Share

Satu Teguran

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Jadi, mas Bin keluar dua minggu lagi?” Sinar menggigit bibir bagian dalamnya menatap Pras, yang tidak pernah bosan memegangi perut san istri yang membola.

Pria yang tengah sibuk mencari-cari di mana sang bayi akan melancarkan tendangannya itu, kemudian menatap datar pada Sinar. “Kamu gak perlu bertanya hal retoris seperti itu, Nar.”

“Aku cuma tanya,” decak Sinar menarik satu sudut bibirnya dengan jengkel.

“Dan kamu sudah tahu jawabannya, jadi buat apa lagi dipertanyakan?” terdengar jelas, kalau intonasi yang dilontarkan Pras sangat mengandung sinisme yang luar biasa. Pria itu tidak suka jika Sinar membahas mengenai mantan suaminya itu sama sekali.

“Aku sudah kabulin permintaan kamu, kan?” lanjut Pras. “Jadi, hormati juga permintaanku, untuk gak berhubungan dengan Bintang sama sekali. Jangan tanyakan dia, apalagi bertemu.”

“Iya, tahu."

Memangnya, apalagi yang bisa dijawab oleh Sinar kalau bukan ‘iya’. Meskipun di dalam hati, masih ada

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sunarso
poor Bira...
goodnovel comment avatar
Shifa chibii
wkwkwkk..Bira tuh kayakny ............
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Arrogant Lawyer   Jangan Sampai Ketahuan

    Bira sampai lupa, kapan terakhir kali ia menginjakkan kakinya di Jakarta. Sepertinya sudah sangat lama sekali. Hanya Aida dan Raja yang menyempatkan datang, untuk menjenguknya sesekali jika ada kesempatan di hari libur. Sedangkan Pras, semenjak menikah dengan Sinar, pria itu sudah tidak pernah lagi menginjakkan kaki di Negeri Singa. Bahkan saat Bira memerlukan pria itu sekalipun, Pras hanya akan meneleponnya. Meskipun ketika darurat, Pras hanya akan ikut dalam rapat kecil secara daring. Namun, di satu sisi, Bira bisa berlega hati. Karena menurut Aida, kehidupan pernikahan Sinar dan kakaknya itu berjalan bahagia. Mekipun, Bira masih tidak bisa mempercayai hal itu sepenuhnya. Sampai akhirnya, Bira melihat dengan mata kelapanya sendiri. Sepasang suami istri itu saling memagut mesra di dapur, tanpa rasa sungkan sama sekali. “Di kamar woi! Kayak gak ada tempat aja! Jangan di sinilah kalau mau pamer.” Bira melewati pasangan suami istri tersebut menuju lemar

  • My Arrogant Lawyer   Nikmat Tuhan

    Sinar meremas sisi dress hamilnya ketika memasuki sebuah toko perlengkapan bayi. Toko yang sama, yang pernah di masukinya dengan Bintang dahulu kala. Tiga tahun berlalu, toko tersebut hanya sedikit mengalami perubahan tata letak beberapa etalasenya. Selebihnya, semua masih sama seperti dahulu kala.“Sinar,” tegur Pras yang langsung memecah lamunan Sinar seketika. Wanita itu mengerjab, dan buru-buru mengalihkan perhatianya pada sang suami.Hari ini, adalah hari yang sudah lama ditunggu oleh Pras. Setelah usia kandungan Sinar telah menginjak tujuh bulan, Pras adalah orang pertama yang langsung mengajak sang istri untuk berbelanja perlengkapan bayi. Pras bahkan sudah meminta orang untuk merenov ruangan di samping kamar tidur mereka. Ruangan yang akan dihubungkan dengan connecting door itu, nantinya akan digunakan sebagai kamar putra mereka.Sinar kembali teringat dengan beberapa hal manis ketika bersama Bintang dahulu kala. Pria itu jugalah yang begitu

  • My Arrogant Lawyer   Rasa Cemburu

    Sore itu, Pras pulang lebih cepat dari biasanya. Pria itu langsung menuju ruang yang berada di sebelah kamarnya. Sebuah kamar, yang nantinya akan diperuntukkan untuk sang putra tercinta.“Kira-kira kapan selesai?” tanya Pras kepada salah satu tukang yang bekerja di sana.“Tiga hari lagi selesai, Pak. Besok sudah finishing akhir dan beres-beres.”“Oke.” Pras berbalik dan beranjak ke kamar yang dahulunya di tempati oleh Vio. Untuk sementara waktu, Pras dan Sinar pindah ke kamar tersebut. Setelah semua renovasi selesai, barulah keduanya kembali ke kamar mereka.Seperti biasa, Pras mendapati Sinar sedang berbaring di ranjang. Wanita itu benar-benar sangat malas beberapa bulan ini. Kalau tidak tidur, maka ia akan pergi ke dapur untuk makan. Satu-satunya kegiatan yang lumayan bermanfaat selama kehamilan Sinar ialah, wanita itu sibuk menjahit di teras belakang.Yang aneh adalah, Sinar enggan menjahit dari kain yang tela

  • My Arrogant Lawyer   Aku yang Atur

    Tangan besar itu dengan lembut mengusap punggung dan pinggang sang istri yang sedari tadi mengeluh sakit. Semakin ke sini, Pras merasa keluhan Sinar terhadap kehamilannya semakin menjadi. Wanita itu semakin sering terbangun untuk buang air kecil, dan setelahnya, Sinar akan kesulitan untuk kembali tidur.Belum lagi, beberapa hari ini wanita itu kerap mengalami mual dan morning sickness di pagi hari. Padahal, pada semester pertamanya, Sinar tidak mengalami semua itu sama sekali.“Masih pegel,” tanya Pras sudah mulai menguap, meski jarum jam baru menunjukkan pukul delapan malam.Sinar mengangguk dengan bibir manyunnya. “Pengen gitu, kalau hamil lagi, kamu aja yang ngerasain sakitnya, Mas,” celetuk Sinar. “Kamu yang sakit pinggang, kamu yang mual sama muntah, kamu yang bolak balik pipis, kamu yang—"“Iyaa,” sela Pras. “Nanti kalau hamil lagi, biar aku yang ngerasai semua-semuanya,” sahutnya asal, aga

  • My Arrogant Lawyer   Sedikit Demi Sedikit

    “Udah enakan belum?” “Beluuum.” Sinar merengek dengan menggoyangkan kedua kakinya yang terjuntai di bawah tempat tidur. Sedangkan Pras, yang sudah berpakaian rapi dengan jasnya, menunda keberangkatan ke kantor karena sang istri yang sedari tadi mengeluh mual dan tidak enak badan. Sinar juga meminta Pras untuk memijat pundak serta mengusap punggungnya yang terasa tidak nyaman. “Dipijitin sama Lusi, ya, Nar?” bujuk Pras yang sebenarnya sudah telat jika harus berangkat ke kantor pagi ini. Sinar menggeleng dan kembali merengek. “Gak mau, ini loh anakmu, bukan anaknya Lusi.” Pras mengusap wajah yang mulai frustasi menghadapi Sinar. “Tapi, Nar—” “Kerja dari rumah,” potong Sinar. “Atau tunggu aku tidur, baru kamu boleh berangkat.” “Nar—” “Perutku gak enak, Mas,” Sinar kembali merengek. “Dikit-dikit keram, gak tahu ini anakmu maunya apaan? “Dia mau keluar,” jawab Pras dengan entengnya. “Belum waktunya tauk!” suara yang

  • My Arrogant Lawyer   Satu Syarat

    Pras kembali mendengarkan penjelasan Daya dengan seksama, mengenai semua hal yang menimpa pada diri wanita itu. Setelah selesai, Pras pun mengangguk paham, karena sebelumnya ia sudah mendengar semua keterangan dari Lex. “Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Bintang sekarang?” “Baik,” jawab Daya tidak perlu berpikir terlebih dahulu. “Kita lagi gak ngomongin mas Bintang di sini.” “Baik dalam artian?” seperti biasa, Pras tidak akan menggubris ucapan seseorang jika maksud hatinya tidak tersampaikan lebih dulu. Untuk satu hal itu, Daya hanya bisa berdecak kesal, karena sudah paham dengan tabiat Pras. “Ya baik, memangnya harus diartikan sepertia apa?” “Kalian gak ada rencana rujuk? Kembali membina rumah tangga? Demi Kaivan?” Pras mencoba memancing Daya dan melihat respon dari wanita itu. Meskipun Sinar telah berceramah panjang mengenai Kaivan, Pras masih ingin memastikan sesuatu dengan Daya. Yakni, perasaan wanita itu terhadap Bintang, dan keluarga kec

  • My Arrogant Lawyer   Maunya Bumil

    Hujan pagi, membuat Pras masih betah berlama-lama berada dalam satu selimut bersama sang istri. Berbagi kehangatan, setelah melakukan kegiatan panas beberapa saat yang lalu. Sinar menggeliat dengan gumaman malas. Merubah posisi tidurnya bertelentang sejenak, untuk menatap Pras yang masih menutup mata. “Mas, udah jam segini, kamu gak mandi? Gak ngantor?” Pras yang masih malas itu, tidak membuka mata maupun menjawab Sinar. Pria itu hanya menggumam dan semakin mengeratkan pelukannya. Merasa tidak diacuhkan, Sinar menepuk tangan Pras yang melingkar di tubuhnya. “Misi, aku mau mandi, gerah!” “Mandi bareng, Nar,” ucap Pras langsung membuka kedua matanya. Melepas pelukannya kemudian bertelentang dengan helaan kecil. Memandang langit-langit kamar dan merasa enggan untuk pergi ke kantor hari ini. “Gak mau, aku mau mandi sendiri biar cepet.” Sinar bangkit dengan perlahan. Pras reflek ikut bangkit, untuk membantu sang istri menegakkan tub

  • My Arrogant Lawyer   Zona Nyaman

    Pras menatap datar pada baju couple yang sudah diletakkan Sinar di atas tempat tidur. Sepasang kaos berwarna biru langit yang masing-masing terdapat tulisan King dan Queen. Pras tidak bisa membayangkan, jika harus mengenakan pakaian layaknya remaja tersebut. Mengingat umurnya yang sudah tidak bisa lagi dikatakan muda.Sinar kemudian masuk ke dalam kamar, sembari membawa satu piring apel dan buah lain, yang sudah dipotong-potong sebelumnya.“Minggu ini foto ya?” Sinar memberi ringisan pada Pras sembari berjalan menuju sofa dan duduk di sana. Baju couple pesanannya baru saja diantar oleh kurir, oleh karena itu, masih ia letakkan di atas tempat tidur agar Pras mencobanya terlebih dahulu.“Aku panggilin fotografer, biar hasilnya bisa sekalian dipajang di kamar.”“Gak mau.” Sinar menggeleng dengan menggigit garpu yang berada di tangannya. Kemudian, terlintas sesuatu di kepalanya. “Eh, iya deh, panggil fotografer tapi m

Latest chapter

  • My Arrogant Lawyer   TamaT

    Hola Mba beb ...My Arrogant Lawyer beneran tamat, kok. :D :D :DMeskipun saia juga gak rela, tapi, udah waktunya mup~on. Jadi cukup sekian dan terima kasih banyak sudah nemeni Pras sama Sinar sampai beranak pinak di GoodNovel.Sediih ... karena buat saia pribadi, Pras sama Sinar emang tokoh yang paling EUGH!, sampai saia bawa karakter mereka ke GN dengan cerita yang berbeda.Udahan curcolnya, eheheh ... Dan seperti janji saia waktu itu, ada hadiah tambahan untuk top fans setelah MAL tamat yakk. Datanya saia ambil per tanggal 20 Jan 2022 tepat pukul 20.00 WIB 1. Shifa Chibii : 500 koin GN + pulsa 200rb2. Fidyani - : 500 koin GN + pulsa 200rb3. Rafa Damanhuri : 300 koin GN + pulsa 150rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan kirim screenshood ID lewat DM Igeh @kanietha_Kok top fans 1 dan 2 sama dapatnya? Karena total gem yang diberikan ke MAL jumlahnya sama, jadi biar fair, yakk. Saia tunggu konfirmasi sampai hari minggu ya, jadi senin bisa

  • My Arrogant Lawyer   Benar-benar dicintai

    Pagi yang sibuk. Seperti itulah gambaran hari libur yang selalu dihadapi oleh Mai selama lima tahun belakangan ini. Setelah bangun di pagi hari, ia akan selalu menuju dapur terlebih dahulu untuk membuat camilan juga sarapan, untuk dua orang penghuni yang masih tertidur dengan begitu lelap. Di hari libur seperti ini, putri Mai pasti akan mengungsi ke kamarnya dan mereka akan selalu berakhir dengan tidur bertiga. Meskipun ingin protes karena jatah malamnya akan berkurang, tapi Raj tidak bisa menolak jika putri kecil mereka sudah merengek untuk minta tidur bersama. Tidak hanya itu, Raj merupakan seorang ayah yang sangat memanjakan putri semata wayang mereka itu. Apapun yang gadis kecilnya itu minta, Raj pasti akan menurutinya tanpa kata tapi. “Mamiii …” Langkah kecil yang tergesa itu berlari memasuki dapur dengan ma

  • My Arrogant Lawyer   Kebanyakan Halu

    Dengan iming-iming bahwa Rajlah yang nantinya akan mengurus bayi mereka saat malam menjelang, ketika telah lahir. Akhirnya, Mai setuju untuk bertahan dan melahirkan secara normal. Meskipun, banyak drama yang diciptakan dan entah sudah berapa luka serta cubitan yang telah diterima, Raj hanya pasrah saja. Karena ada masanya nanti, ia akan membalas semua ‘dendam’ saat ini pada Mai. Tunggu saja saat masa nifas istrinya itu selesai, maka Raj benar-benar akan membalasnya. Sampai pada akhirnya, Raj benar-benar terhenyak ketika kuku-kuku nan lentik dan terawat itu kembali menusuk pada luka yang sama. Hanya saja, kali ini tancapan kelima jemari itu lebih bertenaga dari yang sudah-sudah. Ditambah, jeritan sang istri yang sangat panjang itu, ternyata mengakhiri semua perjuangan seorang Mai. Seorang bayi perempuan nan cantik, akhirnya lahir ke dunia dengan penuh perjuangan. Mendengar tangis pertama yang begitu kencang dari bayi mungil mereka, membuat Raj seketika menitikkan air

  • My Arrogant Lawyer   Pendengar Setia

    Begitu keluar dari mobil yang berhenti di depan lobi pintu rumah sakit, Sinar langsung menelepon Raj untuk bertanya mengenai kamar yang Mai tempati saat ini. Namun, satu hal yang membuat Sinar akhirnya menggelengkan kepala, karena putri dan menantunya itu masih berada di sebuah restoran Padang. Mai masih belum mau beranjak dari sana, karena beralasan perutnya masih terlalu penuh, sehingga enggan untuk melangkah. Pada akhirnya, Sinar dan Pras hanya bisa menjenguk Sila untuk sementara sembari menunggu Mai sampai ke rumah sakit. Sebenarnya, Sinar hendak mengomeli Qai karena tidak memberinya kabar sama sekali mengenai kondisi Sila. Putranya itu juga tidak mengangkat, ketika Sinar meneleponnya. Hingga rasa penasaran bercampur kesal, kini hendak ia luapkan pada putranya itu, sampai Sinar merasa puas. Namun, setelah Sinar dan Pras masuk ke dalam ruangan yang ditempati Sila saat ini, semua rasa kesal itu akhirnya hilang. Melihat Sila yang benar-benar terbarin

  • My Arrogant Lawyer   Kapan Lagi

    Pikiran Sinar dan Pras kali ini benar-benar terpecah. Sungguh merasa tidak nyaman dengan Bira dan sang istri. Setelah pagi tadi Qai tidak bisa menghadiri pernikahan, karena harus menjaga Sila yang mendadak pingsan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Kini, Raj menelepon untuk mengabarkan hal yang sama. Tidak bisa menghadiri akad nikah yang akan berlangsung, karena kondisi Mai yang mulai kontraksi dan harus berangkat ke rumah sakit. “Gimana?” tanya Pras setelah Sinar kembali menelepon Raj. “Ini lagi mau jalan ke rumah sakit.” Sinar meraih tangan Pras dan meremasnya dengan kuat. Menyalurkan kecemasan yang kini tengah menggelayut di hatinya. Melahirkan seorang anak ke dunia tidak akan pernah mudah. Untuk itulah, rasa cemas di hati Sinar kini semakin menjadi-jadi. “Sudah ngomong sama Bira?” Pras mengangguk. “Sudah, setelah akad nikah selesai. Kita langsung ke rumah sakit.” “Aku gak enak sama Bira kalau begini,” keluh Sinar. “Terus maumu itu bagaima

  • My Arrogant Lawyer   Alasan Terbaik

    Sejak kejadian hari itu, Raj sangat berhati-hati dalam mengeluarkan ucapannya. Semua Raj lakukan demi calon putrinya, demi Mai dan tentu saja demi keluarga kecilnya. Mengingat wajah Pras ketika mengancamnya kala itu, hati Raj juga sempat waswas dengan nasibnya jika Mai sampai tidak ingin berbaikan dengannya. Bukan karir yang Raj permasalahkan, tapi, nasib rumah tangga yang sudah pasti akan tercerai berai. Apalagi, jika nantinya ia tidak bisa bertemu dengan istri dan anaknya ketika telah terlahir ke dunia. Hanya satu hal itu yang Raj cemaskan, ketika sang mertua sempat memberi ancaman sedemikian rupa. Namun, nasib akhirnya berpihak pada Raj. Sang istri ternyata tidak sesulit itu ketika dibujuk. Bahkan, jika dipikir lagi, Mai itu cenderung penurut meskipun harus banyak drama yang tercipta sebelumnya. Asal kemauannya dituruti, maka dunia akan aman sejahtera. Hanya itu kuncinya jika ingin berhasil saat bernegosiasi dan berhadapan dengan Mai. Masalah hati, R

  • My Arrogant Lawyer   Cuti

    Begitu mendengar penjelasan dokter, mengenai kondisi Mai dan kandungannya baik-baik saja, ketiga orang yang saat ini berada di kamar VVIP itu langsung bernapas lega.“Meskipun baik-baik saja, tapi tingkat stresnya tetap harus dijaga,” lanjut dokter menjelaskan kondisi psikis Mai yang memang harus tetap diperhatikan karena tengah hamil besar. “Karena dampaknya, tidak akan baik bagi kondisi janin.”Manik Sinar dan Pras kompak menatap Raj dengan sebuah tanda tanya besar. Tampaknya, rumah tangga putrinya dengan Raj, sedang tidak baik-baik saja. Kalau Mai tidak stres, tidak mungkin putri mereka itu akan terdampar di rumah sakit seperti sekarang.“Baik, Dok, terima kasih,” ucap Sinar dan sang dokter itu berlalu dari ruang rawat inap tersebut. Menyisakan keempat orang yang kini saling pandang dalam diam.“Stres?” Pras menghampiri sang putri lalu duduk di tepi tempat tidurnya. “Kalian berdua bertengkar?”

  • My Arrogant Lawyer   Terima Akibatnya

    Raj memang sengaja pulang terlambat. Bahkan, Raj pulang ke rumah saat langit sudah berubah kelam. Hatinya masih merasa kesal karena kejadian siang tadi. Ia bahkan sampai melupakan, kalau sudah membayar kamar hotel yang akan ditempati malam ini bersama sang istri.Ketika roda empatnya sudah berhenti di depan pagar, Raj mengernyit memandang rumahnya yang gelap gulita. Tidak mungkin kalau Mai belum pulang sampai semalam ini. Atau, Raj telah melewatkan sesuatu?Mengeluarkan ponselnya dari saku jas, Raj meneliti satu pesatu telepon masuk beserta chat yang ia terima dari siang sampai detik ini. Namun, tidak ada nama istrinya di dalam sana.Atau, jangan-jangan telah terjadi sesuatu dengan Mai di dalam sana?Bulu kuduk Raj merinding seketika membayangkannya. Ia buru-buru keluar, membuka pagar dan masuk ke dalam rumah dengan tergesa. Menyalakan seluruh penerangan yang ada dan mencari sang istri di setiap sudut rumah.“Mi …”Setelah

  • My Arrogant Lawyer   Rawat Inap

    “Ke rumah sakit, Pak,” titah Mai setelah Ibam masuk ke dalam mobil dan sudah berada di belakang kemudi.“Ke rumah sakit?” tanya Ibam membalik badan seraya memasang sabuk pengaman. “Rumah sakit mana, Bu? Tadi kata pak Raj, saya disur—”“Ke rumah sakit ibu dan anak,” putus Mai lalu menyebutkan nama rumah sakit yang biasa ia kunjungi setiap bulannya untuk kontrol kandungan. “Nanti sampai sana, Pak Ibam bisa pulang aja.”“Loh, Bu? Kena—”“Jangan bilang sama pak Raj, kalau saya di rumah sakit.” Mai kembali memotong ucapan Ibam. “Udalah Pak, jalan aja. Saya capek banget mau ngomong.”“I-iya, Bu.” Ibam mana berani membantah. Ia langsung melajukan mobilnya ke tempat yang sudah disebut oleh sang majikan. Meskipun banyak tanya yang ada di kepala, tapi Ibam tidak berani bertanya ketika mood Mai terlihat buruk seperti sekarang.Selama

DMCA.com Protection Status