Share

Firasat

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 “Ini, kita mau ke mana lagi, Mbak?” tanya sang sopir yang sudah berkeliling tanpa tujuan hampir satu jam lamanya.

Mai menggigit bibir bawah bagian dalamnya untuk berpikir. “Taman deket-deket sini ada gak, Pak. Saya mau sarapan.”

Berpikir sejenak. Tidak lama kemudian, sang sopir itu pun mengangangguk. Tidak berani membantah, ataupun bertanya mengenai masalah yang tengah dihadapi salah satu atasannya itu. Ia hanya tahu, kalau semua yang dilakukannya bersama Mai pagi ini, haruslah disimpan dalam diam. 

“Ada Mbak,” jawab sang sopir. “Mbak Mai mau ke sana?”

“Iya, Bapak sudah sarapan?” Mai bertanya balik. Khawatir kalau sang sopir hotel tersebut, ternyata belum sarapan pagi ini.

“Sudah, Mbak.”

Kanietha

Yang sudah DM tapi belum ngasih nomor ID, buruan yakk, ditunggu ampe besook... Thanks a bunch .... kisseedd ....

| 2
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (17)
goodnovel comment avatar
creamy cheese
dobel up thor... ini dah bolak balik buka nunggu update an nya
goodnovel comment avatar
Indra Fatiria
tetaplah pada Raj..tolong Mai jgn egois dong
goodnovel comment avatar
Zakiatul Mar'ah
Semoga Mai benaran hamil
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Arrogant Lawyer   Darah Tinggi

    Wajah datar itu menarik sudut bibirnya dengan sorot mata yang berbinar. Melihat dua garis yang muncul, pada alat tes kehamilan yang baru saja dibeli beberapa saat yang lalu.Untuk pertama kalinya di dalam hidup Mai, ia merasa bingung dan tidak tahu, apa yang harus dilakukan selanjutnya. Letupan rasa bahagia itu, benar-benar bertumpah ruah di dalam dada.Setelah membeli tespek di apotek, Mai memutuskan untuk membuka kamar di sebuah hotel berbintang. Tentunya, bukan salah satu milik dari keluarga besarnya. Untuk itulah, Mai kali ini merasa bingung, harus ke mana melampiaskan kebahagiaan yang dirasakannya saat ini.Keluar dari kamar mandi, Mai langsung duduk di tepi ranjang. Meraih ponsel yang tergeletak di sana lalu mengaktifkannya. Sejak kaki Mai melangkah ke luar dari kamar pengantinnya pagi tadi, ia langsung memati

  • My Arrogant Lawyer   Permainan Mai

    Raj hanya duduk, diam di sudut tempat tidur. Bersila sekaligus bersedekap, melihat Mai menyantap semua makanan dengan begitu lahap. Selama hidup bersama Mai, baru kali ini Raj melihat Mai makan seperti itu. “Gitu, yang katanya sudah sarapan?” sindir Raj, tapi tidak dipedulikan oleh Mai. “Ambilin minum,” titah Mai memberi lirikan tajam pada Raj sembari terus saja melahap makanannya. Satu porsi chicken wings yang baru dibeli Raj itu, sudah ia habiskan terlebih dahulu. “Air putih anget, jangan yang dingin.” “Kamu bisa ambil sendiri, kan?” balas Raj yang tidak ingin diperintah semena-mena oleh sang istri, yang tidak menawarinya makanan sedari tadi. “Kepalaku masih pusing,” ungkap Mai beralasan. “Kamu pengen aku turun sendiri terus jatuh dari tangga? Begitu?”

  • My Arrogant Lawyer   Guling Hidup

    “Udah enakan?” Raj masuk ke dalam kamar dengan membawa segelas susu hangat. Meletakkan cairan putih itu di atas nakas lalu duduk di tepi tempat tidur. Mai yang baru selesai mandi, dan masih melakukan ritual malamnya di depan meja rias itu, berbalik. Sedikit memicing, untuk memastikan sesuatu yang dibawa masuk ke dalam kamar oleh sang suami. “Itu, susu?” tanya Mai sedikit bingung, karena selama hidup besama Raj, pria itu tidak pernah minum susu sama sekali. Sedangkan Mai, hanya minum susu ketika hendak berangkat kerja saja. “Iya, susumu.” Raj kembali memasang wajah jahilnya. Tatapannya pun langsung menyasar pada dada sang istri yang masih berbalut bathrobe. Mai berdecak kecil mendengar jawaban Raj. “Kamu yang minum?” Waja

  • My Arrogant Lawyer   Stok Sabar

    “Mai …” Suara yang begitu lembut dan penuh kasih sayang itu terngiang berkali-kali di telinga Mai. Mengalun merdu dan mengingatkan Mai di masa kecilnya dahulu kala. Terlebih, usapan hangat yang berulang-ulang di kepalanya, sungguh membuat Mai sangat merasa nyaman. Namun, semakin ke sini, suara itu semakin nyata. Berikut dengan belaian yang terjatuh di kepalanya. Sehingga, mau tidak mau Mai membuka kelopak matanya dengan perlahan. Mengerjab berkali-kali, lalu mengusap sepasang manik bening itu dengan tidak percaya. “Enda?” lirih Mai dengan suara serak dan merasa enggan bangkit dari tempat tidurnya. “Ngapain ke sini?” Mai menyentuh tangan sang bunda yang kini berhenti di sisi wajahnya. Manik Mai lantas memicing, untu

  • My Arrogant Lawyer   Cicilan Rumah

    Raj mencebik tipis di sepanjang koridor rumah sakit bersalin. Setelah keluar dari ruang pemeriksaan beberapa saat lalu, istrinya itu malah menempel manja dengan sang ayah. Sementara Raj, hanya sibuk menerima nasib, karena Mai tidak pernah sekali pun bersikap demikian kepadanya. Sebenarnya, apalagi yang kurang dari dirinya selama ini. Semua hal sudah Raj beri dengan sepenuh hati pada Mai. Namun, istrinya itu …. Raj sendiri masih bingung untuk mengartikan sikap Mai selama ini. Di satu sisi, istrinya itu, selalu ketus kepadanya. Namun, di sisi yang berbeda, Mai selalu melayani semua keperluan Raj dan benar-benar menjadi istri yang tidak bisa dicela. “Vitaminnya, jangan sampai lupa di minum,” pesan Sinar ketika mereka sudah sampai di parkiran rumah sakit. “Cucu Oma sehat-sehat, ya!” seru Sinar bersemangat dengan mengusap perut Mai yang masih rata. “Ehm! Cucu Opa juga,” sambar Pras tidak mau kalah dengan Sinar, meskipun wajahnya tetap saja terl

  • My Arrogant Lawyer   Papi

    Tanpa ingin membuang waktu, ketika keduanya sudah kembali dari rumah orang tua Raj, Mai langsung menghubungi Dara. Meminta wanita itu untuk datang menemuinya di kediaman Raj, untuk membicarakan perihal penjualan rumah yang saat ini ingin sekali dibeli oleh Mai. Butuh waktu hampir satu jam bagi Dara untuk sampai di komplek perumahan tersebut. Ia langsung pergi ke rumah Raj dan berbicara dengan sepasang suami istri itu. “Sorry, ya, aku gak bisa dateng waktu kalian nikah,” ucap Dara seraya menyodorkan sebuah paper bag di atas meja. Karena membeli barang itulah, Dara membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk sampai di ruma Raj. “Aku baru aja pulang dari Bali tadi pagi.” Raj yang mengembangkan senyumnya pada Dara, langsung mendapat lirikan tajam dari sang istri. Sehingga, senyum tersebut akhirnya luntur seketika.&nbs

  • My Arrogant Lawyer   Sebuah Ancaman

    Ada yang berbeda pagi ini. Mai tidak memoles wajah seperti biasanya ketika hendak berangkat kerja. Raj tidak melihat sapuan lipstik di atas bibir yang selalu menggoda itu. Pun dengan bagian mata, tidak ada warna apapun terlukis di sana. Terlebih, surai tebal yang biasanya Mai ikat itu, kini tergerai dan jatuh dengan bebas di punggung wanita itu. “Mi …” ucap Raj yang otomatis mengubah panggilannya pada Mai. Karena istrinya itu, sekarang memanggilnya dengan sebutan papi. Untuk itu, Raj akhirnya juga mengubah panggilannya menjadi mami. “Kamu berangkat kerja seperti ini?” Mai berdiri setelah mengusap lip balm pada bibirnya. “Iya, emang kenapa? Mau bilang aku gak cantik!” “Eh, enggak, enggak!” Raj buru-buru meralat sikapnya dan mengibaskan kedua tangan di depan dada dengan cepat. “Cantik! cantik banget malah! Na

  • My Arrogant Lawyer   Anjing dan Kucing

    Sesuai janji, siang ini Mai akan bertemu dengan Dara di sebuah restoran, untuk melihat kelengkapan surat kepemilikan rumah yang akan dibelinya. Berhubung sang pemilik rumah harus pergi keluar kota, maka semua hal akhirnya dilimpahkan pada Dara untuk sementara waktu.Selain itu, Mai juga ingin membicarakan mengenai desain baru rumah tersebut dengan Dara. Biar wanita itu yang mengurus semuanya dan Mai hanya ingin tahu bersihnya saja, tanpa mau repot-repot lagi setelahnya.Suara siulan panjang terdengar ketika Mai tengah menyantap sup buntut miliknya terlebih dahulu. Selagi menunggu Dara, Mai lebih dulu memesan makanan karena perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi.“Kita itu, sering banget kebetulan ketemu begini, apa jodoh, barangkali.”Endy, tanpa

Bab terbaru

  • My Arrogant Lawyer   TamaT

    Hola Mba beb ...My Arrogant Lawyer beneran tamat, kok. :D :D :DMeskipun saia juga gak rela, tapi, udah waktunya mup~on. Jadi cukup sekian dan terima kasih banyak sudah nemeni Pras sama Sinar sampai beranak pinak di GoodNovel.Sediih ... karena buat saia pribadi, Pras sama Sinar emang tokoh yang paling EUGH!, sampai saia bawa karakter mereka ke GN dengan cerita yang berbeda.Udahan curcolnya, eheheh ... Dan seperti janji saia waktu itu, ada hadiah tambahan untuk top fans setelah MAL tamat yakk. Datanya saia ambil per tanggal 20 Jan 2022 tepat pukul 20.00 WIB 1. Shifa Chibii : 500 koin GN + pulsa 200rb2. Fidyani - : 500 koin GN + pulsa 200rb3. Rafa Damanhuri : 300 koin GN + pulsa 150rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan kirim screenshood ID lewat DM Igeh @kanietha_Kok top fans 1 dan 2 sama dapatnya? Karena total gem yang diberikan ke MAL jumlahnya sama, jadi biar fair, yakk. Saia tunggu konfirmasi sampai hari minggu ya, jadi senin bisa

  • My Arrogant Lawyer   Benar-benar dicintai

    Pagi yang sibuk. Seperti itulah gambaran hari libur yang selalu dihadapi oleh Mai selama lima tahun belakangan ini. Setelah bangun di pagi hari, ia akan selalu menuju dapur terlebih dahulu untuk membuat camilan juga sarapan, untuk dua orang penghuni yang masih tertidur dengan begitu lelap. Di hari libur seperti ini, putri Mai pasti akan mengungsi ke kamarnya dan mereka akan selalu berakhir dengan tidur bertiga. Meskipun ingin protes karena jatah malamnya akan berkurang, tapi Raj tidak bisa menolak jika putri kecil mereka sudah merengek untuk minta tidur bersama. Tidak hanya itu, Raj merupakan seorang ayah yang sangat memanjakan putri semata wayang mereka itu. Apapun yang gadis kecilnya itu minta, Raj pasti akan menurutinya tanpa kata tapi. “Mamiii …” Langkah kecil yang tergesa itu berlari memasuki dapur dengan ma

  • My Arrogant Lawyer   Kebanyakan Halu

    Dengan iming-iming bahwa Rajlah yang nantinya akan mengurus bayi mereka saat malam menjelang, ketika telah lahir. Akhirnya, Mai setuju untuk bertahan dan melahirkan secara normal. Meskipun, banyak drama yang diciptakan dan entah sudah berapa luka serta cubitan yang telah diterima, Raj hanya pasrah saja. Karena ada masanya nanti, ia akan membalas semua ‘dendam’ saat ini pada Mai. Tunggu saja saat masa nifas istrinya itu selesai, maka Raj benar-benar akan membalasnya. Sampai pada akhirnya, Raj benar-benar terhenyak ketika kuku-kuku nan lentik dan terawat itu kembali menusuk pada luka yang sama. Hanya saja, kali ini tancapan kelima jemari itu lebih bertenaga dari yang sudah-sudah. Ditambah, jeritan sang istri yang sangat panjang itu, ternyata mengakhiri semua perjuangan seorang Mai. Seorang bayi perempuan nan cantik, akhirnya lahir ke dunia dengan penuh perjuangan. Mendengar tangis pertama yang begitu kencang dari bayi mungil mereka, membuat Raj seketika menitikkan air

  • My Arrogant Lawyer   Pendengar Setia

    Begitu keluar dari mobil yang berhenti di depan lobi pintu rumah sakit, Sinar langsung menelepon Raj untuk bertanya mengenai kamar yang Mai tempati saat ini. Namun, satu hal yang membuat Sinar akhirnya menggelengkan kepala, karena putri dan menantunya itu masih berada di sebuah restoran Padang. Mai masih belum mau beranjak dari sana, karena beralasan perutnya masih terlalu penuh, sehingga enggan untuk melangkah. Pada akhirnya, Sinar dan Pras hanya bisa menjenguk Sila untuk sementara sembari menunggu Mai sampai ke rumah sakit. Sebenarnya, Sinar hendak mengomeli Qai karena tidak memberinya kabar sama sekali mengenai kondisi Sila. Putranya itu juga tidak mengangkat, ketika Sinar meneleponnya. Hingga rasa penasaran bercampur kesal, kini hendak ia luapkan pada putranya itu, sampai Sinar merasa puas. Namun, setelah Sinar dan Pras masuk ke dalam ruangan yang ditempati Sila saat ini, semua rasa kesal itu akhirnya hilang. Melihat Sila yang benar-benar terbarin

  • My Arrogant Lawyer   Kapan Lagi

    Pikiran Sinar dan Pras kali ini benar-benar terpecah. Sungguh merasa tidak nyaman dengan Bira dan sang istri. Setelah pagi tadi Qai tidak bisa menghadiri pernikahan, karena harus menjaga Sila yang mendadak pingsan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Kini, Raj menelepon untuk mengabarkan hal yang sama. Tidak bisa menghadiri akad nikah yang akan berlangsung, karena kondisi Mai yang mulai kontraksi dan harus berangkat ke rumah sakit. “Gimana?” tanya Pras setelah Sinar kembali menelepon Raj. “Ini lagi mau jalan ke rumah sakit.” Sinar meraih tangan Pras dan meremasnya dengan kuat. Menyalurkan kecemasan yang kini tengah menggelayut di hatinya. Melahirkan seorang anak ke dunia tidak akan pernah mudah. Untuk itulah, rasa cemas di hati Sinar kini semakin menjadi-jadi. “Sudah ngomong sama Bira?” Pras mengangguk. “Sudah, setelah akad nikah selesai. Kita langsung ke rumah sakit.” “Aku gak enak sama Bira kalau begini,” keluh Sinar. “Terus maumu itu bagaima

  • My Arrogant Lawyer   Alasan Terbaik

    Sejak kejadian hari itu, Raj sangat berhati-hati dalam mengeluarkan ucapannya. Semua Raj lakukan demi calon putrinya, demi Mai dan tentu saja demi keluarga kecilnya. Mengingat wajah Pras ketika mengancamnya kala itu, hati Raj juga sempat waswas dengan nasibnya jika Mai sampai tidak ingin berbaikan dengannya. Bukan karir yang Raj permasalahkan, tapi, nasib rumah tangga yang sudah pasti akan tercerai berai. Apalagi, jika nantinya ia tidak bisa bertemu dengan istri dan anaknya ketika telah terlahir ke dunia. Hanya satu hal itu yang Raj cemaskan, ketika sang mertua sempat memberi ancaman sedemikian rupa. Namun, nasib akhirnya berpihak pada Raj. Sang istri ternyata tidak sesulit itu ketika dibujuk. Bahkan, jika dipikir lagi, Mai itu cenderung penurut meskipun harus banyak drama yang tercipta sebelumnya. Asal kemauannya dituruti, maka dunia akan aman sejahtera. Hanya itu kuncinya jika ingin berhasil saat bernegosiasi dan berhadapan dengan Mai. Masalah hati, R

  • My Arrogant Lawyer   Cuti

    Begitu mendengar penjelasan dokter, mengenai kondisi Mai dan kandungannya baik-baik saja, ketiga orang yang saat ini berada di kamar VVIP itu langsung bernapas lega.“Meskipun baik-baik saja, tapi tingkat stresnya tetap harus dijaga,” lanjut dokter menjelaskan kondisi psikis Mai yang memang harus tetap diperhatikan karena tengah hamil besar. “Karena dampaknya, tidak akan baik bagi kondisi janin.”Manik Sinar dan Pras kompak menatap Raj dengan sebuah tanda tanya besar. Tampaknya, rumah tangga putrinya dengan Raj, sedang tidak baik-baik saja. Kalau Mai tidak stres, tidak mungkin putri mereka itu akan terdampar di rumah sakit seperti sekarang.“Baik, Dok, terima kasih,” ucap Sinar dan sang dokter itu berlalu dari ruang rawat inap tersebut. Menyisakan keempat orang yang kini saling pandang dalam diam.“Stres?” Pras menghampiri sang putri lalu duduk di tepi tempat tidurnya. “Kalian berdua bertengkar?”

  • My Arrogant Lawyer   Terima Akibatnya

    Raj memang sengaja pulang terlambat. Bahkan, Raj pulang ke rumah saat langit sudah berubah kelam. Hatinya masih merasa kesal karena kejadian siang tadi. Ia bahkan sampai melupakan, kalau sudah membayar kamar hotel yang akan ditempati malam ini bersama sang istri.Ketika roda empatnya sudah berhenti di depan pagar, Raj mengernyit memandang rumahnya yang gelap gulita. Tidak mungkin kalau Mai belum pulang sampai semalam ini. Atau, Raj telah melewatkan sesuatu?Mengeluarkan ponselnya dari saku jas, Raj meneliti satu pesatu telepon masuk beserta chat yang ia terima dari siang sampai detik ini. Namun, tidak ada nama istrinya di dalam sana.Atau, jangan-jangan telah terjadi sesuatu dengan Mai di dalam sana?Bulu kuduk Raj merinding seketika membayangkannya. Ia buru-buru keluar, membuka pagar dan masuk ke dalam rumah dengan tergesa. Menyalakan seluruh penerangan yang ada dan mencari sang istri di setiap sudut rumah.“Mi …”Setelah

  • My Arrogant Lawyer   Rawat Inap

    “Ke rumah sakit, Pak,” titah Mai setelah Ibam masuk ke dalam mobil dan sudah berada di belakang kemudi.“Ke rumah sakit?” tanya Ibam membalik badan seraya memasang sabuk pengaman. “Rumah sakit mana, Bu? Tadi kata pak Raj, saya disur—”“Ke rumah sakit ibu dan anak,” putus Mai lalu menyebutkan nama rumah sakit yang biasa ia kunjungi setiap bulannya untuk kontrol kandungan. “Nanti sampai sana, Pak Ibam bisa pulang aja.”“Loh, Bu? Kena—”“Jangan bilang sama pak Raj, kalau saya di rumah sakit.” Mai kembali memotong ucapan Ibam. “Udalah Pak, jalan aja. Saya capek banget mau ngomong.”“I-iya, Bu.” Ibam mana berani membantah. Ia langsung melajukan mobilnya ke tempat yang sudah disebut oleh sang majikan. Meskipun banyak tanya yang ada di kepala, tapi Ibam tidak berani bertanya ketika mood Mai terlihat buruk seperti sekarang.Selama

DMCA.com Protection Status