Beranda / Romansa / My Arrogant CEO / Kenangan Masa Kecil

Share

Kenangan Masa Kecil

Penulis: Elang Putih
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Heksa baik, kok, Pih. Cuma penampilannya aja kayak gitu," bela Diana.

"Coba kamu punya pacar seperti Arvan, Papih bakal dukung seratus persen."

"Kalo Diana sama Heksa emang didukung berapa persen, Pih?"

"Sepuluh persen," ujar Wijaya sambil berlalu masuk ke dalam rumah.

"Diana juga maunya sama Arvan, tapi Arvan mencintai orang lain. Biarlah, liat dia tiap hari di tempat kerja aja udah seneng," batin Diana melihat kedua orang tuanya berjalan beriringan.

Gadis manis bermata sipit ini masuk ke dalam kamarnya. Ia membuka ponselnya yang sepi tanpa notifikasi. Keputusannya memberitahu Arvan untuk tidak mengganggunya lagi sedikit disesali Diana. 

"Aku terlaku ceroboh, harusnya kasih alasan lain biar tetep hubungan sama Arvan," kata Diana sambil meletakkan ponselnya di atas kasur.

***

Arvan baru saja tiba di rumah. Ia bergegas members

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Arrogant CEO   Perhatian Heksa

    Diana masih terlelap memeluk boneka kelinci yang selalu menamani tidurnya setiap malam. Rasa kantuknya harus terganggu ketika ponselnya yang ada di kasur terus berdenting. Dengan mata yang masih tertutup ia meraba-raba kasur dengan tangannya hingga akhirnya gadis itu dapat menggapai benda pipih yang belum berhenti berdering."Hallo," sapa Diana dengan suara paraunya."Aku jemput kamu kerja ya!""Ini siapa?""Apa nomorku tidak kamu simpan?"Diana melihat layar ponselnya dan tertera nama Heksa. "He-he, aku simpen kok, Sa.""Buruan siap-siap, sebentar lagi aku jemput kamu.""Sebentar lagi? Emang sekarang jam berapa?""Jam setengah tujuh, Sayang!"Diana segera membuka matanya dan melihat jam dinding. Ia segera mematikan ponsel dan melompat dari atas tempat tidur menuju kamar mandi yang berada di

  • My Arrogant CEO   Dasar Beruang Kutub!

    Diana bergegas menuju ruangan cleaning service. Ia menyapa semua karyawan yang sudah datang. Salah satu dari mereka adalah Razen. Karyawan yang paling dekat dengannya selain Pak Roni dan Pak Miko."Pagi semuanya," salam Diana sambil memasukkan sling bag cokelat miliknya ke dalam loker."Kamu udah baikan, Di?" tanya Pak Roni."Mendingan, Pak. Masih agak perih luka di dahi sebenaernya. Tapi cuma luka kecil begini. Sayang kalo sampe gak masuk kerja," tukas Diana. Padahal yang disayangkan gadis ini bukan masalah pekerjaan. Melainkan tidak bertemu dengan Arvan, si beruang kutub."Sepeda kamu ada di parkiran, Di. Kalo motor pak Miko udah aku anter kemarin. Maaf aku gak bisa anter sepeda kamu, aku gak tau rumah kamu soalnya," kata Razen."Gak apa-apa. Makasih kalian udah baik banget sama aku."Jam kerja sudah dimulai. Diana segera mengganti pakaiannya dengan seragam

  • My Arrogant CEO   Basah Kuyup Demi Apa?

    Satu jam menjelang istirahat siang, Malik mengajak Arvan dan Heksa untuk makan siang bersama di luar. Namun, Arvan menolaknya dengan alasan malas untuk pergi. "Emang kamu gak laper? Atau kita suruh Diana aja buat beli makan?" celetuk Malik. "Gak. Jangan!" tolak Heksa. "Kamu ini kenapa, sih? Jangan mentang-mentang dia pacar kamu terus gak boleh kita suruh?" "Bukan gitu, Malik. Tapi dia butuh istirahat juga kan?" "Kan waktu masih satu jam, dia juga bisa istirahat nanti." "Ya udahlah, terserah." "Gimana, Van? Kamu setuju sama ide aku yang super brilian ini?" "Terserah!" Malik segera menelepon Pak Roni. Atasan Diana di bagian cleaning service. Sekretaris berkumis tipis itu meminta Diana agar segara menuju ruangan Arvan secepatnya. Dalam waktu sepuluh meni

  • My Arrogant CEO   Tanda Cinta untuk Arvan

    "Heksa, kamu lembur bareng Malik sore ini!" perintah Arvan satu jam sebelum jam kantor usai."Lembur? Ngapain?""Kamu asisten aku, Sa. Jadi bantuin bawa laporan atau entah nanti," sahut Malik."Kenapa dadakan? Aku harus anter Di ...." Heksa menghentikan ucapannya. Hatinya galau, segalau hujan yang belum juga reda. Tatapan matanya tertuju pada jendela kaca yang lebar. Melihat hujan yang turun dengan derasnya. "Bagaimana Diana pulang nanti?" batinnya."Bilang juga ke Diana buat cari snack dan makan malam untuk seratus orang," kata Arvan sambil menatap wajah sahabatnya."Maksud kamu Diana juga lembur?" Heksa tidak yakin dengan apa yang didengarnya."Iya.""Van, kamu serius? Sekarang Diana juga ngurus makanan meeting?" tanya Malik."Iya. Apa kau tidak setuju?""Bukan begitu. Aneh aja seorang Arvan ken

  • My Arrogant CEO   Terjebak

    "Hey! Kenapa diam? Kamu sengaja ngelakuin ini ke aku 'kan?" Arvan mendorong bahu Diana pelan. Membuat gadis berponi ini sadar akan lamunannya."I ... iya, Pak. Eh, gak maksud saya, Pak," jawab Diana terbata. Ia menoleh ke segala arah dan di ruangan itu hanya ada Arvan dan dirinya saja."Astaga! Aku tadi cuma mengkhayal? Gak ada nyali buat ngadepin es batu ini," batin Diana."Jawab pertanyaanku lagi. Kenapa kamu lari, terus ngumpet? Kamu pasti sengaja naruh ranjau di makananku kan?""Gak, Pak. Saya tadi cuma penasaran aja, yang namanya rapat itu seperti apa. Tau-tau bapak nengok, saya kaget makanya saya lari. Terus bapak kejar saya, paniklah, Pak!" kilah Diana."Aku gak tau ada apa denganku. Sudah tau sejak awal kamu itu ceroboh dan selalu bikin masalah, tapi aku gak mau pecat kamu!" kata Arvan sambil berlalu pergi.Ucapan CEO angkuh itu membuat ha

  • My Arrogant CEO   Terima Kasih, Heksa.

    Heksa meminta bantuan security untuk membuka lift yang rusak. Lelaki bergingsul ini berharap segera menemukan pujaan hatinya di lift ini. Benar saja, setelah pintu lift terbuka betapa terkejutnya Heksa ketika mendapati Diana tengah tidur berpelukan dengan Arvan."Pak Arvan?" ucap sang security. Lelaki berpostur tinggi besar dengan suara lantangnya ini membuat Arvan dan Diana bangun.Diana menggeliat, meregangkan kedua tangannya. Kepalanya menengadah dan menjerit."Aaaa ...." Arvan dan Diana sama-sama berteriak dan saling menjauh."Bapak apakan saya?" kata Diana sambil meringkuk di pojokan."Apa maksud kamu bertanya seperti itu?" bentak Arvan karena seolah dirinya telah melakukan hal buruk terhadap OB ceroboh itu.Arvan merasa risih karena seluruh tubuhnya basah terkena air seni dirinya dan Diana. Apa lagi bau air seni mereka super menusuk hidung s

  • My Arrogant CEO   Kebaikan Hati Diana

    Arvan masih tertidur lelap di kamarnya. Padahal, cahaya matahari sudah menerobos masuk melalui celah-celah jendela kaca."Arvan," panggil seorang perempuan dari belakang.Arvan menoleh dan melihat Diana si OB ceroboh membawa boneka kelinci besar."Kenapa kamu bisa pegang boneka itu?" tanya Arvan."Apa kau lupa? Ini pemberian dari kamu dulu.""Gak ... gak mungkin.""Arvan, aku kangen kamu," Diana berlari hendak memeluk CEO dingin itu."Pergi! Jangan mendekat, jangan!" teriak Arvan bersamaan dengan kedua netranya yang terbuka lebar. Napasnya begitu sesak. Keringat dingin bercucuran. Arvan terbangun dan mengelap peluh di dahinya dengan telapak tangannya."Untung cuma mimpi," kata Arvan sambil menghela napas panjang."Kenapa aku mimpiin OB itu? Gak mungkin kalo Diana kecil itu dia!" gumamnya.

  • My Arrogant CEO   Ramalan

    Arvan masih terus memandangi Heksa dari dalam mobil. Dengan jelas terlihat keduanya berfoto dan semburat senyum terukir di bibir mereka. Tujuan Arvan menenangkan pikiran di pantai hanya sekedar mengingat kenangan manis bersama Chintya. Tak dipungkiri jika CEO muda ini masih menyimpan cinta untuk Chintya. Kekasih dan cinta pertamanya itu. Lamunan akan perjalanan cinta Arvan dan wanita yang kini sudah memiliki suami itu terbayang ketika semilir angin pantai perlahan bergesekan dengan tubuh Arvan yang masih duduk manis di dalam mobil. Arvan menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Sesaat ia tersadar jika Heksa dan Diana sudah menghilang dari pandangan matanya. "Kemana mereka pergi?" tanya Arvan pada diri sendiri. Entah apa yang membuat CEO dingin itu begitu penasaran dengan aktivitas sepasang kekasih yang tengah berlibur itu. Ia mengambil kaca mata hitam yang ad

Bab terbaru

  • My Arrogant CEO   Menikahlah Denganku

    Diana yang akan diantar oleh Anton tiba-tiba melihat mobil Heksa melaju cepat ke arah kantor. Gadis itu menolak untuk diantar ayah kekasihnya itu. Ia memilih untuk kembali ke kantor saja dengan berjalan kaki karena jarak yang tidak terlalu jauh."Maaf ya, Om. Sepertinya Heksa ke kantor. Saya mau ke Heksa aja," kata Diana."Oh, ya sudah kalau begitu."Diana berjalan cepat. Ia tak bisa menghubungi siapa pun karena ponselnya tertinggal di loker. Ia kegirangan dan berpikir di saat dirinya susah Heksa selalu ada di dekatnya.Diana terkejut melihat Heksa yang tengah berbicara dengan Chintya. Ia berjalan mengendap untuk mendengarkan pembicaraan mereka lebih dekat."Sa, ide kamu ini gak keren. Aku dimaki-maki sama Malik karena meniru gaya Diana," ucap Chintya."Lalu, kenapa kamu minta aku menjemputmu? Apa benar-benar gagal total?""Arvan sa

  • My Arrogant CEO   Aku Ingin Diana

    "Van, bangun!" Chintya panik. Ia mengguncang-guncangkan tubuh mantan kekasihnya yang tergolek lemah tak berdaya.Pintu ruangan yang terbuka membuat karyawan di lantai lima belas melihat kejadian itu. Salah seorang karyawan segera meminggirkan meja kerja Diana yang menghalangi jalan.Lelaki berusia empat puluh tahunan itu mendekati sang CEO dan menelepon ambulance melalui ponselnya."Pak Arvan kenapa, Mbak?" tanya lelaki berkumis itu."Gak tau. Dia bilang tadi dingin. Badannya panas," jawab Chintya yang terisak.Berita tentang Arvan yang pingsan segera menyebar ke seluruh penjuru kantor. Samar-samar Malik yang sedang mengejar Diana pun mendengarnya. Ia berbalik arah dan menuju lantai lima belas.Dengan napas yang tersengal Malik memegang kening sahabatnya itu. "Arvan kenapa dipaksain masuk kalo lagi sakit gini, sih!""Saya sudah tele

  • My Arrogant CEO   Bertukar Peran

    Arvan menyunggingkan bibirnya. Kedua tangannya memegang setir. Namun, ia tidak menyalakan mesin mobil. CEO tampan ini akan meneruskan perannya sebagai tuan misterius untuk mengorek tentang perasaan Diana terhadapnya. "Ya, aku gak boleh ungkapin sekarang. Aku seneng ternyata kamu mencintaiku. Apa lagi setelah aku tau kamu tidak benar-benar menyukai Heksa," gumam Arvan. Ia keluar dari mobil dan menikmati guyuran hujan malam yang semakin deras. Kedua tangannya merentang. Kepala menengadah. Seolah tetesan-tetesan air itu membuat jiwanya begitu tenang. Kaus yang dikenakannya basah kuyup. Menempel ke tubuh. Membuat lekukan dadanya yang bidang jelas terlihat. Asisten rumah tangga di keluarga Hutama mengintip dari balik jendela. Ia khawatir anak majikannya itu akan sakit. Wanita paruh baya itu bekerja di keluarga Hutama sejak mereka hijrah ke ibukota. Ia sangat hapal jika Arvan

  • My Arrogant CEO   Rahasia Cinta 100 Hari Diana Terbongkar

    Diana mendorong tubuh Heksa dengan keras. "Lepasin! Ngapain sih, Sa?" Diana mengelap bibirnya. "Lho? Kenapa? Kan di telepon aku udah bilang tadi mau cium nyata." "Jangan lagi-lagi! Aku udah gak pengin makan malem." Diana masuk ke dalam rumah dengan basah kuyup. "Kok gitu? Aku laper, Di." Heksa yang sama-sama basah membuntuti Diana yang baru selangkah melewati pintu. "Pulang gak? Aku gak mau ketemu sama kamu!" bentak Diana. "Kok marah? Jangan marah dong, Di. Please!" "PULANG!" teriak Diana lagi. Membuat Wijaya dan Anisa menghampiri mereka. "Kalian kenapa?" tanya Anisa ketika melihat Heksa yang sedang memohon dan putrinya yang sedang cemberut dengan bibir merahnya yang luntur. "Heksa tuh, Mih. Bikin kesel aja. Diana udah males. Suruh dia pulang!" Diana meninggalkan Heks

  • My Arrogant CEO   Setangkai Mawar Layu

    Diana bersiap untuk menemui penggemar misteriusnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Gadis dengan model rambut baru ini berdandan dengan ilmu rias ala kadarnya.Diana memilih sebuah dress marun sebatas lutut dengan lengan sebatas siku. Gadis yang biasa menggunakan riasan simpel dengan warna natural kini lebih berani menggunakan riasan tebal.Pipi pink merona dengan eyeshadow berwrna pink. Alis yang dibentuk tebal seperti artis-artis di televisi. Serta lipstick merah menyala yang membuat bibir Diana begitu seksi dan menggoda."Unch ... unch ... kece banget. Tinggal gemukin badan dikit biar gak rata begini. Aku gak kalah cantik juga dari si sint ... Chintya? Gak! Aku panggil dia sinting aja," kata Diana sambil berdiri di depan cermin.Ia membuka almari kaca berisi koleksi tas dan sepatunya. Diana mengambil tas berwarna hitam mengkilap serta sebuah high heels merah serupa dengan warna bibirnya.

  • My Arrogant CEO   Kado Kedua

    Di saat jam makan siang, Arvan kembali menghilang. Meninggalkan Malik tanpa sebuah pesan.CEO muda yang tengah jatuh cinta ini ternyata membeli sebuah ponsel dan nomor baru. Benda canggih yang spesial yang akan digunakan untuk meneror Diana.Arvan mengirimkan pesan kepada Malik bahwa ia tidak akan kembali ke kantor. Dan menyerahkan semua urusan perusahaan kepada pria yang belum pernah pacaran itu.Ternyata, Arvan kembali ke rumah. Ia turun dari mobil dan langsung menuju dapur sambil bersenandung."Ku ingin engkau menjadi milikku. Aku akan mencintaimu, menjagamu, selama hidupku. Dan aku kan ber ...." Arvan berhenti bernyanyi lagu milik Romance Band yang berjudul Ku Ingin Kamu itu karena asisten rumah tangganya melihatnya dengan tatapan aneh."Ada apa sih, Mbok?" tanya Arvan."Jangan mendekat, Den!""Kenapa?"

  • My Arrogant CEO   Tanda Bibir di Kemeja Danu

    Malik menunggu Arvan kembali ke kantor di ruangan sang CEO. Klien penting sudah tiba sejak sepeluh menit lalu. Sedangkan Arvan tidak bisa dihubungi.Saat Malik hendak keluar ruangan, bertepatan dengan Arvan yang akan masuk. Senyum lebar tersungging di bibir CEO yang tekenal arogan itu."Kenapa senyum gitu? Apa ada yang aneh denganku?" tanya Malik sembari memegang kumis tipisnya."Gak ada.""Klien udah datang. Lagi nunggu kamu.""Siapkan berkasnya. Kita ke ruang meeting sekarang." Arvan berbalik dan langsung menuju ruang meeting tanpa masuk terlebih dahulu ke ruangannya.Malik mengembuskan napas beratnya. Sekali lagi memegang kumisnya. "Kok agak tebelan nih kumis," gumamnya.Sekretaris berkumis tipis itu mengambil berkas-berkas yang dibutuhkan di meja Arvan. Ia berbicara sendiri sambil menata beberapa lembar HVS berisi catatan penting.

  • My Arrogant CEO   Pengirim Bunga Misterius

    Melihat ekspresi suaminya panik, Anisa bergegas keluar. Disusul dengan Diana yang juga penasaran dengan korban yang ditabrak papihnya.Kedua wanita ini terperangah. Bahkan, Diana menutup kedua matanya dengan kesepuluh jarinya. Ia mengintip dari celah-celah jari yang terbuka."Papih, nyetirnya gimana, sih? Kenapa bisa ditabrak gini?" Anisa menepuk pelan punggung suaminya."Kok jadi nyalahin papih, Mih? Kan dia nyebrang dadakan.""Aduh, mamih merinding. Mana sepi banget. Gak ada orang lewat.""Pih, masih idup gak? Kasian. Dia gak gerak, darahnya banyak banget," ucap Diana."Kayaknya mati, Di.""Iya udah, Pih. Kita bawa pulang aja. Dikubur dibelakang rumah.""Iya, deh." Wijaya melepas sweater hitam yang ia kenakan. Ia rela hanya mengenakan singlet agar kucing yang ia tabrak bisa dibawa pulang dan dikubur di pekarangan be

  • My Arrogant CEO   Siapa yang Ditabrak Wijaya?

    Diana dan Heksa sudah sampai di kantor polisi. Mereka melepaskan ikatan pada tangan kedua sejoli itu."Kalian duduk!" perintah seorang yang bertugas sebagai penyidik.Diana menunduk diam. Mendengarkan setiap kata yang terlontar dari pria di hadapannya. Sesekali gadis itu melihat ke arah komputer yang menyala."Siapa nama kalian?""Heksa, Pak," jawab Heksa."Kamu?" Bertanya pada Diana. Namun, kekasih dari Heksa ini tetap bungkam. Tak bicara dan tak lagi menangis."Hei, kamu! Apa tidak dengar pertanyaan saya?" bentak penyidik itu.Diana mengangkat wajahnya. Ia menatap si penyidik akan tetapi tetap diam."Siapa nama kamu?"Diana menoleh ke samping. Memandang pria berkumis yang sempat berseteru di dalam perjalanan menuju kantor."Apa?" kata pria berkumis itu.

DMCA.com Protection Status