Geng untuk Season pertama tamat sampai di sini ya, untuk bab selanjutnya sudah masuk Season ke dua. Semoga kalian masih mau membersamai mereka Love you
Setahun kemudian. Cahaya pagi mulai masuk dari celah-celah tirai yang berwarna putih, membuat Rey yang tadinya terlelap menggeliat pelan, tangannya yang kekar meraba-raba sisi ranjang di sebelahnya. Saat tak mendapati apa yang dicari, Rey pun langsung membuka mata meski masih terasa berat. "Apa di
Bak tengah memperagakan adegan pengantin baru, Rey dengan begitu gagah membopong badan Bumi. Tangannya yang berotot dan kekar telah membuktikan betapa kuat tenaganya itu. Dia benar-benar tidak ingin melepaskan Bumi kali ini. Dengan mata yang berkabut hasrat lelaki yang sudah terbuka semua kancing k
"Apa itu Sakha?" Bumi mengangguk. Rey pun sudah ambil ancang-ancang untuk meraih benda pipih itu, tetapi terjeda karena Bumi langsung mengarahkan tangan—kode agar Rey diam dan tidak mengganggunya. Rey pun kembali duduk. Dia merengut dengan muka masam. Sakha, lelaki itu begitu susah untuk dibasmi k
"Apa kamu yakin dengan ini?" tanya seseorang berjubah putih yang berdiri di belakang etalase. Dia menatap penuh selidik. Namun, Rey hanya memberikan senyuman ambigu. Ia yang sudah berpakaian rapi itu menatap pria yang sebenarnya adalah teman lamanya. Teman yang sama-sama berkuliah di luar negeri. Be
Rey yang masih kesal dengan si pemilik R&B Ekspress dikejutkan dengan suara pintu yang diketuk. Meski agak malas dia pun terpaksa menyuruh orang itu agar langsung masuk. Betapa kagetnya dia saat melihat siapa yang datang. "Milea?" batin Rey. Matanya melotot melihat betapa cantik gadis yang sedang b
"Kenapa kamu tersenyum begitu?" tanya Bumi sembari memungut lengerie yang teronggok di lantai, setelah itu memakainya dengan santai. "Tidak ada alasan," balas Ray. Dia yang terbaring dengan lengan menopang kepala tetap menatap tubuh Bumi yang masih proposional, lekukan pinggulnya sangat indah. Bent
"Rey, ada apa? Kenapa mukamu serius begitu?" ulang Bumi untuk kedua kalinya. Dia melihat ada sinar tak biasa dari mata suaminya itu. Setelah menutup telepon Rey menunjukkan keanehan. Tidak hanya itu, Rey bahkan melepas pegangan tangannya. "Katakan padaku!" kata Rey dengan nada setengah menggeram.
"Milea?" "Saya bawakan laporan. Ini adalah daftar driver yang berhenti," tutur Milea yang membuat kepala Rey semakin pusing. "Berapa banyak yang berhenti?" tanya Rey tanpa menoleh. Dia hanya menatap map hitam itu tanpa membukanya. "Sekitar dua ratus orang, Pak," jawab Milea yang disusul Rey denga