Beranda / Romansa / My Arrogant CEO / Siapa Gadis Itu?

Share

Siapa Gadis Itu?

Penulis: Elang Putih
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-05 03:58:17

Jam kerja baru saja dimulai. Malik dan Arvan tengah melihat berkas-berkas mengenai keuangan perusahaan. Tiba-tiba Heksa menerobos masuk tanpa permisi sambil menebar senyum yang menunjukkan gigi gingsulnya. 

"Hey, aku udah senyum manis banget gini, lho! Kenapa kalian cuma liatin doang?" kata Heksa mendekat dan duduk di atas meja kerja si CEO dingin.

"Senyum? Yang ada aku mual tau gak?" jawab Malik.

"Astaga, punya temen kenapa pada kaku banget gini."

"Kamu ngapain pagi-pagi ke sini?" tanya sekretaris berkumis tipis yang belum pernah merasakan hangatnya belaian seorang wanita.

"Aku mau lamar kerjaan ke Arvan."

Jawaban dari Heksa membuat CEO muda ini meletakkan berkas yang ada di tangannya. Ia menyandarkan bahunya ke sandaran kursi dan menatap sepupu badboy-nya itu.

"Apa?" tanya Arvan dengan singkat.

"Aku mau jadi OB, please!" Heksa memohon dengan menyatukan kedua tangannya. 

"Gak!" 

"Kenapa?"

"Aku gak suka urusan asmara dibawa ke pekerjaan."

Suara ketukan pintu terdengar. Diana masuk dengan membawa meja dorongnya. Ia mengambil secangkir kopi panas dan meletakannya di sisi kanan meja kerja Arvan.

"Ini kopinya, Pak," kata Diana dengan menunduk. 

"Cantik, buat aku mana?" goda Heksa yang masih duduk di atas meja. Diana memicingkan matanya. Tak menjawab apapun dan  lebih memilih untuk segera membersihkan ruangan sang CEO.

Ia mengambil sebuah sapu dan perlahan  mulai membersihkan ruangan itu. Gadis cantik berponi ini melihat potret kecil Arvan bersama ayahnya belum terbingkai lagi. Dalam hatinya ia berniat akan mengganti bingkai yang sudah ia hancurkan kemarin. 

Heksa terus memperhatikan Diana. Senyum pun tiada henti tersimpul. Malik yang menyadari sahabatnya tengah jatuh cinta hanya bisa menggelengkan kepala karena tak menyangka selera badboy itu turun level.

Arvan mengajak Malik untuk rapat bersama staf keuangan. Di tangan CEO tampan itu ada beberapa lembar berkas sebagai bahan untuk rapat. Keduanya sudah berdiri dan hendak keluar. Bersamaan dengan Diana yang akan menyapu di sekitar meja kerja Arvan.

Jiwa usil Heksa muncul tiba-tiba. Ia sengaja mengacungkan kaki ke arah Diana. Membuat Office girl ini terjatuh dan tak sengaja menabrak Arvan dan tangannya menggenggam kertas yang digenggam CEO dingin itu. Karena reflek, Bos angkuh itu memegang kedua lengan Diana. 

Jantung Diana berdegup begitu cepat. Mata mereka saling berpandangan. Arvan begitu lekat memandang wajah Diana dan seperti menyadari sesuatu.

Perlahan salah satu tangannya melepas tubuh Diana. Ia mengambil berkas yang tadi sempat berpindah tangan. Dengan paksa CEO berjambul itu merebut lembaran-lembaran kertas yang ada di tangan office girl cantik itu. Setelah berkas ia dapatkan, Arvan melepaskan Diana dan membuat gadis itu terjatuh.

Gubraaak

Diana meringis menahan sakit. Ia terus menyaksikan sang CEO dan sekretarisnya pergi meninggalkannya yang masih duduk di atas lantai yang dingin.

"Bangun!" Heksa menawarkan bantuan dengan mengulurkan tangannya. 

Dengan tegas Diana menampik tangan itu. Matanya terus menatap pintu yang baru saja dilalui Arvan. "Es batu!" gerutunya sambil menitikan air mata.

Heksa mendekat dan jongkok di hadapan gadis yang membuatnya tergila-gila. "Kamu kenapa nangis? Sakit?" tanya pria bergingsul itu dengan iba. 

Diana mengangguk. Satu tangannya mengepal dan memukul dadanya sendiri sambil menangis. Heksa yang tak tega lebih mendekatkan tubuhnya lagi. Ia memeluk gadis itu dan mencoba menenangkan tangisannya. Sebuah pelukan yang justru membuat Diana semakin tersedu-sedu.

Malik datang tiba-tiba. Ia menarik hoodie hitam yang dikenakan badboy dengan rambut bergaya mohawk itu. "Malik, apa-apaan, sih?" Heksa memberontak.

"Aku disuruh bos. Mending kamu pergi atau Arvan gak ngijinin kamu ke kantor lagi!"

"Ok! Tapi tolong sampaikan sesuatu ke Arvan!"

"Apa? Mau jadi OB di sini?"

"Bukan. Tolong jangan sekali-sekali bikin Diana nangis lagi!"

"Iya, nanti aku sampaikan. Sana pergi!" Malik mendorong tubuh Heksa pelan.

"Diana, jangan nangis! Tunggu aku nanti malem ya! Aku bakal datang ke rumah kamu, i love you!"

Diana menggerutu lirih dan memastikan tak ada yang mendengar umpatannya. "Pria aneh, gila, sinting!"

Malik begitu penasaran dengan hubungan keduanya. Pria berkumis tipis itu mendekati Diana yang baru saja berdiri. "Hey, kamu beneran pacaran sama Heksa?"

"Gak." jawab Diana dengan tegas.

"Jangan bohong! Kalian kenal di mana?"

"Ngapain bohong? Aku baru kenal dia tadi."

"Pasangan serasi. Kompak menyembunyikan rahasia."

"Aku gak bohong. Gak nyembunyiin apa-apa."

"Aku tetep gak percaya."

"Terserah." Diana kembali bekerja membersihkan ruangan sang CEO.

***

Arvan tengah duduk di ruang rapat sendirian. Bahunya yang lebar ia sandarkan pada sandaran kursi. Tatapan matanya kosong, membayangkan wajah seorang gadis yang menurutnya tak asing.

Ckleeek

Malik membuk pintu. Membuat Arvan sedikit terkejut. Sekretaris dari bos muda ini duduk dan mengatakan jika Heksa sudah pergi.

"Heksa kasih pesen ke kamu."

"Apa?"

"Dia bilang jangan sekali-sekali kamu bikin Diana nangis lagi."

"Siapa dia berani berkata seperti itu?"

"Pacar Diana. Pake tanya lagi! Kamu juga bakal ngelakuin hal yang sama kalo Chintya dibikin nangis sama orang."

"Siapa kamu berani bahas Chintya?"

Malik segera merekatkan bibirnya. Ia mengalihkan perhatian dengan membaca selembar kertas yang ada di hadapannya. 

"Malik," panggil Arvan.

"Ya."

"Apa aku pernah ketemu Diana sebelumnya?"

"Meneketehe, kok nanya ke aku. Kenapa emang?"

"Ah, sudahlah. Aku sampai heran kenapa bisa punya sekretatis seperti dirimu!"

"Aneh banget, kenapa tiba-tiba bahas Diana? Kamu juga ngelarang aku pecat dia kemarin. Jangan-jangan kamu ...." ucapan Malik terpotong ketika Arvan beranjak dari duduknya dan berkata, "Rapat ditunda besok saja."

"Iya."

CEO dingin itu keluar dari ruang rapat. Ia terburu-buru kembali ke ruangannya untuk memastikan satu hal. Tanpa sengaja Arvan dan Diana berpapasan. Arvan menoleh ke arah gadis yang terus menunduk tanpa melihat wajahnya.

Langkah kaki bos arrogant ini terhenti. Ia memutar badannya dan terus melihat Diana yang tengah mendorong meja kerjanya hingga punggung office girl itu semakin menjauh dan lenyap dari pandangan matanya.

"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Arvan pada diri sendiri. Ia bergegas masuk ke dalam ruangannya dan mengambil selembar kertas berlipat dari laci meja kerja.

Bibirnya tersenyum ketika membaca nama lengkap dari office girl ceroboh itu. Ia mengingat nama teman kecilnya dulu yang mempunyai nama lengkap Diana Febriana Wijaya. Sedangkan pada kertas biodata itu tertera nama Diana Rozalia.

"Mungkinkah aku juga merindukan teman kecilku?" Arvan menjatuhkan tubuhnya pada kursi hitam yang ada di belakangnya. Ia tersenyum sendiri ketika mengingat Diana, teman kecilnya yang berwajah bulat dengan poni yang menutupi dahinya.

"Aku harus telepon ayah dan minta alamat om Wijaya. Aku pengin kasih kejutan ke kamu. Semoga kamu masih ingat dengan wajahku, Diana."

Bersambung....

Bab terkait

  • My Arrogant CEO   Sembunyi

    Diana kembali ke ruangan khusus office girl dan office boy yang ada di lantai bawah. Raut wajahnya sangat murung. Pak Roni dan rekan-rekan cleaning service menduga jika teman baru mereka itu mendapatkan perlakuan buruk dari sang CEO seperti karyawan-karyawan sebelumnya yang tak mampu bertahan lebih dari satu hari."Kamu kenapa, Diana?" tanya Razen, salah seorang office boy."Gak apa-apa, Kak.""Kamu masih betah kan kerja di sini?""Iya, aku betah, kok."Pak Roni mendekat dan memberikan semangat kepada anak buah barunya itu. Ia mengatakan jika pekerjaan Diana lebih ringan dibandingkan teman-teman yang lain."Lebih ringan gimana, Pak?" tanya Diana tak mengerti."Jumlah kita yang dua puluh orang ini ada tugas masing-masing. Setiap orang bertugas di satu lantai. Kamu kan beda, Diana. Kamu cuma satu ruangan doang, lho." ujar Pak Roni."Iya, satu ruangan, tapi ruangan itu isinya beruang kutub,'' gerutu Diana kesal.Jam maka

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • My Arrogant CEO   Diana Diculik?

    Diana melihat kedua orang tuanya pulang membawa banyak belanjaan. Mereka berdua begitu antusias melihat Arvan. Begitu juga Arvan yang tersenyum ramah dengan bekas tetangga saat kecil itu."Di, Arvan kenal orang tua kamu?" bisik Heksa."Iya.""Tapi gak kenal kamu?""Kami temen waktu kecil, tapi Arvan udah lupa sama aku.""Sepertinya kamu sengaja jadi OB di kantor dia buat deketin Arvan 'kan?""Iya, udah jangan berisik, nanti ketahuan!"Heksa dan Diana kembali mengamati Arvan dari celah pintu lemari. Pertemuan yang sangat lama antara Arvan dan kedua orang tua Diana membuat gadis bermata sipit dan pria berambut mohawk ini tertidur di dalam lemari. Diana menyandarkan kepalanya pada bahu Heksa. Sedangkan sang badboy bersandar pada dinding lemari dengan telapak kaki yang sedikit keluar dan membuat pintu lemari sedikit terbuka."Diana belum pulang juga, kemana ya, Pih?" tanya Anisa."Entahlah, coba Mamih telepon," perintah Wija

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • My Arrogant CEO   Seratus Hari Saja

    Cahaya mentari pagi yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela kaca membuat Diana terbangun. Ia menggeliat dan menyadari ponselnya masih ada di genggamannya.Mata yang malas untuk membuka tiba-tiba saja terbelalak ketika melihat dua pesan masuk tertera di layar ponselnya. Jemarinya mengusap layar benda pipih itu dan membuka pesan teratas. Sebuah pesan dari Heksa yang menagih janjinya semalam. Diana tak membalas pesan itu dan berlanjut membuka pesan kedua.[Kau ingat aku? Si baik hati yang selalu kau gandeng saat kecil.]Membaca balasan itu, Diana bingung dan akhirnya membaca kembali pesan di atasnya. Pesan pertama dari nomor itu adalah panggilan namanya. Senyum manis tersimpul di bibir gadis cantik ini. Ia tak menyangka jika Arvan akan mengiriminya pesan. Dengan lincah jemarinya menari di atas layar dan berpura-pura bertanya.[Apa kamu Arvan?]Hatinya terus berbunga-bunga w

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • My Arrogant CEO   Salah Kirim

    Heksa menghentikan napasnya sejenak dan membuka telinga lebar-lebar ketika Diana akan menjawab pertanyaanya. Dengan jantung yang berdegup tak beraturan, Heksa terus memandang wajah ayu office girl yang terluka itu."Aku ... bakal coba, Sa. Tapi bagaimana kalau aku cuma buat kamu terluka?" kata Diana."Jangan pedulikan sakit hatiku. Aku sudah bahagia mendengar kamu menyetujui permintaanku. Terima kasih. Mulai besok, aku bakal antar jemput kamu kerja. Jangan nolak, ini salah satu cara biar aku lebih deket sama kamu.""Iya, maaf jadi ngerepotin.""Gak apa-apa, Sayang.""Jangan panggil sayang, dong!""Kenapa emang?""Aneh aja.""Kita kan udah jadian, Diana!""Baru juga lima menit. Pokoknya aku gak mau dipanggil sayang, titik!""Oke, titik.""Kok titik sih?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-13
  • My Arrogant CEO   Jangan Ganggu Aku Lagi!

    Arvan tengah bermain ponsel dan mengabaikan pekerjaannya. Beberapa kali Malik mempertanyakan rapat dengan staf keuangan yang kemarin tertunda. Namun, CEO dingin ini seolah tak mendengar dan terus menatap layar ponselnya. Ia tengah menunggu balasan pesan dari Diana, teman kecilnya.Malik mulai kesal. Ia berdiri dari kursi di hadapan Arvan yang hanya berbatasan dengan meja kerja. Penasaran dengan apa yang dilihat bosnya, sekretaris berkumis tipis ini melangkah dan berdiri di belakang Arvan. Ia membaca pesan dengan nama kontak Diana.Malik mengusap matanya, mendekatkan wajahnya ke arah ponsel Arvan untuk memastikan nama yang ia baca. Malik menoleh ke wajah Arvan yang begitu serius menatap gawai hingga tak sadar akan keberadaannya yang tengah membaca pesan dari Diana itu."Astaga, sepertinya aku perlu ke dokter mata. Setelah keanehan yang dialami Heksa, sekarang Arvan. Jangan-jangan office girl itu pake susuk jaran goy

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-15
  • My Arrogant CEO   Hancur

    "Hua ... kamu pasti cari kesempatan ya!" teriak Diana setelah menyadari dirinya menindih Heksa."Aku gak ngapa-ngapain! Kan kamu yang tadi mukul-mukul aku, dorong aku sampe jatuh," jawab Heksa membela diri.Diana tak bisa berkata lagi. Ia merebut cup minumannya yang masih berada di tangan Heksa. Cup kosong itu dibalik dan meneteskan satu tetes cokelat dingin terakhir ke lantai."Abis," kata Diana lemas. Ia menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan wajahnya yang kusut."Jangan sedih gitu, dong!" Heksa memegang erat kedua pipi Diana. Membuat bibir tipis gadis itu maju seperti paruh burung yang terbuka."Aku mau lagi," kata Diana memelas."Kita keluar, yuk! Aku traktir kamu sepuasnya. Mau gak?""Mau.""Tante mana? Aku mau ijin dulu bawa anak gadisnya pergi.""Kayaknya di kamar. Aku panggilin ya! Sekalian a

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-16
  • My Arrogant CEO   Flashback

    "Siapa yang ngijinin bahas Chintya di sini?" kata Malik menirukan Arvan.Arvan melirik ke arah sekretarisnya. Tanpa kata, hanya sebuah tatapan tajam yang begitu menusuk."Sorry. Oke, aku ganteng aku diem." Malik merapatkan bibirnya."Bisa saja berita itu hanya isu," jawab Arvan singkat."Entah isu atau kabar nyata. Aku cuma nyaranin ke kamu, kalo kamu masih mencintainya, bukankah kesempatan untuk merebut hati Chintya kembali? Lagi pula sekarang Chintya sudah tahu kalau kamu pewaris tunggal Hutama Group kan?""Tidak perlu repot-repot ikut campur urusan pribadiku!" tegas Arvan."Stop, please! Waktu kumpul bertiga kayak gini tuh jarang terjadi. Gak usah bahas masalah gak penting gitu bisa gak?" tukas Malik melerai perdebatan antara Heksa dan Arvan sebelum masalah memuncak.Diana yang awalnya canggung semakin canggung dan tak berselera

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • My Arrogant CEO   Kenangan Masa Kecil

    "Heksa baik, kok, Pih. Cuma penampilannya aja kayak gitu," bela Diana."Coba kamu punya pacar seperti Arvan, Papih bakal dukung seratus persen.""Kalo Diana sama Heksa emang didukung berapa persen, Pih?""Sepuluh persen," ujar Wijaya sambil berlalu masuk ke dalam rumah."Diana juga maunya sama Arvan, tapi Arvan mencintai orang lain. Biarlah, liat dia tiap hari di tempat kerja aja udah seneng," batin Diana melihat kedua orang tuanya berjalan beriringan.Gadis manis bermata sipit ini masuk ke dalam kamarnya. Ia membuka ponselnya yang sepi tanpa notifikasi. Keputusannya memberitahu Arvan untuk tidak mengganggunya lagi sedikit disesali Diana."Aku terlaku ceroboh, harusnya kasih alasan lain biar tetep hubungan sama Arvan," kata Diana sambil meletakkan ponselnya di atas kasur.***Arvan baru saja tiba di rumah. Ia bergegas members

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-18

Bab terbaru

  • My Arrogant CEO   Menikahlah Denganku

    Diana yang akan diantar oleh Anton tiba-tiba melihat mobil Heksa melaju cepat ke arah kantor. Gadis itu menolak untuk diantar ayah kekasihnya itu. Ia memilih untuk kembali ke kantor saja dengan berjalan kaki karena jarak yang tidak terlalu jauh."Maaf ya, Om. Sepertinya Heksa ke kantor. Saya mau ke Heksa aja," kata Diana."Oh, ya sudah kalau begitu."Diana berjalan cepat. Ia tak bisa menghubungi siapa pun karena ponselnya tertinggal di loker. Ia kegirangan dan berpikir di saat dirinya susah Heksa selalu ada di dekatnya.Diana terkejut melihat Heksa yang tengah berbicara dengan Chintya. Ia berjalan mengendap untuk mendengarkan pembicaraan mereka lebih dekat."Sa, ide kamu ini gak keren. Aku dimaki-maki sama Malik karena meniru gaya Diana," ucap Chintya."Lalu, kenapa kamu minta aku menjemputmu? Apa benar-benar gagal total?""Arvan sa

  • My Arrogant CEO   Aku Ingin Diana

    "Van, bangun!" Chintya panik. Ia mengguncang-guncangkan tubuh mantan kekasihnya yang tergolek lemah tak berdaya.Pintu ruangan yang terbuka membuat karyawan di lantai lima belas melihat kejadian itu. Salah seorang karyawan segera meminggirkan meja kerja Diana yang menghalangi jalan.Lelaki berusia empat puluh tahunan itu mendekati sang CEO dan menelepon ambulance melalui ponselnya."Pak Arvan kenapa, Mbak?" tanya lelaki berkumis itu."Gak tau. Dia bilang tadi dingin. Badannya panas," jawab Chintya yang terisak.Berita tentang Arvan yang pingsan segera menyebar ke seluruh penjuru kantor. Samar-samar Malik yang sedang mengejar Diana pun mendengarnya. Ia berbalik arah dan menuju lantai lima belas.Dengan napas yang tersengal Malik memegang kening sahabatnya itu. "Arvan kenapa dipaksain masuk kalo lagi sakit gini, sih!""Saya sudah tele

  • My Arrogant CEO   Bertukar Peran

    Arvan menyunggingkan bibirnya. Kedua tangannya memegang setir. Namun, ia tidak menyalakan mesin mobil. CEO tampan ini akan meneruskan perannya sebagai tuan misterius untuk mengorek tentang perasaan Diana terhadapnya. "Ya, aku gak boleh ungkapin sekarang. Aku seneng ternyata kamu mencintaiku. Apa lagi setelah aku tau kamu tidak benar-benar menyukai Heksa," gumam Arvan. Ia keluar dari mobil dan menikmati guyuran hujan malam yang semakin deras. Kedua tangannya merentang. Kepala menengadah. Seolah tetesan-tetesan air itu membuat jiwanya begitu tenang. Kaus yang dikenakannya basah kuyup. Menempel ke tubuh. Membuat lekukan dadanya yang bidang jelas terlihat. Asisten rumah tangga di keluarga Hutama mengintip dari balik jendela. Ia khawatir anak majikannya itu akan sakit. Wanita paruh baya itu bekerja di keluarga Hutama sejak mereka hijrah ke ibukota. Ia sangat hapal jika Arvan

  • My Arrogant CEO   Rahasia Cinta 100 Hari Diana Terbongkar

    Diana mendorong tubuh Heksa dengan keras. "Lepasin! Ngapain sih, Sa?" Diana mengelap bibirnya. "Lho? Kenapa? Kan di telepon aku udah bilang tadi mau cium nyata." "Jangan lagi-lagi! Aku udah gak pengin makan malem." Diana masuk ke dalam rumah dengan basah kuyup. "Kok gitu? Aku laper, Di." Heksa yang sama-sama basah membuntuti Diana yang baru selangkah melewati pintu. "Pulang gak? Aku gak mau ketemu sama kamu!" bentak Diana. "Kok marah? Jangan marah dong, Di. Please!" "PULANG!" teriak Diana lagi. Membuat Wijaya dan Anisa menghampiri mereka. "Kalian kenapa?" tanya Anisa ketika melihat Heksa yang sedang memohon dan putrinya yang sedang cemberut dengan bibir merahnya yang luntur. "Heksa tuh, Mih. Bikin kesel aja. Diana udah males. Suruh dia pulang!" Diana meninggalkan Heks

  • My Arrogant CEO   Setangkai Mawar Layu

    Diana bersiap untuk menemui penggemar misteriusnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Gadis dengan model rambut baru ini berdandan dengan ilmu rias ala kadarnya.Diana memilih sebuah dress marun sebatas lutut dengan lengan sebatas siku. Gadis yang biasa menggunakan riasan simpel dengan warna natural kini lebih berani menggunakan riasan tebal.Pipi pink merona dengan eyeshadow berwrna pink. Alis yang dibentuk tebal seperti artis-artis di televisi. Serta lipstick merah menyala yang membuat bibir Diana begitu seksi dan menggoda."Unch ... unch ... kece banget. Tinggal gemukin badan dikit biar gak rata begini. Aku gak kalah cantik juga dari si sint ... Chintya? Gak! Aku panggil dia sinting aja," kata Diana sambil berdiri di depan cermin.Ia membuka almari kaca berisi koleksi tas dan sepatunya. Diana mengambil tas berwarna hitam mengkilap serta sebuah high heels merah serupa dengan warna bibirnya.

  • My Arrogant CEO   Kado Kedua

    Di saat jam makan siang, Arvan kembali menghilang. Meninggalkan Malik tanpa sebuah pesan.CEO muda yang tengah jatuh cinta ini ternyata membeli sebuah ponsel dan nomor baru. Benda canggih yang spesial yang akan digunakan untuk meneror Diana.Arvan mengirimkan pesan kepada Malik bahwa ia tidak akan kembali ke kantor. Dan menyerahkan semua urusan perusahaan kepada pria yang belum pernah pacaran itu.Ternyata, Arvan kembali ke rumah. Ia turun dari mobil dan langsung menuju dapur sambil bersenandung."Ku ingin engkau menjadi milikku. Aku akan mencintaimu, menjagamu, selama hidupku. Dan aku kan ber ...." Arvan berhenti bernyanyi lagu milik Romance Band yang berjudul Ku Ingin Kamu itu karena asisten rumah tangganya melihatnya dengan tatapan aneh."Ada apa sih, Mbok?" tanya Arvan."Jangan mendekat, Den!""Kenapa?"

  • My Arrogant CEO   Tanda Bibir di Kemeja Danu

    Malik menunggu Arvan kembali ke kantor di ruangan sang CEO. Klien penting sudah tiba sejak sepeluh menit lalu. Sedangkan Arvan tidak bisa dihubungi.Saat Malik hendak keluar ruangan, bertepatan dengan Arvan yang akan masuk. Senyum lebar tersungging di bibir CEO yang tekenal arogan itu."Kenapa senyum gitu? Apa ada yang aneh denganku?" tanya Malik sembari memegang kumis tipisnya."Gak ada.""Klien udah datang. Lagi nunggu kamu.""Siapkan berkasnya. Kita ke ruang meeting sekarang." Arvan berbalik dan langsung menuju ruang meeting tanpa masuk terlebih dahulu ke ruangannya.Malik mengembuskan napas beratnya. Sekali lagi memegang kumisnya. "Kok agak tebelan nih kumis," gumamnya.Sekretaris berkumis tipis itu mengambil berkas-berkas yang dibutuhkan di meja Arvan. Ia berbicara sendiri sambil menata beberapa lembar HVS berisi catatan penting.

  • My Arrogant CEO   Pengirim Bunga Misterius

    Melihat ekspresi suaminya panik, Anisa bergegas keluar. Disusul dengan Diana yang juga penasaran dengan korban yang ditabrak papihnya.Kedua wanita ini terperangah. Bahkan, Diana menutup kedua matanya dengan kesepuluh jarinya. Ia mengintip dari celah-celah jari yang terbuka."Papih, nyetirnya gimana, sih? Kenapa bisa ditabrak gini?" Anisa menepuk pelan punggung suaminya."Kok jadi nyalahin papih, Mih? Kan dia nyebrang dadakan.""Aduh, mamih merinding. Mana sepi banget. Gak ada orang lewat.""Pih, masih idup gak? Kasian. Dia gak gerak, darahnya banyak banget," ucap Diana."Kayaknya mati, Di.""Iya udah, Pih. Kita bawa pulang aja. Dikubur dibelakang rumah.""Iya, deh." Wijaya melepas sweater hitam yang ia kenakan. Ia rela hanya mengenakan singlet agar kucing yang ia tabrak bisa dibawa pulang dan dikubur di pekarangan be

  • My Arrogant CEO   Siapa yang Ditabrak Wijaya?

    Diana dan Heksa sudah sampai di kantor polisi. Mereka melepaskan ikatan pada tangan kedua sejoli itu."Kalian duduk!" perintah seorang yang bertugas sebagai penyidik.Diana menunduk diam. Mendengarkan setiap kata yang terlontar dari pria di hadapannya. Sesekali gadis itu melihat ke arah komputer yang menyala."Siapa nama kalian?""Heksa, Pak," jawab Heksa."Kamu?" Bertanya pada Diana. Namun, kekasih dari Heksa ini tetap bungkam. Tak bicara dan tak lagi menangis."Hei, kamu! Apa tidak dengar pertanyaan saya?" bentak penyidik itu.Diana mengangkat wajahnya. Ia menatap si penyidik akan tetapi tetap diam."Siapa nama kamu?"Diana menoleh ke samping. Memandang pria berkumis yang sempat berseteru di dalam perjalanan menuju kantor."Apa?" kata pria berkumis itu.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status