Di sini, di parkiran sebuah villa besar Rey menunggu seperti orang bodoh. Ya, dia mengakui menjadi bodoh karena mungkin hanya dia pria yang membuntuti istri sendiri. Namun, alasan kali ini bukanlah kecemburuan seperti terakhir kali, melainkan hanya ingin memastikan kalau Bumi aman. Lagi pula kecemb
"Rey, tolong aku. Aku kepanasan, Rey. Bantu aku ...." Gumaman Bumi membuat Rey terdiam sembari menahan ludah. Baginya mustahil Bumi mengenali padahal dia sudah bergaya bagai ninja begitu—hoodie hitam, masker hitam dan topi hitam. "Ah, masa bodoh! Yang penting aku harus menyelamatkan dia lebih dulu
Untuk pertama kali setelah kecelakaan itu, Rey bisa menikmati bibir istrinya yang manis juga meraba dua bukit Bumi yang sangat pas digenggamannya. Rey bahkan meremasnya hingga membuat Bumi melenguh. Istrinya itu membalas ciumannya tak kalah panas, bahkan deru napas mereka saling bersahutan karena pe
"Hey, Sakha. Kamu kenapa? Kenapa marah-marah begitu?" tanya Yota, dia terus saja mengikuti langkah Sakha yang bisa di bilang cukup lebar. Bukan tanpa sabab Sakha berperilaku demikian. Pria itu hanya mencoba tenang dan meredam segalanya. Dia yakin kalau kesabarannya sedang di uji kali ini. Belum lag
"Reyden!" Rey yang mulanya terlelap dibuat melompat. Matanya membulat saat melihat Bumi sudah berdiri dan melilitkan selimut di badan. Sementara dirinya juga polos dan tidak mengenakan satu helai benang pun di badan. "Reyden! Kita, kita ... apa kita?" Pertanyaan Bumi terjeda karena tiba-tiba saja
Rey tetap saja marah dan tidak terima, pria itu masih mengomel bahwa Bumi semalam memerkosanya, hingga dia masuk ke dalam kamar mandi, membuat Bumi yang kebingungan terdiam dan memijit pelipis, Ia mencoba mengingat kejadian yang sudah dilaluinya bersama Rey. Bumi memilih ke luar, mencari kamar mand
Tibalah Bumi di sebuah kafe saat jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Gadis itu berjalan masuk sembari celingukan. Dia merasa berdebar karena tidak sabar untuk bertemu Salman, sang detektif yang dia sewa untuk menemukan Lina. Lina adalah mantan asisten rumah tangganya dulu. Bumi yakin kematian
"Maafkan saya, Non. Dulu saya tidak tau kalau kejadiannya akan jadi begini. Waktu itu saya yang ada di dapur tidak sengaja melihat Nyonya Wida memasukkan sesuatu ke salad buah milik Nyonya. Waktu itu saya tidak berpikir yang macam-macam karena Nyonya Wida selalu baik. Dia ramah pada Nyonya dan juga
Mata Rio langsung terbelalak hebat. "Jadi ... jadi kamu yang digilainya, dan istrimu adalah orang yang dibuatnya keguguran?" terka Rio. Dia masih belum bisa menetralisir keterkejutan. "Ya begitulah kira-kira. Dan kamu masih saja menyukainya?" Rio terkekeh hambar. "Nasib benar-benar buruk. Aku tahu
Bumi cuma bisa nyengir saja. "Jangan tertawa, Bum! Ini tidak lucu!" dengkus Sakha. - - Enam bulan kemudian. Ballrorm sebuah hotel dihias sedemikian rupa megahnya. Lampu, bunga, serta balon menjadi ornamen pendukung pesta pernikahan dua bersaudara itu. Dua bersaudara? Ya, mereka adalah Aryan d
Rey yang keheranan merebut lembar itu, dan responnya juga sama—membulatkan mata seakan-akan tidak percaya. "Bum, kamu serius?" tanya Rey. Melihat Sakha yang ada di sebelahnya mematung tak bergerak memantik rasa penasarannya menjadi semakin besar. Di dekatinya Bumi, lantas duduk di sisi ranjang. "B
"Mi ...." "Padahal Mimi sudah semedi di spa demi nama ini. Gangga Semesta Jadiyaksa." Bumi dan Rey saling tatap. Mereka tak menyangka nama yang disiapkan begitu indah dan jauh dari nama aktor Hollywood. "Itu artinya apa, Mi?" tanya Bumi. Penasaran dia dan sejujurnya agar tertarik. Nama itu terden
Mata Rey pun kembali terarah ke box bayi yang ada disebelahnya. "Aku bingung. Terlalu banyak nama bagus yang aku pikirkan. Dan satu pun tidak ada yang membuatku yakin. Tolong beri waktu aku untuk memikirkannya," balas Rey. Bumi pun mengiakan dengan anggukan kepala. Sekarang mata Rey kembali ke Bumi
Kebahagiaan yang didapatkan sekarang tidak bisa Bumi jabarkan. Rasanya sangat luar biasa. Setelah melalui masa kontraksi hampir sepuluh jam akhirnya sang bayi lahir dengan selamat dan sehat dengan berat 3,5 kilogram dengan proses persalinan normal. Kebahagiaannya semakin berlipat ketika mengetahui a
"Dan yang membuat aku penasaran, kenapa kamu selalu diam? Kamu seolah tidak mengenalku. Jika kamu mengatakannya mungkin kita sudah lama berteman." "Maaf, aku tidak berpikir sampai di situ. Aku hanya menolong, itu saja," balas Aryan lagi. Senyum Milea semakin mengembang. Lamat dia menatap Aryan yan
Tiga puluh menit. Satu jam. Hingga dua jam berlalu sia-sia. Semua jenis olahraga dia coba. Dari squad jump, push-up, angkat barbel sudah dicoba, hanya saja hasilnya nihil. Aryan kalah dan lelah. Lelaki bingung harus bagaimana. Tubuhnya sudah lemah tapi hasrat untuk mencumbu Milea justru semakin k
"Kamu masih muda? Apa kamu single? Kalau iya, apa kamu mau menjadikan aku istri?" "Maaf, Nona. Saya memang masih single, tapi ...." "Tidak perlu dilanjutkan. Aku hanya butuh itu sebagai awal. Jadi Tuan Jas yang tampan, persiapkan diri untuk menerimaku sebagai istri." Aryan yang baru saja selesai