperti ini.Supir Aaron juga tak kalah cemas, apalagi dia tak bisa dihubungi karena ponselnya mati.“Apa kita cari aja, Pak?” tanya Carissa. Dia merasa jika ada apa-apa dengan Aaron maka itu adalah tanggungjawabnya.“Cari ke mana, Carissa? Gak biasanya dia pergi gak pamitan begini.”Tapi, Carissa tidak mau menyerah. Jadi dia turun dari mobil dan mulai mencari ke mana Aaron saat ini berada. Dia mencoba mencari Aaron di perpustakaan umum di dekat kampusnya, bahkan di tempat nongkrong mahasiswa yang belum pulang ke rumah.Namun, sayangnya Aaron tidak ada di sana.Carissa melirik ke sebuah kafe, di sana begitu ramai sampai dia berpikir mungkin Aaron di sana saat ini. Jadi, tanpa ragu Carissa menyeberangi jalanan dan masuk ke
Sudah tiga bulan berlalu sejak Aaron kuliah. Ibu Aaron mendapati perubahan dalam diri anaknya. Yang dulu mungkin terlihat tidak peduli dengan sekolahnya, kini dia belajar dengan rajin meski ke mana-mana harus dengan Carissa.Merasa berutang budi pada Carissa, akhirnya Carissa mendapatkan hadiah dari ibu Aaron.“Kamu ingin hadiah apa?” tanya ibu Aaron malam itu. “Hasilnya melebihi ekspetasiku, dan dia mau berubah, anak nakal itu,” kekehnya dengan senang.Carissa menelan ludah keringnya, jika dia menginginkan sebuah ponsel apakah itu berlebihan? Tapi jika dilihat kekayaan yang dimiliki oleh kedua orangtua Aaron sepertinya itu tak akan jadi masalah, kan?“Katakan saja, kamu berhak mendapatkan ini,” kata ibu Aaron.Carissa menyatukan kedua tangannya, menunduk kemudian berkata pelan, “Bolehkah saya meminta hadiah sebuah ponsel? Tidak perlu yang mahal, saya hanya ingin memilikinya untuk melihat dunia luar,” kata Carissa.“Oh hanya ponsel? Tidak masalah, kenapa kamu harus takut? Itu kan hak
Carissa merasa pusing ketika masuk ke dalam “kos” yang dimaksud oleh Aaron tadi. Itu bukan benar-benar kos, melainkan sebuah apartemen yang ternyata disewa oleh empat orang mahasiswa yang tak lain adalah teman-teman Aaron.“Ayo masuk, cuma bentar kok,” bujuk Aaron.Carissa pun masuk, asap rokok, bir dan juga minuman keras lainnya ada di dalam apartemen itu. Belum lagi musik yang mengalun cukup keras hingga membuatnya pusing.Indri yang seakan sudah menuggu kedatangan Aaron langsung menghambur ke arahnya. Dia lalu memeluk Aaron seolah tidak malu dengan teman-teman yang lainnya.“Mereka udah pacaran, kan? Pantesan si Indri nolak cinta si Angga,” bisik seorang perempuan pada temannya.Hanya Carissa yang terlihat seperti orang bodoh di sana. Ada sekitar lima belas orang di dalam apartemen dan sepertinya mereka saling mengenal.Carissa ingin pulang, dia tidak ingin berada di pusat keramaian seperti itu.Carissa hanya melihat dengan tatapan meratap pemandangan Aaron yang mencium bibir Indri
“Mata kamu kenapa, Carissa? Bengkak begitu, apa kamu semalam nangis?” tanya pembantu ketika Carissa muncul di dapur.“Nggak nangis, kok. Kayaknya kurang tidur,” jawab Carissa, dia tersenyum tipis kemudian membantu menyiapkan sarapan di dapur.Pikirannya melayang ke mana-mana. Bayangan ketika Aaron membuka pakaian Indri terus menganggunya. Apalagi ketika dia mencium Indri tadi malam.Carissa sudah melewati hal yang paling menyakitkan dalam hidupnya. Dan dia tidak bodoh, untuk tahu apa yang sedang Aaron dan Indri lakukan dalam kamar tadi malam.Namun, Carissa merasa dirinya bodoh karena mau saja pergi ke sana untuk menemani Aaron yang dia pikir benar-benar hanya pesta biasa.Dada Carissa terasa sesak seketika lalu rasa perih muncul pada jarinya.“Agh!” Carissa memekik pelan. Jarinya tak sengaja teriris pisau saat dia mengiris bawang barusan.Si bibi terkejut dan panik saat melihat darah mengucur di jari tangan Carissa.“Tunggu bentar, kamu jangan ke mana-mana Carissa,” kata si bibi perg
Dua belas tahun yang lalu …Aaron yang masih kecil sudah ditinggal sendirian di rumah, ibu atau ayahnya tidak merasa khawatir ketika mereka sudah percaya pada pengasuh anak yang sudah merawat Aaron sejak kecil.Namanya adalah suster Anna, pengasuh Aaron yang saat itu berusia tiga puluh tahunan. Dia lumayan cantik dan pandai berbicara. Aaron banyak belajar dari Anna, tapi tidak dengan santu hal itu.Satu hari ketika Aaron harus ditinggal ayah dan ibunya pergi keluar kota karena kakaknya akan menjalani lomba di sekolahnya. Aaron kecil tidak diperbolehkan ikut. Kata Aarin, Aaron sangat menganggu, jadi akan lebih baik jika dia ada di rumah. Hingga akhirnya, Aaron hanya ditinggal dengan Anna.Malam hujan lebat, seluruh pembantu sudah tidur dua jam yang lalu. Aaron yang ketakutan malam itu, meringkuk di dalam selimut. Dia takut dengan petir dan kilat yang terus berkilat di langit.Mendengar suara Anna masuk ke dalam kamarnya, membuat Aaron merasa lega. Dia membuka selimutnya dan melihat An
Carissa sudah memiliki ponsel sekarang, jadi dia tidak harus terpaku pada Aaron. Ketika dia berada di dalam mobil, dia tidak perlu berbicara dengan Aaron.Kini, dia sedang sibuk mencari-cari Daniel di sosial medianya. Bagaimana kabar Daniel? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia sudah kembali ke Indonesia?“Kamu sibuk banget sih,” kata Aaron, dia melirik melalui ekor matanya, melihat Carissa yang asik dengan ponselnya sejak tadi.“Ya, aku sibuk banget,” balas Carissa.“Dan aku kamu cuekin.”“Kamu bisa telepon Indri kalau bosen,” balas Carissa lagi.“Aku bisa ketemu sama Indri di kampus. Kalau sekarang kan bisa ngobrol sama kamu.”Carissa menghela napasnya. “Itu bukan pekerjaanku, tugasku cuma nemenin kamu kuliah,” katanya. “Kalau nanti mau pergi pesta atau apapun itu, tolong kirim pesan sama aku. Aku udah punya ponsel, jadi nggak ada alasan buat nggak ngabarin.”Aaron merasa Carissa sudah berubah. Entah sejak kapan, tapi Carissa menjadi bukan seperti perempuan penurut.“Oke oke, kayak
Carissa akhirnya makan siang dengan Rendy saat dia tahu bahwa Aaron akan makan dengan Indri. Dia pikir mungkin sesekali bisa lepas dari Aaron itu bagus.Tapi, ketika di restoran di dekat kampus, Aaron menghampiri meja Carissa yang datang lebih dulu di sana.Carissa mendelik kesal, tapi Aaron mengabaikannya.“Masih banyak meja kosong,” kata Carissa. Dia merasa tidak enak pada Rendy saat ini, di mana Rendy menatap penasaran lelaki itu.“Aku kerja di rumah dia, Kak,” kata Carissa. Rendy mengangguk saja dan meneruskan memilih menu makanan yang ada di buku menu. Sementara Indri, sejak Aaron mengajaknya untuk makan satu meja dengan Carissa, dia terus merengut kesal.Makan siang tak nyaman pun selesai, ketika Rendy bilang bahwa sudah saatnya dia masuk kerja. Tinggal Carissa, Aaron dan Indri di sana bertiga.“Yuk, balik,” ajak Indri mendesak Aaron.“Kamu duluan aja ya, aku mau ngomong dulu sama Carissa,” kata Aaron.Karena tahu tak ada gunanya berdebat, akhirnya Indri meninggalkan Aaron setel