Home / Romansa / My Arrogant Husband / 4. Siapa Tunanganku?

Share

4. Siapa Tunanganku?

last update Last Updated: 2021-08-15 15:32:29

"Tiga hari? Dokter Alex? Siapa dia?" tanya Ipeh kebingungan.

"Dokter Alex, kan, tunangan Anda, apa Anda lupa, Nona?" tanya Perawat itu lagi sambil mengerutkan keningnya.

"Hah?" Ipeh bengong.

'Kenal juga nggak, kenapa bisa jadi tunanganku? Who the hell is he?' tanya Ipeh di dalam hatinya.

"Apa ini efek kecelakaan, ya," gumam perawat itu, menatap Ipeh yang terlihat kebingungan.

"Tunggu sebentar, Nona, saya akan memanggil Dokter Irwan ke sini," ucap Perawat itu lagi lalu bergegas keluar dari ruang perawatan Ipeh.

"Sus ... tunggu dulu ... Sus ...," teriak Ipeh, tetapi perawat itu berlari dengan cepat, mengabaikan panggilan gadis cantik itu.

"Yaah, dia pergi ... padahal, kan, aku haus! Sepenting itukah memanggil Dokter Irwan?" keluh Ipeh sambil mengerucutkan bibirnya.

Dia menatap tombol merah yang masih dipegangnya tetapi tidak menekannya karena tidak ingin terlalu merepotkan perawat yang lain. Dia tahu selain dirinya, pasti banyak pasien lain yang lebih membutuhkan bantuan perawat. Jadi gadis itu hanya terdiam menunggu perawat tadi yang akan datang bersama seseorang yang bernama Dokter Irwan.

"Mungkin dia sedang memanggil dokter spesialis yang merawatku, baiklah tunggu aja. Orang sabar disayang Allah," ucapnya, menghibur diri sendiri.

Sepuluh menit kemudian, perawat tadi datang bersama seorang dokter yang berusia kira-kira lima puluh tahunan. Perawat itu kembali menjelaskan situasinya pada Sang Dokter tanpa bisa disela oleh Ipeh.

"Jadi Nona tidak mengingat apapun?" tanya Dokter Irwan sambil menatap Ipeh dengan intens

"Oh, tidak, Dok, ingatan saya baik-baik saja, saya mengingat semuanya dengan jelas! Saya juga masih ingat kalau jengkol dan usus ayam itu makanan favorit Emak di kampung!" Ipeh tersenyum percaya diri.

"Ah, begitu!" Sang Dokter memaksakan diri untuk tersenyum dengan berita tidak penting itu, kemudian melanjutkan pertanyaannya.

"Tapi tadi Nona mengatakan tidak mengenal Dokter Alex, tunangan Nona," sanggah Perawat tadi tidak mau kalah.

"Iya ... kecuali bagian itu yang tidak saya ingat. Saya pastikan tidak kenal dan tidak tahu wajah Dokter Alex itu seperti apa, sumpah! Pastinya dia orang asing buat saya, hehe ... " Ipeh berbicara dengan jujur, wajahnya dibuat semeyakinkan mungkin.

Perawat itu tercengang sedangkan Dokter Irwan terdiam menatap Ipeh.

'Kenapa reaksi mereka seperti itu? Aku nggak bereinkarnasi atau transmigrasi ke dunia lain kayak kisah-kisah dalam novel atau manhwa, kan?' Ipeh ikut terbawa suasana dan mengingat kisah dalam novel-novel yang sering dia baca. Dia mulai meragukan dirinya sendiri.

'Apa aku lupa sesuatu ...? Ah, nggak mungkin! Rasanya terlalu absurd membayang jadi orang pelupa! Aku sehat!' Ipeh meyakinkan dirinya sendiri.

Merasa berada di situasi yang terasa canggung karena hanya ada keheningan dan detak jam di dinding, gadis itu menoleh ke arah perawat yang masih terdiam menatapnya sambil menutup mulut dengan telapak tangannya.

'Drama banget, sih, Sus.' Ipeh mengerutkan keningnya melihat reaksi berlebihan dari perawat itu.

"Sus, boleh minta tolong ambilkan air minum? Saya haus," pinta Ipeh, dia merasa sudah diambang dehidrasi walaupun itu hanya imajinasinya saja, karena jarum infus terpasang dengan baik di punggung tangannya dan cairan infus pun mengalir dengan lancar ke dalam tubuhnya.

"Ah, iya sebentar saya tuangkan." Perawat itu tersadar, kemudian menghampiri meja di sebelah tempat tidur Ipeh yang penuh dengan berbagai macam makanan dan minuman seperti roti, donat, kue, makanan ringan, susu, madu, jus, sari kurma dan air mineral dari berbagai merek terkenal.

'Hyperapril pindah ke sini,' gumam Ipeh menatap begitu banyak makanan dan minuman berada di meja besar, sebelah tempat tidurnya. Membuat gadis itu menelan salivanya beberapa kali.

'Kurasa asal nggak menyentuhnya, aku nggak perlu membayar, benar, kan? Biasanya begitu di rumah makan padang.' Ipeh kembali melakukan monolog di dalam hatinya. Dia pusing kalau harus menghitung berapa banyak yang harus dia bayar untuk biaya rumah sakit plus makanan yang disajikan di ruangan itu.

"Terima kasih, Sus," ucap Ipeh, tersenyum.

'Botol air mineral seperti ini biasanya gratis, kan?' pikirnya.

"Sama-sama, jangan sungkan, Nona. Semua perawat di sini siap membantu Anda setiap saat." Perawat itu memperlihatkan senyum terbaiknya.

"Terima kasih." Ipeh kembali tersenyum.

"Sus, setelah Nona ini mengisi perut, dan minum obat. Bawa dia ke ruangan EEG dan MRI, kita harus memastikan seberapa parah cedera di kepalanya, sepertinya dia terkena amnesia parsial. Jangan lupa telepon Dokter Alex dan jelaskan kondisi tunangannya," jelas Dokter Irwan.

"Baik, Dok!" Perawat itu mengangguk.

"Tapi, Dok, saya sehat, kok. Ingatan saya baik-baik saja, tidak usah melakukan pemeriksaan yang mahal seperti itu. Jujur saya juga tidak sanggup membayar biaya kamar ini lagi, kalau bisa saya ingin pindah ke kelas dua, hari ini juga, hehe ...." Ipeh berusaha menolaknya, dia tahu MRI dan EEG itu seperti apa karena pernah menemani ibunya melakukan pemeriksaan seperti itu dan dia jelas tidak mau melakukan atau membayarnya.

'Kenapa harus buang-buang uang untuk hal yang nggak penting, dikira uang bisa dipetik dari pohon, apa!' Ipeh ingin sekali mengatakan hal itu pada perawat dan dokter di depannya tapi ditahannya di dalam hati karena dia masih memerlukan perawatan medis.

Dokter Irwan kembali terdiam menatap Ipeh untuk beberapa saat.

"Sus, tolong informasikan perawat yang lain untuk mempersiapkan semuanya. Saya merasa Nona ini memang perlu melakukan EEG dan MRI secepatnya!" tegas Dokter Irwan.

Ipeh membelalakkan matanya.

'Kurasa Dokter ini yang harus diperiksa otaknya!' serunya di dalam hati.

"Baik, Dok," ucap Perawat yang sedang memberikan gelas berisi air mineral pada Ipeh.

"Tapi, Dok ...." Belum selesai berbicara, ucapan Ipeh langsung dipotong oleh Dokter Irwan.

"Kita bertemu lagi di ruang MRI ya, Nona. Dengan sangat menyesal saya harus pergi dahulu karena harus melakukan visite pada pasien yang lain. Ingat untuk makan dan minum yang banyak, agar tubuh dan ingatannya cepat pulih, ya, permisi ...." Dokter Irwan langsung keluar ruangan tanpa mendengar penolakan Ipeh.

Ipeh mengerucutkan bibirnya.

'Orang-orang di sini keras kepala semua!" gumamnya di dalam hati.

"Ini makanannya tolong dihabiskan, ya, Nona, karena Anda harus memulihkan tubuh dan ingatan Anda secepat mungkin, kasihan Dokter Alex kalau tahu Anda melupakannya." Perawat itu mengulangi nasihat Dokter Irwan sambil menaruh meja kecil penuh makanan di hadapan Ipeh.

Mahasiswi jurusan manajemen bisnis itu hanya menghela napas, dia sadar apapun yang ucapkannya tidak akan didengar oleh perawat itu.

"Terima kasih, Sus," ucapnya.

"Baiklah, saya permisi sebentar. Kalau sudah selesai makannya tolong tekan tombol merah lagi ya. Ada obat yang harus diminum setelah makan," jelas Perawat itu.

"Iya." Ipeh mengangguk dan perawat itu melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

"Eh, tunggu, Sus!" seru Ipeh.

"Iya, Nona, apa ada yang lain?"

"Mmm ... bisa tolong ambilkan tas saya? Saya tidak tahu tasnya di simpan di mana."

"Oh, baik ... tunggu sebentar." Perawat itu mulai membuka setiap laci, lalu menyerahkan barang pribadi pasiennya itu.

"Terima kasih, Sus."

"Sama-sama, apa ada hal lain yang perlu dibantu lagi?"

"Tidak, Sus, terima kasih."

"Baiklah, saya permisi dulu." Perawat itu tersenyum sebelum meninggalkan ruang perawatan Ipeh.

"Iya." Ipeh membalas senyumannya.

Setelah perawat itu pergi, dia mulai menghubungi teman-teman, dosen-dosen, dan bos-bosnya untuk menjelaskan keadaannya saat ini serta meminta ijin atas ketidakhadirannya sampai kondisi kesehatan pulih kembali.

Mereka semua terkejut dan khawatir, tetapi setelah diyakinkan bahwa dia menerima perawatan terbaik, mereka merasa lega dan memaklumi keadaan Ipeh serta memberinya dispensasi.

Setelah memberi kabar pada orang-orang terdekatnya kecuali pamannya, Ipeh kembali fokus pada makanannya.

"Kurasa satu-satunya jalan adalah makan yang banyak, jadi sehat, dan keluar dari rumah sakit aneh ini secepatnya!" seru Ipeh, dia memaksakan diri memasukkan makanan ke dalam mulutnya yang terasa pahit.

Setelah makan, minum obat dan melakukan rangkaian pemeriksaan yang melelahkan karena menunggu antrian, akhirnya Ipeh kembali ke ruang perawatannya. Seorang perawat langsung menyajikan makan malam untuknya.

Ipeh berterima kasih dan memakannya tanpa banyak bicara. Dia semakin fokus pada tujuannya untuk menjadi sehat dan keluar dari rumah sakit itu secepatnya karena saat meminta pindah ruangan lagi ke kelas dua pun, dia langsung ditolak mentah-mentah dengan alasan ruangannya penuh. Saat berusaha menelan makanan yang masih terasa pahit, sayup-sayup terdengar percakapan dua perawat yang lewat di luar ruangannya. Mereka membicarakannya dan tunangan gaibnya, Dokter Alex.

"Bagaimana bisa tunangan Dokter Alex meminta dirawat di kelas dua, bisa-bisa kita langsung dipecat!" bisik salah satu perawat.

"Benar kata Dokter Irwan, otak gadis itu bermasalah, aku merasa kasihan pada Dokter Alex," ucap perawat yang lain.

Ipeh berdecak mendengarnya.

'Siapa sih sebenarnya Dokter Alex itu? Kenapa dia mempersulit hidupku ... aaarg!' Ipeh menahan amarah di dalam hatinya.

Setelah selesai makan, Ipeh membersihkan tubuhnya dan menyikat giginya, dibantu oleh salah satu perawat yang bertugas malam itu kemudian menonton televisi sebentar sebelum beristirahat.

***

Pada tengah malam, di hari keempat Ipeh di rumah sakit, terdengar pintu ruangannya dibuka oleh seseorang. Ipeh yang sensitif pada suara mulai membuka matanya dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul satu malam.

'Siapa yang datang di tengah malam begini?' Ipeh merasa heran karena biasanya perawat datang jam sebelas malam dan tiga pagi untuk mengganti infusan.

Gadis itu memicingkan matanya dalam gelap, ada bayangan seseorang di dekat pintu.

Tiba-tiba lampu di ruangan itu dinyalakan dan Ipeh terkejut melihat seseorang dengan darah di pakaiannya.

"Si-siapa kamu?" tanya Ipeh terbata-bata karena ketakutan.

Bersambung✍️

Related chapters

  • My Arrogant Husband   5. Siapa Dia?

    "Si-siapa kamu?" tanya Ipeh dengan suara terbata-bata karena ketakutan, bulu kuduknya langsung berdiri. Dia teringat cerita tentang pembunuh berdarah dingin yang datang tengah malam di salah satu novel favoritnya.Tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ipeh, laki-laki itu mulai mendekati tempat tidur pasien. 'Suara langkah kakinya sama menyeramkan ya dengan penampilannya!' Ipeh refleks menyusut ke ujung tempat tidurnya.Suasana yang sunyi, langkah kaki yang tegas serta tatapan tajam yang mendominasi membuat Ipeh semakin gentar. Jantungnya berdebar dengan kencang, keringat dingin mulai membasahi kedua telapak tangannya yang memegang ujung bedcover dengan kuat."A-apa maumu? Ja-jangan berani macam-macam!" seru Ipeh, memberanikan diri menatap tajam pada laki-laki yang kini sudah berdiri di depan tempat tidurnya. Gadis cantik itu bergegas menekan tombol merah yang ada di sampingnya.Laki-laki itu hanya terdiam melihat gerak-gerik Ipeh, sambil menyilangkan tangannya.Tidak berapa lama

    Last Updated : 2021-09-28
  • My Arrogant Husband   6. Pria Menyebalkan

    "Karena kamu yang akan menghabiskannya, jadi tentu saja kamu yang harus membayar. Setidaknya aku sudah berbaik hati menyelamatkan nyawamu dan membawamu ke sini. Aku juga mempertaruhkan nama baikku untuk jadi tunanganmu, bahkan memberikan cicilan tanpa bunga. Apa kamu gadis yang tidak tahu terima kasih?" Alex menatap langsung ke arah kedua mata Ipeh, menegaskan kalau ucapannya tidak boleh dibantah.Ipeh terdiam karena ucapan Alex benar. Gadis itu menatap lekat laki-laki di hadapannya.'Apa dia seorang model? Kenapa terlihat tampan sekali! Andai sikapnya sebaik wajahnya, pasti ....' Selama beberapa detik, Ipeh tidak mengedipkan matanya, terpesona oleh ketampanan Alex.Suara benda jatuh yang cukup mengejutkan terdengar dari di luar ruang perawatan mengembalikan jiwa Ipeh dari dunia mimpinya.'Astagfirullah, apa yang aku pikirkan! Bisa-bisanya memuji si lintah darat ini! Dia orang terjelek di dunia!' tegasnya di dalam hati."Tapi itu makanan mahal semua, kamu bawa pulang dan makan sendiri

    Last Updated : 2021-09-28
  • My Arrogant Husband   7. Salah Perhitungan

    "Maaf, tapi saya tidak akan membayar tagihannya sepersen pun, karena semuanya adalah tanggung jawab Dokter Alex sebagai orang yang sudah menabrak saya. Tolong sampaikan pada beliau bahwa saya memiliki bukti CCTV kecelakaan pada hari itu. Oya, terima kasih coklatnya, Anda baik sekali." Ipeh mengambil coklat batangan dari tangan Marco sambil memberikan senyuman terbaiknya.Marco menatap Ipeh dengan wajah datar, memastikan gadis di hadapannya tidak melihat kepanikannya."Apa Anda yakin ini yang terbaik," ucap Marco lagi, memberi kesempatan Ipeh untuk berubah pikiran dan meminta maaf."Tentu saja, Dokter Alex seharusnya bersyukur karena saya tidak melapor pada polisi atau memberi tahu kejadian saat itu pada media," ucap Ipeh, tersenyum tipis.Sekretaris Alex itu mengatur napasnya beberapa kali sebelum berbicara lagi dengan gadis keras kepala itu."Baiklah kalau itu keputusan Anda, kalau begitu saya pergi dulu. Saya harap Nona Devi siap dengan setiap konsekuensi yang akan terjadi di masa de

    Last Updated : 2021-09-29
  • My Arrogant Husband   8. Kehebohan di Rumah Sakit

    Saat itu Alex yang merasa bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa Ipeh, menggendong gadis itu turun dari mobilnya di depan IGD Rumah Sakit Permata. Para tenaga medis yang berada tidak jauh dari mobilnya terkejut melihatnya sebelum bergegas membantunya.Tidak perlu waktu yang lama untuk menciptakan kehebohan di rumah sakit itu dan saat melihat Dokter Irwan dan Dokter Erna berlari ke arahnya, Alex sedikit panik.Dokter Erna dan Dokter Irwan adalah Tante dan paman dari Alex. Mereka membesarkan Alex setelah kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan saat dia berusia sepuluh tahun."Alex, syukurlah kamu baik-baik saja! Kami berdua sangat khawatir!" seru Dokter Erna Parker. Diamini oleh Dokter Irwan Dirja, suaminya."Siapa gadis itu?" tanya Dokter Irwan yang merupakan Dokter Bedah Saraf, beliau melirik ke arah Ipeh yang sedang ditangani oleh dokter jaga di IGD."Dia, tunanganku!" seru Alex tanpa banyak berpikir. "Tunangan?" Dokter Irwan terkejut."Apa dia alasan kamu menolak perjo

    Last Updated : 2021-09-29
  • My Arrogant Husband   9. My Bestie Diana

    "Tentu saja membereskan semuanya," jawab Gadis Cantik itu sambil mengedipkan salah satu matanya."Sekarang?""Tahun depan!""Hah?""Ya, sekaranglah!""Nana, apa kamu bolos kuliah?" tanya Ipeh pada gadis cantik berwajah campuran Asia dan Eropa, yang sedang cemberut itu, dia adalah sahabat Ipeh."Kamu sudah diijinkan pulang pagi ini, jadi mana bisa aku masuk kuliah! Kalau aku nggak datang, siapa yang akan mengantarmu pulang, coba," jelas Diana atau biasa dipanggil Nana, sahabat Ipeh sejak di sekolah menengah pertama."Hehe ... iya juga, makasih ya, Na." Ipeh tersenyum tanpa bisa membantahnya."Hm, aku tuh jadi khawatir kalau aku jadi pergi tahun depan, siapa yang akan menjaga gadis ceroboh sepertimu." Diana menatap Ipeh sambil melipat tangan di dadanya.Diana adalah mahasiswa kedokteran semester empat yang mengambil semester pendek demi mempercepat kelulusannya. Diana bercita-cita bisa menjadi salah satu dokter sukarelawan yang akan dikirim ke negara konflik. Dia berharap bisa bertemu de

    Last Updated : 2021-09-29
  • My Arrogant Husband   10. Siapa yang Datang?

    "Nope ... tadi sekretarisnya yang datang memberikanku tagihan seratus dua puluh juta kurang seratus rupiah dan coklat batangan yang ada di nakas sebelah tempat tidurku itu serta mendoakanku agar cepat pulih. Baik sekali, kan, mereka," jelas Ipeh memasang senyum sarkasmenya."Haha ...." Diana tertawa."Ingin aku jambak aja itu rambutnya dan banting tubuhnya bolak-balik. Sayangnya aku masih menghargai kebebasan hidupku, aku hanya merobek kertas tagihannya!" Ipeh mengetahui kalau mobil yang menabraknya adalah milik Alex berkat informasi yang dikumpulan oleh Diana.Sebelum mengetahui Alex yang telah menabrak sahabatnya. Diana ingin membayarkan biaya rumah sakit Ipeh, tetapi setelah tahu kejadian yang sebenarnya. Diana membeberkan semuanya dan menyemangati Ipeh untuk meminta ganti rugi pada Alex."Mau aku balaskan dendammu?" tanya Diana bersungguh-sungguh."Nope! Aku ingin membalaskan dendamku sendiri, lagipula hutang budiku padamu sudah terlalu banyak. Jangan merepotkan dirimu lagi demi ak

    Last Updated : 2021-09-29
  • My Arrogant Husband   11. Tamu Tidak Diundang

    'Kenapa dia ada di sini!' Ipeh ketakutan melihat pamannya yang datang dalam keadaan mabuk.'Darimana dia tahu kalau aku tinggal di sini? Padahal aku sudah mengganti nomor ponselku.' Diana membantu Ipeh mengganti nomor ponselnya saat sahabatnya itu masih di rumah sakit, karena pamannya Ipeh terus-menerus meminta uang.P"Peh ... buka pintu!" teriak Toni, sambil memukul-mukul pintu beberapa kali.Kostan Ipeh merupakan kontrakan dua petak yang terdiri dari tiga lantai. Sebenarnya ada gerbang masuk yang biasanya dijaga oleh dua satpam jadi tidak sembarangan orang bisa masuk, tetapi malam ini setelah acara pelelangan, kedua satpam tersebut pulang ke rumah dahulu untuk memberikan makanan pemberian Ipeh pada keluarga mereka masing-masing. Sehingga Toni bisa masuk tanpa kendala yang berarti."Buka! Om tahu kamu di dalam! Om haus, Peh!" Toni terus berteriak dan memukul-mukul pintu lagi.Ipeh bergeming. Membuka pintu sama dengan membiarkan bencana datang. Dulu saat masih tinggal bersama. Setiap

    Last Updated : 2021-09-30
  • My Arrogant Husband   12. Semua Beres Dalam Lima Menit

    Sementara itu, Alex baru keluar dari kantornya di lantai empat belas saat Marco memberitahukan Ipeh datang ke rumah sakit untuk mengganti perban. "Temannya meninggalkannya jadi dia harus pulang sendiri malam ini," ucap Marco pada atasannya."Bukan urusanku!" seru Alex."Nona Devi atau panggilan akrabnya menurut sumber terpercaya itu, Nona Ipeh terluka, sekarang sudah jam sembilan malam. Bagaimana kalau dia bertemu dengan preman di jalan atau pamannya menghadangnya saat akan masuk ke kosannya? Lagi pula di rumah sakit ini, kan, status Anda adalah tunangannya," jelas Marco mencoba mempengaruhi Alex."Ck! Kalau kamu khawatir, kamu saja yang mengantarnya pulang." Alex merasa kesal, lalu bergegas masuk lift."Tuan Muda tunggu!" Marco berlari mengejarnya tetapi terlambat, Alex langsung menutup pintu liftnya."Ya ampun!" Marco menghela napas.Di ruangan Dokter Erna, satu jam sudah berlalu tetapi Ipeh masih berteriak histeris saat Dokter Erna dan seorang perawat mencoba mengganti perbannya."

    Last Updated : 2021-10-01

Latest chapter

  • My Arrogant Husband   29. Terlalu Menyakitkan

    "Kapan kalian akan menikah?" Kakeknya Alex langung menodongkan pertanyaan yang membuat Ipeh shock. Gadis itu hanya bisa menelan ludah, matanya mencari-cari jawaban hingga bertemu dengan mata elang sang tunangan palsu. "Setelah Devi lulus kuliah, Kek," ujar Alex mantap, mendekati Ipeh dan duduk disampingnya, 'Ah, si raja tega bisa juga punya hati,' batin Ipeh saat Alex menyelamatkannya dengan jawaban tangkas yang tidak terpikirkan olehnya. Akan tetapi saat tiba-tiba tangan Alex menggenggam tangan Ipeh dengan lembut dan memberikan senyuman manis penggetar jiwa, gadis itu merasa tangannya tersengat listrik tidak kasat mata yang mengalir deras dalam darah Ipeh. 'Aduuh, ginjalku bergetar! Aku nggak tahan melihatnya! Aku butuh minum!' Setelah jantungnya menggila sejak digendong Alex dan diinterogasi oleh kakeknya Alex, kini ginjalnya benar-benar bergetar melihat senyuman malaikat milik Alex seakan pesona Alex menghisap semua kekuatan dan membuat tubuhnya kehilangan cairan. Dengan s

  • My Arrogant Husband   28. Ipeh Jadi Pusat Perhatian

    Alea semakin membenci Ipeh setelah mengetahui dirinya kalah dari seorang pengantar susu dan koran. Sementara itu, Ipeh yang telah selesai menceritakan pertemuan pertama dengan tunangan palsunya merasa lega karena para sesepuh keluarga Parker tidak ada yang komplain tentang apa yang dikatakannya. 'Semua yang aku katakan tidak sepenuhnya bohong, aku memang setiap hari mengantar susu dan koran ke rumahnya, terlepas dia melihatku atau tidak. Dia juga memang pernah jadi pembicara di kampusku dan fakta kalau dialah yang menolongku saat kecelakaan walaupun dialah penyebabnya. Dia juga yang menebusku di pelelangan walaupun dia penyebab aku dijual ke sana," ucap Ipeh di dalam hatinya. Dia menatap Alex sebelum menggerutu kembali di dalam hatinya. 'Entahlah dia itu sebenarnya Dewa Kesialan atau Dewa Keberuntunganku?' Ipeh mengakui di dalam hatinya walaupun Alex membuatnya masuk rumah sakit, tetapi karenanya, dia bisa mengenal orang-orang baik seperti Bibi Kesatu dan keluarganya Alex. Walaupun

  • My Arrogant Husband   27. Kebencian Alea

    'Mati, aku! Bagaimana kalau Kakeknya Alex tahu kalau aku ini tunangan palsu cucunya!' Ipeh menangis di dalam hati. "Kenapa ketakutan begitu? Kakek tidak akan melakukan hal-hal yang aneh padamu!" Kakeknya Alex tergelak karena merasa lucu dengan tingkah Ipeh. Saat semua orang berlomba-lomba berusaha mendekatinya dengan segala cara. Tunangan cucunya ini terlihat segan sejak pertama kali bertemu. "Hehe ...." Ipeh kembali tersenyum canggung. "Duduk di sini." Luis Parker, kakeknya Alex, menepuk-nepuk sofa kosong di sampingnya. "Baik, Kakek." Ipeh duduk perlahan di samping pria berusia enam puluh dua tahun yang masih terlihat gagah itu. Melihat perhatian semua orang tertuju pada Ipeh membuat Alea, sepupu Alex terlihat semakin mengeraskan wajahnya dan menggertakkan giginya. Biasanya semua perhatian dan pujian tertuju padanya, teapi sejak kabar munculnya tunangan kakak sepupunya terdengar orang tua dan kakeknya. Dia merasa tersisihkan. Alex pun beberapa kali membatalkan acara makan malam m

  • My Arrogant Husband   26. Makan Malam

    'Jadi, itu gadis tidak tahu diri yang sudah merebut perhatian Kak Alex dariku? Heh, ternyata gadis kampungan. Sebenarnya apa yang dilihat Kak Alex dari gadis miskin itu?Padahal aku jauh lebih cantik darinya!' Alea Dirja, sepupu Alex yang berusia enam belas tahun langsung memperlihatkan aura kebencian pada Ipeh. Seperti kedua orang tuanya, Alea, gadis yang jenius, dengan otak cemerlangnya, gadis itu bisa lompat kelas saat di sekolahnya dulu, dan berhasil menjadi mahasiswi kedokteran di usianya yang keempat belas tahun. Ipeh yang merasakan tatapan intens seseorang padanya, langsung menoleh ke arah Alea. Ipeh tersenyum padanya, tetapi hanya mendapatkan balasan tatapan tajam yang menghujam hatinya. 'Siapa dia? Kenapa dia terlihat membenciku? Apa salahku?' pikir Ipeh. Gadis itu terus memperhatikan Alea karena penasaran, tetapi suara Marco membuyarkan lamunannya. "Ini kursi rodanya, Tuan Muda." Marco mendorong kursi roda Ipeh ke hadapan Alex. Alex mengangguk lalu menurunkan Ipeh secara

  • My Arrogant Husband   25. Deal or No Deal!

    "Jemput? Memangnya aku mau pergi ke mana, Tuan Marco? Bukannya jadwal ganti perbanku masih lama." Ipeh mengerutkan keningnya. "Anda akan makan malam di rumah utama keluarga Parker dan bertemu Tuan Besar," jelas Marco to the point. "Hah?" Ipeh kebingungan. "Iya, Nona Devi diminta untuk berpura-pura menjadi tunangan Tuan Muda di hadapan Kakek dan keluarga beliau." Marco masih berada di depan pintu. "Hah?" Ipeh tertegun. "Nona Devi." Marco mengibaskan tangannya di depan wajah Ipeh. "Eh." Ipeh tersadar dan mengedip-ngedipkan matanya. "Anda baik-baik saja?" Marco menatap gadis cantik itu. "Oh ... emm ... saya baik. Masuk dulu, Tuan Marco, istirahat dulu. Anda pasti capek sudah mengantar Bibi Kesatu ke bandara. Silakan Anda makan siang dulu, sudah saya siapkan di ruang makan dan saya mau berganti pakaian dulu." Ipeh memundurkan kursi rodanya untuk memberi jalan pada Marco. "Ok." Marco mengangguk, dia memang merasa lapar. Saat Marco menikmati makan siangnya. Ipeh memilah-milah pakai

  • My Arrogant Husband   24. Malam Penculikan

    'Benarkah ada hubungan spesial antara Tuan Muda Alex dan Nona Devil?' tanya Marco di dalam hatinya. Sekretaris Alex itu mengingat kejadian di malam perculikan Ipeh.Kriiing ... kriiing ....Saat itu ponsel milik Alex berbunyi. Pria tampan yang sibuk bermain game di dalam mobil itu langsung menggeser icon hijau pada layar smartphonenya."Malam Kakek," sapa Alex dengan nada suara lembut penuh hormat."Lex, Kakek akan pulang besok. Kita makan malam di rumah utama. Jangan lupa bawa tunanganmu!" tegas Beliau tiba-tiba."Tunangan?" Alex terkejut. Matanya terbuka lebar dan keringat dingin pun mulai membasahi tangannya."Iya, jangan kamu kira kakekmu ini tidak tahu apa-apa. Bawa dia besok!" tegas Kakeknya Alex, Luis Parker."Itu, sepertinya ...." Alex ragu-ragu."Tidak ada alasan apapun! Bawa dia ke hadapanku besok!" Luis Parker tidak mau berkompromi, selama ini Alex sudah terlalu sering menolak perjodohan yang beliau atur untuk cucunya tersebut. Klik!"Ck, merepotkan!" Alex menghela napas pa

  • My Arrogant Husband   23. Pelayan Pribadi Alex

    Dua jam sudah berlalu sejak acara pemanggilan Ipeh ke ruang kerja Alex. Kini dia baru selesai berkeliling villa bersama Bibi Kesatu."Nona Devi sudah mengerti, kan?" tanya Bibi Kesatu yang sudah selesai menjelaskan tugas Ipeh sebagai pelayan pribadi Alex selama hampir satu setengah jam."Iya, Bi. Sudah saya catat semuanya. Panggil Ipeh saja, itu nama panggilan sehari-hari teman-teman dan ibu saya dulu," jelas Ipeh setelah mengangguk dengan mantap."Ya sudah, kalau begitu Bibi pamit dulu, ya. Ipeh. Tuan Marco sudah menunggu di luar. Tolong jaga Tuan Muda Alex dan rumah ini baik-baik, ya." Bibi Kesatu menggenggam kedua tangan Ipeh sambil tersenyum."Baik, Bi." Ipeh kembali mengangguk dan membalas senyuman Bibi Kesatu.Dia merasa senang karena untuk pertama kalinya bisa melihat senyuman bibi kesatu yang sangat mahal itu."Jaga dirimu juga baik-baik. Ikuti semua perintah dari Tuan Muda, agar kakimu cepat sembuh," nasihat Bibi Kesatu lagi."Pasti, Bi! Hati-hati di jalan dan selamat bersenan

  • My Arrogant Husband   22. Obssesi yang Aneh

    Ipeh menunduk sambil memilin-milin ujung pakaiannya saat mendengar ceramah Alex. Sudah sepuluh menit berlalu tetapi Dokter tampan itu sepertinya masih senang berpidato."Kamu mengerti!" seru Alex."Iya, Om," jawab Ipeh datar, lalu menguap untuk kesepuluh kalinya."OM? Wajahku sebelah mana yang memiliki kerutan, huh? Matamu buta, ya!" Alex semakin kesal dibuatnya."Maaf, Dokter Alex!" koreksi Ipeh dengan suara pelan, nyaris berbisik.'Kukira dia itu patung berjalan, eh ternyata aku salah. Dia itu corong toa berjalan, kekuatan suaranya mungkin 1000 dB,' gumam Ipeh di dalam hati sambil mengangguk-angguk."Coba kamu ulangi ucapanku, kalau mengerti," titah Alex, yang kini sudah duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya lalu menyeruput kopi.'Kopinya enak juga,' pikir Pria sungguh terlalu tampan itu."Hah?" Ipeh mengangkat wajahnya, gadis itu menatap Alex dengan tatapan kosong. Matanya mengerjap beberapa kali, bingung."Apanya yang 'Hah', ulangi ucapanku dari awal sampai akhir!" seru Alex sa

  • My Arrogant Husband   21. Tunangan Galak

    "Aku mau sarapan," jawab Ipeh tanpa dosa sambil menatap Alex dengan percaya diri. Dia berpikir apa salahnya makan bersama."Siapa yang memberimu ijin?" tegas Alex sambil menatap tajam gadis yang terlihat shock dengan reaksi yang diberikannya.Gulp!Ipeh menelan salivanya melihat tatapan dingin dari Sang pemilik rumah, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menggeser kursi tadi ke tempat semula."Jadi?" Alex masih menatapnya begitu tajam seperti tatapan serigala terhadap mangsanya."Maaf," ucap Ipeh dengan wajah kesalnya.Setelah kursinya kembali ke tempatnya, Alex kembali meneruskan makannya sambil sesekali mendengarkan penjelasan Marco.Ipeh yang merasa dipermalukan dan diacuhkan memutar kursi rodanya ke arah dapur dengan wajah sedih yang ditekuknya."Kenapa tidak makan bersama Tuan Muda?" tanya Bibi Kesatu."Dia mengusirku," ucap Ipeh sambil menghela napas lalu terdiam.Dia tidak berani mengambil inisiatif untuk meminta sarapan pada Bibi Kesatu. Gadis itu tidak ingin dipermaluk

DMCA.com Protection Status