“Aku bisa memberikan apa saja Rey, asal aku bisa membuat Wida pergi dari kehidupanku.” “Apa luka dan sakit hatimu begitu besar sehingga kamu begitu membencinya?” “Tak hanya luka fisik, batinku sangat terluka oleh tingkahnya.” Hari itu di tepi pantai Bumi dan Rey duduk bersebelahan. Rey masih tida
Masih bergelung di bawah selimut, Bumi hanya bisa pasrah saat Rey memeluknya seperti sekarang ini. Ternyata tidak hanya sekali Rey meminta Bumi untuk melayaninya. Bumi pun pasrah, jika memang itu satu-satunya cara agar membuat suaminya percaya bahwa dia sudah menjadi milik pria itu seutuhnya. “Apa
Bumi mengusap cincin yang berada di jari manisnya. Hatinya merasa senang sekaligus bersalah di saat yang bersamaan. Ia menolehkan kepalanya ke Rey yang sedang terlelap di sampingnya. Untuk sejenak Bumi memandangi wajah pria yang sedang mencuri waktu istirahatnya di dalam pesawat yang membawanya pula
Entah sejak kapan tepatnya Bumi kecanduan bercinta dengan Rey. Meskipun tanpa cinta, sentuhan sang suami benar-benar bisa membuatnya terbuai. Ia bahkan rela kembali melayani suaminya meskipun pria itu berkata lupa membeli pengaman lagi. “Rey!” Bumi menggeliat, telapak kakinya menekan ranjang saa
“Apa kabarmu?” Pertanyaan Sakha saat berpapasan dengan Bumi di rumah membuat gadis itu salah tingkah. “Baik,” jawab Bumi yang hampir berlalu pergi, tapi Sakha manarik pergelangan tangannya. "Apa yang kamu lakukan?" Bumi begitu khawatir jika sampai ada orang yang melihatnya dan Sakha berpegangan
Melihat Rey tertidur pulas, Bumi memilih keluar dari kamar. Dia berjalan ke balkon utama, mendesau pelan dan mengusap lengannya yang hanya berbalut kimono dari baju tidurnya. Hatinya merasa bimbang, memaanfaatkan Rey sebagai alat balas dendam bukankah sama jahatnya dengan sang mama tiri, lalu apa be
"Rey, apa kamu tidak kembali bekerja?" Dengan pakaian yang masih belum rapi, Rey dan Bumi saling berpelukan di sofa. Mereka membuat sofa ruang kerja milik Bumi ternoda karena percintaan mereka beberapa menit yang lalu. "Hem... masih ada beberapa kerjaan tapi bagaimana ini? aku tidak bisa melepas p
Bumi bergegas kembali ke kantornya setelah menemui Sakha, dia merasa lega setidaknya lepas dari sesuatu yang hampir menjeratnya ke dalam kesalahan yaitu menyakiti hati Rey. Bumi memang masih ingin membalaskan dendamnya dan membuktikan kecurigaannya ke Wida, tapi kali ini dia memutuskan untuk tidak m
Mata Rio langsung terbelalak hebat. "Jadi ... jadi kamu yang digilainya, dan istrimu adalah orang yang dibuatnya keguguran?" terka Rio. Dia masih belum bisa menetralisir keterkejutan. "Ya begitulah kira-kira. Dan kamu masih saja menyukainya?" Rio terkekeh hambar. "Nasib benar-benar buruk. Aku tahu
Bumi cuma bisa nyengir saja. "Jangan tertawa, Bum! Ini tidak lucu!" dengkus Sakha. - - Enam bulan kemudian. Ballrorm sebuah hotel dihias sedemikian rupa megahnya. Lampu, bunga, serta balon menjadi ornamen pendukung pesta pernikahan dua bersaudara itu. Dua bersaudara? Ya, mereka adalah Aryan d
Rey yang keheranan merebut lembar itu, dan responnya juga sama—membulatkan mata seakan-akan tidak percaya. "Bum, kamu serius?" tanya Rey. Melihat Sakha yang ada di sebelahnya mematung tak bergerak memantik rasa penasarannya menjadi semakin besar. Di dekatinya Bumi, lantas duduk di sisi ranjang. "B
"Mi ...." "Padahal Mimi sudah semedi di spa demi nama ini. Gangga Semesta Jadiyaksa." Bumi dan Rey saling tatap. Mereka tak menyangka nama yang disiapkan begitu indah dan jauh dari nama aktor Hollywood. "Itu artinya apa, Mi?" tanya Bumi. Penasaran dia dan sejujurnya agar tertarik. Nama itu terden
Mata Rey pun kembali terarah ke box bayi yang ada disebelahnya. "Aku bingung. Terlalu banyak nama bagus yang aku pikirkan. Dan satu pun tidak ada yang membuatku yakin. Tolong beri waktu aku untuk memikirkannya," balas Rey. Bumi pun mengiakan dengan anggukan kepala. Sekarang mata Rey kembali ke Bumi
Kebahagiaan yang didapatkan sekarang tidak bisa Bumi jabarkan. Rasanya sangat luar biasa. Setelah melalui masa kontraksi hampir sepuluh jam akhirnya sang bayi lahir dengan selamat dan sehat dengan berat 3,5 kilogram dengan proses persalinan normal. Kebahagiaannya semakin berlipat ketika mengetahui a
"Dan yang membuat aku penasaran, kenapa kamu selalu diam? Kamu seolah tidak mengenalku. Jika kamu mengatakannya mungkin kita sudah lama berteman." "Maaf, aku tidak berpikir sampai di situ. Aku hanya menolong, itu saja," balas Aryan lagi. Senyum Milea semakin mengembang. Lamat dia menatap Aryan yan
Tiga puluh menit. Satu jam. Hingga dua jam berlalu sia-sia. Semua jenis olahraga dia coba. Dari squad jump, push-up, angkat barbel sudah dicoba, hanya saja hasilnya nihil. Aryan kalah dan lelah. Lelaki bingung harus bagaimana. Tubuhnya sudah lemah tapi hasrat untuk mencumbu Milea justru semakin k
"Kamu masih muda? Apa kamu single? Kalau iya, apa kamu mau menjadikan aku istri?" "Maaf, Nona. Saya memang masih single, tapi ...." "Tidak perlu dilanjutkan. Aku hanya butuh itu sebagai awal. Jadi Tuan Jas yang tampan, persiapkan diri untuk menerimaku sebagai istri." Aryan yang baru saja selesai