“Oh, ya? Apa kamu mau coba buktikan? Silakan, kita lihat apa Bumi akan meninggalkan aku atau justru membencimu._ "Kamu makin menyebalkan," dengkus Sakha sembari menurunkan tangannya. Dia juga membuang muka. Malu karena tidak bisa melakukan niatnya tadi. Jika dipikir-pikir dia dan Rey memiliki kelem
"Rey ada telepon dari Nona Rusuh. Siapa dia?" tanya Bumi. Rey yang tadinya berniat pergi pun mendekat, lalu menerima ponsel yang Bumi sodorkan. Alisnya naik turun dan timbullah senyum ambigu. "Siapa Nona Rusuh?" ulang Bumi untuk kedua kali. Terlihat kentara sekali ketidaksenangan di mukanya ketika
"Tuh, dia nelpon lagi. Angkat sana dan lepaskan aku!" "Janji dulu kalau kamu tidak akan cemburu," balas Rey yang masih terpesona. Dia terus menyapu wajah istrinya yang semakin cantik. "Tidak, aku tidak cemburu. Untuk apa aku cemburu," sahut Bumi. Matanya memutar malas. "Lalu, kalau bukan cemburu
"Sepertinya kamu sedang bahagia," ujar seseorang dari arah pintu. Seorang laki-laki berkemeja putih yang lengannya sudah tergulung sampe siku. Orang itu adalah Aryan. Dia terlihat begitu keren dan berwibawa saat masuk dengan santai karena pintu kamar Rey dan Bumi sedikit terbuka sejak tadi. "Tentu
"Aku mau jujur, sebenarnya sudah sejak lama aku menyukai kamu." Bumi tak menyahut. Dalam diam dia tak menampik hal itu. Sudah lama mereka tinggal bersama, jadi sedikit banyak Bumi bisa memahami Aryan. Saudara tirinya itu tipe laki-laki cuek yang tidak pernah memperlihatkan perhatian pada siapa pun
"Wah, sepertinya ada yang sedang berbunga-bunga di sini," ketus seseorang dari arah belakang. Bumi yang mendengar itu tentu saja mencari arah suara. Tepat sesuai dugaan, ternyata si pemilik suara adalah Yota. Saudara tirinya itu kini mendekat dengan tangan bersedekap. Terlihat angkuh dan menyebalka
Tubuh Yota gemetar hebat. Detak jantung juga terpompa cepat saat melihat Bumi tergeletak di ujung tangga. Bibirnya bahkan kehilangan rona, dan mata ... matanya juga tak berkedip. Dia bahkan terduduk lemas dan keringat dingin mengucur deras. Sama sekali tak menyangka kalau Bumi terjatuh. Dia tidak be
"Bagaimana dengan keadaan menantu saya, Dok?" tanya Prita yang berdiri mematung di dekat pintu. Matanya yang keriput menatap sang dokter dengan penuh harap. Sangat sangat berharap menantu dan calon cucunya selamat. Dia tak pernah menduga hal mengerikan begini bisa menimpa Bumi "Nyonya Bumi baik-bai
Mata Rio langsung terbelalak hebat. "Jadi ... jadi kamu yang digilainya, dan istrimu adalah orang yang dibuatnya keguguran?" terka Rio. Dia masih belum bisa menetralisir keterkejutan. "Ya begitulah kira-kira. Dan kamu masih saja menyukainya?" Rio terkekeh hambar. "Nasib benar-benar buruk. Aku tahu
Bumi cuma bisa nyengir saja. "Jangan tertawa, Bum! Ini tidak lucu!" dengkus Sakha. - - Enam bulan kemudian. Ballrorm sebuah hotel dihias sedemikian rupa megahnya. Lampu, bunga, serta balon menjadi ornamen pendukung pesta pernikahan dua bersaudara itu. Dua bersaudara? Ya, mereka adalah Aryan d
Rey yang keheranan merebut lembar itu, dan responnya juga sama—membulatkan mata seakan-akan tidak percaya. "Bum, kamu serius?" tanya Rey. Melihat Sakha yang ada di sebelahnya mematung tak bergerak memantik rasa penasarannya menjadi semakin besar. Di dekatinya Bumi, lantas duduk di sisi ranjang. "B
"Mi ...." "Padahal Mimi sudah semedi di spa demi nama ini. Gangga Semesta Jadiyaksa." Bumi dan Rey saling tatap. Mereka tak menyangka nama yang disiapkan begitu indah dan jauh dari nama aktor Hollywood. "Itu artinya apa, Mi?" tanya Bumi. Penasaran dia dan sejujurnya agar tertarik. Nama itu terden
Mata Rey pun kembali terarah ke box bayi yang ada disebelahnya. "Aku bingung. Terlalu banyak nama bagus yang aku pikirkan. Dan satu pun tidak ada yang membuatku yakin. Tolong beri waktu aku untuk memikirkannya," balas Rey. Bumi pun mengiakan dengan anggukan kepala. Sekarang mata Rey kembali ke Bumi
Kebahagiaan yang didapatkan sekarang tidak bisa Bumi jabarkan. Rasanya sangat luar biasa. Setelah melalui masa kontraksi hampir sepuluh jam akhirnya sang bayi lahir dengan selamat dan sehat dengan berat 3,5 kilogram dengan proses persalinan normal. Kebahagiaannya semakin berlipat ketika mengetahui a
"Dan yang membuat aku penasaran, kenapa kamu selalu diam? Kamu seolah tidak mengenalku. Jika kamu mengatakannya mungkin kita sudah lama berteman." "Maaf, aku tidak berpikir sampai di situ. Aku hanya menolong, itu saja," balas Aryan lagi. Senyum Milea semakin mengembang. Lamat dia menatap Aryan yan
Tiga puluh menit. Satu jam. Hingga dua jam berlalu sia-sia. Semua jenis olahraga dia coba. Dari squad jump, push-up, angkat barbel sudah dicoba, hanya saja hasilnya nihil. Aryan kalah dan lelah. Lelaki bingung harus bagaimana. Tubuhnya sudah lemah tapi hasrat untuk mencumbu Milea justru semakin k
"Kamu masih muda? Apa kamu single? Kalau iya, apa kamu mau menjadikan aku istri?" "Maaf, Nona. Saya memang masih single, tapi ...." "Tidak perlu dilanjutkan. Aku hanya butuh itu sebagai awal. Jadi Tuan Jas yang tampan, persiapkan diri untuk menerimaku sebagai istri." Aryan yang baru saja selesai