Home / Romansa / My Bad Doctor / 141. Memaafkan

Share

141. Memaafkan

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2025-01-16 18:57:46

"LEPASKAN AKU." Manda berteriak, ketika ada dua orang polisi yang memeganginya. "Aku harus membunuh perempuan sialan itu."

"Singkirkan dia dari sini." Si pengacara memberi perintah pada polisi, walau itu mungkin terdengar arogan.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya si pengacara, menghampiri kliennya yang terjatuh ke atas lantai.

"Tidak apa-apa." Jovi menggeleng pelan. "Bagaimana denganmu, Nes?"

"APA KAU GILA ATAU MATI RASA?" Baru juga menoleh, Jovi sudah menemukan ponsel berisi pesan di depan matanya.

"Lenganmu tadi tertusuk." Vanessa kembali memperlihatkan pesan yang sudah dia ketik.

"Benarkah?" Setelah diberitahu, barulah Jovi menatap ke benda yang masih menancap di lengannya.

"Oh, Astaga!" Si pengacara jadi panik sendiri. "Kau harus segera ke rumah sakit," lanjutnya menanggalkan kesopanan.

"Apa kau lupa? Aku ini dokter." Jovi tersenyum miring, sembari memegang benda yang menusuk lengannya itu.

Kalau diumpamakan, Jovi rasanya seperti tertusuk oleh pulpen dengan ujung y
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • My Bad Doctor   142. Menjagamu

    "Aku tidak menyangka akan punya waktu ngobrol berdua dengan Kak Ben." Mendengar namanya dipanggil, Ben langsung mendongak. Dia bisa melihat adik iparnya baru saja duduk di kursi kosong di depannya. Mengesalkan, tapi Ben sendiri yang mengundang lelaki itu datang. "Jadi, kenapa Kak Ben mengundangku makan malam?" tanya Jovi dengan senyum lebar. "Kak Ben tidak suka padaku kan?" "Apa kau ingin mati?" Ben tidak segan untuk bertanya dengan kasar. "Tentu saja belum." Jovi menjawab dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. "Biar bagaimana, aku masih harus menemani Vanessa sampai tua." "Senang kau punya pemikiran yang bijaksana seperti itu." Ben mengembuskan napas pelan, sebelum menenggak segelas wine yang sudah dia pesan lebih dulu. "Pesan saja dulu, kau mungkin lapar setelah kuliah panjang. Aku dengar kau mengambil spesialis." Ben mengangkat tangan untuk memanggil pramusaji restoran. "Aku senang karena kakak iparku pengertian." Jovi menggosok kedua tangan, ketika melihat menu yan

    Last Updated : 2025-01-17
  • My Bad Doctor   143. Dokter Kandungan

    "Hey, Vi. Sesekali nongkrong sama kita dong. Jangan pulang cepat terus." Yang empunya nama meringis pelan, ketika mendengar suara teman-temannya yang terdengar sangat keras itu. Padahal, dia sedang merekam pesan suara untuk sang istri. "Kalian ini jangan terlalu ribut dong." Jovi langsung protes. "Coba lihat ini, pesan suara yang berisi suara kalian, malah terkirim pada istriku." "Astaga, Vi!" Salah seorang teman seangkatannya hanya bisa menggeleng. "Memangnya kenapa kalau istrimu dengar? Toh, kita hanya akan pergi nongkrong. Bukan mengajakmu pergi selingkuh." "Iya tahu. Tapi kalau istriku dengar, nanti dia malah mengusirku pergi bersama kalian." "Loh? Bukannya itu bagus?" tanya teman yang lain. "Sama sekali tidak, karena aku akan lebih memilih untuk menemani istriku pergi terapi. Jadi, sekarang aku akan pulang saja." Jovi dengan cepat melangkah pergi. Dia ingin menghindari teman-temannya yang senang sekali menanyakan terlalu banyak hal. Sesuatu yang membuat Jovi nyari

    Last Updated : 2025-01-18
  • My Bad Doctor   144. Dipaksa

    "Perkenalkan, ini menantuku Vanessa." Danapati mengulurkan tangannya dengan senyum cerah, untuk menggandeng perempuan yang dia panggil. "Ke depannya, kalian semua akan sering bertemu dengan dia, karena Vanessa akan bergabung di rumah sakit kita," lanjut Danapati, sembari melihat semua orang yang menghadiri rapat hari ini. "Selamat siang semuanya. Saya Vanessa yang mulai minggu depan, akan ikut bergabung dengan rumah sakit ini, sebagai staff bagian keuangan." Jovi mengembuskan napas pelan ketika istrinya selesai memperkenalkan diri. Rasanya, sudah satu minggu belakangan ini dia terus dan terus dikejutkan dengan keputusan sang istri. Seperti apa yang terjadi kemarin. "Kenapa kau selalu memberikanku kejutan?" tanya Jovi yang segera menggandeng sang istri, keluar dari ruangan rapat. "Memangnya Vanessa memberi kejutan apa lagi?" Danapati yang ikut berjalan dengan kedua anaknya bertanya. "Kemarin Vanessa memutuskan pergi ke dokter kandungan untuk konsultasi dan program keh

    Last Updated : 2025-01-18
  • My Bad Doctor   Pacar Dadakan

    “Apa sekarang kau sudah percaya?” Vanessa mendongak ketika mendengar suara bernada tanya itu. Dia langsung meringis, ketika melihat dokter yang tadi dia tendang berdiri di depannya. Kali ini, sudah lengkap dengan sneli dan stetoskop. “Maaf.” Hanya itu yang bisa Vanessa katakan dengan kepala menunduk. “Kalau sudah tahu kesalahanmu, mungkin kau bisa mengembalikan tanda pengenalku?” Sang dokter kini mengulurkan tangan. Dengan gerakan hati-hati, Vanessa meletakkan lanyard beserta kartu ID dokter milik lelaki di depannya. Ada nama Joviandri William N tertulis di sana. Kartu ID yang jelas sangat sakti, dan berlaku di rumah sakit yang Vanessa datangi. “Maaf.” Vanessa sekali lagi mengatakan hal yang sama. “Aku benar-benar malu karena sudah salah sangka padamu.” “Apa kau salah sangka karena melihat tatoku?” tanya Jovi tampak mencemooh. “Memangnya kenapa dengan tato? Apa aku terlihat buruk dengan itu?” “Oh, tidak!” Vanessa menggeleng dengan cepat. “Aku bahkan tidak terlalu

    Last Updated : 2023-07-31
  • My Bad Doctor   Taruhan

    “WOI, GUYS. VANESSA BARU PUTUS!” Padahal Vanessa berharap bisa merasakan ketenangan ketika sampai di rumah, tapi rupanya itu sangat salah. Dia baru saja membuka pintu, dan menegur sang adik yang sedang main judi online, tapi sekarang malah dirinya yang diteriaki. "Dari mana kau mendapat informasih tidak masuk akal itu?" hardik Vanessa dengan mata yang sudah hampir keluar dari posisinya. "Semua orang juga tahu ekspresimu ketika diputus pacar." Sang adik segera berlari, setelah mengatakan hal itu. “Hei, brengsek!” Vanessa jelas saja akan mengejar, tapi dia jelas kalah. Tubuhnya lebih besar dari sang adik lelaki. “Jangan kejar-kejaran di tangga.” Sang ibu ikut-ikutan berteriak entah dari mana. “Dia duluan yang cari gara-gara,” hardik Vanessa dengan kesal. “Aku bahkan tidak bilang apa-apa, tapi dia sudah berteriak.” “Dia masih kecil, Nes.” Sayangnya sang ibu malah membela sang adik. “Kecil my ass. Dia sudah bisa bikin anak.” Vanessa hanya berani mengatakan hal itu deng

    Last Updated : 2024-06-22
  • My Bad Doctor   Tawaran Menggiurkan

    [+628xxxxxxxx: Aku tahu permintaanku tadi sangat aneh, jadi tidak usah dipikirkan. Omong-omong ini Vanessa.] “Bagaimana mungkin aku tidak memikirkannya?” bisik Jovi dengan senyum jahil. “Ini terlalu menarik untuk dilewatkan begitu saja.” “Kau berbicara denganku?” Rekan kerja Jovi yang sejak tadi membaca buku, bertanya. “Ya.” Jovi dengan cepat mengangguk. “Aku ingin tahu jadwal jaga IGD hari ini. Apakah ada aku nanti sore?” “Tentu saja. Jadwalmu setelah ini sampai malam.” “Kalau begitu, bisa tolong gantikan aku? Aku punya urusan yang sangat mendesak sore nanti, mungkin sampai besok pagi.” Jovi bertanya dengan senyum lebar. *** [Dokter Mesum: Bagaimana kalau kita membicarakan ini setelah jam pulang kantor?] [Dokter Mesum: Kita bisa makan malam bersama, kemudian lanjut ke hotel mungkin?] Helaan napas disertai dengan geraman pelan terdengar dari balik salah satu kubikel. Pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah Vanessa Wijaya yang terlihat sangat putus asa sa

    Last Updated : 2024-06-23
  • My Bad Doctor   Menikah

    “Apa yang kau lakukan di kamar hotel?” Pertanyaan itu, menyambut Jovi yang baru saja membuka pintu kamarnya, sepuluh menit setelah dia masuk ke dalam kamar hotel. Itu pun dia terpaksa membuka pintu, karena suara ketukan di pintu benar-benar mengganggu. Siapa yang sangka kalau Jovi akan kedatangan tamu tidak terduga. “Mama,” panggil Jovi dengan ekspresi syok. “Kenapa bisa ada di sini?” “Harusnya Mama yang tanya sama kamu,” hardik perempuan paruh baya yang tampak terkejut itu. “Kenapa kamu ada di sini, dan tadi Mama lihat kamu sama perempuan.” Sungguh, ingin sekali Jovi mengumpat. Padahal dia dan Vanessa baru saja masuk kamar, dan sedang berdiskusi ketika pintu kamar terketuk. Padahal tadi Jovi tidak melihat sang mama ada di sekitar restoran atau lobi hotel, tapi dia malah ketahuan. “Apa kamu mau menghamili perempuan itu untuk mendapat restu Mama?” “Bukan seperti itu, Ma. Tidak ada Manda di dalam.” Tahu apa maksud sang ibu, Jovi segera membantah. “Kalau begitu biar Mama masuk

    Last Updated : 2024-06-23
  • My Bad Doctor   Melamar

    “Apa Mama gila?” hardik Jovi tidak peduli kalau itu kurang ajar. Padahal Jovi dan mamanya baru saja kembali dari mengantar Vanessa, dan mereka bahkan belum masuk ke rumah. Namun, lebih penting bagi Jovi untuk mengonfrontasi ibunya itu. “Justru kau yang gila, Jov.” Mama Cindy balas menghardik. “Kalau Mama tidak sengaja melihat kalian melintas saat keluar dari ruang meeting, kalian pasti sudah melakukan hal yang macam-macam.” “Kalau pun iya, memangnya kenapa?” tanya Jovi dengan mata melotot. “Zaman sudah berubah, Ma. Yang seperti itu bukan lagi sesuatu yang tabu, antar pasangan. Yang bukan pasangan saja banyak.” “Tapi Mama tidak mau kau begitu tanpa ikatan,” balas Cindy terus berjalan masuk ke dalam rumah mereka. “Lagi pula, menikah adalah hal yang paling bagus untukmu.” “Kenapa itu bisa menjadi bagus untukku?” tanya Jovi, tentu saja akan mengejar sang ibu. “Apa ini masih tentang Manda?” “Kalau kau sudah tahu, maka tidak perlu bertanya.” Cindy tiba-tiba saja berbalik d

    Last Updated : 2024-06-29

Latest chapter

  • My Bad Doctor   144. Dipaksa

    "Perkenalkan, ini menantuku Vanessa." Danapati mengulurkan tangannya dengan senyum cerah, untuk menggandeng perempuan yang dia panggil. "Ke depannya, kalian semua akan sering bertemu dengan dia, karena Vanessa akan bergabung di rumah sakit kita," lanjut Danapati, sembari melihat semua orang yang menghadiri rapat hari ini. "Selamat siang semuanya. Saya Vanessa yang mulai minggu depan, akan ikut bergabung dengan rumah sakit ini, sebagai staff bagian keuangan." Jovi mengembuskan napas pelan ketika istrinya selesai memperkenalkan diri. Rasanya, sudah satu minggu belakangan ini dia terus dan terus dikejutkan dengan keputusan sang istri. Seperti apa yang terjadi kemarin. "Kenapa kau selalu memberikanku kejutan?" tanya Jovi yang segera menggandeng sang istri, keluar dari ruangan rapat. "Memangnya Vanessa memberi kejutan apa lagi?" Danapati yang ikut berjalan dengan kedua anaknya bertanya. "Kemarin Vanessa memutuskan pergi ke dokter kandungan untuk konsultasi dan program keh

  • My Bad Doctor   143. Dokter Kandungan

    "Hey, Vi. Sesekali nongkrong sama kita dong. Jangan pulang cepat terus." Yang empunya nama meringis pelan, ketika mendengar suara teman-temannya yang terdengar sangat keras itu. Padahal, dia sedang merekam pesan suara untuk sang istri. "Kalian ini jangan terlalu ribut dong." Jovi langsung protes. "Coba lihat ini, pesan suara yang berisi suara kalian, malah terkirim pada istriku." "Astaga, Vi!" Salah seorang teman seangkatannya hanya bisa menggeleng. "Memangnya kenapa kalau istrimu dengar? Toh, kita hanya akan pergi nongkrong. Bukan mengajakmu pergi selingkuh." "Iya tahu. Tapi kalau istriku dengar, nanti dia malah mengusirku pergi bersama kalian." "Loh? Bukannya itu bagus?" tanya teman yang lain. "Sama sekali tidak, karena aku akan lebih memilih untuk menemani istriku pergi terapi. Jadi, sekarang aku akan pulang saja." Jovi dengan cepat melangkah pergi. Dia ingin menghindari teman-temannya yang senang sekali menanyakan terlalu banyak hal. Sesuatu yang membuat Jovi nyari

  • My Bad Doctor   142. Menjagamu

    "Aku tidak menyangka akan punya waktu ngobrol berdua dengan Kak Ben." Mendengar namanya dipanggil, Ben langsung mendongak. Dia bisa melihat adik iparnya baru saja duduk di kursi kosong di depannya. Mengesalkan, tapi Ben sendiri yang mengundang lelaki itu datang. "Jadi, kenapa Kak Ben mengundangku makan malam?" tanya Jovi dengan senyum lebar. "Kak Ben tidak suka padaku kan?" "Apa kau ingin mati?" Ben tidak segan untuk bertanya dengan kasar. "Tentu saja belum." Jovi menjawab dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. "Biar bagaimana, aku masih harus menemani Vanessa sampai tua." "Senang kau punya pemikiran yang bijaksana seperti itu." Ben mengembuskan napas pelan, sebelum menenggak segelas wine yang sudah dia pesan lebih dulu. "Pesan saja dulu, kau mungkin lapar setelah kuliah panjang. Aku dengar kau mengambil spesialis." Ben mengangkat tangan untuk memanggil pramusaji restoran. "Aku senang karena kakak iparku pengertian." Jovi menggosok kedua tangan, ketika melihat menu yan

  • My Bad Doctor   141. Memaafkan

    "LEPASKAN AKU." Manda berteriak, ketika ada dua orang polisi yang memeganginya. "Aku harus membunuh perempuan sialan itu." "Singkirkan dia dari sini." Si pengacara memberi perintah pada polisi, walau itu mungkin terdengar arogan. "Kalian tidak apa-apa?" tanya si pengacara, menghampiri kliennya yang terjatuh ke atas lantai. "Tidak apa-apa." Jovi menggeleng pelan. "Bagaimana denganmu, Nes?" "APA KAU GILA ATAU MATI RASA?" Baru juga menoleh, Jovi sudah menemukan ponsel berisi pesan di depan matanya. "Lenganmu tadi tertusuk." Vanessa kembali memperlihatkan pesan yang sudah dia ketik. "Benarkah?" Setelah diberitahu, barulah Jovi menatap ke benda yang masih menancap di lengannya. "Oh, Astaga!" Si pengacara jadi panik sendiri. "Kau harus segera ke rumah sakit," lanjutnya menanggalkan kesopanan. "Apa kau lupa? Aku ini dokter." Jovi tersenyum miring, sembari memegang benda yang menusuk lengannya itu. Kalau diumpamakan, Jovi rasanya seperti tertusuk oleh pulpen dengan ujung y

  • My Bad Doctor   140. Penyerangan

    "Kau sungguh berkeluarga dengan menteri?" tanya Manda terus menatapi Jovi, ketika mereka, Vanessa dan seorang lagi diberikan ruangan untuk berbicara. "Ya. Apa ada masalah dengan itu?" Jovi menjawab dengan kening berkerut kesal. "Tidak ada." Manda menggeleng, sembari tersenyum lebar. Manda bahkan tiba-tiba saja memperbaiki rambut dan merapikan jaket kulitnya. Hal yang membuat Vanessa mencebik kesal. Manda terlihat jelas ingin menggoda Jovi. "Perempuan gatal," gumam Vanessa dengan mata melotot. Untungnya, Manda tidak mendengar umpatan itu karena suara Vanessa memang tidak nyaring. Tepatnya tidak bisa. Tapi, Jovi bisa mendengar umpatan itu karena duduk sangat dekat dengan sang istri. Hal yang membuatnya terbatuk cukup keras, karena tidak menyangka Vanessa akan mengumpat. "Jadi, kenapa kau datang kemari?" Manda hanya menatap Jovi yang kebetulan duduk di depannya. "Apa kau mau membantuku untuk keluar dari sini?" "Membantumu keluar dari sini?" tanya sang dokter dengan sebel

  • My Bad Doctor   139. Ditangkap

    "Manda." Seorang perempuan paruh baya berteriak, ketika melihat yang empunya nama turun dari mobil. "Eh, Ibu Kos. Ada apa ya Bu? Bukannya aku sudah bayar untuk bulan ini dan bulan depan?" tanya Manda dengan senyum lebar. "Ini jauh lebih penting dan mendesak dari pada uang kosmu yang sering menunggak itu." Si ibu kos terlihat begitu panik. "Ada dua orang polisi yang mencarimu." "Polisi?" tanya Manda dengan sebelah alis yang terjungkit naik. "Untuk apa mereka mencariku?" "Mana aku tahu." Si ibu kos memukul lengan Manda. "Mereka tidak mau memberitahu dan terus menunggumu. Memangnya kau melakukan apa sih?" "Aku tidak melakukan apa-apa." Manda mengedikkan bahu dengan santainya. "Biar aku bertemu mereka saja dan bertanya apa yang terjadi." "Awas saja ya kalau kau bikin masalah lagi." Si ibu kos menunjuki wajah Manda. "Kejadian kau dilabrak tempo hari, sudah membuat reputasi kosku menjadi jelek. Jangan makin memperburuk keadaan." Manda memutar bola matanya karena gemas. Memang

  • My Bad Doctor   138. Pelaku

    Vanessa memukul dada Jovi berulang kali. Dia perlu melakukan itu, agar sang suami berhenti dan dia bisa bernapas. Apalagi, sepertinya sejak sampai ke rumah, Jovi sama sekali tidak menahan diri. "Kenapa?" tanya Jovi melepas pagutan pada bibir sang istri. "Katakan sesuatu kalau kau menginginkan lebih." Refleks, Vanessa menggeleng. Biar bagaimana, dia tidak cukup gila untuk bercinta saat kepalanya masih diperban. Apalagi Jovi itu adalah tipe lelaki yang senang mencoba berbagai macam gaya. Siapa yang tahu dia akan melakukan gaya yang tidak masuk akal. "Bicaralah, Vanessa," bisik Jovi tepat di telinga sang istri. "Tadi kau bisa berbicara setelah kucium, jadi sekarang bicaralah lagi." Mata Vanessa melotot mendengar hal itu. Dia dengan cepat merogoh ponsel yang disimpan di saku celana untuk mengetik. "Apa kau gila? Mana ada orang langsung bisa bicara hanya karena dicium?" "Siapa yang tahu." Jovi mengedikkan bahu, sembari men

  • My Bad Doctor   137. Serius

    Vanessa tersentak ketika mendengar suara bantingan pintu mobil di bagian tempatnya duduk. Dia pun hanya bisa melirik, ketika Jovi memutari mobil untuk duduk di kursi pengemudi dan kembali membanting pintu. Kali kedua, Vanessa tidak lagi terlalu kaget. Tapi itu membuatnya kesal dan melipat kedua tangan di depan dada. "Ada apa dengan wajahmu itu?" Jovi bertanya dengan cukup lembut, ketika memasangkan sabuk pengaman pada sang istri. "Kau ngambek?" "Menurutmu?" Vanessa memperlihatkan ketikannya di ponsel. Saking kesalnya, ponsel itu nyaris saja menempel dengan hidung Jovi. "Kau tidak berhak kesal," jawab Jovi yang kin mengurusi diri sendiri. "Aku yang seharusnya kesal di sini." "Apa tidak salah?" Vanessa kembali nyaris menempelkan ponsel di wajah sang suami. "Kau seenaknya datang menjemput dengan kasar, tapi kenapa aku tidak boleh marah." "Karena kau pergi tanpa izin," jawab Jovi mulai menyalakan mesin mobil. "Apa kau pikir aku tidak panik ketika menemukan tidak ada orang di

  • My Bad Doctor   136. Penjemputan Paksa

    "Yakin mau membuat kontrak seperti ini?" tanya seorang lelaki pada Jovi. "Ini pastinya bukan jumlah yang sedikit, apalagi untuk dijalani selama bertahun-tahun." "Itu hanya biaya listrik dan air saja." Jovi memilih menggeleng. "Sekali pun aku menanggung biaya itu sampai mertuaku meninggal, tidak akan seberapa. Memangnya berapa sih per bulan. Paling juga cuma satu atau dua juta per bulan. Paling mahal juga tiga juta." "Jika dibandingkan biaya listrik dan air di rumah orang tuamu juga apartemen kalian, tentu itu tidak ada apa-apanya." Lelaki yang menemani Jovi bicara mengangguk. "Aku akan mengurusi ini. Kau tidak perlu ikut." "Kalau begitu kuserahkan padamu." Jovi bangkit berdiri dan menjabat tangan rekannya itu. "Kau pengacara handal kan?" "Kau tidak mau minum kopi dulu mungkin?" tanya lelaki tadi, sebelum Jovi pergi. "Tidak, terima kasih. Aku harus pulang untuk menemani istriku di rumah. Mungkin dia juga sudah memasak," jawab Jovi dengan senyum lebar. "Sejak kapan kau jadi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status